Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual
1. Media pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran salah satu komponen penting yang digunakan
guru dalam proses pembelajaran karena dapat membantu guru untuk
memberikan pemahaman kepada siswa. Kata media berasal dari bahasa latin
medium yang artinya perantara (Sumiharsono & Hasanah, 2017:9).
Sedangkan pendapat lain mengatakan media dapat memberikan pengalaman
secara langsung dan tidak langsung kepada siswa, pengalaman tersebut yang
nantinya berguna untuk siswa dalam memahami pembelajaran (Pakpahan
dkk, 2020:12). Menurut (Fatria, 2017:136) media adalah segala sesuatu yang
mendorong terjadinya proses pembelajaran, yang bisa digunakan untuk
menyampaikan informasi dan dapat merangsang pemikiran. Sedangkan
pengertian pembelajaran secara umum adalah proses interaksi antara siswa
dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk saling
bertukar informasi (Arsad, 2017 :73). Jadi dari berbagai pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa media adalah perantara untuk menyampaikan
informasi yang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar
sehingga menciptakan pembelajaran yang efektif sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Media pembelajaran merupakan suatu perantara antara siswa
dengan guru dan sumber belajar pada sebuah proses pembelajaran. Media
pembelajaran mempunyai arti penting sebagai proses pembelajaran, karena
media pembelajaran dapat membantu guru untuk menyampaikan materi
kepada siswa.
Secara harafiah kata media pembelajaran memiliki arti perantara atau
pengantar. Media pembelajaran merupakan suatu alat bantu pembelajaran
antara guru dan siswa yang diharapkan dapat membantu menghubungkan,
memberi informasi dan menyalurkan pesan sehingga pembelajaran menjadi
efektif dan efisien (Mustaqim, 2010). Adam (2015) media pembelajaran
meliputi beberapa hal baik berupa fisik maupun teknis dalam proses
pembelajaran yang dapat membantu guru menyampaikan materi
pembelajaran dengan mudah kepada siswa, sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Dengan adanya media pembelajaran dalam
proses belajar diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan motivasi
dalam belajar dan kegiatan pembelajaran tidak terkesan membosankan,
karena siswa tidak hanya mendengarkan saja namun siswa dapat
menggunakan media tersebut.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan
informasi atau pesan yang dapat mendorong siswa dalam melakukan
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan adanya media
pembelajaran, akan memudahkan guru dalam proses belajar mengajar dan
siswa akan terbantu dan lebih mudah memahami informasi yang diajarkan,
sehingga kegiatan pembelajaran terkesan tidak membosankan.
b. Fungsi dan Manfaat media pembelajaran
Media pembelajaran mempunyai arti penting dalam proses kegiatan
belajar, dengan adanya media pembelajaran memudahkan guru dan siswa
dalam menyampaikan dan memahami materi pembelajaran. Rasagama
(2020) mengatakan bahwa ada beberapa manfaat dari media pembelajaran,
sebagai berikut :
1. Motivasi belajar siswa akan tumbuh dengan pembelajaran yang lebih
menarik perhatian.
2. Dapat membantu siswa lebih mudah memahami maknanya dan
menguasai bahan pembelajaran serta dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Siswa tidak mudah bosan dan selain itu dapat mempermudah guru
dalam proses mengajar.
4. Metode mengajar yang bervariasi dan tidak semata-mata komunikasi
verbal oleh guru.
5. Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar dan
beraktivitas misalnya seperti mengamati, mempraktikkan,
mendemonstrasikan, memerankan dan sebagainya.
c. Pemilihan Media Pembelajaran
Pemilihan media yang tepat dalam pembelajaran tentunya berpengaruh
dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengajaran serta keberhasilan
dalam pembelajaran. Guru hendaknya mengetahui kriteria dalam pemilihan
media dalam pembelajaran, sehingga media yang dipilih tepat dan dapat
menunjang proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efesien.
Menurut Rohani (2019) hal- hal yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan media pembelajaran yaitu: 1) Kesesuaian dengan tujuan
