Anda di halaman 1dari 16

Model dan Desain Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga

“Model dan desain pembelajaran Gerlach and Ely serta menghubungkan dengan PJOK, Model dan
desain pembelajaran Heinich, Molenda, Russel and Smaldino (ASSURRE) serta menghubungkan
dengan PJOK”

Oleh :
Yose Fakhri (22199050)

Dosen Pengampu:

Dr. Damrah, M.Pd.


Dr. apt. Hastria Effendi, M.Farm., AIFO

S2 PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
A. Pendahuluan
Pembelajaran pada dasarnya merupakan implementasi dari kurikulum yang berlaku.
Berlakunya suatu kurikulum itu bertujuan untuk mewujudkan Pendidikan Nasional yang
dicita-citakan dan tertuang dalam Undang-Undang. Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional
tertuang pada UU No. 20 tahun 2003 pasal 3. Tercapainya kondisi belajar yang baik sesuai
dengan tujuan pembelajaran harus didukung oleh proses pembelajaran terstruktur yang dapat
menjadi pedoman saat proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan
pembelajaran dan kegairahan belajar peserta didik. Salah satu upaya yang tepat adalah dengan
memilih model desain pembelajaran.
Desain pembelajaran atau sering disebut perencanaan pembelajaran yakni suatu cara
yang memuaskan untuk membuat suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan
berbagai langkah antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan
tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Desain pembelajaran merupakan
prinsipprinsip penerjemahan dari pembelajaran dan instruksi ke dalam rencana-rencana untuk
bahanbahan dan aktivitas-aktivitas instruksional (Smith and Ragan, 1993). Desain
pembelajaran juga dapat dianggap sebagai suatu sistem yang berisi banyak komponen yang
saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut harus dikembangkan dan
diimplementasikan untuk kelengkapan suatu instruksional. Guru hendaknya memilih desain
pembelajaran yang dapat menimbulkan minat dan memotivasi peserta didik dalam belajar.
Sistem pengembangan instruksional sering kali direpresentasikan sebagai model
grafik. Beberapa tahun terakhir sejumlah model desain pembelajaran diperkenalkan oleh
beberapa ahli/tokoh. Gentry mengatakan bahwa model desain pembelajaran adalah suatu
representatif gafik tentang suatu pendekatan sistem, yang dirancang untuk memfasilitasi
pengembangan yang efektif dan efisien dari pembelajaran. Tujuan dari desain pembelajaran
yaitu membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien serta mengurangi tingkat kesulitan
pembelajaran.
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga terdapat materi-materi
permainan dimana dalam permainan tersebut peserta didik diharapkan terampil, cekatan dan
mampu bekerjasama dengan temannya. Peserta didik juga harus memiliki gerak motorik dan
koordinasi yang bagus. Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011: 61)
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subyek khusus dari
pendidikan. Sumiati dan Asra (2009: 3) mengelompokan komponen-komponen pembelajaran
dalam kategori utama, yaitu: guru, isi atau materi pembelajaran, dan peserta didik. Interaksi
atara tiga komponen utama melibatkan model pembelajaran, strategi pembelajaran dan
penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang
memungkinkan terciptanya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan mengetahui
konsep pembelajaran yang baik, diharapkan guru bisa menyampaikan materi pembelajaran
dengan baik.
Perbaikan kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran
yang diwujudkan dengan adanya model dan desain pembelajaran yang baik. Terkait dengan
hal tersebut, untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut diperlukan model dan

2
desain pembelajaran yang cocok sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang terstruktur
dan menjadi pedoman saat proses belajar mengajar. Dengan desain pembelajaran, setiap
kegiatan yang dilakukan guru telah terencana, dan guru dapat dengan mudah melakukan
kegiatan pembelajaran. Jika hal ini dilakukan dengan baik, maka sasaran akhir dari sebuah
pembelajaran akan tercapai.
Terkait dengan hal yang telah dijabarkan, alternatif solusinya adalah pendidik atau
calon pendidik memahami model dan desain pembelajaran. Model pembelajaran ini
bermanfaat sebagai pedoman atau suatu perjalanan dalam membuat suatu rencana proses
belajar mengajar yang baik sehingga dapat meningkatkan cara berfikir peserta didik. Dengan
demikian maka dapat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan peserta didik.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk
menjabarkan Model dan desain pembelajaran Gerlach and Ely serta menghubungkan dengan
PJOK, juga Model dan desain pembelajaran Heinich, Molenda, Russel and Smaldino
(ASSURRE) serta menghubungkan dengan PJOK.

