PENDAHULUAN
No Rata-rata
. Aspek
Skala 4 Skala 100
A. Keterurutan 2,14 53,41
B. Keberjenjangan 2,27 56,82
C. Kedalaman 1,77 44,32
D. Keluasan 2,18 54,55
Nilai Rata-rata Keseluruhan 2,09 52,27
Hasil analisis data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kompetensi
guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampu masih pada
kategori sedang yaitu indeks rata-rata 2,09 atau 52,27. Hasil refleksi terhadap
temuan tersebut menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan masih rendahnya
kompetensi guru tersebut diduga disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang diduga mempengaruhi rendahya kompetensi profesional guru
antara lain:
1. Guru belum memahami teknik pengembangan materi pembelajaran;
2. Guru tidak melakukan analisis materi pembelajaran sebelum mengembangkan
bahan ajar atau materi pembelajaran; dan
3. Kurangnya motivasi diri guru untuk melakukan kinerja profesionalnya dengan
baik.
Faktor eksternal yang diduga mengakibatkan rendahnya kompetensi
profesional guru adalah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah yang lebih
bersifat menilai. Idealnya, supervisi dilaksanakan secara kolegial, tidak
menggurui, bersifat kemitraan dan pendampingan, serta dilakukan melalui diskusi
dan curah pendapat secara terbuka dan fleksibel untuk membantu guru merefleksi
kinerjanya dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Salah satu pendekatan yang
mengedepankan kemitraan atau rekan kerja antara kepala sekolah sebagai
supervisor akademik dan guru sebagai orang yang disupervisi, lebih bersifat
mendampingi melalui diskusi dan curah pendapat secara terbuka dan fleksibel
serta memiliki tujuan yang jelas untuk membantu guru berkembang menjadi
tenaga-tenaga profesional melalui kegiatan-kegiatan reflektif adalah pendekatan
supervisi kolaboratif.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk mengatasi masalah
rendahnya kompetensi profesional guru dalam melaksanakan tugas
profesionalnya, maka diterapkan tindakan berupa pendekatan supervisi yang
belum pernah dilakukan sebelumnya yaitu pendekatan supervisi kolaboratif.
Tindakan tersebut selanjutnya diteliti melalui penelitian tindakan sekolah yang
berjudul “Meningkatkan Kompetensi Profesional Mengembangkan Materi
Pembelajaran Melalui Pendekatan Supervisi Kolaboratif di SD Negeri Alurkol
Tahun Pelajaran 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian dapat dirumuskan
apakah pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kompetensi
profesional guru mengembangkan materi pelajaran di SD Negeri Alurkol Tahun
Pelajaran 2017/2018.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan sekolah yang telah dilaksanakan ini adalah
untuk mengetahui pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan
kompetensi profesional guru mengembangkan materi pelajaran di SD Negeri
Alurkol Tahun Pelajaran 2017/2018.
Pengamatan/
Refleksi I
pengumpulan data I
Refleksi II Pengamatan/
pengumpulan data II
Apabila permasalahan belum
terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Sasaran supervisi akademik adalah kemampuan guru dalam
merencanakan, melaksanakan kegiatan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
memanfaatkan hasil penilaian untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran,
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memanfaatkan sumber
belajar yang tersedia, dan mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi,
metode, teknik) yang tepat. Pelaksanaan supervisi akademik ini harus didukung
dengan instrumen. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mampu membuat
instrumen pendukung yang diperlukan dalam pelaksanaan supervisi akademik.
Perencanaan supervisi akademik merupakan langkah awal yang harus
dilaksanakan oleh seorang kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi
akademik. Perencanaan supervisi akademik penting dibuat sebagai pedoman
dalam melakukan supervisi akademik. Perencanaan supervisi akademik dibuat
oleh kepala sekolah bersama-sama dengan guru senior. Strategi yang dilakukan
dalam menyusun perencanaan supervisi akademik diawali dengan melakukan
analisis hasil supervisi akademik sebelumnya. Hasil analisis tersebut digunakan
sebagai acuan penyusunan perencanaan. Pada tahap perencanaan supervisi
akademik ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan supervisi akademik;
2. Membuat jadwal supervisi;
3. Menentukan metode dan teknik supervisi; dan
4. Menyiapkan dan memilih instrumen
Kepala sekolah yang akan melaksanakan supervisi akademik harus
menyiapkan perangkat/ perlengkapan instrumen supervisi sesuai dengan tujuan,
sasaran, obyek, metode, teknik, dan pendekatan yang direncanakan, serta
instrumen yang sesuai berupa format-format supervisi. Instrumen yang harus
disiapkan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik terdiri dari
instrumen program supervisi tahunan, semesteran, dan bulanan. Selain itu
menyiapkan instrumen supervisi tersebut, kepala sekolah harus menyusun jadwal
supervisi. Jadwal supervisi dapat memberikan informasi kepada kepala sekolah
dan guru kapan supervisi akan dilaksanakan.
