Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PEMBELAJARAN INOVATIF IPA DI MI/SD BERORIENTASI


KONSTRUKTIVISTIK (CONCEPT MAPPING)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pengembangan materi dan
metodologi pembelajaran ipa

Dosen Pengampu

Dr. Rini Nafsiati Astuti, M.Pd

Disusun Oleh:

Nur Fatimah (19760015)

Ratna Sasi Suci (19760026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG

2020

1
A. CONCEPT MAPPING

CONCEPT MAPPING dalam kamus bahasa indonesia diartikan


sebagai Peta Konsep. Menurut Novak (1984) alat yang dapat dipakai untuk
mengembangkan strategi belajar bermakna kepada siswa adalah peta konsep
atau pemetaan konsep.1 Peta konsep dapat diterapkan dalam berbagai disiplin
ilmu. Salah satu disiplin ilmu yang dapat diterapkannya peta konsep adalah
pembelajaran IPA di jenjang Sekolah dasar/ Madrasah Ibtidaiyyah.
Berdasarkan kurikulum 2013 revisi 2018 mata pelajaran IPA/Sains untuk
kelas V, salah satu pokok bahasan adalah Menganalisis hubungan antar
komponen ekosistem dan jaring-jaring makanan di lingkungan sekitar.
Dengan kata lain bahwa pada pembelajaran menggunakan peta konsep harus
memperhatikan konsep awal yang dimiliki siswa dan guru harus melatih siswa
supaya terampil membuat peta konsep sebelum pembelajaran dengan peta
konsep dipilih dalam pembelajaran.2

Pokok bahasan komponen ekosistem terdapat konsep-konsep yang bersifat


holistik dan luas ruang lingkupnya, yang menjelaskan tentang apa saja
komponen ekosistem, dan siklus jaring – jaring makanan dilingkungan sekitar.
Materi tersebut sangat luas untuk di kaji, bagi siswa kelas V SD/MI. Untuk
membantu memudahkan mempelajari konsep tersebut dibutuhkan alat bantu,
yaitu peta konsep atau pemetaan konsep. Dan menurut Martin, peta konsep
adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah
konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama3

Menurut Trianto dalam bukunya menyebutkan bahwa ada empat macam


peta konsep, yaitu rantai kejadian (events chain), pohon jaringan (network
tree), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba
(spider concept map).
1
Novak, J. D. & A. J. Canas. (2006). The theory Underlying Concept Maps and How to Construct
Them. Pensacola, Florida: Institute for Human and Machine Cognition pg.2
2
Astuti, Rini Nafsiati. 2009. Peta Konsep Pada Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Rasional Siswa SD/MI. Jurnal Madrasah, Vol 11, No.1 Juli-Desember 2009
hal.10
3
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif –Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), 158.

2
a. Rantai kejadian (events chain)

Peta konsep rantai kejadian, merupakan peta konsep yang dapat


digunakan untuk menunjukkan suatu urutan kejadian, langkah-langkah
dalam sebuah prosedur, atau suatu tahapan dalam suatu proses, seperti
halnya dapat digunakan dalam melakukan suatu eksperimen. 4 Adapun
dalam penerapannya, rantai kejadian cocok digunakan untuk
memvisualisasikan langkah-langkah dalam suatu prosedur tertentu,
memberikan tahapan-tahapan dalam suatu proses, dan urutan suatu
kejadian. Adapun contoh gambar peta konsep rantai kejadian adalah
sebagai berikut:

Gambar 1.1
Sumber : https://moondoggiesmusic.com/rantai-makanan/

b. Pohon jaringan (network tree)


Peta konsep pohon jaringan merupakan peta konsep yang ide-ide
pokok suatu konsep dibuat dalam sebuat persegi empat, sedangkan
beberapa kata yang lain dituliskan dan dihubungkan dengan garis-garis
penghubung, dan garis-garis penghubung tersebut menunjukkan hubungan
antara ide-ide tersebut.5
4
Ibid, 161
5
Septiana, Keefektifan Peggunaan Media Peta Konsep Pohon Jaringan Pada Pembelajaran
Menulis Cerpen di Kelas X SMA Negeri 1 Mojotengah Kabupaten wonosobo, Skripsi,
(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2011), 14

3
Adapun peta konsep pohon jaringan cocok diguanakan dalam materi
ekosistem dan untuk memvisualisasikan suatu hal yang menunjukkan
sebabakibat, suatu hirarki, prosedur yang cabang, dan istilah-istilah yang
berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan - hubungan.
Adapun contoh dari peta konsep pohon jaringan adalah sebagi berikut:

Gambar 2.1
Sumber : https://www.aanwijzing.com/2016/08/Keseimbangan-Ekosistem-
Pelajaran-IPA-SD-Kelas-6.html

c. Peta konsep siklus (cycle concept map)


Peta konsep siklus adalah peta konsep yang didalamnya memuat
rangkaian kejadian yang tidak menghasilkan suatu hasil atau final.
Kejadian terakhir pada rantai tersebut menghubungkan kembali pada
kejadian awal, sehingga siklus berulang dengan sendirinya. Pada peta
konsep ini cocok digunakan untuk menunjukkan hubungan bagaimana
suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok
hasil yang berulang-ulang.