3
B. Pembahasan
1. Pengertian Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005:136) adalah
pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori
pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa
penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan
pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya
sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin,
desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses
pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran
merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian,
serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala
makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.
Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan
sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek
penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi
transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi
penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran,
dan merancang "perlakuan" berbasis media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya
proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis
dan dapat terjadi hanya pada peserta didik, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis
komunitas.
2. Komponen Utama Desain Pembelajaran Komponen
utama dari desain pembelajaran adalah:
a. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, k arakteristik
mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
b. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) adalah penjabaran kompetensi yang akan
dikuasai oleh pembelajar.
c. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan
dipelajari
d. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau
mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
e. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajan.
f. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah
dikuasai atau belum.
Selanjutnya kita akan masuk kepada pembahasan khusus kita, yakni pembahasan
tentang Model Pembelajaran Gerlach dan Ely.

3. Model Pengembangan Gerlach dan Ely


Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan
pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta
perjalanan pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar

4
mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya.
Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang
lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu
rencana untuk mengajar.
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai
pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut model ini
melibatkan sepuluh unsur seperti terlihat dalam flow chart di halaman berikut.

4. Unsur-unsur dalam desain instruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan


Ely
a. Merumuskan tujuan pembelajaran (specification of object)
Tujuan instruksional harus dirumuskan dalam kemampuan apa yang harus
dimiliki pada tingkat jenjang belajar tertentu. Tujuan pembelajaran harus bersifat
jelas (tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan operasional agar mudah diukur dan
dinilai.

b. Menentukan isi materi (specification of content)


Bahan atau materi pada dasarnya adalah isi dari kurikulum yakni berupa mata
pelajaran atau bidang studi, topic/sub topic dan rinciannya. Isi materi berbedabeda
menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya, namun isi materi harus
sesuai dengan tujuan yang hendak dicaPJOKnya. Pemilihan materi haruslah
spesifik agar lebih mudah membatasi ruang lingkupnya dan dapat lebih jelas dan
mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan kelompok lainnya.

c. Menurut kemampuan awal/penilaian kemampuan awal peserta didik (Assesment


of Entering behaviors
Kemampuan awal peserta didik ditentukan dengan memberikan tes awal.
Pengetahuan tentang kemampuan awal peserta didik ini penting bagi pengajar
agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat, tidak terlalu sukar dan tidak
terlalu mudah. Pengetahuan tentang kemampuan awal juga berguna untuk
mengambil langkah-langkah yang diperlukan, misalnya apakah perlu persiapan
remedial.

d. Menentukan teknik dan strategi (Determination of strategy)


Menurut Gerlach dan Ely, strategi merupakan pendekatan yang dipakai pengajar
dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, dan menentukan
tugas/peranan peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan perkataan
lain, pada tahap ini pengajar harus menentukan cara untuk dapat mencapai tujuan
instruksional dengan sebaik-baiknya. Dua bentuk umum tentang pendekatan ini
adalah berntuk eksopose (espository) yang lazim dipergunakan dalam
kuliahkuliah tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah,dan bentuk
penggalian (inquiry) yang lebih mengutamakan partisipasi peserta didik dalam
proses belajar-mengajar. Dalam pengertian instruksional yang sempit, metode ini
merupakan rencana yang sistematis untuk menyajikan pesan atau informasi
instruksional.

