Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN JOB DESCRIPTION PENGURUS PONDOK PESANTREN DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP DISIPLIN KEHIDUPAN DI PONDOK PESANTREN


YATIM PIATU DAN DHUAFA TAHFIDZUL QUR'AN "RIYADHUS SHOLIHIN"
BANDAR LAMPUNG

Disusun oleh :
Mazaya Linda Shilmina
NPM 2086131029

Progam Studi Pasca Sarjana


Fakultas Manajemen Pendidikan Islam
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pandangan progresif pembangunan bangsa Indonesia di era-globalisasi diarahkan
pada terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing,
maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh
manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlaq mulia, cinta tanah air,
berkesadaran hukum, dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki
etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.
Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan,
terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang makin berperan
menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional pada
bidangnya masing-masing.1 Hal tersebut diperlukan, terutama untuk mengantisipasi era-
globalisasi, khususnya di lingkungan Negara-negara ASEAN, seperti Economic Asean
Community, AFTA (Asean Free Trade Area), dan AFLA (Asean Labour Area), maupun di
kawasan Negara-negara Asia Pasifik (APEC).
Lembaga pendidikan Islam mempunyai andil yang sangat besar untuk mengiringi
prosesnya dalam menjalankan hidup. Karena dalam orientasinya, pendidikan Islam harus
mampu menyiapkan sumber daya manusia yang tidak sekedar sebagai penerima arus
informasi global, juga harus memberikan bekal kepada mereka agar mengolah,
menyesuaikan dan mengembangkan segala hal yang diterima melalui arus informasi itu,
yakni manusia yang kreatif, dan produktif.
Pada prinsipnya manusia diberi kebebasan berpikir tentang alam, di samping
memanfaatkannya untuk diri sendiri atau kepentingan bersama. Bahkan dalam al-Qur’an
surat Huud ayat 61, Allah berfirman:

1
Nurasiah, “Peran Manajerial Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana di MIN 6 Kota
Banda Aceh”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 1 Nomor 1 2015, hlm.3
“dan kepada
kaum samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah
Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dan bumi (tanah) dan
menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian
bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan
memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS. Hud: 61)2
ْ ُ‫ا‬
‫طلُبُوا ال ِع ْل َم ِمنَ ال َم ْه ِد إِلى اللَّحْ ِد‬
Artinya : “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat”
Setidaknya dari ayat yang diperintahkan Allah di atas, memberi himbauan kepada
hambaNya, untuk meramaikan bumi atau membangun di atas bumi ini. Jelas perintah di sini
adalah untuk berbuat baik, bukan sebaliknya, untuk melakukan kerusakan seperti yang
dikhawatirkan para malaikat dalam dialognya dengan Allah dalam menanggapi proses awal
penciptaan manusia.
Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga dan tempat bagi berkembangnya
pendidikan agama sekaligus sebagai komunitas santri yang menuntut ilmu agama Islam.3
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang paling banyak berhubungan dengan rakyat
secara langsung. Karena alasan itu, tidaklah berlebihan jika dinyatakan bahwa pesantren,
sebagai lembaga pendidikan sudah sangat menyatu dengan kehidupan sebagian besar rakyat.4
Pondok pesantren memainkan peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan
generasi menghadapi era yang penuh dengan tantangan. Pendidikan Islam harus mampu
menyelenggarakan proses pembekalan pengetahuan, penanaman nilai, pembentukan sikap
dan karakter, pengembangan bakat, kemampuan dan keterampilan, menumbuh-kembangkan
potensi akal, jasmani dan ruhani yang optimal, seimbang dan sesuai dengan tuntutan zaman.

