P endidikan Anak Usia Dini memiliki peran yang sangat penting pada masa
kanak-kanak, karena masa kanak-kanak merupakan masa yang tepat untuk
memulai diberikannya berbagai stimulus agar anak dapat berkembang secara
optimal. Tujuan utama dari pendapat di atas adalah untuk membentuk anak yang
berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki
pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
Saragih (2008: 27) menyatakan: “Salah satu faktor yang dapat
mengoptimalkan proses belajar mengajar dalam mencapai hasil belajar yang
berkualitas adalah peranan guru”. Mengingat pentingnya peran seorang guru pada
proses pendidikan itu, maka kemampuan-kemampuan yang seharusnya dimilki
sebagai pondasi profesinya adalah tonggak awal bagi keberhasilannya dalam
1
mejalankan tugasnya. Adapun Darmadi (2009: 57) menyatakan “Kemampuan
guru yang profesional dapat dibagi menjadi dua yaitu kemampuan guru dalam
mendesain program pengajaran dan kemampuan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Kemampuan guru dalam mendesain program pengajaran yaitu
kemampuan guru membuat rencana pembelajaran dan kemampuan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar meliputi penggunaan metode, media dan
bahan pengajaran, mendorong dan melibatkan peserta didik dalam pengajaran dan
melaksanakan evaluasi pembelajaran peserta didik dalam proses belajar
mengajar” . Guru merupakan pihak utama yang langsung berhubungan dengan
anak dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memberikan
stimulasi yang baik agar dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan
khususnya dalam meningkatkan perkembangan anak sesuai dengan tahapan usia
5-6 tahun.
Menurut Trianto (2010: 125) adapun langkah dan tahapan dalam
pembelajaran model integrated, yaitu: (1) Tahap perencanaan yaitu guru
merancang rencana pembelajaran melalui mengadakan penjajakan tema dengan
cara curah pendapat.(2) Tahap pelaksanaan yaitu melakukan kegiatan
pengumpulan informasi pembelajaran, pengelolaan informasi pembelajaran
dengan cara analisis, penyampaian rencana pembelajaran dapat dilakukan dengan
cara verbal, audio, gerak, dan model. (3) Tahap evaluasi yaitu meliputi penilaian
meliputi proses dan produk dengan menggunakan prosedur formal dan informal
pada penilaian produk.
Pemberian stimulasi yang menyeluruh untuk semua aspek perkembangan
pada anak dapat dilakukan melalui pembelajaran terpadu. Menurut Aisyah (2008:
2.6): “Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada
kebutuhan perkembangan anak”. Masitoh, dkk (2005: 12.3) menyatakan:
Pembelajaran terpadu adalah pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar dengan mengintegrasikan kegiatan yang mewakili semua bidang
kurikulum atau bidang-bidang pengembangan yang meliputi aspek kognitif,
bahasa, fisik/motorik, sosial emosional dan sebagainya.
Semua bidang pengembangan yang dijabarkan ke dalam kegiatan belajar
yang berpusat pada satu tema. Dari kedua teori di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada
kebutuhan perkembangan anak melalui kegiatan belajar mengajar dengan
memadukan seluruh aspek perkembangan pada anak melalui tema pembelajaran.
Fogarty (dalam Aisyah 2008: 2.21) mengatakan: “Terdapat 3 (tiga) model
pembelajaran terpadu yang dapat diterapkan di Taman kanak-kanak yaitu model
jaring laba-laba (Webbed), model keterkaitan (Connected), dan model
keterpaduan (Integrated). Salah satu model pembelajaran terpadu yang dapat
digunakan adalah model Integrated”. Trianto (2002: 116) menyatakan:Model
integrated merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar
aspek perkembangan. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan aspek
perkembangan dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan
keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa
aspek perkembangan.
2
Jadi, model integrated merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menggabungkan/memadukan beberapa aspek perkembangan dengan cara
menetapkan tema dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling
tumpang tindih di dalam beberapa aspek perkembangan. Dengan adanya
pemaduan tersebut, anak akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara
utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak karena anak dapat
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung
dan nyata yang dapat menghubungkan konsep tersebut ke dalam aspek
perkembangan.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan, bahwa pembelajaran model
integrated sudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak
Pembina Pontianak Utara, tetapi penerapannya belum dapat mengoptimalkan
aspek perkembangan pada anak usia 5-6 tahun seperti guru belum menguasai
tema pembelajaran yang akan diajarkan kepada anak, waktu kegiatan
pembelajaran tidak sesuai dengan rencana kegiatan harian yang sudah ditentukan.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran model integrated pada anak
usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak Pembina Pontianak Utara.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu
peneliti ingin menggambarkan/melukiskan/memaparkan secara factual dan
objektif mengenai “ Penerapan Pembelajaran Model Integrated Pada Anak Usia 5-
6 Tahun di TK Pembina Pontianak Utara”. Sejalan dengan hal tersebut, maka
menurut Hadari Nawawi (2012: 67), “Metode deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/
melukiskan keadaan subyek/ obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat
dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau
sebagaimana adanya”. Subjek dalam penelitian ini pendidik yang mengajar pada
kelompok usia 5-6 tahunyang berjumlah dua orang, anak usia 5-6 tahun yang
berjumlah dua puluh dua orang
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
data-data yang akan diambil dari penelitian ini bersumber dari hasil pembicaraan/
hasil pengamatan perilaku orang-orang yang menjadi objek penelitian, sehingga
akan lebih memudahkan bagi peneliti sendiri untuk mendapatkan data tentang
penerapan pembelajaran terpadu model integrated pada anak usia 5-6 tahun di
Taman Kanak-Kanak Pembina Pontianak Utara.