5
e. Pengelompokan belajar (Organization of groups)
Setelah menentukan pendekatan dan metode, pengajar harus mulai merencanakan
bagaimana kelompok belajar akan diatur. Pendekatan yang menghendaki kegiatan
belajar secara mandiri dan bebas (independent study) memerlukan
pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan yang memerlukan banyak
diskusi dan partisipasi aktif peserta didik dalam ruang yang kecil, atau untuk
mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas.

f. Menentukan pembagian waktu (Allocation of times)


Pemilihan strategi dan teknik untuk ukuran kelompok yang berbeda-beda tersebut
mau tidak mau akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan waktunya, yaitu
apakah sebagian besar waktunya harus dialokasikan untuk presentasi atau
pemberian informasi, untuk pekerjaan laboratorium secara individual, atau untuk
diskusi. Mungkin keterbatasan ruangan akan menuntut pengaturan yang berbeda
pula karena harus dipecah ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.

g. Menentukan ruang (Allocation of space)


Sesuai dengan tiga alternatif pengelompokan belajar alokasi ruang ditentukan
dengan menjawab apakah tujuan belajar dapat dipakai secara lebih efektif dengan
belajar secara mandiri dan bebas, berinteraksi antar peserta didik, atau
mendegarkan penjelasan dan bertatap muka dengan pengajar.

h. Memilih media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources)


Pemilihan media ditentukan menurut tanggapan peserta didik yang disepakati.
Jadi tidak sekadar yang dapat memberikan stimulus rangsangan belajar. Gerlach
dan Ely mambagi media sebagai sumber belajar ini ke dalam lima katergori, yaitu:
(a) manusia dan benda nyata, (b) media visual proyeksi, (c) media audio, (d)
media cetak, dna (e) media display.

i. Mengevaluasi hasil belajar (evaluation of performance)


Kegiatan belajar adalah interaksi antara pengajar dan peserta didik, interaksi
antara peserta didik dan media instruksional. Hakiakat belajar adalah perubahan
tingkah laku belajar pada akhir kegiatan instruksional. Semua usaha kegiatan
pengembangan instruksional di atas dapat dikatakan berhasil atau tidak setelah
tingkah laku akhir belajar tersebut dievaluasi. Instrumen evaluasi dikembangkan
atas dasar rumusan tujuan dan harus dapat mengukur keberhasilan secara benar
dan objektif. Oleh sebab itu, tujuan instruksional harus dirumuskan dalam tingkah
laku belajar peserta didik yang terukur dan dapat diamati.

Gerlach dan Ely membagi media sebagai sumber belajar menjadi 5 kategori:
1) Manusia dan benda nyata
2) Media visual proyeksi
3) Media audio
4) Media cetak
5) Media display

6
j. Menganalisis umpan balik (analisys of feedback)
Analisis umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan sistem
instruksional ini. Data umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes, observasi,
maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha instruksional ini menentukan,
apakah sistem, metode, maupun media yang dipakai dalam kegiatan instruksional
tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicaPJOK atau masih perlu
disempurnakan.

Model pembelajaran Gerlach dan Ely (1971) merupakan suatu metode perencanaan
pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta
perjalanan pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar
mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya.
Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang
lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu
rencana untuk mengajar.
Gerlach dan Ely mengatakan bahwa melalui tes Enteryng Behaviors (kemampuan
awal) peserta didik, guru akan mengetahui apa yang dibawa atau yang telah diketahui
oleh peserta didik terhadap sesuatu pelajaran pada saat (pelajaran) dimulai. Para
perancang pembelajaran atau guru dalam mengembangkan satuan pelajaranya dia harus
mengetahui; siapa kelompok, populasi, atau sasaran kegiatan pembelajaran tersebut?
Perlunya guru atau perancang pembelajaran mengetahui kemampuan awal ini, agar
pelaksanaan pembelajaran berjalan efektif, karena pengetahuan awal yang telah dimiliki
peserta didik terdapat juga pengetahuan yang merupakan prerequisit bagi tugas belajar
yang baru. Untuk mengetahui kemampuan awal sekelompok peserta didik. Tes awal
mempunyai fungsi atau tujuan yang berharga dan penting bagi pengembangan suatu
pembelajaran.
Kelebihan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
1. Sangat teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
2. Cocok digunakan untuk segala kalangan
Kekurangan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
1. Terlalu panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran
2. Tidak adanya tahapan pengenalan karakteristik peserta didik

