Anda di halaman 1dari 4

1.

Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi baik sebagian atau seluruhnya, pada bidang
datar yang diperkecil dengan skala dan dilihat dari atas dengan tulisan tertentu sebagai tanda. Peta juga
memuat berbagai penampakan, baik nyata maupun abstrak.

2.

3. Peta konsep adalah representasi visual dari suatu topik yang dapat dibuat siswa dengan menggunakan
kata, frasa, garis, panah, spasi pada halaman, dan mungkin warna untuk membantu mengatur ide-ide
mereka dan menunjukkan pemahaman mereka tentang sebuah ide, istilah kosa kata, atau pertanyaan
penting. Siswa pertama-tama menanggapi sebuah topik (ide, istilah, atau pertanyaan penting) dengan
melakukan brainstorming daftar kata, frasa, atau ide yang mereka kaitkan dengannya. Kemudian, mereka
mengurutkan dan mengatur item dalam daftar mereka secara visual di halaman untuk mewakili
hubungan item dengan topik dan satu sama lain. Hasilnya adalah representasi visual dari pemikiran siswa
tentang ide, istilah, atau pertanyaan. Strategi ini memberikan cara yang efektif untuk memperkenalkan
ide-ide besar ke kelas dan menangkap pemikiran awal mereka. Siswa kemudian dapat kembali ke peta
konsep mereka selama pelajaran atau unit untuk merevisinya, menyediakan cara bagi guru dan siswa
untuk melacak pemahaman dan pertumbuhan individu.
(https://intanuzulis.home.blog/2020/11/03/cara-membuat-peta-konsep-concept-map/

4. Peta konsep adalah representasi visual dari informasi. Mereka dapat berbentuk bagan, pengatur
grafik, tabel, bagan alur, Diagram Venn, garis waktu, atau bagan T. Peta konsep sangat berguna bagi siswa
yang belajar lebih baik secara visual, meskipun dapat bermanfaat bagi semua jenis pelajar. Mereka
adalah strategi studi yang kuat karena membantu Anda melihat gambaran besar: dengan memulai
dengan konsep tingkat yang lebih tinggi, peta konsep membantu Anda memotong informasi berdasarkan
koneksi yang bermakna. Dengan kata lain, mengetahui gambaran besar membuat detail lebih signifikan
dan lebih mudah diingat. Peta konsep bekerja sangat baik untuk kelas atau konten yang memiliki elemen
visual atau pada saat penting untuk melihat dan memahami hubungan antara hal-hal yang berbeda.
Mereka juga dapat digunakan untuk menganalisis informasi dan membandingkan dan kontras.

5. Peta konsep pertama kali digunakan oleh Joseph D. Novak dari Cornell University pada tahun 1960-an
(Lanzing). Peta konsep memiliki asal-usul mereka dalam gerakan belajar yang disebut konstruktivisme.
Peta konsep mengidentifikasi cara kita berpikir, cara kita melihat hubungan di antara pengetahuan. Guru
yang membuat peta konsep untuk kelas tertarik pada siswa untuk memahami hubungan antar fakta,
bukan hanya "mengetahui" fakta.

6. Expocitory Organizers "memberikan pengetahuan baru yang diperlukan siswa untuk memahami
informasi yang akan datang" (Woolfolk et al., 2010, hal. 289).[6] Expocitory Organizers sering digunakan
ketika materi pembelajaran baru tidak familiar bagi pelajar. Mereka sering menghubungkan apa yang
sudah diketahui pelajar dengan materi baru dan asing—ini pada gilirannya bertujuan untuk membuat
materi yang tidak dikenal lebih masuk akal bagi pelajar.
7. Peta konsep adalah suatu gambaran atau bagian dari bidang studi, tersusun atas konsep-konsep yang
saling berkaitan. Pemetaan konsep adalah suatu proses yang melibatkan identifikasi dari materi
pelajaran dan pengaturan konsep-konsep tersebut dalam suatu urutan. Mulai yang umum hingga ke
konsep yang lebih spesifik.

(AKHIR) Penggunaan peta konsep dalam pembelajaran dapat memenuhi semua prinsip pembelajaran.
Siswa diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman. Manfaatnya banyak, salah
satunya adalah membantu guru untuk mengetahui yang diinginkan siswa agar dapat belajar dan
membantu cepat memahami materi pembelajaran.

Pembelajaran melalui peta konsep diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap
konsep yang dipelajari. Jadi, dapat meningkatkan prestasi belajar. Pendidik berkesempatan memperbaiki
proses pembelajaran. Salah satu solusi alternatifnya adalah dengan menerapkan model pembelajaran
advance organizer. Model tersebut juga dibantu dengan peta konsep atau pemetaan konsep. Advance
organizer dengan peta konsep diartikan suatu model pembelajaran yang pada prinsipnya siswa dapat
menyerap, mencerna, dan mengingat pelajaran dengan baik.

Konsep merupakan hasil pengalaman atau kejadian. Penerapan peta konsep dapat meningkatkan
kreativitas berfikir siswa dalam proses pembelajaran. Penerapan peta konsep dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan.

Para peneliti kemudian mengembangkan serta meneliti validasi, reabilitas dari peta konsep. Langkah-
langkah yang diperlukan dalam menyusun peta konsep adalah mengidentifikasi semua konsep yang akan
dipetakan. Kemudian, mengurutkan konsep-konsep tersebut dari yang paling umum ke khusus.
Selanjutnya, menetapkan hubungan yang mungkin antara konsep satu dan yang lain dengan membuat
garis penghubung. (https://kaltim.prokal.co/read/news/259041-peta-konsep-dalam-pembelajaran)

Peta konsep sangat praktis untuk diaplikasikan. Dengan peta konsep tersebut siswa dapat dengan mudah
mencatat selama pelajaran berlangsung dan merupakan alat bantu yang canggih untuk curah ide
(brainstorming) kelompok. Peta konsep juga membantu dalam merencanakan pembelajaran dan juga
menyediakan gambar-gambar yang berguna untuk presentasi dan tugas-tugas tertulis. Selain itu, peta
konsep juga berguna untuk menghaluskan pemikiran menjadi lebih kreatif dan kritis.

teknik concept map atau peta konsep adalah alternatif untuk mengorganisasi materi dalam bentuk peta
(gambar) secara holistik, interelasi, dan kemprehensif. Konsep itu akan meletakkan guru sebagai seorang
yang ahli dalam disiplinnya (exspertise based teacher) dan meletakkan seorang guru lebih naturalistik
pada tabiatnya, yaitu seorang “raja” pada wilayah kajiannya; dan dia bukan seorang “prajurit”.

Dalam konteks pengorganisasian materi pembelajaran guna persiapan mengajar satu semester, concept
map dapat digunakan sebagai cara untuk membangun struktur pengetahuan para guru dalam
merencanakan materi pembelajaran (Treagust, 1996). Desain content berdasarkan concept map memiliki
karakteristik khas. Pertama, hanya memiliki konsepkonsep atau ide-ide pokok (sentral, mayor, utama),
Kedua, memiliki hubungan yang mengaitkan antara satu konsep dengan konsep yang lain. Ketiga,
memiliki label yang membunyikan arti hubungan yang mengaitkan antara konsep-konsep. Keempat,
desain itu berwujud sebuah diagram atau peta yang merupakan satu bentuk representasi konsep-konsep
atau materi-materi pembelajaran yang penting.

Concept map sebagai satu teknik telah digunakan secara ekstensif dalam Pendidikan tinggi lebih dari tiga
puluh tahun. Teknik concept map diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif (subsumption) dari David P.
Ausubel (1978), yang menyatakan bahwa belajar bermakna (meaningful learning) terjadi dengan mudah
apabila konsep-konsep baru dimasukkan ke dalam konsep-konsep yang lebih inklusif. Dengan kata lain,
proses belajar terjadi bila siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan
pengetahuan yang baru.

