Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran.Media ada yang tinggal dimanfaatkan oleh
Guru (by utilization) dalam kegiatan pembelajarannya, artinya media
tersebut dibuat oleh pihak tertentu (produsen media) dan guru tinggal
menggunakan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, begitu juga
media yang sifatnya alamiah yang tersedia di lingkungan sekolah juga
termasuk yang dapat langsung digunakan.Selain itu, kita juga dapat
merancang dan membuat media sendiri (by desain) sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan siswa.Media merupakan alat yang harus ada
apabila kita ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Media
merupakan alat bantu yang dapat memudahkan pekerjaan. Setiap orang
pasti ingin pekerjaan yang dilakukan dapat diselesaikan dengan baik dan
dengan hasil yang memuaskan. Media merupakan wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan.
Media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa
latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah
berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan
penerima pesan (a receiver). Heinich mencontohkan media ini seperti
film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed materials). komputer dan
instruktur. Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media
pembelajaran jika membawa pesan-pesan (message) dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.Dalam hal ini terlihat adanya hubungan
antara media dengan pesan dan metode (methods).
Media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan.Dengan demikian media merupakan wahan penyalur informasi
belajar atau penyalur pesan. Media merupakan wahana penyalur informasi

1
belajar atau penyalur pesan. National Education Association (NEA) atau
Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan Amerika mendefinisikan:
media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan/ informasi.
Media salah satu alat komunikasi dalam penyampaian pesan tentunya
sangat bermanfaat jika diimplementasikan ke dalam proses pembelajaran,
media yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut disebut sebagai
media pembelajaran. Jadi televisi, film, foto, rekaman audio, gambar yang
diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media
komunikasi apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pembelajaran
maka media itu disebut media pembelajaran. Media pembelajaran ini salah
satu komponen proses belajar mengajar yang memiliki peranan sangat
penting dalam menunjang keberhasilan proses. Penggunaan media
pembelajaran juga dapat memberikan rangsangan bagi siswa untuk
terjadinya proses belajar dikuatkan oleh pendapat Miarso bahwa: “ Media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan
pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si
belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang
disengaja, bertujuan, dan terkendali”.
Media pembelajaran merupakan suatu teknologi pembawa pesan yang
dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran, media pembelajaran
merupakan sarana fisik untuk menyampaikan materi pembelajaran.Media
pembelajaran merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang dengar termasuk teknologi perangkat keras.
2. Teori Pengembangan Media Pembelajaran
Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber
untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber
belajar kemudian bertambah dengan adanya buku. Penulisan buku
dilandasi oleh suatu konsep dasar bahwa tidak ada sesuatu dalam akal
pikiran manusia, tanpa terlebih dahulu melalui penginderaan. Dari istilah

2
para pendidik mulai menyadari perlunya sarana belajar yang dapat
memberikan rangsangan dan pengalaman belajar secara menyeluruh bagi
peserta didik melalui semua indera, terutama indera pandang dan dengar.
Selanjutnya, pada pertengahan abad ke-20 usaha pengembangan sarana
atau media pembelajaran sudah semakin maju yaitu ditandai dengan
adanya pemanfaatan alat visual yang mulai dilengkapi dengan peralatan
audio, maka terciptalah peralatan audio-visual pembelajaran. Salah satu
gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori
penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience
(Kerucut pengalaman Dale) (Arsyad, 2013). Berikut adalah gambaran
kerucut pengalaman Dale:

Gambar 2.1 Piramida Teori Dale


Hasil belajar seseorang menurut Dale diperoleh mulai dari pengalaman
langsung (kongkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan
seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal
(abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media
penyampaian pesan itu. Semakin nyata (kongkret pesan itu maka semakin
mudah bagi peserta didik mencerna materi yang diberikan. Berkaitan
dengan simbol verbal dan visual sendiri, maka guru sebisa mungkin
menggambarkan dan menvisualisasikan sehingga benak peserta didik
mampu mencernanya degan baik. Bruner dalam Arsyad (2013)

3
mengatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga
tahap, yaitu :
1) Enactive, yaitu seseorang melakukan aktivitas dalam upaya untuk
memahami sekitarnya (pengalaman langsung).
2) Iconic, yaitu seseorang memahami objek melalui gambar dan
visualisasi verbal.
3) Simbolik, yaitu seseorang mampu memiliki ide-ide atau gagasan
abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuan dalam bahasa dan logika.
Bruner dalam Arsyad (2013) mengemukakan bahwa dalam proses
pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan
gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian
belajar dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic
representation).
3. Fungsi Media Pembelajaran
Keefektifan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh faktor
metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling
berkaitan, dimana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhjadap
jenis media yang digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian
diantara keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Walaupun ada
hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media, seperti
konteks pembelajaran, karakteristik belajar, dan tugas atau respon yang
diharapkan dari murid. Dengan demikian, penataan pembelajaran yang
dilakukan oleh seorang pengajar dipengaruhi oleh peran media yang
digunakan.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan
keinginan dan minat baru, meningkatrkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis terhadap
siswa. Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran
akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan penyampaian
informasi pesan dan isi pembelajaran pada saau itu. Kehadiran media
dalam pembelajaran juga dapat membantu peningkatan pemahaman siswa,