(instructional goals) Pemilihan media didasarkan pada tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. 2) Kesesuaian dengan
materi pembelajaran (instructional content) Bahan, kajian, atau isi media
yang akan diterapkan dan diajarkan pada program pembelajaran sudah
sesuai dengan materi yang diajarkan. 3) Kesesuaian dengan karakteristik
peserta didik. Media harus sesuai dengan karakteristik peserta didik, perlu
menghindari respon negatif peserta didik, serta kesenjangan pemahaman
peserta didik. 4) Kesesuaian dengan teori, pemilihan media harus didasarkan
pada kesesuaian dengan teori yang diangkat dari penelitian dan riset sehingga
telah teruji validitasnya atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 5)
Kesesuaian dengan gaya belajar siswa, kriteria ini didasarkan atas kondisi
psikologis dan tipe belajar peserta didik. 6) Kesesuaian dengan kondisi
lingkungan, fasilitas, dan waktu yang tersedia. Pendapat lain mengatakan
(Muali, 2018:9-10) sebagai berikut :
1. Sesuai dengan tujuan media pembelajaran. Media harus dipilih
berdasarkan tujuan instruksional dimana akan lebih baik jika mengacu
setidaknya dua dari tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Praktis, luwes, dan bertahan. Media pembelajaran yang simpel dan
mudah dalam penggunaan, harga terjangkau dan dapat bertahan lama
serta dapat digunakan secara terus-menerus dapat menjadi
pertimbangan utama dalam memilih media pembelajaran.
3. Mampu dan terampil dalam menggunakannya. Media yang dipilih, guru
diharuskan mampu menggunakan media tersebut.
4. Keadaan peserta didik. Pemilihan media yang baik diharuskan sesuai
dengan keadaan peserta didik, baik keadaan psikologis, filosofis,
maupun sosiologis.
5. Ketersediaan media pembelajaran. Walaupun suatu media sudah dinilai
tepat namun dalam mencapai tujuan pembelajaran, media tersebut tidak
dapat di gunakan jika tidak tersedia.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan
media pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi dilapangan, seperti
kondisi lingkungan, fasilitas, waktu yang tersedia, dan kualitas siswa.
Dengan adanya pemilihan media pembelajaran yang sesuai, diharapkan akan
memudahkan guru dalam proses belajar mengajar dan siswa akan terbantu
dan lebih mudah memahami informasi yang diajarkan, sehingga kegiatan
pembelajaran bisa berjalan efektik dan efisien sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
d. Jenis- jenis media pembelajaran
Media pembelajaran sangat beraneka ragam jenisnya. Berdasarkan
jenisnya, setiap media pembelajaran memiliki krakteristik sendiri-sendiri.
Karekteristik itu dapat terlihat dalam tampilan media yang disajikan. Media
yang ditampilkan untuk memberi atau membangkitkan rangsangan indera
pendengaran, penglihatan, pengecapan, perabaan, maupun penciuman. Dari
karakteristik tersebut, pendidik dapat memilih suatu media yang akan
digunakan untuk menyesuaikan dengan situasi pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran terdapat beberapa jenis media pembelajaran yang perlu untuk
diketahui. Jenis-jenis media pembelajaran menurut Latri (2017) yaitu media
grafis (gambar, foto bagan, poster, dan lain-lain), media tiga dimensi (mock
up, diorama, model kerja), dan media proyeksi (slide, film, OHP, dan lain-
lain). Sedangkan Jenis media pembelajaran menurut Widyastuti (2017)
ialah:
1) Media Visual
Media visual, merupakan media yang terdapat beberapa unsur
seperti bentuk, garis, warna, tekstur di dalam penyajiannya. Media
visual dapat menyampaikan keterkaitan isi materi dengan kenyataan.
Media ini dapat ditampilkan dalam dua bentuk, yakni visual yang
menampilkan gambar diam dan visual yang menampilkan gambar
atau simbol dengan cara bergerak. Ada beberapa media visual yang
digunakan dalam pembelajaran, antara lain berupa buku, jurnal, peta,
gambar, dan lain sebagainya.
2) Audio Visual
Media audio visual ialah media yang menampilkan gambar
dan suara secara bersamaan pada saat menyampaikan pesan atau
informasi. Media audio visual dapat memperlihatkan objek dan
peristiwa seperti keadaan yang nyata. Perangkat yang digunakan
dalam media audio visual ini yaitu seperti proyektor film, tape
recorder, dan proyektor (Permatasari,Nana & Subhan, 2019).
3) Multimedia
Yaitu perpaduan berbagai bentuk elemen informasi yang