Dengan mengambil ide dari teori asimilasi Ausubel, Novak (1990) mengembangkan teori ini dalam
penelitiannya tentang siswa pada tahun 1989. Ia berhasil merumuskan concept map sebagai satu
diagram yang berdimensi ganda, yaitu analog dengan sebuah peta jalan yang tidak hanya
mengidentifikasi butir-butir utama kepentingan (konsep-konsep), tetapi juga menggambarkan hubungan-
hubungan antara konsep-konsep utama (mayor), sebagaimana banyak kesamaan garis-garis yang
menghubungkan antara kota-kota besar yang tergambarkan dengan jalan-jalan utama dan jalan bebas
hambatan atau highway. Pengembangan teori itu didukung dengan mempertimbangkan tiga faktor
kunci, yaitu:

1. belajar bermakna yang melibatkan asimilasi konsep-konsep baru dan proposisiproposisi ke dalam
bangunan struktur kognisi yang memodifikasi struktur-struktur itu,

2. pengetahuan adalah terorganisasi secara hirarkis di dalam struktur kognisi dan kebanyakan
pembelajar yang baru melibatkan subsumption konsep-konsep dan proposisi-proposisi ke dalam hirarkis
yang ada dan.

3. pengetahuan yang diperoleh dengan hafalan tidak akan terasimilasi ke dalam bingkai kognisi yang ada
dan tidak akan memodifikasi bingkai proposisi yang ada.

Berdasarkan teori asimilasi kognisi, Putman (1997) menegaskan bahwa pengetahuan adalah struktur
kognitif dari seseorang (knowledge is the cognitive structure of the individual). Selanjutnya Ruiz-Primo
dkk. (1997) menambahkan bahwa untuk dapat dikatakan “mengetahui” suatu bidang (pengetahuan),
seseorang dapat memahami hubungan antara konsep-konsep pokok dan penting di dalamnya.
Pengetahuan tentang hubungan itu disebut engetahuan yang terstruktur, (structural knowledge). Dalam
teori itu ditemukan bahwa.

1. makna dari beberapa konsep akan mudah difahami dengan melihat hubungan atau keterkaitan antara
satu konsep dengan konsep yang lain,

2. belajar efektif (bermakna) akan terjadi apabila pengetahuan yang baru itu dikaitkan/dihubungkan
dengan konsep-konsep (pengetahuan) yang telah dimiliki oleh pembelajar

1. Biasanya berstruktur hirarkis, dengan lebih inklusif (konsep-konsep general terletak pada bagian atas),
kemudian kurang inklusif (konsep-konsep khusus diletakkan pada bagian bahwa peta).
2. Kata-kata yang berhubungan, selalu ada di atas garis-garis yang menghubungkan konsepkonsep.

3. Concept map mengalir dari atas ke bawah halaman. Tanda panah digunakan untuk menunjukkan arah
hubungan.

4. Concept map adalah representasi atau gambaran pemahaman seseorang tentang sebuah masalah
(mata pelajaran, topik persoalan).

5. Kekuatan concept map berasal dari inter-koneksi di antara dan antara konsep-konsep.

6. Perasaan seseorang mungkin terekspresikan ke dalam sebuah consept map dengan memasukkan
konsep-konsep yang bernada empatis tentang sebuah konsep atau perasaan tidak suka terhadap sebuah
konsep, atau perasaan stress (seperti ketakutan, kemarahan, kesenangan, ketertekanan, dan lain-lain).

 Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak kata medium. Secara
harfiah, media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan (a source) dengan penerima
pesan (a receiver). Beberapa hal yang termasuk ke dalam media adalah film, televisi, diagram,
media cetak (printed material), komputer, dan lain sebagainya. Media merupakan alat yang
dapat membantu dalam keperluan dan aktivitas, di mana sifatnya dapat mempermudah bagi siapa
saja yang memanfaatkannya.

Media    gambar    merupakan    media    berupa    bidang    datar dengan    sisi    dua   
dimensi    dan    dapat    dikembangkan dengan    berbagai    kombinasi    kata    dan   
gambar    sehingga    menarik    perhatian    siswa (Suparman    et    al.,    2020).
Media gambar yang menarik perhatian siswa selama proses pembelajaran dapat
meningkatkan fokus siswa sehingga secara tidak langsung dapat membuat siswa
tertarik pada mata pelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu menggunakn
media gambar akan memberikan pengalaman yang nyata, sehingga dapat
membantu para siswa untuk lebih mudah dan cepat dalam belajar membaca
permulaan.

Anda mungkin juga menyukai