Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Belajar
Kata media herasal dan bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dan kata
medium
yang secara harfíah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau
“media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsaflg inunid untuk belajar
belajar”.
disebut pula
jarak, ruang dan waktu tertentu kini frngan bantuan media batas – batas itu
dapat menarik kesimpulan bahwa media merupakan sarana atau alat baik berupa
fisik dan non fisik yang dapat membantu guru dalam mentransformasikan materi
b. Pengertian belajar
smi dapat diihat bahwa belajar merupakan sarana pengembangan pribadi dan
suatu usaha pengembangan diri. Belajar sebagai sarana atau usaha pengembangan
diri, memberikan suatu proses yang harus dilalui untuk rnerubah diri tidak tahu
menjadi tahu, ini berarti ada tingkatan-tingkatan yang kemiudian harus dilalui dan
proses menjadi pribadi yang seutuhnya. Belajar sangat erat kaitannya dengan
usaha manusia dalarn pencapalan tujuan seperti yang dikemukakan oleh Gani
(Sardiman, 1986:56)
demikian media pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran.
bahwa penggunaan media harus tepat jenisnya dan tepat dalam penggunaanya.
saja, seperti radio, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli
media visual ini ada yang menampilkan gambar atau lukisan, cetakan, ada
c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
a. Media yang sederhana, yaitu media ini bahan dasarnya mudah diperoleh
sulit.
b. Media yang kompleks, yaitu media yang bahan dan alat pembuatannya
BeBerapa jenis media atau alat yang dapat digunakan dulam meningkatkan
kualitas pendidikan tersebut di atas, dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan
Media sebagat alat bantu dalam proses pembelajaran adalah suatu kenyataan yang
tidak dapat dipungkìri. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk membantu
tugas
guru dalam menyampaikan pesan-pesan dan bahan pembelajaran yang diberikan guru
kepada
peserta didik. Guru hendaknya menyadari bahwa tanpa bantuan media, maka bahan
pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oieh setiap peserta didik, terutama materi
Peserta didik cepat merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat dahindari, disebabkan
penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahanhi. Apa salahnya rnenghadirkan media
sebagat alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum
pelaksanaan pengajaran. Sebagai alat bantu, media mempunyai funsgi rnelicinkan jalan
menuju tercapaunyaa tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa
proses pembeljaran dengan bantuan media meningkatkan proses dalam tenggang waktu
yang cukup
lama itu berarti kegiatan belajar peserta didik dengan bantuan media akan menghasilkan
proses dan basil belajar yang lebih baik dari pada tanpa bantuan media.
Untuk dapat mernilih media pendidikan yang tepat dan sesuai dengan materi
pembelajaran yang akan kita sajikan sebaiknya konsep pemilihan media pendidikan
berdasarkan awal perilaku peserta didik dalam menyerap materi pembelajaran yang akan
dipelajari. Proses pembelajaran adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk
di konsumsi oleh setiap peserta didik,nilai itu tidak datang dengan sendirinya tetapi
terambil dari berbagai sumber. Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar ikut
membantu guru mernperkaya wawasan peserta didik. Aneka ragam bentuk dan jeius
media pembelajaran yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi
peserta didik.
Media sebagat sumber belajar diakui sebagal alat bantu auditif, visual dan
audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan tetapi harus
disesuaikan dengan rumusan tujuan instruksional dan tentu saja dengan kompetensi guru
itu sendiri.
Penggunaan alat bantu audio visual dalam proses pembelajaran sangat didukung
oleh
Dwyer (1967:102), salah seorang tokoh aliran realisme. Aliran Realisme berasumsi
hahwa
belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika digunakan bahan-hahan audio visual
yang
mendekati realitas.
Menurut Miller (1957:57), Lebih banyak sifat bahan audiovisual yang rnenyerupai
realisasi, makin mudah terjadi belajar. Karenanya ada kecenderungan dari pihak guru
yang
dicapai
B. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran merupakan kegiatan sosial. Dalam dunia pendidikan saat ini kita
dihadapkan pada masalah yang lebih kompleks dimana sumber daya manusia yang
berkualitas dan niampu menghadapi tantangan zaman yang akan dapat bertahan. Pada
kenyataannya semua bidang keilmuan maupun sekior kehidupan kita selalu dihadapkan
Media sebagai alat bantu dan pelayan ilmu tidak hanya untuk matematika sendiri
tetapi juga untuk ilmu-ilmu lainnya. baik untuk kepentingan teoritis maupun kepentingan
praktis sebagai aplikasi dan Matematika. Akan tetapi kenyataan lain menunjukkan bahwa
rendahnya mutu pendidikan terutarna pendidikan Matematika di SD, SLTP, dan SLTA
adalah masih banyak peserta didik cenderung kurang rnenggemari muatan pembelajaran
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian peserta
didik untuk belajar. Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran erat kaitannya dengan
sifat-sifat peserta didik, baik yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan
minatnya. Media pernbelajaran yang digunakan berupa peralatan yang efektif yaitu media
pembelajaran.
Untuk memahami bagaimana fasilitas dapat dilihat pada bagan kerangka pikir sebagai
benikut:
Guru
Alat Peraga
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dilaksanakan dalani dua sikius. Jenis Petielitian tindakan Kelas I ini dipilih dengan
indikator keberhasilan proses dan hasil belajar” (Umar, 2005:3). Selain itu penelitian
tindakan kelas 1 ini dianggap mudah karena hanya melalui empat tahapan yaitu
deskriptif kualitalif. Data kualitatif adalah data yang diperoleh dan peserta didik
berupa data hasil observasi aktifitas, hasil wawancara serta kegiatan guru atau
Adapun alur penelitian ini mengacu pada modifíkasi diagram oleh Kemmis dan
B. Fokus Penelitian
Karena input dan penelitian ini adalah peserta didik maka peneliti akan meneliti
pembelajaran.
bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, (b) mampu membuat soal sendiri
dan menjawab sendiri dengan benar, (c) menguasai keterampilan yang diperlukan,
(d) berani mencoba berbuat, (e) perhatian terhadap tugas besar, (f) senang helajar.
memantau kegiatan belajar peserta didik, (b) memberikan umpan batik, (c)
materi pembelajaran, (g) mencapai tujuan pembelajaran, (h) tidak membuat anak
takut salah, ditertawakan dan dianggap sepele, (i) menumbuhkan motivasi belajar.
C. Setting Penelitian
Jumlah peserta didik kelas satu SD Negeri 111 Inpres Bungin adalah 34
orang siswa yang terdiri atas 21 orang peserta didik laki – laki dan dan 13 orang
peserta didik perempuan. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah peserta didik
2017/2018 dengan jumlah peserta didik 34 orang yang terdiri atas peserta didik
laki – laki 21 orang dan peserta didik perempuan 13 orang. Berikut ini disajikan
tabel keadaan peserta didik kelas satu SD Negeri 111 Inpres Bungin.
yang terdiri atas 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, berikut ini disajikan tabel
Inpres Bungin.
D. Prosedur Penelitian
Tahapan Siklus 1
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
sebagai berikut:
a. Pada awal tatap muka peneliti menyampaikan materi yang sesuai dengan
hitung bilangan bulat dengan menggunakan alat peraga kelereng dan lidi.
didik diminta untuk menanyakan hal – hal yang belum dipahami atau
belum jelas.
3. Observasi
4. Refleksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data yang
Pada tahap aksi masalah yang ditentukan adalah belum seluruhnya peserta
didik aktif mengerjakan soal dan menanyakan hal – hal yang belum dipahami
pada siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II disesuaikan dengan perubahan
yang ingin dicapai. Hasil yang dicapai pada siklus ini dikumpulkan serta dianalisis
Data penelitian ini berupa hasil pekerjaan peserta didik terhadap soal yang
diberikan yang meliputi: (1) tes awak sebelum dan sesudah tindakan, (2) hasil
wawancara dengan subjek penelitian dan guru mata pembelajaran matematika, (3)
menggali lebih jauh pemahaman peserta didik yang tidak dapat diketahui melalui
Sumber data penelitian ini adalah seluruh peserta didik Kelas satu SD
Negeri 111 Inpres Bungin berdasarkan hasil tes awal yang telah diberikan, serta
dengan tes, wawancara pengamatan, dan catatan lapangan. Empat teknik tersebut
didik terhadap konsep Matematika Tes dilaksanakan pada akhir setiap tindakan,
dan pada akhir setelah diberikan serangkaian tindakan Kisi – kisi tes, LK dan Tes
hasil pembelajaran
2. Wawancara
mungkin sulit peroleh dari hasil pekerjaan peserta didik maupun melalui
pengamatan
3. Pengamatan
4. Dokumentasi
berupa foto, atau dokumen lain yang juga diperlukan untuk mencabut
penelitian kualitatif.
dan teman sejawat. Selain itu pengecekan keabsahan data dapat dilakukan
G. Indikator Keberhasilan
peningkatan dari siklus 1 ke siklus II. Hal ini ditandai dengan daya serap
individu minimal 60% dan ketuntasan kasikal 70% serta observasi peserta
didik dan pengellaan pembelajaran berada dalam kategori baik dan sangat
baik.
baik, 40% - 55% dikategorikan kurang baik, dan kurang dari 40%
Pada bagian bab ini akan dibahas hasil penelitian setelah pelaksanaan.
Kelas 1 pada SD Negeri III Inpres Bungin. Setelah menggunakan media pembelajaran
dari siklus I ke siklus II. Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa hasil
1. Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
Pada awal tatap muka peneliti menyampaikan materi yang sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah dibuat yaitu materi operasi bilangan bulat, guru
pedoman observasi, memberikan tugas rumah yaitu membuat soal sendiri dan
5) Rata –rata presentase peserta didik yang masih perlu bimbingan dalam
100%
Berasarkan hasil evaluasi yaitu berupa test belajar peserta didik diperoleh
tabel statistik deskriptif sebagai berikut di mana untk uraian lengkapnya dapat
dilihat pada lampiran skor tertinggi yang dicapai peserta didik adalah 85
d. Tahap Refleksi
diakhiri dengan evaluasi hasil belajara peserta didik maka selanjutnya dilakukan
tahap refleksi, berdasarkan hasil observasi dan evaluasi diperoleh informasi bahwa
masih terdapat peserta didik yang melakukan kegiatan lain pada saat kegiatan
dalam menerima materi pengaajaran. Selain itu masih terdapat peserta didik yang
tidak mengumpulkan tugas/PR dan peserta didik yang masih perlu bimbingan
e. Rekomendasi
111 Inpres Bungin dimana sebesar 73,3 % atau 23 dari 34 peserta didik termasuk
dalam kategori tuntas dari 26,7% atau 11 dari 34 peserta didik termasuk dalam
kategori tidak tuntas, berarti terdapat 11 peserta didik yang perlu remedial karena
tercapainya ketuntasan klasikal sebesar 85%. Serta masih terdapat peserta didik
karena sebelunya peserta didik telah terbiasa pasif dalam menerima materi
pembelajaran. Selain itu mashih terdapat peserta didik yang tidak mengumpulkan
tugas/PR dan peserta didik yang masih perlu bimbingan dalam mengerjakan soal
aspek di atas.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
b. Tahap Pelaksanaan
3) Rata – rata presentase peserta didik yang melaksanakan kegiatan lain pada
5) Rara – rata presentase peserta didik yang masih perlu bimbingan dalam
100%
Berdasarkan hasil evaluasi yaitu berupa tes hasil belajar peserta didik
media visual menagalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Hal ini berarti hasil
belajar peserta didik pada siklus II dan penerapan strategi pembelajaran diskusi
Tabel 4.1 Presentase Skor Hail Belajar Matematika di kelas I Pada SD Negeri 111
41-60 Sedang 12 40
Jumlah 34 100
B. Pemabahasan
Pada analisis kualitatid diperoleh data dari pengamatan guru pada saat
pembelajaran berlangsung dan tugas yang diberikan. Dalam hal ini yang menjadi
didik.
1. Siklus I
hal ini ditandai dengan kuantitas peserta didik yang bertanya meningkat.
b. Keberanian peserta didik untuk mengerjakan soal di depan kelas. Hal ini
Pada pertemuan siklus awal siklus I, semangat dan keaktifan peserta didik
Dari tugas kelompok yang diberikan umumnya peserta didik masih lemah
dalam konsep dasar yang seharusnya telah mereka kuasai. Utamanya konsep
mengikuti materi yang diajarkan. Pada siklus motivasi peserta didik untuk
memberikan jawaban yang bendar untuk setiap tugas yang diberikan masih
sangat kurang. Dari segi sikap terhadap, proses pembelajaran matematika pada
awal – awal pertemuan siklus I tidak jauh beda dengan proses pembelajaran
sebelum penelitian dilakukan. Namun pada pertemuan – pertemuan berikutnya
peserta didik sudah mulai tertarik. Ini terlihat dari berkurangnya peserta didik
yang tidak hadir pada setiap belajar matematika. Hal ini juga disebebakan karena
Secara umum dapat dikaitkan bahwa siklus ini peserta didik sudah mulai
menampakkan sikap positif terhadap mata pelajaran matematika. Hal ini diiringi
dengan adanya beberapa peserta didik yang antusias menanggapi tugas – tugas
2. Siklus II
pembelajaran matematika.
b. Kesunguhan peserta didik dalam mengerjakan tiap tugas yang diberikan juga
Proses pembelajaran pada siklus II ini tidak jauh berbeda dengan siklus
nilai baik saja. Demikian halnya dengan jawaban dari pertanyaan balik guru,
peserta didik terhadap pelajaran Matematika tidak dianggap positif. Hal ini
oleh jawaban peserta didik menyelesaikan tugas – tugas dengan model tugas
mandiri dan individual. Tugas ini di ramu sedemikian rupa sehingga peserta didik
Pada pelaksanaan siklus ini walaupun dari segi pemahaman materi hamper
tidak ada perbedaan. Akan tetapi dari segi sikap peserta didik terhadap mata
pembelajaran mengalami kemajuan. Hal ini terlihat dari jumlah peserta didik
didik menganggap bahwa matematika ini adalah mata pelajaran yang sulit
dimengerti. Pada sebgaian kecil peserta didik mengaku bangga dan merupakan
siklus II, di mana pada hamper semua contoh – contoh soal selalu dikaitkan
mengerti penjelasan guru di kelas. Namun jika sudah belajar di rumah atau
mengerjakan tugas, maka penjelasan guru sudah terlupa lagi, apalagi kalau
A. Kesimpulan
B. Saran – saran
menyarankan agar,
yang dialami, baik oleh peserta didik maupun guru dalam proses