4
penyajian data/informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan
penafsiran data dan memadatkan informasi. Jadi dalam hal ini dikatakan
bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar
mengajar.
4. Manfaat Media Pembelajaran.
Dalam bukunya Asyar Arsyad mengemukakan bahwa manfaat media
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses hasil belajar
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan motivasi
belajar, sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi ang
lebih langsung antara siswa dan lingkunganya, dan kemungkinan siswa
untk belajar sendiri-sendiri sesuai denga kemampuan dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbaasan indera, ruang, dan
waktu.
d. Media pembelajaan dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat,
dan lingkunganya misalnya melalui karyawisata, kunjungan kemusium
atau kebun binatang.
5. Prinsip pemanfaatan media pembelajaran.
Media Pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningatan atau
mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu
harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaanya yang antara lain:
a. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian
yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai
alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila
dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan.
b. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang
digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam
proses belajar mengajar.

5
c. Guru hundaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu
medinga pengajaran yang digunakan.
d. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu
media pengajaran.
e. Penggunan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis bukan
sembarang menggunakanya.
f. Jika sekiranya suatu pokok bahasa memerlukan lebih dari macam
media, maka guru dapat memanfaatkan multi media yang digunakan
dan meperlancar proses beajar mengajar dan juga dapat merangsang
siswa dalam belajar.
6. Klasifikasi Media Pembelajaran
Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan,
mislanya teori/konsep baru dan teknologi, media pendidikan
(pembelajaran) mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis
dan format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri. Dari
sinilah, kemudian timbuk usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau
pengelompokan media, yang mengartah kepada pembuatan taksonomi
media pembelajaran.
Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh
beberapa ahli. Rudy Bretyz, sebagaimana dikutip kembali oleh Sadiman,
mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya, yaitu suara,
visual, dan gerak. Di samping itu juga, Bretz membedakan juga antara
media siar (telecommunication) dan media rekam (recording). Dengan
demikian, media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjadi
delapan kategori yaitu: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual
diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual
diam, 6) media semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka nedia pembelajaran
pun mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri.
Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad mengklasifikasikan
media atas empat kelompok :

6
1) Media hasil teknologi cetak
2) Media hasil teknologi audio-visual
3) Media hasil teknologi berbasis komputer
4) Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
Dari pengelompokan media di atas, tampaknya hingga saat ini, belum
tertdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi (sistem taksonomi) media
yang baku. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media yang umum dan
mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional
(pembelajaran). Meskipun demikian, apa dan bagaimana cara yang
ditempuh dalam mengklasifikasikan media, semuanya memberikan
informasi tentang spesifikasi media yang perlu diketahui. Pengelompokan
media yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan
penggunaan, fungsi, dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan dalam
memilih media yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.
7. Karakteristik Media Pembelajaran
Setiap media mempunyai karakterisitik sendiri, yang dilihat dari
berbagai segi. Schramm, sebagaimana dikutip kembali oleh Sadiman,
melihat karakterisitik media dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang
dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai.7 Karakteristik
media juga dapat dilihat menurut kemampuannya membangkitkan
rangsangan seluruh alat indera. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai
karakteristik mmedia pembelajaran sangat penting artinya untuk
pengelompokan dan pemilihan media.
Gerlach dan ely, sebagaiman dikutip kembali oleh Arsyad,
mengemukakan tiga karakteristik media berdasarkan petunjuk penggunaan
media pembelajaran untuk mengantisipasi kondisi pembelajaran dimana
guru tidak mampu atau kurang efektif dapat melakukannya. Ketiga
karakteristik atau ciri media tersebut adalahciri fiksatif, ciri manipulatif,
dan ciri distributif.
Secara garis besar, media pembelajaran dapat diklasifikasikan atas
media grafis, media audio, media proyeksi diam, dan media permaianan-