Teknik pengumpul data dalam penelitian ini adalah (1) teknik observasi
langsung yaitu peneliti menggunakan bentuk observasi partisipatif dimana peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian dengan alat pengumpul data berupa
daftar cek, (2) teknik komunikasi langsung yaitu cara mengumpukan data yang
mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau
tatap muka (face to face) dengan sumber data, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut (Hadari
Nawawi, 2012: 100-101). Dengan alat pengumpul data berupa panduan
3
wawancara, (3) teknik studi dokumenter yaitu merupakan cara mengumpulkan
data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk buku-
buku tentang pendapat, teori, dalih/hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan
deangan masalah penyelidikan (Hadari, 2012: 141) data-data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini yaitu berupa arsip-arsip seperti RKH, profil sekolah, jumlah
murid, foto-foto pada saat proses pembelajaran, yang mana semuannya itu dapat
menunjang proses penelitian.
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisa Milles
Hubberman yaitu terdiri dari (1) Pengumpul data diartikan sebagai pengumpulan
segala informasi ataupun dokumentasi yang dilakukan dalam kegiatan survei yang
muncul berdasarkan pertanyaan peneliti, (2) Reduksi data (collection reduction)
adalah memilah-milah data yang diperlukan dengan data yang tidak diperlukan
dengan menyederhanakan, mengklasifikasikan dan mengabstraksi data. Dalam
penelitian ini reduksi data dilakukan melalui penyeleksian data. Memfokuskan
data mentah menjadi informasi yang bermakna, (3) Penyajian data (data diisplay)
yaitu mendeskripsikan data sehingga lebih mudah dipahami orang lain, penyajian
data dapat berupa gambar dan tabel. (4) Penarikan kesimpulan (conclusion
drawing/ verification) adalah penarikan kesimpulan dari data yang telah
dihasilkan sehingga diperoleh pernyataan mengenai dampak tindakan serta
aktivitas perlakuan yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-
menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh.
Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini yaitu (1) Pengamatan terus
menerus yaitu Pengamatan ini dilakukan secara terus menerus agar dapat memberi
makna yang mendalam terhadap fokus penelitian, agar dapat menemukan
perubahan-perubahan pola dan perilaku yang lain dari sebelumnya. Dalam hal ini
peneliti mencoba mengikuti bagaimana guru kelas menerapkan pembelajaran
model integrated dalam tema air, udara dan api pada anak usia 5-6 tahun, (2)
triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memaanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan data atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut (Lexy J. Moleong, 2007: 332). Dalam
penelitian ini upaya yang dilakukan peneliti adalah dengan membandingkan data
yang diperoleh dari hasil observasi selama di lapangan dan hasil wawancara
dengan guru TK Pembina Pontianak Utara, (3) member cek yaitu proses peneliti
mengajukan pertanyaan pada satu atau lebih partisipan untuk tujuan seperti yang
telah dijelaskan di atas. Aktivitas ini juga dilakukan untuk mengambil temuan
kembali pada partisipan dan menanyakan kepada mereka baik lisan maupun
tertulis tentang keakuratan laporan penelitian. Pertanyaan dapat meliputi berbagai
aspek dalam penelitian tersebut, misalnya apakah deskripsi data telah lengkap,
apakah interpretasi bersifat representative dan dilakukan tanpa kecendrungan.
Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi maka peneliti akan
memaparkan secara keseluruhan mengenai penerapan pembelajaran model
6
integrated pada anak usia 5-6 tahun di TK Pembina Pontianak Utara sebagai
berikut: Pembelajaran model integrated merupakan strategi yang memadukan
beberapa tema dari aspek perkembangan menjadi tema besar yang utuh dan penuh
makna. Pemaduan tersebut memperhatikan hubungan keterkaitan yang
menyangkut konsep-konsep, keterampilan-keterampilan dan nilai sikap. Dengan
adanya pemaduan itu anak akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan
secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi amak. Pembelajaran
model integrated sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan
perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Pembelajaran model integrated
adalah tipe pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antaraspek
perkembangan, menggabungkan asperk perkembangan dengan cara menetapkan
prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling
tumpang tindih dalam beberapa bidang studi (Fogarty, 1991: 76).
Pembelajaran model integrated mempunyai ciri khusus yakni memadukan
sejumlah topik dari aspek perkembangan yang berbeda tetapi inti topiknya
sama. Pada model ini tema yang berkaitan dan tumpang tindih merupakan hal
terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program.
Penggunaan pembelajaran model integrated dalam kegiatan pembelajaran dimulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tahap pertama yang dilakukan guru adalah tahap perencanaan dimana guru
melakukan perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan tema, pemilihan bahan
main, pemilihan metode pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Guru
menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu
semester dari beberapa aspek perkembangan, selanjutnya dipilih beberapa konsep,
keterampilan, dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang
tindih diantara berbagai aspek perkembangan. Pembelajaran model integrated
juga mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya.
Perumusan tujuan pembelajaran mencakup beberapa hal seperti menyusun
RKM yang memuat indikator bidang pengembangan anak, RKH yang memuat
indikator Standar Kompetensi, RKH yang memuat indikator Kompetensi Dasar,
dan RKH yang memuat indikator hasil pembelajaran. Dalam memilih tema guru
TK Pembina Pontianak Utara memperhatikan kesesuaian tema yang dipilih
dengan karakter anak usia 5-6 tahun, kesesuaian tema yang dipilih dengan aspek
pengembangan anak usia 5-6 tahun, kesesuaian pengembangan tema yang
dilakukan dengan alokasi waktu serta kesesuaian penentuan konsep, sikap dan
keterampilan yang akan dibelajarkan dengan tema pembelajaran. Selanjutnya
adalah pemilihan bahan main. Dalam pemilihan bahan main guru TK Pembina
Pontianak Utara memperhatikan kesesuaian pemilihan bahan main dengan tema
pembelajaran dan karakteristik anak usia 5-6 tahun. Dalam pemilihan metode
pembelajaran guru mempertimbangkan kesesuaian antara strategi dan metode
pembelajaran dengan tema pembelajaran serta kesesuaian antara strategi dan
metode pembelajaran dengan karakteristik anak usia 5-6 tahun. Sedangkan
penilaian hasil belajar didasarkan dengan indikator yang dibuat dan aspek
perkembangan anak usia 5-6 tahun.
7
Pada tahap pelaksanaan guru menunjukkan penguasaan tema dalam
pembelajaran model integrated, mengaitkan tema dengan pengetahuan lain yang
relevan, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai, melaksanakan pembelajaran sesuai tingkat perkembangan dan kebutuhan
anak usia 5-6 tahun, memadukan/menghubungkan konsep, sikap, dan
keterampilan dalam menstimulus aspek perkembangan anak usia 5-6 tahun, serta
melaksanakan pembelajaran model integrated sesuai dengan waktu yang telah
dialokasikan. Di dalam pelaksanaan pembelajaran model integrated guru juga
mengintegrasikan bahan main anak. Hal ini dilakukan agar anak belajar dengan
menyenangkan.
Setelah melakukan tahap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
langkah selanjutnya adalah melakukan tahap evaluasi. Menurut Scheerens et al
(2003:1), “evoluation consist of systematic information gathering and making
some kind of judgment on the of this information”. Artinya, evaluasi merupakan
kegiatan mengumpulkan dan membuat keputusan secara sistematik berdasarkan
informasi yang diperoleh. Sedangkan menurut Rea-Dickins dan Germaine (2009:
55), “evoluation takes us right into the classroom to describe, analyze, and
interpret what actually occurs when teaching and learning take place”. Penilaian
memiliki fungsi untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterprestasikan
apa yang sebenarnya terjadi pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Artinya
bahwa penilaian tidak hanya dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta
didik, melainkan juga digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran. Dalam
penelitian ini kegiatan evaluasi yang dilakukan guru adalah menilai apapun
aktivitas yang dilakukan oleh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak yang
dapat dilihat dari aspek perkembangan nilai agama dan moral (berkembang sesuai
harapan), aspek perkembangan bahasa (mulai berkembang), aspek perkembangan
kognitif (berkembang sesuai harapan), aspek perkembangan motorik halus (mulai
berkembang), aspek perkembang motorik kasar (berkembang sangat baik) dan
aspek perkembangan sosial emosional (berkembang sangat baik).