C. Pendekatan Supervisi Kolaboratif
Pendekatan supervisi kolaboratif merupakan salah satu pendekatan
supervisi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah secara kolegial, bersifat
mendampingi dan kemitraan dalam membimbing/ memfasilitasi guru agar dapat
melaksanakan tugas profesionalnya. Karakteristik pendekatan supervisi
kolaboratif dalam pembimbingan terhadap guru menempatkan kepala sekolah
sebagai rekan kerja, kedua belah pihak berbagi kepakaran, curah pendapat,
diskusi, presentasi dilaksanakan dengan terbuka dan fleksibel serta memiliki
tujuan jelas, membantu guru berkembang menjadi tenaga-tenaga profesional
melalui kegiatan-kegiatan reflektif. Prinsip-prinsip pada pendekatan supervisi
kolaboratif terdiri dari:
a. Kolaboratif yaitu supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah untuk
membimbing guru dengan cara terlibat bersama dalam melaksanakan tugas
profesionalnya.
b. Kolegial yaitu supervisi dilaksanakan dengan melibatkan tutor kolega
yaitu guru lain untuk saling bertukar pengalaman dan pengetahuan dalam
memperbaiki mutu mengajar, dan saling mengimbas pengetahuan melalui
curah pendapat dan diskusi.
c. Kemitraan yaitu supervisi dilaksanakan bukan untuk menilai atau untuk
belajar bersama antara kepala sekolah dan guru, sehingga keberhasilan
guru dalam mengajar merupakan keberhasilan bersama.
d. Terbuka yaitu supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dengan
memberikan kesempatan sepenuhnya kepada guru untuk melaksanakan
berbagai metode atau teknik dalam melaksanakan kinerja profesionalnya
dan memberikan kesempatan kepada guru lainnya untuk belajar dan
memberikan masukan.
e. Fleksibel yaitu supervisi dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah kapan
saja dengan fokus materi disesuaikan dengan kebutuhan guru.
Pelaksanaan supervisi kolaboratif ini diamati menggunakan lembar
observasi proses supervisi kolaboratif yaitu keterlaksanaan langkah-langkah
spesifiknya yaitu:
a. Tahap pra-supervisi kolaboratif, guru bersama kepala sekolah melaksanakan
curah pendapat dan diskusi tentang masalah-masalah krusial guru dalam
melaksanakan kinerja profesionalnya khususnya dalam mengembangkan
materi pembelajaran.
b. Tahap supervisi kolaboratif, kepala sekolah melaksanakan supervisi
kolaboratif bersama guru lainnya pada saat guru sedang melaksanakan kinerja
profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran dengan
menerapkan kelima prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip
kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.
c. Tahap pasca-supervisi kolaboratif, kepala sekolah bersama guru melaksanakan
refleksi pelaksanaan kinerja profesional guru dalam mengembangkan materi
pembelajaran.
E. Kerangka Berpikir
Hasil kajian empirik yang peneliti lakukan terhadap guru-guru di SDN
Aluekoolmenunjukkan bahwa kompetensi profesional guru masih rendah
terutama pada kompetensi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang
diampu secara kreatif. Rata-rata kemampuan guru dalam mengembangkan materi
pembelajaran yang diampunya berdasarkan penilaian kinerja guru terhadap 22
orang guru di SDN Aluekoolmenunjukkan bahwa kompetensi guru dalam
mengembangkan materi pembelajaran yang diampu masih pada kategori sedang
yaitu indeks rata-rata 2,09 atau 52,27. Hasil refleksi terhadap temuan tersebut
menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan masih rendahnya kompetensi guru
tersebut diduga disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal
yang diduga mengakibatkan rendahnya kompetensi profesional guru adalah
pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah yang lebih bersifat menilai dan
menggurui.
Idealnya, supervisi dilaksanakan secara kolegial, tidak menggurui, bersifat
kemitraan dan pendampingan, serta dilakukan melalui diskusi dan curah pendapat
secara terbuka dan fleksibel untuk membantu guru merefleksi kinerjanya dalam
melaksanakan tugas profesionalnya. Salah satu pendekatan yang mengedepankan
kemitraan atau rekan kerja antara kepala sekolah sebagai supervisor akademik dan
guru sebagai orang yang disupervisi, lebih bersifat mendampingi melalui diskusi
dan curah pendapat secara terbuka dan fleksibel serta memiliki tujuan yang jelas
untuk membantu guru berkembang menjadi tenaga-tenaga profesional melalui
kegiatan-kegiatan reflektif adalah pendekatan supervisi kolaboratif.
Pendekatan supervisi kolaboratif dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru untuk mengembangkan materi pembelajaran dilakukan melalui
rangkaian kegiatan pembimbingan yang melibatkan seluruh guru yang sedang
dibina/ dibimbing. Dalam melaksanakan supervisi akademik terhadap guru,
kepala sekolah hendaknya berpedoman dan menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi akademik yang tepat. Strategi supervisi kolaboratif yang dijalankan yang
mengantarkannya kepada efektivitas melaksanakan bantuan profesional melalui
supervisi akademiknya yang diduga akan meningkatkan kemampuan atau
kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Pembimbingan secara kolaboratif, yaitu sebuah proses terstruktur dan
berkelanjutan antara dua atau lebih pembelajar profesional untuk
memungkinkan mereka menanamkan pengetahuan keterampilan dari sumber-
sumber spesialis kedalam praktik sehari-hari.
2. Menempatkan seluruh guru sebagai sentral kegiatan pembimbingan yang
mempunyai kedaulatan penuh.
3. Urusan supervisi akademik merupakan urusan kepala sekolah sepenuhnya.
Kegiatan supervisi akademik yang dilaksanakan kepala sekolah merupakan
tanggung jawab dan kepercayaan penuh dalam menjalankan tugasnya sebagai
supervisor di sekolah.
4. Curah pendapat merupakan kondisi awal memperoleh informasi dari guru
tentang masalah apa sebenarnya sedang dihadapi guru. Banyak masalah
pelaksanaan kinerja profesional terungkap dari mereka. Masalah dikemukakan
dalam kemasan obrolan yang tidak memerlukan situasi formal. Dalam
pergaulan seperti ini penyampaian masalah dari guru tidak dirasakan sebagai
beban berat untuk disampaikan karena situasinya yang wajar. Keterbukaan
menjadi pemecahan masalah menjadi mudah.
5. Tutor kolega merupakan forum diantara sesama guru dalam lingkungan
sekolah, yang bertujuan untuk saling bertukar pengalaman dan pengetahuan
dalam memperbaiki mutu mengajar, saling mengimbas pengetahuan dari guru
yang satu ke guru lain atau kepada sekelompok guru.
6. Guru yang telah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan, lokakarya, dan
pengembangan berkewajiban menularkan ilmu yang diperolehnya kepada guru
lain, dalam berbagai cara, dalam pertemuan yang mereka adakan sendiri.
7. Guru yang sedang melaksanakan kinerja profesionalnya harus memberikan
kesempatan kepada guru lain untuk melihat dan bertanya tentang kegiatan yang
dijalankan, mereka mengomunikasikannya diantara mereka sendiri. Diantara
mereka saling bertukar pengalaman dalam menemukan cara terbaik
berdasarkan pemikiran kontributif yang saling melengkapi.
8. Guru yang memiliki pengalaman dan mengetahui bagaimana cara
melaksanakan kinerja profesionalnya dalam mengembangkan materi
pembelajaran yang layak diketahui oleh sesama teman guru, diminta atau tidak
diminta pada suatu ketika dalam pertemuan informal atau diminta oleh kepala
sekolah berkewajiban untuk menginformasikan kepada guru lain agar diketahui
dan dicontoh bila perlu.
9. Kegiatan kelompok kerja guru dijadikan sebagai media untuk bertukar
pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah terkait kinerja
profesionalnya. Proses diskusi dalam kelompok kerja guru dipandu secara
bergantian sesuai dengan permasalahan.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas maka hipotesis tindakan dapat
dirumuskan sebagai berikut melalui supervisi kolaboratif dapat menigkatkan
kemampuan profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran di SD
Negeri Alurkaol.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tabel 3.1
Kriteria Kompetensi Profesional Guru
Skor Kriteria
91 – 100 Sangat Baik
76 – 90 Baik
61 – 75 Cukup
51 – 60 Kurang
≤ 50 Sangat Kurang
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan sekolah pada penelitian ini mengikuti
model Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi tindakan yang telah diterapkan yaitu
penerapan pendekatan supervisi kolaboratif untuk meningkatkan
kompetensi profesional guru. PTS yang telah dilakukan ini terdiri dari dua
siklus yang masing-masing terdiri dari satu kali supervisi kolaboratif untuk
masing-masing guru. Berikut prosedur penelitian yang telah dilaksanakan:
1. Siklus 1
a. Perencanaan
1) Merencanakan proses supervisi kolaboratif sesuai dengan prinsip-prinsip
pendekatan supervisi kolaboratif.
2) Menyusun instrumen penelitian berupa lembar observasi proses supervisi
kolaboratif, lember observasi kinerja profesional guru dalam
mengembangkan materi pembelajaran, panduan wawancara dan catatan
lapangan.
3) Melakukan analisis kebutuhan guru.
4) Sesuai jadwal, peneliti memberikan materi tentang teknis pengembangan
materi pembelajaran dan bahan ajar.
5) Menyepakati jadwal kegiatan pada pertemuan berikutnya.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Melaksanakan diskusi dan curah pendapat antara kepala sekolah dengan
22 guru tentang masalah-masalah krusial pada saat mengembangkan
materi pembelajaran dan bahan ajar.
2) Melaksanakan tindakan berupa supervisi kolaboratif antara kepala
sekolah dan guru dengan melaksanakan kelima prinsip pendekatan
supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan,
terbuka dan fleksibel.
3) Melaksanakan refleksi bersama antara kepala sekolah dan 6 guru tentang
pelaksanaan kinerja profesionalnya pada kelompok kerja guru difasilitasi
oleh kepala sekolah.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan oleh kepala sekolah terhadap proses supervisi
kolaboratif yang sedang dilaksanakan dan kinerja profesional guru dalam
mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar dan mencatat semua
temuannya pada instrumen yang telah disediakan. Berikut adalah fokus-
fokus dari kegiatan observasi:
1) Proses supervisi kolaboratif yang terdiri dari pelaksanaan kelima
prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif,
kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.
2) Kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi
pembelajaran dan bahan ajar.
2. Siklus 2
a. Perencanaan
1) Memperbaiki perencanaan proses supervisi kolaboratif berdasarkan
rekomendasi-rekomendasi pada siklus 1
2) Melakukan analisis kebutuhan guru.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Melaksanakan diskusi dan curah pendapat antara kepala sekolah dengan
22 guru tentang masalah-masalah krusial pada saat melaksanakan kinerja
profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan
ajar.
2) Melaksanakan tindakan berupa supervisi kolaboratif antara kepala
sekolah dan guru dengan melaksanakan kelima prinsip pendekatan
supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan,
terbuka dan fleksibel.
3) Melaksanakan refleksi bersama antara kepala sekolah dan 6 guru tentang
pelaksanaan kinerja profesionalnya difasilitasi oleh kepala sekolah.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan oleh kepala sekolah terhadap proses supervisi
kolaboratif yang sedang dilaksanakan dan kinerja profesional guru dalam
mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar dan mencatat semua
temuannya pada instrumen yang telah disediakan. Berikut adalah fokus-
fokus dari kegiatan observasi:
1) Proses supervisi kolaboratif yang terdiri dari pelaksanaan kelima
prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif,
kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.
2) Kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi
pembelajaran dan bahan ajar.
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini, semua data yang terkumpul dianalisis. Hasil
analisis tersebut digunakan sebagai bahan refleksi untuk merumuskan
rekomendasi-rekomendasi berdasarkan temuan-temuan pada siklus 2
terkait proses supervisi kolaboratif dan kompetensi profesional guru. Pada
kegiatan refleksi, temuan-temuan pada siklus 2 diklarifikasi dan
dirumuskan tindak lanjutnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
K01
Pada Grafik 4.1. di atas terlihat skor rata-rata kompetensi profesional guru
dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar sebesar 70,45 dengan
kriteria cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam
mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar setelah diterapkan
pendekatan supervisi kolaboratif sudah cukup baik. Berbeda dengan sebelum
diterapkan pendekatan supervisi kolaboratif, rata-rata kompetensi guru dalam
mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar sebesar 52,27 dengan
kriteria kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan supervisi kolaboratif
dapat meningkatkan kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi
pembelajaran dan bahan ajar.
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
K01
Tabel 4.5.
Peningkatan Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi Pra-siklus Siklus 1 Siklus 2
100
80
60
40
20
0
(0-50) Sangat (51-60) ((61-75) (76-90) Baik (91-100)
Kurang Kurang Cukup Sangat Baik
Siklus I Siklus II
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian mengenai penerapan pendekatan
supervisi kolaboratif untuk meningkatkan kompetensi profesional guru di SD
Negeri Aluekaol dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Proses supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif secara
spesifik terdiri dari tahap pra-supervisi kolaboratif, supervisi kolaboratif dan
pasca-supervisi kolaboratif. Proses supervisi dengan menerapkan pendekatan
supervisi kolaboratif mengalami perkembangan dari siklus 1 ke siklus 2. Pada
tahap pra-supervisi kolaboratif siklus 1, curah pendapat tidak berjalan dengan
efektif karena kepala sekolah tidak melakukan koordinasi dengan semua guru
dan tidak menjelaskan teknis supervisi kolaboratif yang akan dilaksanakan
diantaranya mengindentifikasi masalah-masalah krusial ketika guru
melaksanakan kinerja profesionalnya, mencatat dan membawanya pada saat
curah pendapat dan diskusi bersama kepala sekolah dan guru lainnya.
Kemudian pada siklus 2, kepala sekolah melakukan koordinasi dengan semua
guru dan menjelaskan teknis supervisi kolaboratif yang akan dilaksanakan serta
menguatkan dan menegaskan kepada guru untuk menyiapkan kelengkapan
terkait kinerja profesionalnya sehingga curah pendapat dan diskusi berjalan
dengan tertib dan efektif. Pada tahap supervisi kolaboratif siklus 1, proses
supervisi kolaboratif terhambat karena guru tidak membawa kelengkapan
terkait kinerja profesionalnya, sedangkan pada siklus 2 mereka membawa
semua kelengkapan sehingga pelaksanaan supervisi kolaboratif berjalan
dengan tertib. Pada tahap pasca-supervisi kolaboratif, kepala sekolah tidak
koordinatif dengan semua guru dan tidak berhasil memotivasi guru untuk
saling belajar. Sedangkan pada siklus 2, kepala sekolah mulai koordinatif
dengan semua dan berhasil memotivasi guru untuk saling belajar.
2. Peningkatan kompetensi profesional guru di SD Negeri Aluekaol dari pra-
siklus ke siklus 1 sebesar 18,18 poin. Rata-rata kompetensi profesional guru
pada pra-siklus sebesar 52,27 dengan kriteria kurang dan pada siklus 1 sebesar
70,45 dengan kriteria cukup. Kompetensi profesional guru juga mengalami
peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 18,19 poin. Rata-rata kompetensi
profesional guru pada siklus 2 sebesar 88,64 dengan kriteria baik. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru di SD Negeri Aluekool dapat
ditingkatkan melalui penerapan pendekatan supervisi kolaboratif.
B. Rekomendasi
Sebagai implikasi dari hasil penelitian, berikut ini dikemukakan
rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
upaya meningkatkan kualitas supervisi oleh kepala sekolah, khususnya dalam
menerapkan dan mengembangkan pendekatan supervisi kolaboratif.
1. Pada tahap pra-supervisi kolaboratif, kepala sekolah harus terlebih dahulu
melakukan koordinasi dengan semua guru dan menjelaskan teknis supervisi
kolaboratif yang akan dilaksanakan diantaranya mengindentifikasi masalah-
masalah krusial ketika guru melaksanakan kinerja profesionalnya, mencatat
dan membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi bersama kepala
sekolah dan guru lainnya.
2. Pada tahap supervisi kolaboratif, kepala sekolah harus menerapkan prinsip-
prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial,
kemitraan, terbuka dan fleksibel.
3. Pada tahap pasca-supervisi kolaboratif, kepala sekolah harus koordinatif
dengan guru dan memotivasi guru untuk saling belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Direktorat Tenaga Pendidik – Dirjen PMPTK – Depdiknas RI, 2008, Metode dan
Teknik Supervisi, Jakarta.
Glickman, C.D 1995. Supervision of Instruction. Boston: Allyn And Bacon Inc.
Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead
& Company.
McPherson, R.B., Crowson, R.L., & Pitner, N.J. 1986. Managing Uncertainty:
Administrative Theory and Practice in Education. Columbus, Ohio: Charles
E. Merrill Pub. Co.
Nolan, J.F. 2011. Teacher Supervision and Evaluation. Wiley: United State of
America.
Oliva, Peter F. 1984. Supervision For Today’s School. New York: Longman.
Sergiovanni, T.J. dan R.J. Starrat. 1979. Supervision: Human Perspective. New
York: McGraw-Hill Book Company.
OLEH
IBNU ABBAS,
ABBAS, S.Pd.I
S.Pd.I
NIP. 19670616 198910 1 001
segala limpahan rahmat dan rizkiNya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan
selawat dan salam kita sanjung sajikan keharibaan yang mulia junjungan alam
tulusnya kepada bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru dan Staf Tata Usaha
tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam penggunaan bahasa maupun
kemampuan yang ada. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
v
DAFTAR GRAFIK.........................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
Abstrak
data-data di SDN Kemuneng Hulu dari tanggal 1 April s/d 30 Mei 2017.