7
simulasi. Masing-masing kelompok media tersebut memiliki karakteristik
yang berbeda satu dengan yang lainnya.karakteristik media tersebut akan
dibahas dalam uraian selanjutnya.
Media grafis, pada prinsipnya semua jenis media dalam kelompok ini
merupakan penyampaian pesan lewat simbul-simbul visual dan melibatkan
rangsangan indera penglihatan. Media audio, hakekat media pada
kelompok ini adalah berupa pesan yang disampaikan atau dituangkan ke
dalam simbul-simbul auditif yang melibatkan rangsangan indera
pendengaran. Media proyeksi diam. Beberapa jenis media yang termasuk
kelompok ini memerlukan alat bantu dalam penyajiannya. Ada kalanya
media ini hanya disajikan dengan penampilan visual saja atau disertai
rekaman audio. Media permainan dan simulasi. Ada beberapa istilah lain
untuk kelompok media pembelajaran ini, misalnya simulasi dan permainan
peran atau permainan simulasi. Meskipun berbeda-beda, semuanya dapat
dikelompokkan ke dalam satu istilah yang sama, yaitu permainan.
8. Pengertian Hasil Belajar
Proses belajar terjadi karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang dimaksud adalah berupa hasil belajar. Hasil belajar harus
menunjukkan suatu perubahan tingkah laku yang bersifat menetap,
fungsional, positif dan disadari. Perwujudan hasil belajar akan selalu
berkaitan dengan kegiatan evaluasi. Untuk itu diperlukan teknik dan
prosedur evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan
hasil belajar.
Menurut Sri Anita (2008) hasil belajar yang berkaitan dengan
kemampuan berfikir kritis dan ilmiah siswa Sekolah Dasar, dapat dikaji
berdasarkan :
a. Kemampuan membaca, mengamati dan atau menyimak apa yang
dijelaskan atau diinformasikan.
b. Kemampuan mengidentifikasi atau membuat ssejumlah (sub-sub)
pertanyaan berdasarkan substansi yang dibaca, diamati dan atau
didengar.

8
c. Kemampuan mengorganisasikan hasil-hasil identifikasi dan mengkaji
dari sudut persamaan dan perbedaan.
d. Kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh.
Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara
keseluruhan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi aspek
tingkah laku kognitif, konotatif, afektif atau motorik. Belajar yang hanya
menghasilkan perubahan satu atau dua aspek tingkah laku saja disebut
belajar sebagian dan bukan belajar lengkap.
9. Jenis Hasil Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “prestasi adalah hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun
secara kelompok (Djamarah, 1994). Pendapat ini berarti prestasi tidak
akan pernah dihasilkan apabila seseorang tidak melakukan kegiatan. Hasil
belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh
siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu prestasi belajar
bukan ukuran, tetapi dapat diukur setelah melakukan kegiatan belajar.
Keberhasilan seseorang dalam mengikuti program pembelajaran dapat
dilihat dari prestasi belajar seseorang tersebut. Menurut Gagne, “prestasi
belajar dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kategori yaitu :
a. Keterampilan intelektual (intellectual skills).
Belajar keterampilan intelektual berarti belajar bagaimana
melakukan sesuatu secara intelektual. Ada enam jenis keterampilan
intelektual antara lain:
1) Diskriminasi-diskriminasi, yaitu kemampuan membuat respons
yang berbeda terhadap stimulus yang berbeda pula;
2) Konsep-konsep konkret, yaitu kemampuan mengidentifikasi ciri-
ciri atau atribut-atribut suatu objek;
3) Konsep-konsep terdefinisi, yaitu kemampuan memberikan makna
terhadap sekelompok objek-objek, kejadian-kejadian, atau
hubungan-hubungan;

9
4) Aturan-aturan, yaitu kemampuan merespons hubungan-hubungan
antara objek-objek dan kejadian-kejadian;
5) Aturan tingkat tinggi, yaitu kemampuan merespons hubungan-
hubungan antara objek-objek dan kejadian-kejadian secara lebih
kompleks;
6) Memecahkan masalah, yaitu kemampuan memecahkan masalah
yang biasanya melibatkan aturan-aturan tingkat tinggi.
b. Strategi-strategi kognitif (cognitive strategies).
Strategi-strategi ini merupakan kemampuan yang mengarahkan
prilaku belajar, mengingat, dan berfikir seseorang. Ada lima jenis
strategi-strategi kognitif diantaranya :
1) Strategi-strategi menghafal, yaitu strategi belajar yang dilakukan
dengan cara menghafal ide-ide dari sebuah teks;
2) Strategi-strategi elaborasi, yaitu strategi belajar dengan cara
mengaitkan materi yang dipelajari dengan materi lain yang relevan;
3) Strategi-strategi pengaturan, yaitu strategi belajar yang dilakukan
dengan cara mengelompokkan konsep-konsep agar menjadi
kategori-kategori yang bermakna;
4) Strategi-strategi pemantauan pemahaman, yaitu strategis belajar
yang dilakukan dengan cara memantau proses-proses belajar yang
sedang dilakukan;
5) Strategi –strategi afektif, yaitu strategi belajar yang dilakukan
dengan cara memusatkan dan mempertahankan perhatian.
c. Informasi verbal (verbal information).
Belajar informasi verbal adalah belajar untuk mengetahui apa yang
dipelajari baik yang berbentuk nama-nama objek, fakta-fakta, maupun
pengetahuan yang telah disusun dengan baik.
d. Keterampilan motor (motor skills).
Kemahiran ini merupakan kemampuan siswa untuk melakukan
sesuatu dengan menggunakan mekanisme otot yang dimiliki.