Hambatan/kendala eksternal dan internal dalam pembelajaran model
integrated meliputi dua faktor yaitu faktor eksternalnya adalah lingkungan belajar
anak dan alokasi waktu dalam pembelajaran. Sedangkan faktor internal adalah
interaksi guru dan anak, interaksi antara anak serta ketersediaan sarana dan
prasarana pembelajaran. Untuk mengatasi hambatan eksternal pembelajaran
model integrated guru menciptakan lingkungan belajar yang kondusif serta
memanfaatkan keterbatasan waktu seoptimal mungkin sehingga terciptalah
suasana belajar yang menyenangkan. Pembelajaran seperti ini sangat diminati
oleh anak dalam mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan untuk mengatasi
hambatan internal pembelajaran model integrated guru menekankan pada
keterlibatan anak pada kegiatan pembelajaran untuk melakukan aktivitas
individual maupun kelompok serta mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan
prasarana yang ada. Kedua faktor tersebut mempunyai peran penting dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut sulit untuk dihindari, namun dapat diminimalisir
dengan melakukan model pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Faktor-faktor yang mendukung pembelajaran model integrated adalah 1)
kesiapan dan keterampilan guru dalam memadukan tema dari suatu aspek
8
perkembangan dengan tema-tema dari aspek perkembangan lainnnya yang
mimiliki kesamaan konsep, keterampilan dan sikap. Kesiapan dan keterampilan
guru dalam penelitian ini adalah memadukan tema air, udara dan api ke dalam
konsep suara, warna, bentuk, jenis dan ukuran serta gerak, 2) kesiapan anak dalam
menerima suatu konsep pembelajaran yang lebih utuh melalui pembelajaran
model integared, maksudnya adalah anak dapat meningkatkan aspek
perkembangannya seperti, nilai agama dan moral sosial emosional, bahasa,
kognitif, motorik halus serta motorik kasar, dan 3) ketersedian sarana dan
prasarana pembelajaran yang memadai. Faktor yang paling berperan penting
adalah kesiapan guru dan anak. Untuk membantu keberhasilan pembelajaran
model integrated, guru mengoptimalkan faktor pendukung tersebut dengan cara
meningkatkan kemampuan guru dan anak dalam memanfaatkan sarana dan
prasarana yang ada.
9
Evaluasi pembelajaran model integrated yang dilakukan guru pada anak usia
5-6 tahun di Taman Kanak-kanak Pembina Pontianak Utara, telah dilaksanakan
dengan baik. Guru selalu menilai apapun aktivitas yang dilakukan oleh anak
sesuai dengan tahap perkembangan anak yang dapat dilihat dari aspek
perkembangan nilai agama dan moral (berkembang sesuai harapan), aspek
perkembangan bahasa (mulai berkembang), aspek perkembangan kognitif
(berkembang sesuai harapan), aspek perkembangan motorik halus (mulai
berkembang), aspek perkembang motorik kasar (berkembang sangat baik) dan
aspek perkembangan sosial emosional (berkembang sangat baik).
Kendala atau hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan pembelajaran
model integrated pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak Pembina
Pontianak Utara meliputi dua faktor yaitu faktor eksternalnya adalah lingkungan
belajar anak dan alokasi waktu dalam pembelajaran. Sedangkan faktor internal
adalah interaksi guru dan anak, interaksi antara anak serta ketersediaan sarana dan
prasarana pembelajaran.
Faktor-faktor yang mendukung guru dalam melaksanakan pembelajaran
model integrated pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak Pembina
Pontianak Utara adalah kesiapan guru dalam memadukan tema pembelajaran dari
beberapa aspek perkembangan, kesiapan anak dalam belajar dan ketersedian
sarana dan prasarana pembelajaran.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, dapat penulis kemukakan saran-
saran sebagai berikut: (1) Guru diharapkan dapat menggunakan pembelajaran
terpadu lainnya selain model pembelajaran integrated pada anak usia 5-6 tahun di
Taman Kanak-kanak Pembina Pontianak Utara. (2) Guru diharapkan dapat
meningkatkan lebih banyak lagi aspek perkembangan anak pada anak usia 5-6
tahun di Taman Kanak-kanak Pembina Pontianak Utara.(3) Pihak sekolah
diharapkan dapat meningkatkan ketersedian sarana dan prasarana pembelajaran
dalam mendukung proses belajar mengajar di kelas.
DAFTAR RUJUKAN
Fogarty, Robin. (1991). The Mindfull School: How To Integrate Curricula. United
States of America: IRI/Sky Light Training and Publishing.Inc.
Masitoh, dkk. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.
Namawi, H Hadari. (2012). Metode Penelitian Bidang Sosial. (Cetakan kedua
Belas). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rea-Dickins, P dan Kevin Germaine. (2009). Evaluation. Oxford: Oxford
University Press.
10
Saragih, dkk (2008). Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional
Menjelang Abad XXI, Jakarta: PT Grasindo.
Scheerens et al. (2003). Educational evaluation, assessment, and minitoring.
Lisse: Swets Zeitlinger Publisher.
Trianto (2002). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka
11