DISUSUN OLEH :
- Zazkia Jilan Fadhila (A1320049)
- Abdussalam Aswin hadist (A1C320051)
- Mentari Sheila Prili Puteri W (A1C320061)
- Dhenis Anugrah Syaputri (A1C320062)
- Nikma Nur Qoidah (A1C320067)
- Ertina Novirasari (A1C320073)
DOSEN PENGAMPU
UNIVERSITAS JAMBI
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Materi pembelajaran yang ringkas dapat disajikan dalam bentuk peta konsep,
disajikan secara langsung dengan CORE atau menggunakan pendekatan STEM. Peta
konsep, CORE dan STEM merupakan suatu bentuk penyajian materi pembelajaran
yang diharapkan bagi para mahasiswa sebagai calon guru untuk dapat memahaminya.
Agar kompetensi mahasiswa sebagai calon guru menjadi lebih mumpuni dan handal.
Oleh karena itu kami menyajikan materi mengenai peta konsep, CORE, dan STEM
agar mahasiswa menegtahui dan dapat mendalami materi tersebut.
Rumusan Masalah
Adapaun yang menjadi tujuan dari penyajian materi mengenai peta konsep, content
representation (CORE), dan STEM adalah sebagai berikut ;
Tujuan :
Adapaun yang menjadi tujuan dari penyajian materi mengenai peta konsep, content
representation (CORE), dan STEM adalah sebagai berikut ;
Landasan Teori
1. Peta Konsep
A. Pengertian Peta Konsep
Peta konsep menjadi visual assistance yang konkret dalam membantu proses
penyusunan informasi atau pengetahuan sebelum informasi atau pengetahuan itu
dipelajari. Strategi peta konsep memudahkan mahasiswa untuk mempelajari pokok
bahasan tertentu. Peta konsep secara visual berbentuk hirarki. Konsep yang
kedudukannya lebih luas (inklusif) yang akan diletakkan pada puncak peta dan ada
pula konsep-konsep yang bersifat lebih sempit yang mendukung konsep-konsep
utama (kurang inklusif). Mahasiswa dapat terbantu untuk memahami konsep-konsep
materi perkuliahan. Hasilnya adalah pengaruh positif hasil belajar yang diperoleh
(Ferry, 2019).
1) menyelidiki apa yang telah diketahui siswa (mahasiswa). Dalam hal ini, guru
(dosen) mengetahui konsep apa saja yang telah dimiliki siswa (mahasiswa)
sebelum pembelajaran dimulai dengan cara siswa (mahasiswa) diberi pertanyaan
yang menuntut siswa (mahasiswa) untuk, menyebutkan konsep-konsep yang
telah mereka ketahui sebelumnya,
Hal ini senada dikemukakan Husin dalam Zulva & Hidayati, (2016), kegunaan yang
dimiliki peta konsep, yaitu:
1) bagi siswa (mahasiswa) peta konsep dapat berguna untuk membantu cara belajar
konsep-konsep pokok dan proposisi, serta dapat mengaitkan pelajaran yang
sudah dimiliki dengan apa yang sedang dipelajari, sehingga terjadi belajar
bermakna,
2) peta konsep dapat digunakan sebagai alat evaluasi dalam proses belajar mengajar,
dan
3) peta konsep berperan juga sebagai alat untuk merangkum berbagai materi bacaan.
Menururt Novak dan Gowin; Haris dalam (Hardanti et al., 2016) mengemukakan
kelebihan peta konsep bagi guru dan siswa. Kelebihan peta konsep bagi guru adalah
sebagai berikut.
2. Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi pelajaran, hal ini
disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang tidak menimbulkan efek verbal bagi
siswa, karena siswa dengan mudah melihat, membaca, dan mengerti makna yang
diberikan.
Menurut Williams dalam Sukardi., (2017) CoRe merupakan salah satu alat
konseptual yang dikembangkan oleh Lougharn, Berry, & Mulhall (2012) yang
merupakan konsep dasar untuk membantu guru pemula dalam memahami dan
mengembangkan PCK. CoRe dirancang khusus untuk menggambarkan kemampuan
PCK guru pemula yang berkaitan dengan strategi yang dipilih untuk mengajarkan
topik tertentu yang berlandaskan pada pengetahuan pedagogik. Misalnya ide tentang
bagaimana mengajarkan materi kepada siswa, kesulitan apa yang mungkin terjadi
pada siswa ketika mengajarkan materi tersebut, dan apa yang harus dilakukan untuk
mengatasi kesulitan itu, dan bagaimana menentukan langkah-langkah penilaian
terhadap hasil belajar siswa.
1. Peta Konsep
Peta konsep adalah suatu cara atau strategi untuk menyajikan informasi dalam
bentuk konsep-konsep yang saling terhubung dalam suatu rangkaian.
Peta konsep menggunakan pengingat visual sensorik dalam suatu pola dari ide-ide
yang berkaitan untuk belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Dalam
membuat peta konsep, konsep-konsep yang ada di dalamnya harus diurutkan secara
hirarkis, mulai dari konsep paling inklusif ke konsep yang lebih khusus.
2. Core
Tujuan CoRe adalah memotret konten yang disampaikan guru kepada siswa pada
saat mengajar di kelas dengan mempertimbangkan pedagogi secara khas pada kelas
yang diajarnya. Kekhasan sendiri sangat tergantung pada kondisi pedagogi seperti
kondisi pemahaman siswa. CoRe sendiri disusun pertama kali untuk memotret konten
sains.