2
Al-Qur’an Almunawwar (Kota Bekasi,Jawa Barat:Cipta Bagus Segara,2015)
hal.228
3
Haris Daryono Ali Haji, Menggali Pemerintahan Negeri Doho Dari Majapahit Menuju Pondok
Pesantren, (Yogyakarta: Almatera, 2016), hlm. 175
4
Ading Kusdiana, Sejarah Pesantren, (Bandung: Humaniora, 2013), hlm. 2
Tradisi pondok pesantren paling tidak memiliki lima elemen dasar, yakni pondok,
masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik (kitab kuning) dan kyai.5 Abdurrahman
Wahid dalam Syahrul A’dam mengatakan bahwa salah satu tulisannya mengenai pesantren
mengatakan bahwa sejarah penyebaran Islam di Indonesia merupakan hasil perpaduan antara
doktrin-doktrin formal Islam dan kultur para wali, yang berpuncak pada Wali Songo.6
Sedangkan bagi pesantren modern, dalam praktiknya juga mengajarkan kitab-kitab
Islam klasik. Mereka membuat panduan yang diambilkan dari kitab-kitab klasik tersebut,
serta materi ajar yang campuran antara pendidikan ilmu pengetahuan dan ilmu agama. Porsi
seperti ini menjadikan para santrinya lebih seimbang, baik itu dari segi fiqh ataupun
tauhidnya, maka sering kita melihat para alumni pondok modern ketika berkesinambungan
dengan kelompok-kelompok Islam, entah itu dari esktrim kanan ataupun kiri, terlihat lebih
memahami, di mana santri tersebut setelah lulus dari pesantren.
Pesantren modern sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, mampu melahirkan
santri-santri yang berwarna-warni, mulai dari yang condong ke kiri ataupun yang ke kanan.
Pola pembelajaran yang diajarkan oleh pesantren modern, mencetak santri yang pintar dalam
percakapan bahasa arab, namun kemampuan dalam menguasai literatur kitab kuning dan
kemampuan membaca kitab gundul, serta juga dalam memahami tafsir Al-Qur’an, fiqh, ushul
fiqh dan ilmu gramatika bahasa Arab.
Pada awalnya posisi pesantren di Indonesia memang cukup positif untuk melindungi
umat dari terkaman rekayasa ideologi penjajah, banyak ulama besar Islam lahir dari kalangan
pesantren masa itu karena kemurnian ajaran, kualitas keilmuan. Namun dalam perjalanan
sejarah peradaban manusia yang begitu cepat, pesantren secara bertahap kehilangan
kemampuan sosialnya, itu semua karena mereka tetap saja berada pada lingkup yang kecil
padahal arus teknologi maju dengan amat pesatnya.
Belakangan reputasi pesantren tampaknya dipertanyakan oleh sebagian masyarakat
muslim Indonesia, karena mayoritas pesantren terkesan elitis, jauh dari realitas sosial bahkan
ada yang menyebut alumninya kalah Islami dengan kelompok hijrah. Ditambah lagi, problem
sosialisai dan aktualisasi ini dengan problem keilmuan, diantaranya terjadinya kesenjangan,

5
Zulhimma, “Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia”, Jurnal Darul ‘Ilmi, Vol. 1 No. 02,
2013, hlm. 169
6
Syahrul A’dam, “Implikasi Hubungan Kyai Dan Tarekat Pada Pendidikan Pesantren”, Kordinat, Vol. XV
No. 1 April 2016, hlm. 17-18
alienasi (keterasingan) dan differensiasi (pembedaan) antara keilmuan pesantren dengan
dunia modern. Sehingga lulusan pesantren kalah bersaing atau tidak siap berkompetensi
dengan lulusan umum dalam urusan profesionalisme di dunia kerja. Belum lagi dunia
pesantren yang dihadapkan kepada masalah-masalah globalisasi, yang dapat dipastikan
menjadi tanggung jawab yang berat bagi pesantren.
Peran kepemimpinan menjadi faktor yang sangat kuat sebab peranan seorang
pemimpin pada dasarnya merupakan penjabaran dari serangkaian fungsi manajemen.
Rangkaian fungsi manajamen itu di mulai dengan adanya proses perencanaan, kemudian
pengorganisasian, pengarahan serta pengawasan.
Kepemimpinan memiliki arti strategis dalam setiap organisasi atau lembaga, termasuk
lembaga keagamaan yang bergerak dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah pondok
pesantren. Pimpinan akan mengendalikan jalannya aktivitas dan arahan dari sebuah pesantren
tersebut, maka pimpinanlah yang akhirnya menjadi orang yang paling menentukan setiap
gerak suatu organisasi atau lembaga.
Dewasa ini, kepemimpinan merupakan salah satu isu dalam manajemen yang masih
cukup menarik untuk diperbincangkan. Media massa, baik elektronik maupun cetak,
seringkali menampilkan opini dan pembicaraan yang membahas seputar kepemimpinan.
Peran kepemimpinan yang sangat penting bagi pencapaian visi, misi dan tujuan suatu
organisasi atau lembaga.
Manajemen strategis adalah proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan
yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang
dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu
organisasi, untuk mencapai tujuannya yang biasanya tercermin dalam struktur organisasi.7
Manajemen strategis pada prinsipnya adalah kemampuan manajemen organisasi
untuk mengadaptasi masa depan yang umumnya bersifat jangka pendek serta menengah.
Strategi penting karena merupakan proses untuk menentukan arah yang harus dijalani agar
visi dan misi organisasi dapat tercapai. Strategi juga dapat memberikan dasar yang masuk
akal untuk keputusan-keputusan yang akan menuntun ke arah pencapaian tujuan organisasi.
Keputusan strategis akan meningkatkan kemampuan pemimpin dalam menghadapi