digunakan sebagai sarana menyampaikan tujuan tertentu. Elemen
informasi yang disebut adalah grafik, teks, gambar, foto, animasi,
audio, dan video. Multimedia ialah gabungan dari berbagai bentuk
media baik untuk tujuan pembelajaran maupun tujuan yang lain.
Dalam proses pembelajaran multimedia berfungsi sebagai
penyampai pesan berupa pengatahuan, keterampilan, dan sikap
kepada peserta didik. Belajar dengan menggunakan multimedia
dapat memotivasikan pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
belajar peserta didik (Rimawati, 2016:4)
Dalam beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
media dalam penerapanya memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Jadi dalam penerapanya guru dapat menyusaikan
dengan isi materi, kebutuhan siswa.
2. Media Pop Up Book
a. Pengertian Pop-Up Book
Pop up book merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat
digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi kepada siswa.
Pop up berasal dari bahasa Inggris yang berarti muncul keluar, sedangkan
book berarti buku. Pop-up Book merupakan buku maupun kartu ketika
dibuka menunjukan bentuk tiga dimensi atau timbul. Menurut pendapat
Najahah (2016) Pop up book adalah sebuah buku kreasi handmade atau
dibuat menggunakan tangan yang mempunyai tampilan tiga dimensi. Pop up
book merupakan salah satu media kreatif dari bidang paper egnering yang
digemari untuk penggunaan media pembelajaran agar dapat memotivasi
siswa dalam belajar. Menurut Sholikhah (2017:1) menyatakan pop up book
merupakan buku yang menampilkan halaman-halaman buku yang di
dalamnya terdapat lipatan-lipatan gambar yang dipotong membentuk lapisan
tiga dimensi yang dapat digerakan sehingga menarik dan tidak
membosankan. Tampilan gambar yang menarik memudahkan materi yang
disampaikan menjadi lebih menarik. Hal tersebut seiring dengan pendapat
(G. F. Putri, Yasbiati, & Pranata, 2018) Pop-up book merupakan suatu media
berbentuk buku yang didalamnya terdapat gambargambar yang tampak
timbul. Sedangkan menurut (Marlina, Apriliya, & Hamdu, 2018) Buku pop-
up apabila dibuka akan keluar gambar yang berunsur tiga dimensi sehingga
dapat menarik perhatian peserta didik.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pop up
book dapat menghubungkan konsep-konsep yang terdapat pada gambar-
gambar pada buku sehingga mampu membangkitkan imajinasi anak dan
memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya media pop
up book, diharapkan proses pembelajaran akan lebih berwarna dan
membantu siswa lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran.
Sehingga dengan adanya media pembelajaran pop up book kegiatan
pembelajaran terkesan lebih menarik dan tidak membosankan.
b. Jenis-jenis teknik Pop Up Book
Pada umumnya pop up book sama halnya dengan buku lain, hanya
saja memiliki keterampilan yang berbeda salam proses pembuatannya.
Perencanaan pada pop up book diawali dengan pembuatan konsep pada
setiap halaman dibuku pop up book, setelah itu baru menentukan teknik-
teknik-teknik yang akan digunakan dalam membuat bentuk-bentuk pop up.
Menurut Siregar & Rahmah (2016) mengemukakan mengenai jeni-jenis
teknik pop up book yaitu: 1) Transformation adalah bentuk tampilan yang
terdiri dari potongan-potongan pop up. 2) Volvelles adalah bentuk tampilan
yang menggunakan unsur lingkaran pada pembuatannya. 3) Peepshow adalah
tampilan yang tersusun dalam serangkaian tumpukan kertas yang disusun
bertumpuk menjadi satu sehingga menciptakan ilusi kedalam dan perspektif.
4) Pull-tabs adalah sebuah tab kertas geser atau bentuk yang dapat ditarik
dan didorong untuk memperlihatkan gerakan gambaran baru. 5) Corousel
adalah teknik yang didukung dengan tali, pita atau kancing yang apabila
dibuka dapat dilipat kembali berbentuk benda yang komplek. 6) Box and
cylinder, yaitu Gerakan sebuah kubus atau tabung yang bergerak naik dari
tengah halaman Ketika halaman dibuka. Sedangkan menurut Cahyoratri
(2018), macam-macam jenis dalam pembuatan Pop up book diantaranya
sebagai berikut :
1. Transformations
Menunjukkan perubahan bentuk serta gerakan objek secara
vertikal. Perubahan ditunjukkan dengan menarik atau membuka
halaman kertas ke samping sehingga slide bawah dan bagian atas
bergerak dan konstruksi objek menjadi berubah.