4
Gambar 3.1
Sumber : http://mpgsiklusair-
evaporasi.blogspot.com/2008/11/peta-konsep_03.html

d. Peta konsep laba-laba (spider concept map)


Peta konsep laba-laba merupakan peta konsep yang biasanya
digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat, ide-
ide berasal dari suatu ide yang sentral, sehingga dapat memperoleh
beberapa ide yang bercampur aduk. Banyak ide-ide yang tumbuh dan
berkaitan dengan ide sentral, namun belum tentu ide-ide tersebut
berhubungan antara ide satu dengan yang lain. Peta konsep laba-laba
cocok digunakan untuk memvisualisasikan konsep yang tidak menurut
hirarki, kategori yang tidak paralel, dan hasil curah pendapat. Berikut
adalah gambar peta konsep laba-laba.

Gambar 4.1

5
Sumber : https://www.slideshare.net/ridwanhamzah/ppt-
model-webbed

B. CONCEPT MAPPING dalam pembelajaran IPA

Pengembangan kemampuan berpikir bagi siswa dalam bidang Ilmu


Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu kunci keberhasilan
peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dan
memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi. Untuk dapat
menyikapi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang
begitu cepat dalam era globalisasi ini, diperlukan pembelajaran yang
bermakna dan siswa mampu menemukan sendiri pengetahuannya melalui peta
konsep atau Concept Mapping. Peta konsep menurut Novak (1983), adalah
teknik visual untuk menunjukkan struktur informasi bagaimana konsep-
konsep dalam suatu domain tertentu saling berhubungan.

Peta konsep dalam pembelajaran IPA bisa terbangun pada diri siswa
melalui proses pembelajaran IPA yang konstruktivistik dimulai dari
pengetahuan awal siswa dalam pengalaman pribadinya dikaitkan dengan
pengetahuan baru yang diperolehnya dalam kegiatan pembelajaran
dilingkungan sekitarnya terkait dengan pengetahuan IPA. Kemampuan peserta
didik dalam memahami materi, didasarkan pada kemampuan berpikirnya.
Siswa yang memiliki keunggulan dalan kognitifnya akan mampu memahami
materi dengan mudah. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan rendah
dalam kognitifnya akan mengalami kesulitan dalam memahami materi.

Pemahaman materi bagi siswa juga tergantung dari seberapa banyak


materi yang akan dipelajari. Materi yang banyak akan membuat siswa
mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Mempelajari materi tersebut,
tidak jarang siswa menghafalnya dan menggaris bawahi kalimat yang
menurutnya penting. Sementara materi yang harus dipahami sangat banyak.

6
Menyikapi hal tersebut, diperlukan pemahaman konsep terlebih dahulu. Siswa
harus dilatih membuat peta konsep terkait materi yang akan dikaji.

Melatih kemampuan peserta didik dalam membuat peta konsep,


tidaklah mudah. Hal tersebut dikarenakan guru IPA wajib memahami terlebih
dahulu konsep materi secara holistik. Guru yang memiliki pemahaman konsep
materi IPA akan mampu mengarahkan siswa pada hasil yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Ketika peserta didik disajikan dengan dengan materi-
materi yang sangat banyak tanpa tahu hubungan dari masing-masing materi
tersebut peserta didik terpaksa menggunakan hafalan untuk belajar. Kegiatan
menghafal pada pemahaman peta konsep akan memiliki dampak tersendiri
bagi siswa yang memiliki kelemahan dalam menghafal. Dampaknya, siswa
yang memiliki kelemahan dalam mengahafal tidak mampu membuat peta
konsep pembelajaran yang dikaji. Pemahaman peta konsep berawal dari
gagasan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran orang yang sedang
belajar melalui dimensi pengetahuan yang dimilikinya dan merupakan dasar
teoritis bagi perbedaan antara belajar bermakna dan belajar hafalan.

Proses membuat peta konsep dalam pembelajaran IPA dapat dilakukan


dengan dua cara, yaitu pembelajaran yang pertama peserta didik menghafal
tanpa ada usaha untuk menghubungkan konsep-konsep baru dan proposisi
dengan pengetahuan sebelumnya yang telah ia miliki. Proposisi adalah dua
atau lebih konsep yang dihubungkan dengan garis yang diberi kata
penghubung sehingga memiliki suatu pengertian.6 Pembelajaran yang kedua,
merupakan pembelajaran bermakna yang terjadi ketika peserta didik berusaha
untuk untuk menghubungkan konsep baru dan proposisi dengan konsep yang
telah ada sebelumnya dalam dimensi pengetahuannya. Proses membuat peta
konsep yang kedua, menjadikan cara belajar siswa lebih bermakna. Bermakna
dalam arti siswa mampu secara aktif mengintegrasikan antara pengetahuan
yang dimiiki, dengan pengetahuan baru yang ia dapatkan ketika mempelajari
6
Ifa Muhimmati, Penerapan Tugas Peta Konsep dalam Project –Based Learning (PJBL) untuk
Mahasiswa Pendidikan Biologi UMM di Mata Kuliah Sumber Belajar dan Media Pembelajaran,
Jurnal Saintifika, Volume 16, Nomor 2, Desember 2014, (Jember: Universitas Jember, 2014), 31

7
materi IPA. Kemampuan mengintegrasikan materi atau informasi dari
berbagai sumber antara pengalaman pribadi siswa dapat di peroleh dari
interaksi sosial siswa pada teman di kelasnya dalam kegiatan diskusi secara
langsung dan menjadikan pembelajaran bermakna.