7
Eddy Yunus, Manajemen Strategis (Yogyakarta: Andi Offset, 2016), 4.
perubahan.8 Keterkaitan strategi dan struktur merupakan hal penting yang harus ada di dalam
sebuah organisasi. Tanpa keduanya sebuah komunitas tidak akan bisa disebut sebagai
organisasi karena pada dasarnya organisasi merupakan berhimpunnya sekelompok orang
yang memiliki kesamaan harapan dan keinginan untuk mencapai tujuan bersama. Jika tidak
didukung oleh struktur yang baik maka organisasi akan mengalami kebingungan di dalam
pergerakannya. Sementara itu jika organisasi tidak memiliki strategi yang bagus maka
organisasi tersebut akan mengalami inefektifitas di dalam geraknya.
Job Description merupakan penjabaran kerja, jabatan, dan tanggung jawab pekerja.
Menurut Wikipedia, job description adalah sebuah pedoman yang dibikin perusahaan untuk
karyawan agar bisa menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan posisi yang sudah
ditentukan. Dapat disimpulkan bahwa job description merupakan pedoman dalam bentuk
dokumen yang berguna bagi karyawan untuk menjalankan tugas sesuai dengan jabatan
maupun bagi atasan dalam pembagian jabatan dan posisi setiap karyawan.
Menurut Mondy & Martocchio, Job Description merupakan sebuah penjabaran
pekerjaan yang sudah di rincikan sesuai dengan jabatan yang di tentukan. Job Description
harus sesuai dengan posisi karyawan sehingga bisa membantu perusahaan untuk mengamati
perkembangan karyawan selama karyawan bekerja.9 Menurut Moekijat, gambaran jabatan
yang ditulis secara singkat,jelas,dan teliti yang berkaitan tentang tanggung jawab masing-
masing jabatan yang sudah di tentukan disebut juga dengan job description.10 Job description
dibuat dalam bentuk dokumen yang berisi ringkasan informasi penting tentang masing-
masing jabatan agar mempermudah untuk membedakan jabatan yang satu dengan yang lain
dalam perusahaan. Penjabaran disusun secara terstruktur agar lebih mudah dipahami oleh
karyawan.
Berdasarkan prasurvey di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Tahfidzul
Qur’an “Riyadhus Sholihin” Bandar Lampung diketahui bahwa Job Description Riyadhus
Sholihin berjalan baik tetapi ditemui beberapa masalah yakni: ketidak sesuaian Background
Pendidikan dengan studi yang diajarkan, masih ditemukan adanya intervensi dari pihak
Yayasan terhadap Job Description yang telah dibuat, belum maksimalnya pihak pondok
8
Hubertus Oja, “Penerapan Manajemen Strategi Dalam Mewujudkan Kinerja Organisasi Sektor Publik”,
Societas Volume 5 No 01 Tahun 2016, 3.
9
Mondy, R.W., dan Martocchio, J.J., Human Resource Management, ed.14, (Harlow: Pearson Education, 2016), h.
12.
10
Moekijat, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: CV Mandar Maju, 2010), h. 62
dalam menjalankan job description yang telah dibuat, tidak adanya transparansi dana antara
pengurus Yayasan.
Dari latar belakang diatas peneliti ingin menyimpulkan bahwasannya akan meneliti
tentang PENERAPAN JOB DESCRIPTION PENGURUS PONDOK PESANTREN DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP DISIPLIN KEHIDUPAN DI PONDOK PESANTREN
YATIM PIATU DAN DHUAFA TAHFIDZUL QUR'AN "RIYADHUS SHOLIHIN"
BANDAR LAMPUNG.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas agar penelitian lebih terfokus, maka peneliti memfokuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bentuk job description pengurus Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Tahfidzul
Qur’an “Riyadhus Sholihin” Bandar Lampung.
2. Bentuk implikasi job description pengurus pondok pesantren terhadap disiplin kehidupan
di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Tahfidzul Qur’an “Riyadhus Sholihin”
Bandar Lampung.
C. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti menentukan satu rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk job description pengurus Pondok Pesantren Yatim Piatu dan
Dhuafa Tahfidzul Qur’an “Riyadhus Sholihin” Bandar Lampung?
2. Bagaimana implikasi job description pengurus pondok pesantren terhadap disiplin
kehidupan di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Tahfidzul Qur’an “Riyadhus
Sholihin” Bandar Lampung?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bentuk job description pengurus Pondok Pesantren Yatim Piatu dan
Dhuafa Thafidzul Qur’an “Riyadhus Sholihin” Bandar Lampung
2. Untuk mengetahui implikasi job description pengurus pondok pesantren terhadap disiplin
kehidupan di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Thafidzul Qur’an “Riyadhus
Sholihin” Bandar Lampung
E. Manfaat dan Konstribusi Penelitian
Dalam penelitian ini, hasil yang akan dicapai diharapkan akan membawa manfaat
yang banyak, antara lain sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini berguna untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan tentang job
description Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Thafidzul Qur’an “Riyadhus
Sholihin” Bandar Lampung.
2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti
Penambah pemahaman mengenai job description Pondok Pesantren, serta dapat
mengetahui berapa besar pengaruh kemajuan teknologi diera millenial.
b. Bagi akademisi
Memberikan tambahan informasi bagi pembaca dan sebagai salah satu sumber
referensi bagi kepentingan keilmuan dalam hal lembaga tarbiyah.

Anda mungkin juga menyukai