Gambar. 1 Teknik Transformation


2. Tunnel Books
Buku ini disebut buku terowongan. Buku ini terdiri dari satu set
halaman terikat dengan dua potong kertas yang terlipat di setiap sisi dan
objek dilihat melalui lubang penutupnya. Objek dalam buku ini dilihat
dengan cara menarik penutup kertas sehingga terbentuk terowongan
buku yang menciptakan sebuah adegan atau tayangan dimensi di
dalamnya.

Gambar 2. Teknik Tunnel Book


3. Volvelles
Volvelles adalah kertas berbentuk cakram dengan bagian-bagian
yang dapat diputar.

Gambar 3. Teknik Volvells


4. Pull-tabs
Pull Tab merupakan teknik pop-up yang menggunakan sebuah tab
kertas geser, pita atau bentuk yang ditarik dan didorong untuk Tunnel
books mengungkapkan gerakan gambar baru. Tab dapat menjadikan
objek gambar menjadi bergerak ketika kita menarik atau menggeser tab.

Gambar 4. Teknik pull tab


Berdasarkan penjelasan diatas maka teknik yang akan digunakan
peneliti dalam membuat Pop up book materi pengubinan bangun datar adalah
teknik transformation, , dan Pull tab.
c. Manfaat Pop Up Book
Media pop up book memliki beberapa teknik dan jenis, hal itu
diharapkan dan menjadikan penggunaan media pop up book menjadi lebih
menarik, dan mampu membantu siswa dalam memahami materi
pembelajaran yang diberikan guru. Menurut Tisna Umi (2015) Media pop up
book memiliki beberapa manfaat dari penggunaan media pop up book
diantaranya yaitu: (1) Mengajarkan anak untuk lebih menghargai buku dan
memperlakukannya dengan lebih baik. (2) Mendekatkan hubungan anak
dengan orang tua. (3) Mengembangkan kreativitas anak. (4) Merangsang
imajinasi anak. (5) Menambah pengetahuan hingga memberikan
penggambaran bentuk suatu benda (pengenalan benda). Hal ini diperkuat
dengan pendapat Dewanti, Toenlioe, & Soepriyant (2018) menyebutkan
manfaat pop up book, yaitu : (1) meningkatkan rasa cinta anak terhadap buku
serta diharapkan dapat meningkatkan kegiatan membaca anak. (2) mampu
melatih keterampilan berfikir kritis dan mampu menumbuhkan kreatifitas
anak. (3) media pop up book dapat memunculkan sebuah makna lewat
sebuah gambar yang menarik sehingga meningkatkan keinginan dan
motivasi anak untuk membaca.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan manfaat dalam
penggunaan media pop up book tentu memberikan pengaruh dalam kegiatan
pembelajaran dan memudahkan anak dalam memahami kegiatan
pembelajaran, siswa mampu berfikir lebih mudah, dapat menghargai buku.
Karena dengan menggunakan pop up book diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan mampu memotivasi anak dalam membaca buku.
d. Kelebihan dan kekurangam Pop Up Book
Media pop up book dalam pemanfaatanya digunakan untuk mengolah
materi yang diberikan dalam bentuk media tiga buku tiga dimensi, sehingga
dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan
secara efektif dan efesien. Namun setiap media pasti mempunyai kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Menurut Sylvia & Hariani (2015)
mengemukakan bahwa (1) Memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik
mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimesi hingga
gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau bagiannya
digeser. (2) Memberikan kejutan-kejutan dalam setiap halamannya yang
dapat mengundang ketakjupan ketika halaman dibuka. (3) Memperkuat
kesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita disetiap halaman isi Pop
Up Book. (4) Tampilan visual yang memiliki kesan 3 dimensi membuat
cerita semakin terlihat nyata di tambah lagi dengan kejutan yang diberikan
dalam setiap halamannya.. Hal ini diperkuat dengan pendapat (Kusuma,
2017) pop up book dapat memudahkan siswa dalam menerima materi,
menarik perhatian menggunakan gambar, warna yang ditampilkan, serta
dapat menunjukkan fakta-fakta. yang abstrak sehingga memperkuat kesan
saat materi disampaikan.
Pada penggunaan pop up book juga mempunya kekurangan.
Kekurangan media pembelajaran pop up book, menurut Djijar (2015) antara
lain : (1) Pembuatan media pembelajaran pop up book membutuhkan
ketelitian yang tinggi dan membutuhkan waktu yang lama. (2) Daya tahan
media yang relatif lemah. Adapun pendapat lain mengatakan Hariani (2015)
media pop up book juga memiliki kekurangan, yaitu : (1) Waktu
pengerjaanya cenderung lebih lama karena menuntut ketelitian yang lebih
ekstra, (2) Harga yang dijual relative mahal.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan kelebihan dalam
penggunaan pop up book tentu memberikan kemudahan dalam penyampaian
materi pelajaran, dan mempermudah memahami informasi bagi siswa dalam
proses pembelajaran. Karena dengan menggunakan pop up book diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Sedangkan kekurangan pop up
sendiri tentu hal yang wajar dikarenakan tingkat kesulitan yang sangat tinggi
dan menjadikan media pop up book sebagai media yang menampilkan efek
tiga dimensi.
3. Pola Pengubinan
Materi pokok media pada penelitian ini yaitu materi pengubinan.
Karena materi pengubinan adalah proses menutup suatu permukaan dengan
suatu bangun datar hingga tidak saling tindih dan tidak terdapat celah. Selain
itu, materi dan KD (Kompetensi Dasar) tentang pengubinan merupakan hal
yang di sebutkan secara eksplisit jelas dikurikulum 2013. Salah satu media
yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar
mengajar yaitu dengan pengembangan media alat peraga. Alat peraga
merupakan suatu alat yang dapat ditangkap oleh mata dan telinga dengan
tujuan membantu guru agar proses belajar dalam mengajar siswa lebih
efektif dan efisien. Menurut Wahyuni (2017) Pengubinan adalah penyusunan
daerah-daerah segi banyak yang sisi-sisinya berimpit sehingga menutup
bidang secara komplet (sempurna).
4. Hasil Belajar
a. Pengetian Hasil Belajar
Hasil belajar digunakan untuk mengetahui seberapa jauh sesorang
menguasai bahan yang telah diajarkan. Secara sederhana, pengertian dari
hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah
melalui kegiatan belajar. Menurut Sudjana (2016:22) menyatakan hasil
belajar yaitu kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah
menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan Purwanto (2017:81)
menjelaskan bahwa hasil belajar yaitu ukuran kuantitatif yang mewakili
kemampuan yang dimiliki peserta didik. Hasil belajar di bidang pendidikan
yaitu hasil dari pengukuran peserta didik yang terdiri dari faktor kognitif,
afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur
dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi hasil
belajar ialah pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dapat dinyatakan
pada bentuk simbol, huruf, maupun kalimat yang menceritakan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Hasil belajar dapat
diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes hasil belajar.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas maka dapat simpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi didalam diri peserta didik
yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotor setelah melakukan
kegiatan belajar mengajar.
b. Indikator Hasil Belajar
Hasil belajar pada dasarnya yaitu hasil akhir yang diharapkan dapat
dicapai peserta didik setelah melalui proses belajar mengajar. Menurut
Menurut Febrini (2017:2014) hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah
laku yang diharapkan merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang
meliputi 3 aspek yaitu: 1) Tahu, mengetahui (knowing), 2) Terampil
melaksanakan atau mengerjakan yang dia ketahui (doing), 3) Melaksanakan
yang dia ketahui secara rutin dan konsekuen (being). Sedangkan menurut
Ricardo & Meilani (2017) adalah:
1. Ranah kognitif yang memfokuskan terhadap bagaimana peserta didik
mendapatkan pengetahuan akademik melalui metode pelajaran maupun
penyampaian informasi.
2. Ranah efektif berkaitan dengan sikap, nilai, keyakinan yang berperan
penting dalam perubahan tingkah laku.
3. Ranah psikomotorik yaitu keterampilan dan pengembangan diri yang
digunakan pada kinerja keterampilan maupun praktek didalam
pengembangan penguasaan keterampilan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
indikator hasil belajar memiliki tiga ranah yaitu kognitif, efektif dan
psikomotorik.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan meraih prestasi belajar
yang baik. Menurut Slameto (2015:54-74) mengemukakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar terdapat banyak jenisnya tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern ialah faktor yang terdapat didalam diri individu. sedangkan
faktor ektern ialah faktor yang ada diluar individu. Menurut Susanto
(2016:12-13) hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari faktor internal
maupun faktor eksternal.
1. Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri peserta
didik yang mempengaruhi pada kemampuan belajar peserta didik. Faktor
ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, ketekunan, sikap, motivasi
belajar, kondisi fisik kesehatan, serta kebiasaan belajar.
2. Faktor eksternal adalah faktoSr yang berasal dari luar diri peserta didik
yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Keadaan keluarga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
peserta didik. Keluarga yang memiliki ekonomi rendah, orang tua yang
tidak perhatian pada anaknya, serta kebiasan sehari-hari yang kurang
baik dari orang tua sangat berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua yaitu dari dalam diri
peserta didik (internal) diantaranya seperti kepribadian seseorang, kesehatan
jasmani/rohani, dan dari luar peserta didik (eksternal) yang meliputi keluarga,
sekolah dan masyarakat.
5. Pembelajaran Matematika
Matematika adalah salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran
yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan
salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memilki peran sangat penting didalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu maupun
dalam pengembangan matematika (Siagian, 2016:60). Sedangan menurut Irawan
& Daeka (2015:7) menjelaskan belajar matematika lebih mengarah ke penalaran
dan logika tidak hanya belajar berhitung mengitung maupun belajar angka. Hal
ini diperkuat dengan pendapat Yurniwati (2019:8) matematika tidak hanya
mengembangkan ketrampilan komputasi (operasi hitung) tetapi juga soft skill,
sepert halnya menemukan konsep, mengolah informasi, mengkomunikasikan ide
dalam bentuk simbil, bagan, gambar, atau kalimat serta lisan dan tulisan.
Matematika juga merupakan suatu ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh
dengan nalar dengan menggunakan istilah definisi dengan cermat, jelas dan
akurat.
Pada umunya guru mengajarkan matematika dengan menerangkan konsep
dan operasi matematika, memberi contoh mengerjakan soal, serta meminta
peserta didik untuk mengerjakan soal-soal yang sudah dijelaskan oleh gurunya.
Guru menekankan pembelajaran matematika bukan pada pemahaman peserta
didik terhadap konsep dan operasinya, melainkan pada pelatihan simbol-simbol
matematika dengan penekanan pada pemberian informasi dan latihan. Menurut
Ali Hamzah (2016:259) pembelajaran matematika adalah suatu proses
membangun pemahaman peserta didik tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill
sesuai dengan guru menyampaikan materi peserta didik dengan potensi masing-
masing mengkontruksikan pengertiannya tentang suatu fakta, konsep, prinsip,
dan skill serta problem solving. Mata pelajaran matematika berarti mata
pelajaran dengan materi yang penuh dengan masalah, sehingga perlu
membutuhkan keahlian dan ketenangan dalam penyelesaiannya (Marliani dan
Hakim, (2015:138)).
Bedasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika merupakan suatu usaha yang dilakukan guru agar
peserta didik mampu membangun pemahaman anak sehingga dapat
meningkatkan kemampuan dan penguasaan pada mata pelajaran matematika.