Contoh Konsep pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely


dalam PJOK di sekolah adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan pembelajaran (specification of object)
Tujuan pembelajaran sejarah disekolah sesuai dengan kurikulum, yaitu berupa pelajaran
tentang cara baca Alqur’an, cara berwudhu, sholat dan lain-lain.
2) Menentukan isi materi (specification of content)
Isi materi PJOK berbeda-beda menurut tingkatan dan kelasnya, namun isi materi
pembelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicaPJOKnya. Dalam menentukan isi
materi PJOK harus diperhatikan batasan dan ruang lingkup materi karena berbeda menurut
kelompok dan tingkatan kelas.

7
3) Menurut kemampuan awal/penilaian kemampuan awal peserta didik (Assesment of
Entering behaviors)
Tes awal berfungsi untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal peserta didik
dalam pelajaran PJOK, sebelum mendapat materi yang sudah disiapkan oleh seorang guru.
4) Menentukan teknik dan strategi (Determination of strategy)
PJOK dikaitkan dengan kegiatan peserta didik atau siswi dikehidupannya sehari- hari.
Masalah yang membosankan dalam pembelajaran harus dihilangkan. Sebelumnya ditambah
pelajaran PJOK yang jarang dipelajari di sekolah umum maka dalam mengajar PJOK itu
guru menggunakan metode yang aktif, kreatif dan inovatif (active learning). Artinya guru
tidak menggunakan metode yang tepat untuk setiap materi, jangan disamaratakan setiap
materi menggunakan metode yang sama dan peserta didik diajak untuk melakukan kegiatan
itu, peserta didik jangan hanya mendengarkan cerita guru, hal itu akan membosankan peserta
didik, apalagi jika penampilan guru tidak menarik maka lengkaplah sudah bahwa mata
pelajaran PJOK sangat membosankan, sehingga dengan desain ini diharapkan guru dapat
membuat peserta didik tertarik terhadap pelajaran PJOK.
5) Pengelompokan belajar (Organization of groups)
Membentuk kelompok belajar yang menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman masing-
masing sesuai dengan tugas materi yang ditetapkan kepada peserta didik dalam pelajaran
PJOK.
6) Menentukan pembagian waktu (Allocation of times)
Alokasi waktu harus ditentukan agar sebagian besar waktunya dapat dialokasikan untuk
presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan observasi di musium secara individual,
atau untuk diskusi dalam kelompok tentang materi pelajaran PJOK.
7) Menentukan ruang (Allocation of space)
Dalam pembelajaran PJOK harus diberikan ruang agar dalam proses pembelajaran
peserta didik dapat berinteraksi dengan peserta didik lain dan juga dengan guru.
8) Memilih media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources) Media yang dapat
digunakan dalam pembelajaran PJOK adalah:
a. Audio (kaset audio, CD dll)
b. Cetak (buku pelajaran, brosur, modul, leaflet, dan gambar)
c. Proyeksi visual diam (OHP, film bingkai/slide)
d. Audio visual gerak (film gerak bersuara, video, TV)
9) Mengevaluasi hasil belajar (evaluation of performance)
Melakukan evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik baik berupa tes objektif maupun
essay yang berguna untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan peserta didik dalam belajar
PJOK di sekolah.
10) Menganalisis umpan balik (analisys of feedback)
Melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran PJOK baik dari guru ataupun peserta
didik. Pendekatan pembelajaran menekankan pada gaya bagaimana menyampaikan materi
yang meliputi: sifat, cakupan dan prosedur kegiatan yang memberikan pengalaman (Vermon
S. Gerlach dan Donald P. Ely, 1980). Model desain instruksional yang dikembangkan Gerlach
dan Ely sangat cocok dengan pelajaran PJOK, sehingga bisa dijadikan sebagai pedoman untuk
membuat perencanaan pembelajaran PJOK.