10
e. Sikap (attitudes).
Sikap merupakan kemampuan mereaksi secara positif atau negatif
terhadap orang, sesuatu, dan situasi.
10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Sudjana hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang
dimiliki peserta didik setelah mengalami proses belajar. Penguasaan
peserta didik antara lain berupa penguasaan kognitif yang dapat diketahui
melalui hasil belajar. Usaha untuk mencapai aspek tersebut dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. (Sudjana, 1989).
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain :
a. Faktor Eksternal
Yaitu suatu kondisi yang ada disekitar peserta didik contoh suhu,
udara, cuaca, juga termasuk keadaan sosial yang ada disekitar peserta
didik.
b. Faktor Instrumental
Yaitu faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai
dengan hasil yang diharapkan. Contoh : Kurikulum, Metode, sarana,
media, dan sebagainya.
c. Faktor Internal
Yaitu Faktor Internal yang mempengaruhi peserta didik
diantaranya adalah Kondisi psikologi dan fisiologi peserta didik.
11. Teori Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley
membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan,
(b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing
jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum.
Adapun Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a)
informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d)
sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional

11
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler, tujuan institusional
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,
yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Model berpikir
ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai
dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, mengembangkan
dan menafsirkan hipotesa (Budiningsih, 2008).
Hasil belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor. Factor tersebut
dapat digolongkan menjadi tiga macam (Soemanto, 1990) yaitu:
a. Faktor-faktor stimulasi belajar
Yaitu segala sesuatu di luar individu yang merangsang individu
untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar, yang dikelompokkan
dalam faktor stimuli belajar antara lain; banyaknya bahan pelajaran,
tingkat kesulitan bahan pelajaran, kebermaknaan bahan pelajaran,
berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.
b. Faktor-faktor metode belajar
Metode belajar yang dipakai guru sangat mempengaruhi metode
belajar yang dipakai oleh pembelajar. Adapun faktor-faktor metode
belajar menyangkut kegiatan berlatih atau praktek, over learning dan
drill, resitasi belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, belajar
dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas
indera, bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi intensif.
c. Faktor-faktor Individual
Faktor-faktor individu meliputi kematangan, faktor usia
kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya,
kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani,
dan motivasi. Kemudian hasil belajar yang dicapai peserta didik
melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan
hasil yang berciri sebagai berikut.
1) Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan motivasi
belajar intrinsik pada diri peserta didik

12
2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya
3) Hasil belajar yang diperoleh peserta didik mantap dan tahan lama
4) Hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik secara menyeluruh,
yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan
peserta didik untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan
dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun
menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

B. Kerangka Berfikir
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Test tertulis sebelum


Penggunaan Media (Pre Test)

Penggunaan Media
Pembelajaran

Test Tertulis Setelah


Penggunaan Media (Post Test)

Perbandingan Hasil Pre Test dan


Post Test untuk mengetahui
pengaruh penggunaan media

13
Penggunaan media pembelajaran berpengaruh pada proses pembelajaran
sejarah. Apabila guru dalam proses pembelajaran sejarah menggunakan media
pembelajaran diharapkan media tersebut dapat merangsang pikiran, perasaan,
minat, perhatian serta hasil belajar peserta didik. Media pembelajaran juga
bisa dikatakan sebagai alat bantuatau benda yang digunakan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada
peserta didik dengan maksud agar proses interaksi komunikasi antara guru dan
peserta didik dapat berlangsung secara tepat.

C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah, apabila
peneliti telah mendalami permasalahan suatu penelitiannyadengan seksama
serta menetapkan anggapa dasar , lalu membuat sebuah teori sementara, yang
kebenarannya masih perlu diuji (di bawah kebenaran). Peneliti mengumpulkan
data-data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesisnya (Rahmaniar,
Haris, & Martawijaya, 2015)
Hipotesis dari penelitian ini ia terdepat perbedaan hasil belajar antara
siswa kelas X IIS 1 (kelas Kontrol) dan siswa kelas X IIS 2 (kelas
eksperimen). Kelas X IIS 2 memiliki nilai lebih unggul setelah dilakukan
eksperimen dalam penggunaan media pembelajaran berbasis Aplikasi Android
Offline. Walaupun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan.

14

Anda mungkin juga menyukai