Pembelajaran bermakna dalam membuat peta konsep bertujuan untuk


menjadikan peserta didik lebih aktif, baik pada saat pembelajaran maupun
ketika membangun pengetahuan mereka, sehingga peserta didik bukan hanya
penerima pasif. Peta konsep ini dibuat berdasarkan teori Ausubel tentang
belajar yang bermakna yang menekankan belajar hasil belajar tentang suatu
pengetahuan yang baru dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah ada
sebelumnya.

Melalui konsep dapat memvisualisasikan kerangka berpikir seseorang dan


juga menyebabkan pengetahuan awal seseorang menjadi terlihat. Peta visual
tersebut memperlihatkan hubungan antara topik yang dipelajari sebelumnya
dengan topik yang akan dipelajari, sehingga membantu mengurangi rasa
ketidakmauan belajar akibat presumsi.7 Dalam belajar bermakna pengetahuan
baru dikaitkan pada konsep-konsep yang relevan dengan konsep yang sudah
ada dalam pikiran kita (struktur kognitif). Bila dalam struktur kognitif tidak
terdapat konsep yang relevan, maka pelajaran baru biasanya harus dihafal.
Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk mengetahui apa yang telah
diketahui setiap siswanya sebelum proses pembelajaran itu dimulai.

C. CONCEPT MAPPING dalam pembelajaran IPA di MI/SD

Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau Sekolah Dasar (SD) pemahaman


peta konsep digunakan untuk menggambarkan pengetahuan yang telah
dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, gagasan menggunakan peta konsep dalam
assesmen siswa nampaknya sudah diperlukan oleh kalangan pendidik
khususnya guru di madrasah. Ketika mulai menggunakan peta konsep satu hal

7
Hellen Ward, Pengajaran Sains Berdasarkan Cara Kerja Otak, Terj. Endah Sulistyowati,Agus
Suprapto (Jakarta Barat: PT Indeks 2010),22

8
yang penting adalah bagaimana pada peta konsep itu memperlihatkan konsep-
konsep itu saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menyusun peta konsep
dibutuhkan konsep atau kejadian dan kata-kata penghubung yang akan
mengaitkan konsep-konsep itu menjadi proposisi yang bermakna. Proposisi
inilah nantinya akan disimpan dalam struktur kognitif siswa ketika mengikuti
pembelajaran IPA yang akan kita laksanakan di dalam kelas.

Pengenalan konsep dan proposisi pada struktur kognitif siswa pada


saat pembelajaran IPA berlangsung akan sangat membantu guru dalam
mengembangkan pengetahuan atau memperluas pengetahuan diri siswa.
Pembuatan peta konsep merupakan suatu teknik untuk mengungkapkan
konsep dan proposisi yang ada dalam struktur kognitif siswa. Dan
pengungkapan seperti ini dapat dipergunakan oleh guru dalam mengetahui apa
yang telah diketahui siswa dari berbagai topik bahasan yang akan diambil
dalam setiap kali akan melaksankan pembelajaran IPA di MI. Peta konsep
menampilkan tugas khas yang tidak dimiliki oleh alat lain, yaitu membangun
hubungan antar konsep yang ada pada materi tertentu secara konprehensif.
Peta konsep memiliki format yang jelas menunjukkan apa yang harus ada,
yaitu konsep-konsep dan hubungan antar konsepnya. Peta konsep memiliki
sistem scoring atau urutan pemahaman keluasan konsep dari proposisi yang
telah ditemukan.

Peta konsep memerlukan model pengembangan konsep yang berupa


bertumpu pada proses berpikir, antara lain adalah bagaimana cara
mengorganisasikan data atau informasi sehingga terbentuk konsep. Disamping
itu, juga dipelajari cara-cara memahami konsep-konsep secara efektif serta
cara-cara penyajian yang bertahap sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa.8
Pembuatan peta konsep dalam pembelajaran IPA di MI akan sangat membantu
guru dalam memberikan pemahaman konsep pengetahuan pada diri siswa.
Bahan yang bisa dimanfaatkan dalam pembuatan peta konsep bisa diambil

8
Dr. Sri Sulistyorini. M.Pd, Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar Dan Penerapannya Dalam
Ktsp (Yogyakarta: Tiara Wacana 2007),15

9
dari berbagai macam sumber baik yang tertulis dalam bentuk buku, majalah,
jurnal dll, ataupun melalui fenomena alam (kejadian atau peristiwa ) yang ada
di lingkungan siswa itu sendiri. Dengan peta konsep, diharapkan siswa akan
dapat memperluas pengetahuannya tentang IPA baik dari buku sumber
ataupun dari fenomena alam, sekaligus melalui kegiatan ini pemaknaan siswa
tentang konsep IPA akan jauh lebih meningkat. Dalam prosesnya bentuk peta
konsep yang dibuat oleh siswa mungkin akan didasari oleh konsepsi mereka
sendiri yang tidak sesuai dengan konsep para ilmuwan (miskonsepsi), Namun
dengan penemuan konsepsi ini guru dapat berusaha mengubahnya, sehingga
dapat diterima.

Guru harus mencontohkan kosakata dan menggunakan bahasa yang benar


disetiap aktivitas. Siswa menemukan beberapa konsep seperti pelarutan dan
pencaiaran yang sulit dibedakan dan sering menggunakan istilah yang tidak
tepat. Selama mereka memperhatikan bahwa kedua proses tersebut dimulai
dengan benda padat, berakhir dengan benda cair, dan panas kadang-kadang
menjadi faktor umum, tidak heran jika sulit bagi mereka untuk memahami
keduanya. Disinilah rantai konsep berguna sehingga pengajaran berfokus jelas
pada poin penting dengan cara yang bisa dipahami oleh siswa.9

D. Cara membuat Peta Konsep pada salah satu materi IPA di SD/MI

Karakteristik peta konsep menurut Dahar (1989) adalah:10

1. Peta konsep atau pemetaan konsep ialah suatu cara untuk


memperlihatkan konsep– konsep dan proposisi suatu bidang studi.

2. Suatu peta konsep memperlihatkan hubungan–hubungan proporsional


antara konsep–konsep.

9
Hellen Ward, Pengajaran Sains Berdasarkan Cara Kerja Otak, Terj. Endah Sulistyowati,Agus
Suprapto (Jakarta Barat: PT Indeks 2010),105
10
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta. Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK hal 17

10
3. Konsep yang inklusif terdapat di puncak lalu menurun pada konsep–
konsep yang lebih khusus.

4. Suatu hierarki pada peta konsep akan terbentuk bila dua atau lebih
konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif. Suatu peta
konsep digambarkan secara umum dulu, baru setelah itu digambarkan konsep–
konsep secara khusus.

Berikut ini adalah langkahlangkah untuk menyusun suatu peta konsep


menuru Dahar (1996: 126):11

1. Memilih suatu bahan bacaan dari buku pelajaran

2. Menentukan konsep-konsep yang relevan

3. Mengelompokkan (mengurutkan ) konsep-konsep dari yang paling


inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh

4. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan di atas kertas,


konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat
bagan tersebut.

5. Menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata


hubung.

6. Jika peta konsep sudah selesai dibuat, perhatikan kembali letak


konsepkonsepnya atau jika perlu diperbaiki dan disusun kembali agar menjadi
lebih baik lagi.

Dari langkah-langkah tersebut, pemakalah memilih salah satu materi


yang ada di dalam kajian siswa SD/MI kelas V tentang Ekosistem. Ekosistem
memiliki kajian yang sangat luas perihal komponen-komponennya. Komponen
Ekosistem yang dibahas secara menyeluruh sesuai pada KD yang di tulis Pada
buku guru tematik kelas V revisi 2018. KD tersebut berisi tentang (3.5.
11
Ibid,

11
Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem dan jaring-jaring makanan
di lingkungan sekitar). Pengkajian materi ekosistem akan di buat secara peta
konsep. Peta konsep yang di buat oleh siswa, didasarkan pada pengetahuan
yang dia miliki kemudian di gabungkan dan di integrasikan dengan
pengetahuan baru yang diarahkan oleh guru IPA. Berikut penerapan peta
konsep pada materi IPA kelas V Tema 5 Subtema tentang Ekosistem.

E. Penerapan Peta konsep dalam materi IPA di SD/MI


Materi : Ekosistem
Sumber untuk mengetahui konsep : Sumber belajar penunjang plpg 2017 mata
pelajaran IPA BAB VI oleh Dr. Ramlawati, M.Si. Drs. H. Hamka L, M.S. Sitti
Saenab, S.Pd., M.Pd. Sitti Rahma Yunus, S.Pd., M.Pd Ekologi Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga
Kependidikan 2017.12
a. Pengertian Ekosistem

Suatu organisme tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan


hidupnya suatu organisme akan sangat bergantung pada kehadiran organisme
lain dan berbagai komponen lingkungan yang ada di sekitarnya. Kehadiran
organisme lain dan berbagai komponen lingkungan sangat dibutuhkan untuk
keperluan pangan, perlindungan, pertumbuhan, perkembangan, dan lain-lain.
Hubungan antar organisme atau dengan lingkungannya akan sangat rumit dan
kompleks, mereka saling berinteraksi satu sama lain membentuk suatu sistem
ekologi atau sering disebut ekosistem.

suatu ekosistem terdiri atas dua komponen yaitu: 1). Komponen


autotrof (autos=sendiri, trophikos=menyediakan makanan), yaitu organisme
yang mampu menyediakan atau mensintesis makanan sendiri yang berupa
bahan-bahan anorganik dan dari bahan-bahan organik dengan bantuan energi
matahari dan klorofil, oleh karena itu organisme yang mempunyai klorofil

12
Sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran IPA BAB VI oleh Dr. Ramlawati, M.Si.
Drs. H. Hamka L, M.S. Sitti Saenab, S.Pd., M.Pd. Sitti Rahma Yunus, S.Pd., M.Pd Ekologi
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan
2017 hlm. 5

12
disebut organisme autotrof. 2). Komponen heterotrof (heterros=berbeda,lain),
yaitu organisme yag mampu memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai
bahan makanannya dan bahan tersebut disintesis dan disediakan oleh
organisme lain. Manusia, hewan, jamur dan jasad renik termasuk dalam
kelompok ini.

Ekosistem berdasarkan komponen penyusunnya, maka dapat


dibedakan menjadi empat komponen yaitu 1) komponen abiotik, yaitu
komponen fisik dan kimia yang terdiri atas tanah, air, udara, sinar matahari,
dan sebagainya dan merupakan medium atau substrak tempat berlangsungnya
kehidupan, 2). Produsen yaitu organisme autotrof misalnya umumnya terdiri
dari tumbuhan berklorofil, yang dapat mensintesis makanan dari bahan-
bahan anorganik yang sederhana 3). Konsumen yaitu organisme heterotrof,
misalnya hewan dan manusia untuk hidupnya memakan organisme lain. 4).
Pengurai, perombak yaitu organisme yang menguraikan bahan organik yang
berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks) menyerap sebagian
hasil penguraian tersebut dan melepas bahan-bahan yang sederhana yang
dapat digunakan kembali oleh produsen, bakteri dan jamur termasuk dalam
kelompok ini.

Ekosistem dibagi menjadi dua berdasarkan macam habitatnya:


ekosistem darat dan akuatik. Ekosistem darat seperti padang rumput, hutan,
gurun dan tundra. Ekosistem Akuatik seperti ekosistem air tawar, ekosistem
estuarina dan ekosistem marine. Ekosistem darat dibedakan atas dasar
vegetasi yang dominan. Ekosistem akuatik dibedakan atas sifat kimia yaitu
kadar garamnya, ekosistem air tawar (kadar garam sangat rendah) di
dalamnya yang termasuk danau, kolam, rawa, ngarai dan sungai. Samudera
dan laut merupakan ekosistem marine (kadar garam sangat tinggi). Teluk,
muara sungai dan rawa pasang surut dimana air tawar bercampur dengan air
laut membentuk ekosistem estuarina. Keseimbangan suatu ekosistem akan
terjadi, bila komponen-komponennya dalam jumlah yang berimbang.

13
Komponen-komponen ekosistem mencakup : Faktor Abiotik,
Produsen, Konsumen dan Dekomposer (Pengurai). Di antara komponen-
komponen ekosistem terjadi interaksi, saling membutuhkan dan saling
memberikan apa yang menjadi sumber penghidupannya. Tuhan menciptakan
faktor abiotik untuk mendukung kehidupan tumbuh-tumbuhan sebagai
produsen; kemudian tumbuh-tumbuhan tersebut menjadi mendukung
kehidupan organisme lainnya (binatang dan manusia) sebagai konsumen
maupun detritivora, dan akhirnya dekomposer (bakteri dan jamur)
mengembalikan unsur-unsur pembentuk makhluk hidup kembali ke alam lagi
menjadi faktor-faktor abiotik, demikian seterusnya terjadilah daur ulang
materi dan aliran energi di alam secara seimbang.

Adanya saling ketergantungan antara faktor abiotik dengan faktor


biotik, dan hubungan antarkomponen di dalam faktor biotik sendiri,
menunjukkan bahwa kehidupan manusia bergantung kepada kehidupan
makhluk lainnya maupun kehidupan antar manusia sendiri. Beranekaragam
tumbuhan yang menyusun taman kota memberikan dampak positif bagi
lingkungan kehidupan kota itu maupun lingkungan lainnya. Belakangan ini
diketahui bahwa berbagai tanaman hias dapat menyerap racun yang ada di
udara, air, maupun di tanah, seperti tanaman tapak dara, senseivera, palem
kuning dan lain-lain.

b. Komponen-komponen Ekosistem
Komponen ekosistem dapat dilihat dari susunan yang terdapat dalam
komponen, yaitu: sistem dengan ekosistem yang tersusun atas makhluk hidup
disebut dengan komponen biotik; dan faktor lingkungan yang tak hidup dalam
ekosistem disebut dengan komponen abiotik.
1. Komponen Biotik
Setiap makhluk hidup membutuhkan tempat untuk tinggal yang
disebut dengan habitat. Misalnya semut, mempunyai habitat di tanah.
Namun, selain semut tanah juga merupakan habitat bagi cacing tanah dan
makhluk hidup lainnya.

14
Didalam ekosistem komponen biotik juga terdiri dari organisme
yang saling mengadakan interaksi. Akibat dari adanya interaksi ini
memunculkan adanya organisasi kehidupan. Organisasi kehidupan yang
terkecil sampai yang terbesar, adalah sebagai berikut : individu –
populasi – komunitas – bioma –biosfer.
a. Individu adalah makhluk hidup tunggal yang secara otonom dapat
melakukan proses-proses hidup secara mandiri.
b. Populasi adalah kumpulan dari individu-individu yang terdiri dari
satu spesies yang secara bersama-sama menempati luas wilayah
yang sama, mengandalkan sumberdaya yang sama, dan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan yang sama serta memiliki kemungkinan yang
tinggi untuk berinteraksi satu sama lain.
c. Komunitas adalah kumpulan dari beberpa populasi yang saling
berinteraksi, menempati suatu daerah, dan dalam waktu
tertentu.setiap komunitas berbeda-beda dalam hal kekayaan spesies
(species richness) jumlah spesies yang mereka miliki dan
kelimpahan relatif spesies (relative abundance).
d. Ekosistem adalah kesatuan fungsional antara makhluk hidup dengan
lingkungan.
e. Bioma adalah kesatuan ekosistem-ekosistem dalam skala yang luas
yang dibedakan berdasarkan iklim.
f. Biosfer adalah kesatuan ekosistem-ekosistem yang berada diseluruh
permukaan bumi.
2. Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan aspek tak hidup yang ada dalam
ekosistem. Misalnya :
a. Cahaya
Matahari merupakan sumber energi yang ada di muka bumi ini.
Cahaya matahari yang sampai ke bumi sangat diperlukan oleh
makhluk hidup.
b. Udara

15
Udara terdiri atas berbagai macam gas yaitu nitrogen, oksigen,
karbon dioksida, dan gas-gas lainnya. Oksigen dibutuhkan oleh
banyak makhluk hidup untuk bernafas. Karbon dioksida dalam udara
dibutuhkan oleh tumbuhan untuk melakukan proses fotosintesis.
Angin dapat membantu proses penyerbukan dan penyebaran biji.
c. Air
Air sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup baik yang
berhabitat di darat maupun perairan. Air dapat berbentuk padat, cair,
dan gas.
d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi beragam makhluk hidup
mulai dari yang berukuran renik, seperti bakteri dan protozoa, hingga
yang berukuran besar, seperti gajah.
e. Suhu
Suhu lingkungan merupakan faktor penting bagi makhluk hidup.
Suhu merupakan faktor penting dalam proses metabolisme makhluk
hidup, suhu tubuh optimal untuk metabolisme tubuh adalah 37°C.
f. Topografi
Topografi adalah keadaan tinggi atau rendahnya permukaan
bumi pada suatu tempat. Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu
lingkungannya akan semakin rendah.
Makhluk hidup dapat dipisahkan dari lingkungan dari lingkungan
abiotiknya dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
Setiap tempat di alam ini, terdiri atas makhluk hidup dan substansi
abiotiknya yang saling berinteraksi dan terjadi pertukaran materi antar
komponen biotik dan abiotik, sehingga suatu sistem ekologi atau
ekosistem.
Secara struktural terdiri atas komponen biotik dan abiotik. Dengan
demikian setiap ekosistem terdiri atas empat komponen yaitu:
1. Substansi abiotik berupa zat-zat anorganik seperti: C, N, CO2, H2O,
dan lain-lain yang terlibat dalam daur materi dan zat-zat organik

16
seperti: protein, karbohidrat, lemak, vitamin, serta iklim seperti
temperatur, kelembaban, tekanan udara dan lain-lain.
2. Produsen: organisme autotrof, terutama tumbuhan-tumbuhan hijau
yang dapat menghasilkan bahan makanan dari bahan organik
sederhana.
3. Konsumen: ornganisme heterotrof yang sebagian besar berupa
binatang yang makan organisme lain. Terutama herbivora dan
karnivora.
4. Pengurai atau dekomposer:organisme heterotrof seperti bakteri dan
jamur (cendawan) yang menguraikan dan memanfaatkan organisme
mati.

17
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SD
Kelas / Semester : V (Lima) / 1
Tema 5 : Ekosistem
Sub Tema 3 : Keseimbangan Ekosistem
Pembelajaran : 5
Fokus Pembelajaran : IPA
Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan (6 x 35 menit)

A. KOMPETENSI INTI (KI)


KI 1 : Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli,
dan bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru, dan tetangga, dan negara.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya,
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya
di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak kreatif, produktif,
kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif. Dalam bahasa yang
jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang
mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

B. KOMPETENSI DASAR (KD) & INDIKATOR


IPA
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
3.5. Menganalisis 3.5.1 siswa mampu menemukan kata kunci
hubungan antar tentang komponen ekosistem dalam bacaan.
komponen ekosistem 3.5.2 siswa mampu mengelompokkan kegiatan
dan jaring-jaring yang dapat mengganggu komponen dan

18
makanan di keseimbangan ekosistem.
lingkungan sekitar. 3.5.3 siswa mampu mengidentifikasi alasan
beberapa hewan yang harus dilindungi.
4.5 Membuat karya 4.5.1 siswa mampu mendesain peta konsep
tentang konsep jaring- tentang komponen ekosistem secara
jaring makanan dalam terstruktur.
suatu ekosistem. 4.5.2 siswa mampu mengembangkan peta konsep
berupa garis cabang penghubung
dengankata kunci tentang pengelompokan
kegiatan yang dapat mengganggu komponen
dan keseimbangan ekosistem.
4.5.3 siswa mampu mengkonstruk alasan
beberapa hewan yang harus dilindungi.

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)


Cermat, Gotong royong, Integritas, Teliti, dan Mandiri.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Dengan mencermati teks bacaan, siswa mampu menentukan pokok
pikiran dan informasi penting ke dalam bentuk peta pikiran dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai teks bacaan berdasarkan
peta pikiran dan dalam bentuk Concept Mapping secara tepat.
 Dengan memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru,
siswa mampu membuat sebuah Concept Mapping mengenai berbagai
macam kegiatan manusia yang dapat memengaruhi keseimbangan
ekosistem secara jelas dan akurat.
 Dengan membuat Concept Mapping siswa mampu memahami
keseimbangan ekosistem, kegiatan yang mengganggu dalam
keseimbangan ekosistem, dan mengkonstruk alasan beberapa hewan
harus dilindungi.

D. MATERI PEMBELAJARAN
 Mencermati teks bacaan, siswa mampu:
- Menentukan pokok pikiran atau Concept Mapping dan informasi
penting ke dalam bentuk Concept Mapping.
- Membuat garis cabang yang saling berhubungan menggunakan kata
kunci tentang keseimbangan ekosistem.
 Mendesain Concept Mapping dengan mengembangkan kata kunci dan
simbol atau gambar yang sesuai dengan keseimbangan ekosistem.
 Memahami pengelompokkan kegiatan yang dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem.

19
 Mengkonstruk alasan beberapa hewan yang harus dilindungi dari desain
Concept Mapping yang telah dibuat.
E. METODE PEMBELAJARAN
 Pendekatan : Tematik dan Saintifik
 Metode : Concept Mapping, Ceramah, Forum Grup Discussion
(FGD)

F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN


 Buku Guru dan Buku Siswa, Kelas V, Cetakan Ke-2 (Edisi Revisi),
Tema 5 : Ekosistem, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta:
2017.
 Teks bacaan serta gambar-gambar kehidupan masyarakat di Indonesia
dari media cetak, majalah, surat kabar, dan buku cetak.

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahul Siswa diminta untuk mengamati gambar yang 10 menit
uan ada pada Buku Siswa. Guru meminta siswa
untuk menceritakan gambar tersebut kepada
teman sebangkunya. Lalu, Guru meminta
seorang atau dua orang sukarelawan untuk
menceritakan gambar tersebut.
Guru menggunakan pertanyaan yang terdapat
pada Buku Siswa untuk mengarahkan diskusi
kelas.
Guru meminta siswa untuk menuliskan
beberapa pertanyaan tentang topik bahasan hari
ini pada kertas kecil. Lalu, siswa menempelkan
kertas yang berisi pertanyaan tersebut di papan
tulis.
Guru menggunakan cerita Udin pada Buku
Siswa untuk mengarahkan siswa kepada
bencana alam sebagai salah satu penyebab
terjadinya perubahan ekosistem.
Inti Membaca 35 Menit x
Siswa diminta untuk membaca teks bacaan 30 JP
dalam hati. Guru memberikan batas waktu
membaca sehingga semua siswa dapat
menyelesaikan bacaannya dalam waktu yang
bersamaan.
Siswa di stimulasi dengan beberapa pertanyaan

20
yang berkaitan dengan teks bacaan:
- Apa yang dimaksud dengan keseimbangan
lingkungan?
- Kegiatan manusia apa saja yang dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem?
- Mengapa beberapa jenis hewan harus
dilindungi?
- Sebagai seorang siswa, apa yang dapat kamu
lakukan untuk menjaga keseimbangan
ekosistem? (Kegiatan literasi)
Berkreasi (Concept Mapping)
Siswa dikelompokkan menjadi 5 orang dalam
1 kelompok . Dengan memberi tanda untuk
beberapa kata sulit yang mereka temui dan
menentukan pokok pikiran pada setiap paragraf
bacaan.
Siswa menuangkannya ke dalam sebuah peta
pikiran. Peta pikiran disebut juga Concept
Mapping.
Siswa membuat kesimpulan dari bacaan untuk
menghubungkan konsep-konsep di dalam
bacaan menjadi pemahaman mereka sendiri
menggunakan langkah – langkah Concept
Mapping.
Langkah – langkah Concept Mapping :
1. Memilih suatu bahan bacaan dari buku
pelajaran (buku siswa tematik kelas V tema 5
Sub. Tema 3 PB.5)
2. Menentukan konsep-konsep yang relevan
(siswa mampu menemukan kata kunci tentang
komponen ekosistem dalam bacaan.)
3. Mengelompokkan (mengurutkan ) konsep-
konsep dari yang paling inklusif ke yang paling
tidak inklusif atau contoh-contoh (siswa
mampu mendesain peta konsep tentang
komponen ekosistem secara terstruktur)
4. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam
suatu bagan di atas kertas, konsep-konsep yang
paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di
pusat bagan tersebut. (siswa mampu
mengembangkan peta konsep berupa garis
cabang penghubung dengankata kunci tentang
pengelompokan kegiatan yang dapat

21
mengganggu komponen dan keseimbangan
ekosistem).
5. Menghubungkan konsep-konsep tersebut
dihubungkan dengan kata hubung. (siswa
mampu mendesain peta konsep tentang
komponen ekosistem secara terstruktur dengan
kata hubung yang jelas).
6. Jika peta konsep sudah selesai dibuat,
perhatikan kembali letak konsep - konsepnya
atau jika perlu diperbaiki dan disusun kembali
agar menjadi lebih baik lagi.
.

(Mandiri : kerja keras, kreatif, inovatif, Aktif)


Ayo berdiskusi
Setelah membut Concept Mapping, siswa
diajak berdiskusi sesuai dengan kelompoknya
mengenai keseimbangan ekosistem.
Siswa menyimpulkan hasil diskusi dengan
presentasi perwakilan kelompok untuk maju ke
depan kelas dengan membawa hasil desain
Concept Mapping.

Penutup Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / 15 menit


rangkuman hasil belajar selama sehari
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya tentang
pembelajaran yang telah diikuti.
Melakukan penilaian hasil belajar
Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama
dan keyakinan masing-masing (untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran)

H. PENILAIAN PEMBELAJARAN
1. Bentuk Penilaian: Nontes (Membuat peta konsep)
Instrumen Penilaian: Rubrik
IPA KD 3.5 dan 4.5.
Penilaian dilakukan berdasarkan pada:
 Pengetahuan mengenai penjabaran faktor-faktor yang memengaruhi
keseimbangan ekosistem.
 Keterampilan mengolah peta konsep menjadi informasi yang mudah
dimengerti.

22
 Sikap kerja sama dalam mengolah peta konsep.
Perlu
Baik Sekali Baik Cukup
Aspek Bimbingan
(4) (3) (2)
(1)
Pengetahuan Terdapat Terdapat 4 Terdapat 3 faktor Terdapat
siswa tentang minimal 5 faktor yang yang minimal 2
faktor-faktor faktor yang memengaruhi memengaruhi faktor
yang memengaruhi keseimbangan keseimbangan yang
memengaruhi keseimbangan ekosistem yang ekosistem yang memengar
keseimbanga ekosistem yang akurat lengkap cukup akurat uhi
n ekosistem. sangat akurat berikut lengkap berikut keseimban
lengkap berikut penjabarannya. penjabarannya. gan
penjabarannya. ekosistem
yang
sangat
akurat
lengkap
berikut
penjabaran
nya.
Keterampilan Peta konsep Peta konsep Peta konsep Peta
dalam dibuat sangat dibuat cukup dibuat agak rapi, konsep
menyajikan rapi, teratur, rapi, teratur, dan teratur, tapi agak dibuat
Informasi. dan mudah mudah dibaca. sulit dibaca. terburu-
dibaca. buru, tidak
lengkap,
dan sulit
dibaca.
Sikap saling Siswa sangat Siswa cukup Siswa kurang Siswa
menghargai. berperan aktif berperan aktif berpartisipasi nampak
dan dan dan kurang pasif dan
menghargai menghargai menghargai tidak
sesama teman sesama teman sesama teman dapat
anggotanya. anggotanya. anggotanya. bekerjasa
ma
dengan
anggotan
ya.
Sikap Kecermatan, Kemandirian, dan Saling Menghargai
Diisi dengan catatan khusus hasil pengamatan terhadap sikap siswa yang sangat
baik dan perlu pendampingan, digunakan sebagai data dalam rekapitulasi
penilaian sikap.

2. Bentuk Penilaian: Nontes (membuat peta konsep)

23
Instrumen Penilaian: Rubrik
IPA KD 3.5 dan 4.5.
Penilaian dilakukan berdasarkan pada:
 Pengetahuan tentang pengaruh kegiatan manusia yang memengaruhi
keseimbangan ekosistem.
 Sikap kerja sama dalam mengolah peta konsep
Perlu
Baik Sekali Baik Cukup
Aspek Bimbingan
(4) (3) (2)
(1)
Pengetahuan Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat Siswa tidak
siswa tentang menjelaskan menjelaskan menjelaskan dapat
kegiatan dengan detail, dengan cukup dengan menjelaskan
manusia yang jelas dan akurat detail, jelas cukup detail, dengan detail,
memengaruhi kegiatan walau ada namun tidak jelas dan
keseimbangan manusia yang bagian yang kurang jelas banyak
ekosistem. dapat kurang akurat dan kurang informsai yang
memengaruhi kegiatan akurat, tidak akurat,
keseimbangan manusia yang tentang tentang kegiatan
ekosistem. data kegiatan manusia yang
memengaruhi manusia yang data
keseimbangan data memengaruhi
ekosistem. memengaruhi keseimbangan
keseimbanga ekosistem.
n ekosistem.

Sikap Kecermatan, Kemandirian, dan Saling Menghargai


Diisi dengan catatan khusus hasil pengamatan terhadap sikap siswa yang sangat
baik dan perlu pendampingan, digunakan sebagai data dalam rekapitulasi
penilaian sikap.

Mengetahui Malang , ................2020


Kepala Sekolah, Guru Kelas V

(...........) (............)
NIP NIP

24
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Rini Nafsiati. 2009. Peta Konsep Pada Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Rasional Siswa SD/MI. Jurnal Madrasah, Vol 11, No.1
Juli-Desember 2009

Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta. Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK

Muhimmati, Ifa. 2014. Penerapan Tugas Peta Konsep dalam Project –Based
Learning (PJBL) untuk Mahasiswa Pendidikan Biologi UMM di Mata
Kuliyah Sumber Belajar dan Media Pembelajaran, Jurnal Saintifika,
Volume 16, Nomor 2, Desember 2014. (Jember: Universitas Jember).

Novak, J. D. & A. J. Canas. (2006). The theory Underlying Concept Maps and
How to Construct Them. Pensacola, Florida: Institute for Human and
Machine Cognition

Septiana, Ismi. 2011. Keefektifan Penggunaan Media Peta Konsep Pohon


Jaringan Pada Pembelajaran Menulis Cerpen di Kelas X SMA Negeri 1
Mojotengah Kabupaten wonosobo, Skripsi. (Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta)

25
Sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran IPA BAB VI oleh Dr.
Ramlawati, M.Si. Drs. H. Hamka L, M.S. Sitti Saenab, S.Pd., M.Pd. Sitti
Rahma Yunus, S.Pd., M.Pd Ekologi Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan 2017

Sri Sulistyorini. 2007. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar Dan Penerapannya


Dalam Ktsp . Semarang: Tiara Wacana.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajran Inovatif-Progresif, (Jakarta:
Kencana)
Ward, Hellen. 2010. Pengajaran Sains Berdasarkan Cara Kerja Otak, Terj.
Endah Sulistyowati,Agus Suprapto (Jakarta Barat: PT Indeks)

26

Anda mungkin juga menyukai