8
Desain instruksional diatas merupakan model instruksional yang paling sesuai digunakan
dalam pembelajaran PJOK, karena langkah-langkahnya sangat lengkap dan spesifik
disamping itu, model juga tidak memiliki batasan tertentu sehingga dapat digunakan dari
semua kalangan (umum) walaupun memiliki sejumlah kekurangan.

5. Sistematika penerapan model Assure


Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Menurut
Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu: a. Analyze Learners
Analisis peserta didik : langkah pertama dalam perencanaan untuk mengetahui dan
menganalisis peserta didik sehingga bisa diasosiasikan hasil belajarnya nanti, yang lebih
penting diperhatikan adalah (1) karakteristik umum, (2) kemampuan khusus, (3) gaya
belajar
b. States Objectives
Langkah selanjutnya menentukan standard an tujuannya sespesifik mungkin. Disini
sangat penting memulai pelajaran dengan menyusun kurikulum dan teknologi (nets for
students) disesuaikan dengan menyusun kurikulum daerah berdasarkan kurikulum
nasional.
c. Select Methods, Media, and Materia
Pemilihan strategi, media, dan materi: pada langkah ini guru melakukan pemilihan
strategi yang tepat, media yang cocok dan materi yang relevan dengan tujuan yang
hendak dicapai PJOK.
d. Utilize Media and materials
Penggunaan teknologi, media dan materi; dalm step ini seorang guru menggunakan
teknologi, media dan materi membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajarannya,
ada 5 proses yang dilalui yaitu;
1) Preview ; teknologi, media, materi
2) Prepare ; persiapan teknologi, media dan materi
3) Prepare ; lingkungan
4) Prepare ; student
5) Provide ; melengkapi dengan kegiatan peserta didik
e. Require Learner Participation
Merangsang partisipasi peserta didik, hal ini bertujuan agar kondisi belajar peserta didik
dapat terkendali. Di sini diharapkan ada kegiatan yang membuat mereka bisa
mempraktekkan pengetahuan atau keahlian baru yang disajikan sehingga peserta didik
dapat mengekspresikan kembali semua yang dimilikinya. Praktek-prektek yang bisa
dilakukan seperti: cek sendiri, pengajaran berdasarkan komputer, kegiatan berinternet,
kegiatan kelompok.
f. Evaluate and Revise
Evaluasi dan perbaikan; setelah langkah semua yang di atas guru harus mengevaluasi
semua kegiatan tersebut. Bagaimana dampaknya terhadap peserta didik. Evaluasi ini tidak
saja menilai seberapa besar pencapaian tujuan pembelajaran PJOK namun juga
keseluruhan proses pembelajaran itu (penggunaan teknologi dan media) kalau tidak ada
yang tercapai kita perlu mengadakan perbaikan agar lebih baik.

9
6. Manfaat ASSURE Model Dalam Pembelajaran
Model ASSURE dicetuskan oleh Heinich, dkk. Sejak tahun 1980-an, dan terus
dikembangkan oleh Smaldino, dkk. Hingga sekarang (Dewi Salma Prawiradilaga, 2007).
Satu hal yang perlu dicermati dari model ASSURE ini, walaupun berorientasi pada Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM), model ini tidak menyebutkan strategi pembelajaran secara
eksplisit. Strategi pembelajaran dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan metode,
media, bahan ajar, serta peran peserta didik di kelas. Manfaat dari model ASSURE, yaitu
(Dewi Salma Prawiradilaga, 2007) :
a. Sederhana, relatif mudah untuk diterapkan.
b. Karena sederhana, maka dapat dikembangkan sendiri oleh pengajar.
c. Komponen KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) lengkap.
d. Peserta didik dapat dilibatkan dalam persiapan untuk KBM.

7. Komponen-komponen model desain pembelajaran Assure


a. Analisis Karakter Peserta didik
Langkah awal yang perlu dilakuakn dalam menerapkan model ini dalah
mengidentifikasi karakter peserta didik yang akan melakukan aktivitas pembelajaran.
Tujuan utama para guru adalah memenuhi kebutuhan unik setiap peserta didik sehingga
mereka bisa mencapai tingkat belajar yang maksimum. Model ASSURE memberikan
pendekatan yang sistematis untuk menganalisis karakteristik para peserta didik yang
memengaruhi kemampuan mereka untuk belajar. Analisis karakteristik peserta didik
meliputi beberapa aspek penting, yaitu: (1) karakteristik umum; (2) gaya belajar atau
learning style peserta didik; dan (3) motivasi.