CoRe dapat membantu dalam menghubungkan bagaimana, mengapa dan apa isi
yang akan diajarkan dengan konsep yang penting dalam pembelajaran. Berdasarkan
pendapat ahli terkait CoRe, mahasiswa calon guru matematika dapat merencanakan
kegiatan dalam proses pembelajaran yang memiliki kesesuaian antara konten materi
yang diajarkan dengan pedagogisnya. CoRe dikembangkan dengan meminta guru
atau calon guru untuk berpikir tentang apa yang mereka anggap “Ide besar” yang
berhubungan dengan topik tertentu berdasarkan pengalaman mereka.
Penyusunan CoRe disusun berdasarkan pertanyaan pertanyaan yang diajukan
oleh laughran terkait dengan kemampuan guru dalam merencanakan konten untuk
diajarkan kepada siswa. Instrument ini untuk mengukur kemampuan PCK yang
digunakan berupa data CoRe permasalahan konten, pendekatan pengajaran dan
asumsi guru terkait dengan materi yang penting untuk diajarkan kepada siswa,
merencanakan pengajaran konten ditinjau dari struktur konten yang sesuai dengan
siswa, serta merencanakan konten sesuai dengan tingkat pemahaman materi yang ada
di siswa, ada tiga bagian penting dalam penilaian representasi konten ini yang (1)
pemilihan ide besar dalam hal ini data akan ekstarksi dari peta konsep yang dibuat
oleh guru, yang kedua adalah (2) landasan keputusan kurikuler berkaitan dengan
petanyaan tentang landasan (a) pemilihan konsep, (b) nilai pentingnya konsep bagi
siswa (c) keluasan dan kedalaman konsep. Berikutnya (3) landasan keputusan
instruksional meliputi (a) prediksi kesulitan dalam mengajar konsep (b) prediksi
kondisi siswa dalam mengajarkan konsep (c) pertimbangan dalam mengajarkan
konsep tersebut (d) Prosedur (Urutan/alur) mengajarkan konsep (e) pengukuran
tahapan pemahaman siswa (f) Bagaimana memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran. Untuk mempermudah pengambilan data maka disusun instrument
representasi konten dalam dua bentuk yang pertama peta konsep yang dibuat oleh
guru untuk bagian 1 berupa perintah untuk membuat peta konsep tentang konten serta
turunannya, dan daftar isian untuk bagian 2 dan 3.
Penggunaan CoRe bagi perkembangan calon guru memiliki dampak yang sangat
banyak karena dari hasil-hasil pemikiran yang ditemukan dari guru pemula atau calon
guru dapat diaplikasikan langsung di dalam kelas sehingga pada saat menemukan
kekurangan dalam ide yang mereka tuangkan, mereka dapat memikirkan kembali
untuk bagaimana meingkatkan kualitas dalam proses pembelajaran selanjutnya.
3. Stem
Dari kajian teori yang telah dibahas maka dapat di ambil kesimpulan :
Erlinawati, C. E., Singgih, B., & Maryani. (2019). Model Pembelajaran Project Based
Learning Berbasis STEM Pada Pembelajaran Fisika. Seminar Nasional
Pendidikan Fisika 2019, 4(1), 1–4.
Hardanti, E. K., Sarwanto, & Cari. (2016). Pengembangan Modul Pembelajaran
Berbasis Peta Konsep Pada Materi Gelombang Elektromagnetik Kelas XI Sman
1 Dolopo Kabupaten Madiun Jawa Timur. Jurnal Inkuiri, 5(2), 64–70.
https://media.neliti.com/media/publications/67094-ID-pengembangan-modul-
pembelajaran-fisika-b.pdf.
Mulhayatiah, D., Agnia, L. S., & Suhendi, H. Y. (2021). Analisis Kompetensi
Pedagogical Content Knowledge Calon Guru Fisika Berdasarkan Instrumen
CoRe dan PaP-eRs Pada Materi Gelombang Bunyi. Jurnal Penelitian
Pembelajaran Fisika, 12(1), 37–46. https://doi.org/10.26877/jp2f.v12i1.7912
Purwaningsih, E. (2015). Potret Representasi Pedagogical Content Knowledge (PCK)
Guru dalam Mengajarkan Materi Getaran dan Gelombang pada Siswa Smp.
Indonesian Journal of Applied Physics, 5(01), 9.
https://doi.org/10.13057/ijap.v5i01.252
Sukardi, R. R. (2017). Content Representation ( Core ): Instrumen Pengembangan
Pedagogic Content Knowledge ( Pck ) Bagi Guru Pemula. Proceeding Seminar
Nasional IPA VIII, April, 158–163.
Trisnawati, D. (2012). Penerapan Peta Konsep Pada Pokok Bahasan Tekanan Untuk
Mendeskripsikan Penguasaan Konsep Siswa. Unnes Physics Education Journal,
1(1). https://doi.org/10.15294/upej.v1i1.772
Utami, I. S., Septiyanto, R. F., Wibowo, F. C., & Suryana, A. (2017). Pengembangan
STEM-A ( Science , Technology , Engineering , Mathematic And Animation )
Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1),
06(April), 67–73. https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v6i1.1581
Zulva, R., & Hidayati, D. A. (2016). Hubungan Antara Kemampuan Membuat Peta
Konsep Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Fisika Stkip Pgri Sumatera Barat.
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian Dan Pembelajaran Fisika GRAVITY, 2(2),
133–142. http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Gravity