B. Konsep Pengembangan Model


Pengembangan berarti sebagai proses menerjemahkan atau menjabarkan
spesifikasi rancangan kedalam bentuk fisik atau dengan hasil lain. Menurut Sugiyono
(2015:5-28) pengembangan adalah memperbarui produk yang telah ada (sehingga
menjadi lebih praktis, efektif, dan efisien) atau menciptakan sebuah produk baru
yang sebelumnya belum ada. Mengembangkan juga dapat diartikan memperdalam,
memperluas, dan menyempurnakan pengetahuan, teori, tindakan atau produk yang
sudah ada sehingga menjadi lebih baik. Penelitian dan pengembangan juga untuk
berbagai unsur dalam pendidikan seperti kurikulum, proses belajar, materi
pembelajaran, dan pengukuran atau penilaian (Putra, 2015:47). Ada beberapa model
penelitian dan pengembangan dari berbagai ahli (Sugiyono, 2015:35-39) sebagai
berikut.
1. Borg dan Gall mengemukakan sepuluh langkah dalam R&D yang bertujuan
untuk meningkatkan keterampilan guru pada kelas spesifik. Kesepuluh langkah
tersebut yakni : (a) research and information collecting, (b) planning, (c)
develop preliminary from a product, (d) preliminary field testing, (e) main
product revision, (h) operational field testing, (i) final product revision, (j)
dissemation and implementation.
2. Thiagarajan menyatakan bahwa langkah-langkah penelitian dan pengembangan
disingkat dengan 4D, yang merupakan perpanjangan dari Define, Design,
Development, dan Dissemination. Define (pendefinisian) berisi kegiatan untuk
menetapkan produk yang akan dikembangkan, beserta spesifikasinya. Design
(perancangan) berisi tentang kegiatan untuk membuat rancangan terhadap
produk yang telah ditetapkan. Development (pengembangan) berisi kegiatan
membuat rancangan menjadi produk dan menguji validitas produk.
Dissemination (diseminasi) berisi kegiatan menyebarluaskan produk yang telah
teruji untuk dimanfaatkan orang lain.
3. Robert Maribe Branch mengembangkan desain pembelajaran dengan
pendekatan ADDIE yang merupakan perpanjangan dari Analysis, Development,
Implimation, dan Evaluation. Analysis berkaitan dengan kegiatan analisis
terhadap situasi sehingga dapat ditemukan produk yang perlu dikembangkan.
Development adalah kegiatan pembuatan dan pengujian produk. Implentation
adalah kegiatan menggunakan produk. Evaluation adalah kegiatan menilai
apakah setiap langkah kegiatan dan produk sudah sesuai dengan spesifikasi atau
belum.
4. Richey dan Klein memfokuskan penelitian pengembangan bersifat analisis dari
awal sampai akhir, antara lain : Perancangan, Produksi, dan Evaluasi (PPE).
Perancangan berarti kegiatan membuat rancangan produk yang akan dibuat.
Produksi adalah kegiatan membuat produk berdasarkan rancangan yang telah
dibuat. Sedangakan evaluasi adalah kegiatan menguji, menilai seberapa tinggi
produk telah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai model penelitian dan
pengembangan, Model yang digunakan dalam pengembangan buku pop up book
sebagai media pembelajaran SDN Saripan Jepara adalah penelitian dan
pengembangan untuk meningkatkan hasil belajar siswa atau biasa disebut Research
and Development (R&D). Peneliti memilih model penelitian milik Borg dan Gall. Hal
ini dilakukan karena model penelitian dari Borg dan Gall sangat teliti pada setiap
langkahnya dan bisa disesuaikan dengan kondisi peneliti sekaligus kondisi
dilapangan.