1) Karakteristik umum
Agar berhasil memenuhi kebutuhan individual para peserta didik, maka seorang
guru penting sekali untuk memahami karakteristik umum yang mungkin memengaruhi
belajar mereka. Karakteristik umum pada dasarnya menggambarkan tentang kondisi
peserta didik seperti usia, kelas, pekerjaan, dan gender.
Analisis sederhana yang dilakukan oleh guru sebelum memulai sebuah program
pembelajaran seringkali membawa dampak yang positif. Cara sederhana untuk
mengetahui karakteristik peserta didik dapat dilakukan melalui observasi, wawancara,
dan pre-tes. Informasi yang dapat diperoleh dari cara yang dilakukan tersebut yaitu,
etnis dan latar belakang individu; sosial ekonomi; sikap terhadap materi pelajaran; dan
usia peserta didik atau trainee. Perhatian yang saksama tentang karakteristik umum
peserta didik pada dasarnya dapat memebantu guru untuk menciptakan program
pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Peamahaman tentang karakteristik
peserta didik juga akan memudahkan guru untuk memperoleh gambaran yang
menyeluruh tentang peserta didik yang akan menempuh program pembejaran.

2) Kemampuan awal
Faktor lain yang perlu diperhatikan selain karakteristik umum adalah kemempuan
atau kompetensi awal yang perlu dimiliki peserta didik sebelum mengikuti aktivitas
pembelajaran. Untuk mengetahui kemampuan awal atau prerequisite, yang merupakan

10
persyaratan dalam mengikuti suatu program pemeblajaran diperlukan diperlukan adanya
pre tes.Hal ini dapat digunakan oleh para guru untuk menghindari asumsi yang kerap
dilakukan bahwa seluruh peserta didik telah memiliki kemampuan awal yang diperlukan
sebelum mengikuti program pembelajaran.
Untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal yang dimiliki oleh peserta
didik, selain melalui pre-tes juga dapat melalui perbincangan antara guru dengan peserta
didik. Apabila peserta didik telah memiliki pengetahuan awal tentang penegetahuan dan
keterampilan yang akan dipelajari, maka guru tidak perlu lagi membahas pengetahuan
dan keterampilan tersebut di dalam aktivitas pembelajaran. Dengan mengetahui latar
belakang dan karakteristik peserta didik secara komprehensif, guru akan mudah dalam
menentukan metode, media, dan materi pelajaran yang tepat dalam pencapaian
kompetensi atau tujuan pembelajaran.

3) Gaya belajar
Gaya belajar atau learning styles dapat definisikan sebagai suatu cara tentang
bagaimana seorang individu melakuakn persepsi, berinteraksi, dan merespon secara
emosional terhadap lingkungan belajar. Sebagai seorang guru, tentunya akan
menemukan perbedaan dalam cara-cara peserta didik belajar atau memproses informasi.
Smaldino dalam Butler (1986), menurutnya kebiasaan memproses informasi ini
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:
a) Pembelajar berurutan konkret lebih menyukai pengalaman langsung (hands on
experience) yang diorganisasikan secara sistematik. Mereka paling baik denagn
menggunakan buku kerja, pengajaran yang berdasarkan computer, demonstrasi, dan
praktik laboratorium terstruktur.
b) Pembelajar acak konkret sangat menyukai proses belajar dengan menggunakan
pendekataan coba-coba atau trial and error. Mereka biasanya cepat melakukan
penarikan kesimpulan dari proses eksplorasi pengetahuan dan eksperimen. Mereka
menyukai metode pembelajaran seperti permainan, simulasi, proyek belajar mandiri,
dan belajar penemuan.
c) Pembelajar berurutan abstrak biasanya individu yang memiliki gaya belajar ini cepat
dalam memahami pesan dan informasi verbal dan simbolik yang disampaikan secara
sistematis. Mereka umumnya menyukai membaca dan menyimak presentasi.
d) Pembelajar abstrak acak pada umumnya memiliki kemampuan untuk memaknai
pesan dan informasi yang disampaikan melalui media. Mereka menyukai informasi
dan pengetahuan yang dikemas dalam bentuk media.
Gardner (1999), mengemukakan konsep konsep kecerdasan majemuk atau
multiple intelligences yang dapat membedakan kecenderungan belajar dan minat
yang dimiliki oleh seseorang dengan orang lain. Ia mengembangkan konsep
kecerdasan majemuk yang mengidentifikasi sembilan aspek kecerdasan:
(1) Verbal/linguistic (bahasa)
(2) Logis /matematis (ilmiah/kuantitatif)
(3) Visual/spasial
(4) Musical/ritmis
(5) Ragawi/kinestetik(menari/olahraga)

11
(6) Antar personal (memahami orang lain)
(7) Intra personal (memahami diri sendiri)
(8) Naturalis
(9) Eksistensialis
Teori Gardner menyatakan bahwa guru yang efektif harus
mempertimbangkan gaya belajar yang berbeda dari setiap peserta didik, menyadari
bahwa peserta didik sangat berbeda dalam hal kekuatan dan kelemahan di tiap-tiap
area tersebut.

4) Motivasi
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam menempuh
pembelajaran yaitu motivasi. Motivasi dapat diartiakan kondisi yang dapat mendorong
individu untuk melakukan suatu tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Motivasi dapat
digolongkan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang didorong oleh pekerjaan yan g disukai atau
diminati oleh seseorang.Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang didorong
oleh faktor eksternal dalam bentuk imbalan atau reward.Imbalan yang diperoleh setelah
seseorang melakukan suatu tugas atau pekerjaan akan mendorong seseorang untuk
melakukan tugas dan pekerjaan tersebut.
Guru sebaiknya mampu menciptakan motivasi belajar yang bersifat intrinsik
dalam diri peserta didik. Peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik dalam melakukan
proses belajar pada umumnya akan memperlihatkan kinerja yang kontinu dalam
mencapai kompetensi yang diinginkan.

5) Menetapkan tujuan pembelajaran dan kompetensi


Belajar pada hakikatnya adalah upaya dari individu untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan.Kompetensi dalam hal ini dapat dimaknai sebagai seperangkat tindakan
cerdas yang dilakukan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan spesifik. Dalam sebuah
kompetensi terdapat beberapa aspek penting yang merupakan hasil atau output proses
belajar. Kompetensi juga dapat dikatakan sebagai hasil dari proses pembelajaran.
Menurut Gagne dalam Benny (2011) membagi lima aspek kemampuan yang
merupakan hasil dari belajar individu, yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan
psikomotorik; (3) sikap; (4) keterampialn intelektual; dan (5) strategi kognitif.
Informasi verbal adalah kemampuan yang diperlukan untuk menyediakan respons
lisan dan tertulis terhadap stimulus. Contoh-contoh kemampuan verbal ini adalah
mengidentifikasi, menyusun daftar, menyebutkan, dan menjelaskan.
Keterampialn psikomotorik diartikan sebagai pelaksanaan atau eksekusi suatu
tindakan untuk mencapai hasil tujaun tertentu. Kemampuan psikomotorik dalam aktivitas
melibatkan aktivitas berupa tindakan yang bersifat fisik dan penggunaan otot untuk
melakukan suatu tindakan yang bertujuan. Tindakan yang terlihat dalam keterampialn
psikomotorik pada dasarnya tidak hanya berupa tindakan fisik semata, tetapi melibatkan
tindakan mental yang ada di dalamnya.

12
Sikap atau attitude yaitu kondisi internal yang memengaruhi pilihan individu dalam
melakukan suatu tindakan. Sikap menujukkan adanya kecenderungan atau pilihan yang
dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
Keterampialn intelektual adalah keterampilan yang diperlukan oleh peserta didik
untuk melakukan aktivitas kognitif yang bersifat unik. Keterampilan intelektual
melibatkan kemampuan dalam menganalisa dan memodifikasi simbol-simbol kognitif
atau informasi. Kemampuan pada ranah ini membuat peserta didik dapat menyusun
klasifikasi benda berdasarkan label dan karakteristiknya.
Strategi kognitif merupakan kompetensi yang paling tinggi dari taksonomi yang
dikemukakan oleh Gagne. Kompetensi ini berupa kemampuan metakognitif yang
diperlihatkan dalam bentuk kemampuan berpikir tentang proses berpikir dan belajar
bagaimana belajar. Contoh dari kompetensi beruap strategi kognitif adalah bagaimana
seseorang membuat aktivitas belajarnya menjadi lebih efektif dan efisien.

13
C. KESIMPULAN

Desain pembelajaran sebagai proses merupakan pengembangan pembelajaran secara


sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas
pembelajaran. Desain pembelajaran juga mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan
pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam
kurikulum yang digunakan.

Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan


pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta
perjalanan pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar
mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya.
Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya
serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk
mengajar.

Kelebihan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely


yaitu : sangat teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran serta cocok digunakan
untuk segala kalangan.

Kekurangan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely


adalah : terlalu panjang prosedur perancangan desain pembelajaran,serta tidak adanya
tahapan pengenalan karakteristik peserta didik.

Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Model
ASSURE memberikan pendekatan yang sistematis untuk menganalisis karakteristik para
peserta didik yang memengaruhi kemampuan mereka untuk belajar, model ini juga tidak
menyebutkan strategi pembelajaran secara eksplisit.

Manfaat dari model ASSURE yaitu : (1) sederhana, relatif mudah untuk diterapkan, (2)
dapat dikembangkan sendiri oleh pengajar, (3) Komponen KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
lengkap, dan (4) Peserta didik dapat dilibatkan dalam persiapan untuk KBM.

Analisis karakteristik peserta didik pada model ASSURE meliputi beberapa aspek
penting, yaitu: (1) karakteristik umum; (2) gaya belajar atau learning style peserta didik; dan
(3) motivasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Majid. 2007. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi


Guru, Bandung, Rosdakarya.

14
Alwi, Suparman. 1991. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Amanah. 2011. Model Pembelajaran ASSURE. [online] tersedia
di:http://amanahtp.wordpress.com/2011/11/28/model-pembelajaran-assure-
menciptakan-pengalaman-belajar/

Bistok, Sirait. 1989. Bahan Pengajaran Untuk Mata Kuliah Evaluasi Hasil Belajar Peserta
didik,Jakarta, Depdikbud, Dirjen-Dikti, P2LPTK.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Meenengah Direktorat Pendidikan La
Gerlach, Vernon S. & Donald P. Ely. Teaching & Media: A Systematic Approach. Second
edition. (Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1980
Harjanto. 2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta Dewi, L.
Rishe Purnama . Handout Perencanaan Pembelajaran.
Masnur, Muslich. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan: Pedoman Bagi
Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Komite sekolah, Dewan Sekolah,
dan Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Muhammad, Ali. 1983. Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Baandung, Sinar Baru
Algensindo.
Nasution S. 1999. Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta, Bumi Aksara.
R. Ibrahim, Nana Syaodah S. 2003. Perencanaan Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta Kerja
sama Depdikbud.
Rais, Rahma. 2012. Rancangan Pembelajaran Model ASSURE. [online]
tersedia:http://tentangmediapendidikan.blogspot.com/2012/06/rancangan-
pembelajaran-model-assure.html

Ranto. 2011. Model ASSURE merencanakan Pembelajaran Dengan Mengintegrasikan


teknologi dan Media. [online] tersedia:
http://ranto.staff.fkip.uns.ac.id/2011/12/10/model-assure-merencanakan-
pembelajaran-dengan-mengintegrasikan-teknologi-dan-media/

Rohani, Ahmad. t.t. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta, PT Rineka Cipta.

Rostiyah N.K. 1982. Masalah-masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, Jakarta, Bina
Aksara
Salameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Bina Aksara
Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Malang, IKIP.

15
Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai