A. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong
upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam
peroses belajar. Para guru dituntut agar mampu memahami, menggunakan alatalat yang tersedia dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pembelajaran. Menurut Arsyad (2011), media adalah komponen sumber
belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media digunakan sebagai alat
komunikasi dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan materi dari pengajar
kepada peserta didiknya. Hamalik dalam Arsyad, (2011) mengemukakan bahwa
pemakaian
media
pembelajaran
dalam
proses
belajar
mengajar
dapat
model, grafis atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk
memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta mempertinggi daya
serap dan daya ingat siswa dalam belajar. Sekitar pertengahan abad 20 usaha
pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi dengan peralatan audio, maka lahirlah
peralatan
audio
visual
pembelajaran.
Usaha-usaha
untuk
membentuk
pembelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus dilakukan. Dalam usaha itu,
Edgar Dale membuat klasifikasi 11 tingkatan pengalaman belajar dari yang paling
konkrit sampai yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan
nama Kerucut Penglaman (Cone of Experience) dari Edgar Dale. Ketika itu,
para pendidik sangat terpikat dengan kerucut pengalaman itu, sehingga pendapat
Dale tersebut banyak dianut dalam pemilihan jenis media yang paling sesuai
untuk memberikan pengalaman belajar tertentu pada siswa.
Abstrak
Simbol
verbal
Simbol
visual
Rekaman
Radio
Film
Televisi
Pameran
Darmawisata
Tuntunan observasi
Demonstrasi
Konkrit
dalam dunia pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat
bantu guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar.
Sayangnya, waktu itu faktor siswa, yang merupakan komponen utama dalam
pembelajaran, belum mendapat perhatian khusus.
Pada tahun 1960-an, para ahli mulai memperhatikan siswa sebagai
komponen utama dalam pembelajaran. Pada saat itu teori Behaviorisme BF.
Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran.
Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah
laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Produk media pembelajaran yang
terkenal sebagai hasil teori ini adalah diciptakannya teaching machine (mesin
pengajaran) dan Programmed Instruction (pembelajaran terprogram). Pada tahun
1965-1970,
pendekatan
sistem
(system
approach)
mulai
menampakkan
materi ajar dari pengajar kepada pesertadidik sehingga peserta didik menjadi lebih
tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Satu hal yang perlu diingat
bahwa peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak sejalan
dengan isi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Secanggih apa pun
media tersebut, tidak dikatakan menunjang pembelajaran pembelajaran apabila
keberadaanya menyimpang dari isi dan tujuan pembelajaran. Media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2010)
Menurut Gerlach dan Ely (1971), media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Sehingga guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Latuheru
(1988) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik
yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses
interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara
tepat guna dan berdaya guna. Sedangkan Gagne dan Briggs dalam Musfiqon,
(2012), media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset,
vidio camera, vidio recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik, televisi
dan komputer.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat ditarik garis besar
dari pengertian media pembelajaran adalah segala bahan, alat, metode ataupun
teknik yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber (guru) ke
penerima informasi (siswa) selama proses pembelajaran sehingga dicapai proses
pembelajaran yang lebih bermutu.
1.
Landasan Filosofis
Dalam pembelajaran masih terjadi interaksi antara dan siswa interasi
ini sebetulnya merupakan proses untuk mencari makna secara bersama, yaitu
pengasaan materi pembelajaran. Dalam pembelajaran juga ada tujuan, materi
pembelajaran, strategi, dan evaluasi sebagai kuran keberhasilan pembelajaran.
Proses pembelajaran tidak lepas dari usaha kebenaran yang terjadi dari
kegiatan yang berlogika, beretika, dan berestetika. Dalam pembelajaran guru
dan siswa bersaha mencari mana yang benar dan mana yang salah. Proses
pencarian kebenaran inilah yang merupakan ranah filsafat, yaitu berlogika.
Secara harfiah, filosofis (Filsafat) berarti cinta atau kebijakan
(Sukmadinata, 2002). orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang
mengerti dan berbuat secara bijak. Untuk dapat mengerti kebijakan dan
berbuat secara bijak, ia harus tahu dan berpengetahuan. Pengetahuan tersebut
diperoleh melalui proses berfikir, yaitu berfikir secara sistematis, logis, dan
mendalam. Pemikiran demikian dalam filsafat sering disebut sebagai
pemikiran radikal, atau berfikir sampai keakar-akarnya. Berfilsafat diartikan
pula berfikir secara radikal. Berfikir sampai keakar.
Secara akademik, filsafat berarti upaya menggambarkan dan
menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan konfrehensif tentang alam
semesta dan kedudukan manusia didalamnya. Berfilsafat berarti menangkap
synopsis peristiwa-peristiwa yang simpang siur dalam pengalaman manusia.
Filsafat mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, berusaha
menlihat segala yang ada ini sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan
mencoba mengetahui kedudukan manusia didalamnya. Untuk itu, sering
dikatakan bahwa filsafat merupakan ibu dari segala ilmu.
Pendapat para filusuf umumnya memandang filsafat umum sebagai
dasar filsafat pendidikan, tapi John Dewey seumpamanya mempunyai
pandangan hampir sama dengan Butler. Bagi dewey filsafat pendidikan
adalah sama, sebagaimana juga pendidikan menurut dewey sama dengan
kehidupan. Seperti halnya dalam filsafat umum, dalam filsafat pendidikan
pun dikenal banyak pandangan atau aliran. Setiap pandangan mempunyai
merupakan
reorganisasi,
rekonstruksi,
dan
pengubahan
2.
Landasan Psikologis.
Kondisi psikologis anak didik dalam suatu kelas biasanya berbeda
perkembangan psikologinya. Oleh karena itu, perlakuan dalam interaksi antar
siswa dan guru tidak bisa disama ratakan antara siswa satu dengan siswa yang
lainnya. Pemberian materi dan penggunaan media pembelajaran pn perlu
disesuaiakan dengan kondisi psikologis anak yang beragam tersebut. Kondisi
psikologis merupakan karakteristrik psiko-fisik seseorang sebagai individu,
yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksi dengan
lingkungannya. Prilaku-prilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri
kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, prilaku
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ada dua bidang psikologi yang mendasari media pembelajaran, yaitu:
Psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya sangat diperlukan,
baik didalam merumuskan tujuan, memilih, dan menerapkan media serta
teknik-teknik evaluasi.
a. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa
konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai
dengan dewasa.
1. Metode dalam psikologi perkembangan
Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh melalui studi
yang bersifat longitudinal, cross sectional, psikoanalitik, sosiologik,
atau studi kasus. Studi longitudinal menghimpun informasi tentang
perkembangan
individu
melalui
pengamatan
dan
pengkajian
Studi
ini
lebih
banyak
diarahkan
mempunyai
berikutnya.
Metode
sosiologik
digunakan
oleh
Robert
pendekatan
ipsatif.
Menurut
pendekatan
pentahapan,
sebagainya.
Pengelompokkan
individu
adakalanya
juga
10
antara
psikologisnya
anak
yang
belum
sempurna
perkembangan
Landasan Sosiologis
Penggunaan media pembelajaran tidak bisa dilepaskan dengan kondisi
sosiologis peserta didik. Sebab, kondisi sosiologis juga mempengaruhi
respons peserta didik terhadap jenis media yang digunakan guru dalam
pembelajaran.
Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia
yang berbudaya. Dalam konteks itulah peserta didik dihadapkan dengan
budaya. Serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia yang berbudaya.
Kebudayaan adalah hasil cipta, karsa, dan rasa manusia yang diwujudkan
dalam tiga gejala, yaitu:
1. Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan lain-lain.
2. Kegiatan, yakni tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
3. Benda hasil karya manusia.
Keseluruhan dari tindakan manusia yang berpola teramat banyak jumlahnya,
yang dapat dikategorikan dalam dua unsur, yakni; Unsur yang bersifat
universal, artinya kebudayaan yang berlaku umum bagi setiap manusia dimuka
bumi, dan Unsur yang bersifat khusus, artinya dalam kebudayaan yang sifatnya
niversal tersebut ada unsur-unsur yang khusus.
11
3.
dengan
pengalamannya
membuat
simpul.
Ketiga,
pemanfaatan
serta
dikombinasikan
sehingga
menjadi
sistem
12
13
perencanaan
program
pembelajaran
lebih
sistematis,
siswa,
karakteristik
bahan
pembelajaran,
analisis
menjadi
media
membuat
proses
pembelajaran
menjadi
lebih
14
detail.
Dengan
sketsa
dapat
menarik
perhatian
siswa,
15
Media Audio
1. Radio
Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk
mendengarkan berita yang bagus dan aktual dapat mengetahui beberapa
kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah
kehidupan dan sebagainya. Radio dapat digunakan sebagai media
pembelajaran yang cukup efektif.
2. Kaset-audio
Yang dibahas disini khusus kaset audio yang sering digunakan di sekolah.
Keuntungannya adalah merupakan media yang ekonomis karena biaya
pengadaan dan perawatan murah.
c.
Media Audio-Visual
1. Media video
Merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film. Yang banyak
dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk
VCD.
2. Media computer
Media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain
mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat
16
Jika
semua
tujuan
pembelajaran
telah
tercapai
maka
kedalam
adalah
pemilihan
media
pembelajaran
yang
17
18
19
Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang
memiliki siswa dengan apa yang diharapkan. Setelah menganalisis kebutuhan
siswa, maka kita juga perlu mengalisis karakteristik siswanya, baik
menyangkut kemampuan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki
siswa sebelumnya.
2. Merumuskan tujuan pembelajaran (Intructional Objective) dengan operational
dan khas.
Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang
dapat kita akronimkan dalam ABCD (audience, Behavior, Condition, dan
Degree). Penjelasan dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut:
A
20
dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi
pembelajaran yang disajikan. Bentuk instrumen pengukurannya bisa dengan
tes, pengamatan, penugasan atau cheklist perilaku.
5. Menulis naskah media
Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media
rancangan yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok matri yang telah
disusun secara baik seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi
pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu
dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media.
6. Mengadakan tes atau uji coba dan revisi
Tes adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan
kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program
tersebut. Suatu program media yang oleh pembuatnya dianggap telah baik,
tetapi bila program itu tidak menarik, atau sukar dipahami atau tidak
merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya, maka program semacam
ini tentu saja tidak dikatakan baik. Tes atau uji coba tersebut dapat dilakukan
baik melalui perseorangan atau melalui kelompok kecil atau juga melalui tes
lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan
menggunakan media yang dikembangkan.
I. KESIMPULAN
Dalam suatu proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti
yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang
akan disampaikan dapat di bantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.
Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai dari yang paling
sederhana dan murah sampai media yang paling canggih dan mahal harganya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Asyhar, Rayandra.2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jambi:
Gaung Persada Press.
Munadi, Yudhi.2008 Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Musfiqon.2012. Media Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Susilana, Rudi dan Cepi Riyana.2007. Media Pembelajara. Bandung: CV.
Wacana Prima.
Sadiman, Arief S., dkk.2010.Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Erlik.2011(http://erliknisak.blogspot.com, 19 September 2014)
Dr.2011(http://saderi-cilayang.blogspot.com, 15 September 2014)
Irvan.2011(http://irvanpmc.blogspot.com, 20 september 2014)
Daryanto, 2010, Media Pembelajaran, Bandung: Satu Nusa.
Prof. Dr. Azhar Arsyad, MA., 2002, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers.
Arsyad, Azhar.2010.Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers
Musfiqon.2012.Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran.Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher.
Galrach, V.G dan Ely, D.P, 1871. Teaching and Media A systematic Approach.
Englewood Cliffs. Prentice-Hall. Inc