C. Penelitian Relevan
Sebagai bahan pertimbangan pengkajian mengenai penelitian sebelumnya dapat
dilihat melalui penelitian sebagai berikut. Pertama dalam penelitian yang dilakukan
oleh Afifah (2017) dengan judul “Pengembangan Media Pop Up Book untuk
Pembelajaran Lingkungan Tempat Tinggalku Kelas IV SDN 1 Pakunden Kabupaten
Ponorogo”. Hasil penelitian menunjukkan validitasi mediakepada validator, diproleh
persentase 95.71% dari validasi ahli media, 94.93% dari ahli materi, 95.17% dari ahli
pengguna (guru), dan 95% dari uji coba pengguna (peserta didik). Hail validasi
keseluruhan adalah 92.20% dengan kriteria “sangat valid”. Persamaan dari penelitian
relevan dengan penelitian yang akan diteliti yaitu untuk mengembangkan media pop
up book untuk pembelajaran. Sedangkan perbedaan penelitian relevan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan terletak pada periode pengamatan, dipenelitian
relevan dilakukan pada tahun ajaran 2017/2018. Sedangkan penelitian yang akan
dilakukan peneliti yaitu pada tahun ajaran 2022/2023.
Kedua dalam penelitian Anzik Fajarwati, Septa Eka Nurianto, Faizza Nur
Amelia (2021) dengan judul "Pengembangan Media Pembelajaran Pop-Up Book
Merangsang Minat Baca Siswa Kelas Vi Sd Di Masa Pandemi". Hasil penelitian
menunjukkan kegiatan ini mampu mendukung minat baca anak dan membuat anak
meningkatkan belajar anak. Respon dari bapak/ibu guru yang bersangkutan dan anak
didik yang dihadirkan sangat antusias dan memberikan banyak pendapat positif
terkait media Pop-Up yang diberikan untuk anak kelas VI di SDN 01 Bektiharjo.
Persamaan dari penelitian relevan dengan penelitian yang akan diteliti yaitu sama-
sama membahas tentang pengembangan media Pop Up Book berisikan gambar 3D
dan tulisan menarik sebagai alternative belajar yang lebih menarik. Sedangkan
perbedaan penelitian relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan terlatak pada
subjek dan lokasi penelitiannya. Peneliti melakukan penelitian di SDN Saripan
Jepara, sedangkan penelitian relevan dilakukan di SDN 01 Bektiharjo.

Ketiga dalam penelitian Widia Kristianingrum, Elvira Hoesein Radia (2022)


dengan judul "Pengembangan Media Pembelajaran Pop-Up Book Panca Indra
(Popandra) Terhadap Pemahaman Siswa Pada Materi Panca Indra Kelas 1 Di Sd
Negeri 2 Selodoko". Hasil penelitian menunjukkan (1) media pembelajaran pop-up
book yang dikembangkan dengan menggunakan metode ADDIE melalui 5 tahapan
yaitu analisis, perencanaan, pengembangan, implementasi dan evaluasi. (2)
berdasarkan hasil validator media pembelajaran pop up book, dinyatakan valid
dengan penilaian dari ahli media sebesar 73%, ahli materi sebesar 87,5% dan ahli
bahasa sebesar 63%. (3) berdasarkan hasil pre-test dan post-test siswa juga
menunjukkan peningkatan dari rata-rata 71 menjadi 91, hal ini menunjukkan bahwa
media pembelajaran pop-up book efektif digunakan pada materi panca indera kelas 1
di SD Negeri 2 Selodoko. Persamaan dari penelitian relevan dengan penelitian yang
akan diteliti yaitu sama-sama membahas tentang pengembangan media pembelajaran
pop-up book. Sedangkan perbedaan penelitian relevan dengan penelitian yang akan
dilaksanakan terletak pada subjek dan lokasi penelitiannya. Peneliti melakukan
penelitian di SDN Seripan Jepara, sedangkan penelitian relevan dilakukan di SD
Negeri 2 Selodoko.

Keempat dalam penelitian Erwin Putera Permana, Yeny Endah Purnama Sari
(2018) dengan judul "Development of pop up book media material distinguishing
characteristics of healthy and unfit environments class III students elementary
school". Hasil penelitian menunjukkan rekapitulasi nilai peserta didik pada media
diperoleh rata-rata persentase jawaban Ya adalah 97% jadi dapat dikatakan bahwa
siswa sangat menyukai media ini. Kelayakan media Pop Up Book karakteristik
lingkungan sehat dan tidak sehat berdasarkan penilaian ahli materi secara
keseluruhan aspek mendapatkan persentase 87,5%, penilaian ahli media 91,2%,
penilaian guru kelas III SD Mojoroto 2 90,1%, dan guru kelas 3 SDN Burengan 2
adalah 95,5%. Hal ini menunjukkan bahwa media keseluruhan aspek berdasarkan
persentase penilaian kelayakan berada pada kategori sangat layak digunakan sebagai
media pembelajaran IPA siswa kelas III SD sekolah. Persamaan dari penelitian
relevan dengan penelitian yang akan diteliti yaitu sama-sama membahas tentang
pengembangan media Pop Up Book. Sedangkan perbedaan penelitian relevan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan terletak pada subjek. Peneliti akan melakukan
penelitian di kelas 1 SD. Sedangkan penelitian relevan dilakukan di kelas 3 SD.

Kelima dalam penelitian Farid Ahmadia, Fakhruddin, Trimurtinic, dan


Khafidhotul Khasanah (2018) dengan judul "THE DEVELOPMENT OF POP-UP
BOOK MEDIA TO IMPROVE 4th GRADE STUDENTS’ LEARNING OUTCOMES
OF CIVIC EDUCATION". Hasil penelitian ini yaitu pada Hasil hasil validasi
menunjukkan bahwa media pop-up book layak digunakan dengan persentase skor
ahli materi 93,1% dan persentase skor ahli media 92,74%. Setelah penggunaan media
buku pop-up, terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan nilai N-Gain 0,41. Selain
itu, nilai tscore adalah-22,833 dengan nilai Sig.(2-tailed) 0,00<0,05 yang
menunjukkan bahwa Ha diterima karena ada perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar PKn sebelum menggunakan media pop-up book dan setelah digunakan.
Persamaan dari penelitian relevan dengan penelitian yang akan diteliti yaitu sama-
sama membahas tentang pengembangan media Pop Up Book untuk meningkatkan
hasil belajar peserta didik. Sedangkan perbedaan penelitian relevan dengan penelitian
yang akan dilaksanakan terletak pada subjek dan lokasi penelitiannya. Peneliti
melakukan penelitian di SDN Seripan Jepara, sedangkan penelitian relevan dilakukan
di SD Tambakaji 01 Semarang.

D. Kerangka Berfikir
Media pembelajaran mempunyai peranan penting dalam dalam kegiatan
belajar mengajar, pemanfaatan media pembelajaran seharusnya mendapat perhatian
guru disetiap kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu guru perlu mempelajari
bagaimana menetapkan media yang sesuai untuk pembelajaran agar dapat
mengefektifkan pencapaian tujuan dari pembelajaran. Media pembelajaran yang
dapat mengefektifkan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) salah satunya yaitu dengan menggunakan
media pembelajaran berupa buku tiga dimensi yang dikemas menggunakan variasi
tiga dimensi yang dapat dilihat dari arah mana saja yang biasa disebut pop up book.
Dengan menggunakan media pembelajaran berupa pop up book maka dalam
pembelajaran siswa dapat diarahkan untuk memahami materi yang akan disampaikan
sesuai dengan kemampuan dan pengalaman masing-masing siswa. Penggunaan
media pembelajaran berupa buku pintar yang dapat meningkatkan siswa dalam mata
pelajaran matematika materi pengubinan bangun datar. Kegiatan penelitian yang
akan dilakukan ini akan mengembangkan media matematika materi pola pengubinan
melalui buku pintar pop up book pada mata pelajaran matematika siswa kelas I SD
Negeri Saripan Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah.
Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk tertentu untuk bidang
administrasi, pendidikan dan sosial lainnya masih rendah. Padahal banyak produk
tertentu dalam bidang pendidikan dan sosial yang perlu dihasilkan melalui research
dan developmet (Sugiyono, 2017:408). Seperti halnya dalam bidang pendidikan yang
terkait dengan media pembelajaran.
Dalam penjelasan diatas, maka skema kerangka berfikirnya dapat
digambarkan sebagai berikut.

Latar Belakang
Kurangnya bahan ajar
Hasil pembelajaran matematika yang dibawah
standar

Meningkatkan hasil
belajar matematika
Materi ajar, Pengembangan Pop Up
Buku pelajaran utama, sumber Book Bangun Pola
ajar lainya. Pengubinan
Penerapan Pop Up Book

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir

E. Rancangan Model
Media pembelajaran pop up book yang secara khusus dikembangkan untuk
membantu guru menyampaikan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dengan adanya media Pop Up diharapkan bisa membantu untuk memberikan solusi
yang berkaitan dengan bangun datar segiempat. Materi segiempat (persegi panjang,
persegi, jajargenjang, belahketupat, layang-layang, dan trapesium) sangat penting
untuk dikuasai siswa kelas I karena menjadi materi pembelajaran di kelas I
mempelajari bangun ruang sisi datar (Mustakim, 2016). Materi bangun datar
segiempat merupakan materi prasyarat untuk mempelajari materi bangun ruang sisi
datar dan kesebangunan (Rahayu, 2016). Media pop up ini berisi banyak lapisan
berupa teknik teknik pop up book, (Volvelles, Pull-tabs, Tunnel Books,
Transformation)

Gambar 5. Teknik Transformation


Gambar 6. Teknik Transformation

Gambar 7. Volvelles &Tunnel Books


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai