Anda di halaman 1dari 35

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai pendidik dan pengajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya peningkatan pendidikan. Pada setiap inovasi pendidikan khususnya dalam perubahan kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan Guru yang profesional diantaranya adalah guru yang mempunyai rasa percaya diri, mempunyai semangat belajar yang tinggi, mempunyai keseriusan saat mengajar, dan dapat membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar (Usman, 2002). Dan menurut Undang-undang guru dan dosen No. 14 tahun 2005 guru profesional adalah guru yang mempunyai kompetensi pedagogi (merencanakan, melaksanakan dan melaksanakan evaluasi pembelajaran), kompetensi profesional (materi subjek, ICT dan PTK), kompetensi kepribadian (tauladan, evaluasi kinerja sendiri dan menerima kritik) dan kompetensi sosial (berkomunikasi, berkontribusi terhadap pengembangan

pendidikan dan memanfaatkan ICT). Untuk menjadi guru profesional sesuai yang diuraikan di atas tentu memerlukan upaya yang tidak mudah dari guru. Lesson study merupakan strategi untuk meningkatkan profesionalisme guru. Lesson study adalah pembelajaran secara riil (nyata) di dalam kelas dengan siswa, yang diamati oleh guru-guru lain sebagai observer dan dilakukan kegiatan refleksi setelah pembelajaran selesai (Sriyati, 2005). Pada kegiatan Lesson study seorang guru mengajar di depan kelas dengan diamati oleh guru-guru dari bidang studi yang sama maupun oleh guru-guru dari bidang studi yang berbeda. Guru-guru sebagai observer melakukan

pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung terhadap interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan objek Pada kegiatan refleksi guru-guru bisa saling belajar dan tukar pikiran mengenai proses pembelajaran yang telah terjadi. Guru-guru bisa bertambah luas wawasannnya dalam hal: metode pembelajaran yang bisa diterapkan di kelas, bagaimana menjalin hubungan yang baik antara siswa dan guru pada waktu pembelajaran dan aspek-aspek lainnya. Dampak positif lain bagi guru yang tampil adalah guru menjadi lebih percaya diri, kemauan untuk eksplorasi materi juga meningkat dan guru bisa saling belajar dan mau menerima masukan dari guru-guru lain, kepala sekolah, pengawas, dosen dan komentator lain termasuk orangtua siswa (Sriyati, 2005). Langkah awal yang perlu diperhatikan untuk dapat menghasilkan siswa yang berkualitas tinggi adalah bagaimana siswa dapat menyukai materi yang akan dibawakan oleh guru. Sebaik apapun pendekatan atau metode pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dalam membawakan materi pembelajarannya akan kurang bermakna dan akan banyak menemui hambatan bila siswa tidak menyenangi materi yang disampaikan. Kecakapan seorang guru dalam mengetengahkan materi yang dapat menggugah semangat/motivasi siswa untuk mempelajarinya adalah suatu prestasi tersendiri yang menunjukkan tingkat keprofesionalan guru yang bersangkutan. Lesson study merupakan salah satu bentuk pembinaan guru (in-service) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Lesson study dilakukan diwilayah guru mengajar dengan menggunakan kelas dalam lingkungan nyata, sehingga akan membiasakan guru bekerja secara kolaboratif baik dengan guru bidang studi dan dengan guru diluar bidang studi, bahkan dengan masyarakat. Lesson Study merupakan kolaboratif antara guru dalam menyusun rencana pembelajaran beserta research lessonnya, pelaksanaan proses pembelajara di kelas yang disertai observasi dan refleksi. Dengan lesson study para guru dapat leluasa meningkatkan kinerja dan keprofesionalannya yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan meghasilkan siswa yang berkualitas tinggi.

Proses Pembelajaran yang baik belum berlangsung di SMP Negeri 13 Langsa dimana guru belum mampu menerapkan suasana yang dapat membuat murid antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mampu mencoba memecahkan persoalannya. Proses pembelajaran membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan menggunakan metode, dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Dampak yang lain adalah rendahnya kemampuan bernalar siswa dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 13 Langsa. Hal ini disebabkan karena dalam proses siswa kurang dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Oleh karena itu guru yang mengajar di depan kelas harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar, dan harus dilaksanakan seefektif mungkin, agar guru tidak asal mengajar.

Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti kegiatan Lesson Study dikarenakan beberapa guru di SMP Negeri 13 Langsa telah mendapatkan pelatihan Lesson study di LPMP Banda Aceh. Untuk itu peneliti mengangkat judul penelitian ini Peningkatan Profesionalisme Guru Dan Kualitas Proses Pembelajaran Di SMP Negeri 13 Langsa Melalui Lesson Study.

B. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah yang telah kami tentukan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Sejauh Mana Peningkatan Profesionalisme Guru Dan Kualitas Proses Pembelajaran Di SMP Negeri 13 Langsa Melalui Lesson Study.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana Peningkatan Profesionalisme Guru Dan Kualitas Proses Pembelajaran Di SMP Negeri 13 Langsa Melalui Lesson Study.

D. Manfaat Penelitian Sebagai penelitian tindakan kelas (PTS), peneliti ini memberikan manfaat pada pembelajaran matematika. 1. Manfaat secara teoritis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan keilmuan terhadap peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui Lesson Study. 2. Manfaat praktis a. Bagi guru 1) Sebagai masukan bahan pertimbangan mengenai metode pengajaran yang tepat untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 2) Membantu guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan Lesson Study. b. Bagi siswa 1) Meningkatkan prestasi belajar siswa melalui Lesson Study

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Profesionalisme Guru Salah satu komponen suatu sekolah sebagai sebuah sistem adalah guru. Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.Guru mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Begitu sangat strategisnya kedudukan guru sebagai tenaga profesional, di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, tepatnya Bab III Pasal 7, diamanatkan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (i) memiliki organisasi profesi

yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Lebih lanjut di dalam bab dan pasal yang sama juga diamanatkan bahwa pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

B. Proses Pembelajaran Dalam Undang-Undang RI.Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) dinyatakan bahwa pendidik/guru merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Undang-Undang RI.Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal(1) dinyatakan bahwa guru adalah Pendidik professional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Undang-Undang RI Nomor 14,Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 28 ayat (1) dinyatakan bahwa pendidik harus mmemiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rokhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi: (a) kompetensi pedagogik, (b) kompetensi kepribadian, (c) kompetensi professional dan (d) kompetensi sosial. Berdasarkan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar kompetensi guru utamanya kompetensi professional mencakup a. Menguasai materi, struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampunya.

b. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran yang diampunya. c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif dan mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Pendidik /Guru professional yang memiliki sikap profesionalitas dituntut untuk memenuhi persyaratan kompetensi yang dibutuhkan oleh pekerjaan tersebut, berupa kompetensi pengetahuan dan ketrampilan( Webster 1989). Kompetensi untuk tenaga professional pendidikan mengacu pada perbuatan dalam melakukan tugas-tugas kependidikan. Prilaku pengajar atau pembelajar yang ditampilkan guru di depan kelas akan menjadi acuan mutu pembelajaran, mengapa demikian, karena guru adalah orang yang memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa, disamping itu kreativitas yang ditampilkan guru biasanya mendorong siswa untuk kreatif belajar (Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses).

C. Pengertian Lesson Study Lesson Study dimulai di Jepang sekitar tahun 1870-an (Inagaki and Sato, 1996). Lesson Study adalah suatu metode analisis kasus pada praktik pembelajaran, ditujukan untuk membantu pengembangan profesional para guru dan membuka kesempatan bagi mereka untuk saling belajar berdasarkan praktik-praktik nyata di tingkat kelas. Lesson Study dibagi menjadi tiga bagian: Plan (perencanaan), Do (pelaksanaan dan observasi) dan See (refleksi). Pada bagian perencanaan, baik seorang atau sekelompok guru membuat rencana pembelajaran, satu orang guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana yang telah dibuat dan teman sejawatnya mengamati pembelajaran tersebut, dan mereka merefleksikan pembelajaran yang diamati bersama-sama. Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang

dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran.

D. Tahap-Tahap Lesson Study Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Saat ini yang dikembangkan Depdiknas bekerja sama dengan Pelita-JICA adalah yang kedua. Jika digambarkan, tahapan tersebut dapat dilihat seperti berikut ini. a. Tahapan Perencanaan (Plan) Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, mengenai : kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan yang ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.

b. Tahapan Pelaksanaan (Do) Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya: 1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama. 2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study. 3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa. 4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswabahan ajar, siswa-guru, dan siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama. 5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru. 6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.

7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP. Dalam mengamati kelas yang dibuka, pengamat sebaiknya memilih posisi berdiri dengan cermat. Posisi berdiri yang paling tepat dan baik untuk mengamati kelas yang dibuka adalah posisi A atau B. Pada posisi ini, para pengamat dapat dengan jelas mengamati seluruh siswa dari depan. Akan tetapi, tentu saja tidak semua observer dapat berdiri di posisi ini. Oleh sebab itu, observer yang lain harus dapat mengamati pembelajaran setidaknya dari sisi-sisi kelas. Namun pada suatu saat, misalnya ketika siswa sedang kerja kelompok, para observer berpindah posisi dan mendekat siswa di kelompok-kelompok. Para guru diharapkan untuk membuat catatan ketika mengamati kelas yang dibuka. Pada tahap awal Lesson Study, sebaiknya seluruh pengamat menggunakan lembar pengamatan yang sama untuk mencatat temuan-temuan. Hal ini akan sangat berguna ketika melakukan pengamatan serta refleksi karena akan menarik perhatian mereka pada hal-hal yang penting. Sebenarnya tidak ada bentuk standar untuk lembar pengamatan. Pada saat mengamati suatu pelajaran, pertama, pengamat harus memperhatikan apakah ada siswa yang terlihat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, dan mengapa dia seperti itu. Hal penting lain yang harus anda perhatikan adalah kualitas pembelajaran. Pengamat dilarang keras untuk berbicara atau mengajari siswa ketika mengamati pelajaran. Pada setiap pengamatan, para pengamat harus mampu memetik pelajaran berharga yang

berguna demi memperbaiki pengajaran mereka sehari-hari. Inilah yang dimaksudkan dengan belajar dari pengamatan. c. Tahapan Refleksi (See) Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun. Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi. Seperti yang sudah sering disebutkan di atas bahwa pengamat perlu memberi komentar berdasarkan pada bukti-bukti ketika menyampaikan pendapat atau pernyataan dalam refleksi. Sebaiknya komentar diawali dengan deskripsi mengenai situasi tertentu. Kemudian dilanjutkan dengan analisis faktor penyebab seperti, gaya atau pendekatan mengajar, respon guru, LKS, pertanyaan dan tugas, dan lain-lain.

D.Lesson Study di Indonesia Lesson Study diperkenalkan di Indonesia melalui kegiatan piloting yang dilaksanakan dalam proyek follow-up IMSTEP-JICA di tiga perguruan tinggi yaitu UPI, UNY, dan UM. Di UM sendiri lessson study diperkenalkan di Malang secara formal oleh JICA expert Eisoke Saito, Ph.D. pada bulan januari 2004, selanjutnya diikuti kegiatan pengimplementasian lesson study di SMA labotarium Universitas Negeri Malang (I Made Sulandra, 2006). Lesson Study merupakan hal yang baru bagi sebagian sebagian besar guru. Lesson Study diadopsi dari Jepang dan diuji cobakan di beberapa sekolah sebagai pilot project, di antaranya di Bandung (di bawah UPI), di Yogyakarta (di bawah UNY), dan di Malang (di bawah UM). Di Jepang para guru dapat meningkatkan ketrampilan/kecakapan dalam mengajarnya melalui kegiatan Lesson Study, yakni belajar dari suatu pembelajaran. Lesson study merupakan salah satu bentuk pembinaan guru (in-service) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Lesson study dilakukan diwilayah guru mengajar dengan menggunakan kelas dalam lingkungan nyata, sehingga akan membiasakan guru bekerja secara kolaboratif baik dengan guru bidang studi dan dengan guru diluar bidang studi, bahkan dengan masyarakat. Lesson Study merupakan kolaboratif antara guru dalam menyusun rencana pembelajaran beserta research lessonnya, pelaksanaan KBM dikelas yang disertai observasi dan refleksi. Dengan lesson study para guru dapat leluasa meningkatkan kinerja dan keprofesionalannya yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Lesson Study di Indonesia yang mulai diterapkan pada tahun 2004, hasilnya menunjukkan terjadinya peningkatan profesionalisme guru dalam melakukan

pembelajaran di sekolah, meningkatkan kolaborasi akademik dan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Efektifitas dan efisiensi program Lesson Study yang ditunjang oleh

kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) dengan menggunakan rekaman audiovisual, sehingga para guru dapat mengkaji mutu pembelajaran berdasarkan data dan fakta yang sesungguhnya. Di Indonesia ada dua jenis lesson study, yaitu lesson study MGMP dan lesson study berbasis sekolah (LSBS). Kegiatan awal lesson study di mulai dari MGMP yang kemudian oleh masing-masing guru MGMP dikembangkan di sekolahnya masingmasing untuk semua guru mata pelajaran sehingga menjadi lesson study berbasis sekolah. Ke depan diharapkan lesson study yang dikembangkan adalah lesson study berbasis sekolah (LSBS), karena dapat diikuti oleh semua guru di sekolah bersama kepala sekolah. Lesson Study berbasis MGMP memiliki dua tujuan. Tujuan yang pertama adalah agar para guru bisa saling belajar dari realita-realita pembelajaran siswa dalam kelas yang nyata: mengapa mereka bisa atau tidak bisa belajar dengan baik dalam situasisituasi tertentu pada pembelajaran yang diamati dan bagaimana sebaiknya guru-guru menanggapi situasi-situasi semacam itu. Kedua, oleh karena MGMP adalah perkumpulan guru-guru bidang studi yang sama, tujuan penting lainnya adalah memperkuat latar belakang mereka tentang materi pelajaran. Kelebihan dan keistimewaan lesson study berbasis MGMP adalah mampu mempererat pertalian antar guru-guru di sekolah-sekolah yang saling berdekatan. Jika para guru hanya mau bekerja sama dengan teman-teman sejawatnya di sekolah yang sama, maka mereka akan kesulitan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan. Di sekolah lain, mungkin saja ada guru yang memiliki latar belakang lebih kuat atas satu mata pelajaran atau aspekaspek pedagogis tertentu. Jadi, interaksi dengan guru dari sekolah lain sangat bermanfaat terutama bagi guru yang latar belakang pendidikannya tidak sesuai, atau yang mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka.

Di Indonesia, banyak guru yang ditugaskan untuk mengajar berbagai mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan asli mereka, karena terbatasnya jumlah tenaga pengajar di sekolah. Dalam kasus semacam itu, para guru pasti tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam kelas dan mereka perlu mendapatkan peluang guna memperkuat kapasitas mereka. Lesson Study berbasis MGMP harus dimanfaatkan semaksimal mungkin guna memberi dukungan bagi guruguru yang semacam itu. Salah satu sekolah pilot JICA dalam mengimplementasikan lesson study adalah Home Base Pandaan. Sebelum mengenal lesson study : 1) guru beranggapan bahwa tugas guru hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa dengan target kurikulum yang ada, 2) pada umumnya guru belum optimal memberikan kebebasan siswa untuk berinspirasi, berkreasi, dan melatih siswa untuk hidup mandiri, 3) guru cenderung mengatasi masalah sendiri, kurang terbuka, sehingga kurang mengadakan kolaborasi dengan teman serumpunnya, apalagi mengajar dengan diamati oleh guru yang lain, 4) pelajaran yang diberikan guru kurang menantang siswa untuk berfikir, akibatnya siswa tidak menyukai pelajaran dan segan untuk belajar. Setelah mengenal dan melakukan lesson study : 1. Guru dapat meningkatkan kompetensinya dalam: a. Menyusun perangkat pembelajaran sendiri (RPP, LKS, instrument penilaian) b. Melaksanakan model-model pembelajaran yang relevan dengan materi. c. Membuat dan menggunakan media dengan baik dan benar. d. Pengelolaan kelas.

e. Dapat memanfaatkan situasi dan kondisi lingkungan untuk media dan sumber pembelajaran. 2. Guru menjadi lebih terbuka dan percaya diri, sehingga mau menerima kritik dan saran dari orang lain. 3. Guru semakin peka terhadap kesulitan dan permasalahan belajar siswa. 4. Guru menjadi lebih percaya bahwa setiap siswa mempunyai pengetahuan yang perlu dikembangkan. 5. Guru dapat saling berbagi pengalaman melaksanakan pembelajaran di kelas

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Lokasi Penelitian Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan pada bulan November 2010. Sedangkan tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Langsa, tepatnya terletak di : Jalan Desa Kecamatan Kota Telp Kode Pos : Putro Bungsu : Sungai Pauh : Langsa Barat : Langsa : 0641-414060 : 24412

B. Waktu dan Lamanya Penelitian Penelitian Tindakan Sekolah ( PTS ) ini dilaksanakan pada Semester Ganjil tahun pelajaran 2010/2011 selama 3 bulan dengan rencana pelaksanaan sebagai berikut :
NO NAMA KEGIATAN OKTOBER NOVEMBER DESEMBER

2 3 4 5 6 7

Penyusunan proposal dan bimbingan Persiapan Siklus I Tindakan dan refleksi siklus I Tindakan dan refleksi siklus II Penyusunan laporan Presentase PTS (On Service) Perbaikan laporan

C.Subjek Penelitian Adapun yang menjadi sabjek penelitian ini adalah guru IPA di SMP Negeri 13 Langsa yang berjumlah 4 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data Data yang dicatat tiap langkah meliputi : Data hasil pelaksanaan proses pembelajaran Data tersebut dianalisis secara berkala setiap langkah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hasil yang sebenarnya berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai. E. Rancangan Tindakan 1. Siklus I a. Tahapan Perencanaan (Plan) Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, mengenai : kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan yang ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.

b. Tahapan Pelaksanaan (Do) Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson

Study yang lainnya ( guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya 1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama. 2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study. 3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa. 4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, dan siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama. 5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru. 6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. 7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP. Dalam mengamati kelas yang dibuka, pengamat sebaiknya memilih posisi berdiri dengan cermat. Posisi berdiri yang paling tepat dan baik untuk mengamati kelas yang

dibuka adalah posisi A atau B. Pada posisi ini, para pengamat dapat dengan jelas mengamati seluruh siswa dari depan. Akan tetapi, tentu saja tidak semua observer dapat berdiri di posisi ini. Oleh sebab itu, observer yang lain harus dapat mengamati pembelajaran setidaknya dari sisi-sisi kelas. Namun pada suatu saat, misalnya ketika siswa sedang kerja kelompok, para observer berpindah posisi dan mendekat siswa di kelompok-kelompok. Para guru diharapkan untuk membuat catatan ketika mengamati kelas yang dibuka. Pada tahap awal Lesson Study, sebaiknya seluruh pengamat menggunakan lembar pengamatan yang sama untuk mencatat temuan-temuan. Hal ini akan sangat berguna ketika melakukan pengamatan serta refleksi karena akan menarik perhatian mereka pada hal-hal yang penting. Sebenarnya tidak ada bentuk standar untuk lembar pengamatan. Pada saat mengamati suatu pelajaran, pertama, pengamat harus memperhatikan apakah ada siswa yang terlihat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, dan mengapa dia seperti itu. Hal penting lain yang harus anda perhatikan adalah kualitas pembelajaran. Pengamat dilarang keras untuk berbicara atau mengajari siswa ketika mengamati pelajaran. Pada setiap pengamatan, para pengamat harus mampu memetik pelajaran berharga yang berguna demi memperbaiki pengajaran mereka sehari-hari. Inilah yang dimaksudkan dengan belajar dari pengamatan.

c. Tahapan Refleksi (See) Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun. Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi. b. Sklus II Pelaksanaan siklus II menurut hasil refleksi pada siklus I. Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial. Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik. Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan

yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.

BAB IV SIKLUS DAN TINDAKAN

A.

Hasil Penelitian Siklus I

a. Perencanaan Persiapan guru IPA dalam merencanakan pembelajaran adalah mempersiapkan Perangkat Pembelajaran yang meliputi Rencana pelajaran, LKS, merencanakan metode dan pendekatan pembelajaran, merancang media pembelajaran, evaluasi dan

mengujicoba percobaan. Dalam kegiatan lesson study guru akan mempersiapkan dan membuat teaching materials dengan terlebih dahulu mengeksplorasi materi subjek. Tahapan persiapan ini sesuai dengan tahap perencanaan pada lesson study (Saito, 2004) dan sejalan dengan tuntutan kompetensi pedagogi yang harus dimiliki oleh guru. Dalam melaksanaannya tentu guru IPA akan menemukan beberapa hambatan, akan tetapi guru berusaha untuk menanggulangi hambatan tersebut sampai Rencana Pembelajaran tadi siap untuk digunakan di dalam kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Sriyati (2005) bahwa konsekuensi kegiatan lesson study bagi guru yang tampil adalah mempersiapkan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya dengan cara

mengeksplorasi materi, mencari metode dan pendekatan yang cocok dengan materi, mempersiapkan Rencana Pembelajaran dan menguji coba percobaan. Persiapan yang baik dari guru disebabkan karena guru merasa akan diobservasi oleh guru-guru IPA lain, sehingga guru akan berusaha tampil sebaik-baiknya. Dalam mempersiapkan Rencana Pembelajaran guru IPA menemukan hambatan pada pembuatan Rencana Pembelajaran (80%), pembuatan LKS (60%), menentukan metoda dan pendekatan pembelajaran (80%), merancang media pembelajaran (70%), mempersiapkan evaluasi (60%). Hambatan-hambatan yang dihadapi guru pada tahab perencanaan masih sangat besar. Akan tetapi dengan berbagai cara guru dapat mengatasi hambatan tersebut, diantaranya melakukan diskusi dengan guru-guru serumpun.

b.

Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan atau implementasi guru IPA akan tampil mengajar di depan kelas dan guru IPA lain akan menjadi observer selama pembelajaran

berlangsung. Selama ini pekerjaan guru di dalam kelas merupakan hal tabu untuk dilihat oleh guru lain, sehingga timbul ameo yang menyatakan bahwa dua pekerjaan yang tidak mau dilihat oleh orang lain adalah pekerjaan guru dan pencuri (Ito, Kouichi, 2005). Pameo ini menggambarkan begitu tertutupnya pekerjaan guru ketika guru mengajar di dalam kelas. Melalui kegiatan lesson study gambaran semacam ini akan dirubah, karena kegiatan lesson study menuntut guru untuk membuka kelasnya untuk diobservasi oleh orang lain (Sriyati, 2005). Tanggapan guru yang pernah tampil pada kegiatan lesson study, mereka merasa nervous ketika tampil di depan kelas (40%), karena peruses pemelajarannya dihadiri oleh jumlah observer yang banyak.

Tabel 1 Hasil Analisis Lembar Observasi Lesson Study pada guru IPA Siklus I

No 1

Aktivitas Belajar Mengajar Interaksi antar siswa dalam Kelompok 1.1. Tanya jawab/diskusi 1.2. Pengamatan 1.3.Melakukan kerjasama 1.4. Mengerjakan laporan

Siklus II

3 2 3 2

2.

Interaksi siswa antar kelompok dalam diskusi kelas 2.1. Mengajukan pertanyaan 2.2. Menjawab pertanyaan 2.3. Berargumentasi 2.4. Menyampaikan gagasan

3 2 3 2

3.

Interaksi antara guru dengan Siswa 3.1. Guru memberi pengarahan 3.2. Guru mengajukan pertanyaan 3.3. Siswa menanggapi pertanyaan guru 3.4.Siswa mengajukan pertanyaan pada guru 3.5. Umpan balik guru terhadap pertanyaan siswa dan penguatan konsep Guru melakukan demosntrasi Presentasi siswa aktif (%)

2 2 3 3 2 2 70%

4. 5.

Keterangan : 1 = kurang sekali 2 = kurang 3 = cukup

4 = baik 5 = baik sekali Dari tabel 1 di atas terlihat bahwa interaksi yang terjadi antar siswa dalam kelompok dengan kisaran nilai antara 2 dan 3 yaitu antara kurang dan cukup. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi antar siswa dalam kelompok belum dapat terjalin dengan baik, siswa secara aktif berdiskusi, melakukan pengamatan, melakukan kerjasama dalam melakukan percobaan dan mengerjakan laporan. Interaksi siswa antar kelompok dalam diskusi kelas dengan kisaran 2, yaitu kurang. Hal ini juga menunjukkan bahwa waktu diskusi kelas, siswa antar kelompok belum aktif untuk saling mengajukan dan

menjawab pertanyaan, berargumentasi dan menyampaikan gagasan. Dapat dibayangkan bahwa suasana kelas belum kondusif dan menyenangkan bagi siswa, karena setiap siswa tetap belum bisa secara terbuka berinteraksi dengan siswa lainnya tanpa terganggu dengan banyaknya observer yang hadir di kelas. Interaksi antara guru dengan siswa dengan kisaran nilai 2 sampai 3 yaitu kurang dan cukup. Dari nilai ini terlihat bahwa interaksi yang terjadi antara guru dan siswa belum terjalin dengan baik di dalam kelas. Berkaitan dengan presentasi siswa yang aktif belajar, rata-rata pada kegiatan pembelajaran belum semua siswa aktif belajar (40%). c. Refleksi Berkaitan dengan kegiatan refleksi yang dilaksanakan setelah kegiatan siklus I, guru IPA merasa bahwa kegiatan refleksi pada lesson study memberikan banyak manfaat diantaranya : mengetahui kekurangan saat proses pembelajaran, banyak mendapat masukkan atau pendapat yang penting dalam melaksanakan pembelajaran, menambah pengetahuan tentang ilmu mengajar, menambah percaya diri bicara di depan publik, mengetahui siswa mana yang harus diberi perhatian. Pada kegiatan refleksi guru-guru bisa saling belajar dan tukar pikiran mengenai proses pembelajaran telah terjadi (Sriyati, 2005).

Dan pada kegiatan refleksi sebanyak 100% guru dapat dengan terbuka menerima kritik, masukan, dan pendapat dari para observer. Hal ini juga mengembangkan kompetensi kepribadian guru (menerima kritikan). Pada kegiatan perencanaan siklus I guru IPA masih mengalami hambatan dalam menyelesaikan perangkat pembelajaran. Sehingga pada siklus ke II diadakan lagi kerjasama antara guru dalam menyelesaikan perangkat pembelajaran. Pada Aktivitas belajar mengajar juga didapatkan hasil yang belum memuaskan dimana belum terjadi interaksi yang baik antara siswa dalam kelompok dan interaksi antara siswa dan guru. Sehingga kegiatan proses pembelajaran belum dikatagorikan baik, dalam siklus II proses pembelajaran ini akan ditingkatkan kembali dengan cara. Memberi tugas kepada siswa

untuk membaca dan memahami materi yang diajarkan. Siswa diharapkan kerjasama dan diskusi dalam menulis laporan dan dilanjutkan presentasi setiap kelompok yang bertujuan untuk pemahaman materi.

B.

Hasil Penelitian Siklus II a. Perencanaan Dari hasil refleksi pertama disepakati untuk siklus kedua guru IPA bekerjasama untuk mempersiapkan Perangkat Pembelajaran. Setelah guru bekerjasama dalam menyusun Perangkat Pembelajaran, peneliti menemukan hambatan pada pembuatan Rencana Pembelajaran (20%), pembuatan LKS (20%), menentukan metoda dan pendekatan pembelajaran (20%), merancang media pembelajaran (30%), mempersiapkan evaluasi (20%). Hambatan-hambatan yang dihadapi guru pada tahab perencanaan ini telah mengalami penurunan dari siklus. Cara mengatasi masalah yang guru temukan dalam mempersiapkan Rencana Pembelajaran dengan cara berdiskusi dengan guru-guru IPA lain sesuai dengan

peningkatan kemampuan kompetensi sosial yaitu berkomunikasi dan berkontribusi dalam pengembangan pendidikan (UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005). b. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan siklus II, guru IPA membuka kelas kembali untuk diobservasi. Pada siklus II guru tidak lagi merasa nevous, 60% guru menyatakan pada awalnya mereka nervous, tetapi setelah pembelajaran berlangsung mereka bisa menguasai diri dan dapat mengajar dengan baik. Para guru mengendalikan perasaan nervous dengan cara meyakinkan diri bahwa mereka sudah mempersiapkan diri dengan baik dan menyadari diri sedang belajar untuk peningkatan diri. Kesadaran guru dalam menyadari dirinya sedang belajar dan sedang berupaya meningkatkan diri merupakan salah satu cara guru untuk meningkatkan kemampuan kompetensi kepribadian ( tauladan dan evaluasi kinerja sendiri). Tabel 2. Hasil Analisis Lembar Observasi Lesson Study pada guru IPA Siklus II

No 1

Aktivitas Belajar Mengajar Interaksi antar siswa dalam Kelompok 1.1. Tanya jawab/diskusi 1.2. Pengamatan 1.3.Melakukan kerjasama 1.4. Mengerjakan laporan

Siklus II

4 3 4 3

2.

Interaksi siswa antar kelompok dalam diskusi kelas 2.1. Mengajukan pertanyaan 2.2. Menjawab pertanyaan 2.3. Berargumentasi 2.4. Menyampaikan gagasan

4 3 4 3

3.

Interaksi antara guru dengan Siswa 3.1. Guru memberi pengarahan 3.2. Guru mengajukan pertanyaan 3.3. Siswa menanggapi pertanyaan guru 3.4.Siswa mengajukan pertanyaan pada guru 3.5. Umpan balik guru terhadap pertanyaan siswa dan penguatan konsep Guru melakukan demosntrasi Presentasi siswa aktif (%)

3 3 4 4 3 4 70%

4. 5.

Dari tabel 2 di atas terlihat bahwa interaksi yang terjadi antar siswa dalam kelompok dengan kisaran nilai antara 3 dan 4 yaitu antara cukup dan baik. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi antar siswa dalam kelompok telah dapat terjalin dengan baik, siswa secara aktif berdiskusi, melakukan pengamatan, melakukan kerjasama dalam melakukan percobaan dan mengerjakan laporan. Interaksi siswa antar kelompok dalam diskusi kelas dengan kisaran 3 dan 4, yaitu cukup dan baik. Hal ini juga menunjukkan

bahwa waktu diskusi kelas, siswa antar kelompok telah aktif untuk saling mengajukan dan menjawab pertanyaan, berargumentasi dan menyampaikan gagasan. Dapat dibayangkan bahwa suasana kelas telah kondusif dan menyenangkan bagi siswa, karena setiap siswa telah bisa secara terbuka berinteraksi dengan siswa lainnya tanpa terganggu dengan banyaknya observer yang hadir di kelas. Interaksi antara guru dengan siswa dengan kisaran nilai 3 sampai 4 yaitu cukup dan baik. Dari nilai ini terlihat bahwa interaksi yang terjadi antara guru dan siswa telah terjalin dengan baik di dalam kelas. Berkaitan dengan presentasi siswa yang aktif belajar, rata-rata pada kegiatan pembelajaran belum semua siswa aktif belajar (70%). b. Refleksi Dari hasil pelaksanaan dapat diambil pemahaman, bahwa tindakan yang dilaksanakan oleh peneliti memberi keberhasilan di dalam proses pembelajaran. Keberhasilan dengan kriteria baik dapat dilihat pada aktivitas siswa pada pembelajaran yang sangat tinggi sebesar 70%. Hambatan-hambatan di dalam menyusun perangkat pembelajaran juga telah teratasi dengan cara bekerjasama antara sesama guru IPA. Pada tahab observasi guru sudah tidak merasa nervous lagi dengan keberadaan guru lain di kelas.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui kegiatan lesson study, guru IPA sebagai pengajar dan observer dapat meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial sebagai ciri guru yang profesional seperti dituntut oleh Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005. Pada guru IPA yang bertindak sebagai observer dan yang diobserver kompetensi

pedagogik telah tergali dengan optimal, karena para observer secara langsung terlibat dalam proses membuat perangkat pembelajaran yaitu membuat Rencana pelajaran, LKS, metode, pendekatan, media pembelajaran serta evaluasinya. Secara umum kelas yang diamati proses pembelajarannya, dengan menggunakan kegiatan lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dilihat dari interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa dalam kelompok, interaksi siswa antar kelompok dalam diskusi kelas, interaksi antara guru dengan siswa dan presentasi siswa belajar aktif. Melalui model pembelajaran yang diterapkan pada kegiatan lesson study, siswa dilatih untuk meningkatkan kemampuan kerja ilmiah, mengaitkan konsep dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. B. Saran Dari penelitian yang telah dilakukan direkomendasikan hal-hal sebagai berikut : a. Dalam rangka meningkatkan profesional guru, kegiatan lesson study tidak cukup hanya dilaksanakan 1 atau 2 kali saja, tetapi harus terus menerus karena tidak ada titik poin keberhasilan lesson study . b. Masih perlu ditingkatkan pengetahuan dan pemahaman guru dalam hal pelaksanaannya dalam kegiatan lesson study.

DAFTAR PUSTAKA

Ito, Kouichi. 2005. Sustainibility of School and Lesson Reform. Makalah. 18 Mei 2005. Elementary School in Towada Japan. Rustaman, N. dkk. 2004. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung : Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Saito, Eisuke. 2004. Indonesian Lesson Study in Practice: Case Study of IMSTEP. Makalah. Japan International Cooperation Agency. 7 Desember 2004. Sriyati, S. 2005. Reformasi Sekolah Melalui Lesson Study . Makalah pada SeminarNasional Pendidikan IPA II dengan tema Membangun Pendidikan IPA Masa Depan Yang Kompetitif. 22-23 Juli 2005 di FPMIPA UPI Bandung. Suderadjat. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Pembaharuan Pendidikan dalam Undang-undang Sisdiknas 2003. Bandung : CV.Cekas Grafika. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Usman, U. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

ABSTRAK

Lesson study merupakan salah satu bentuk pembinaan guru (in-service) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Lesson study dilakukan diwilayah guru mengajar dengan menggunakan kelas dalam lingkungan nyata, sehingga akan membiasakan guru bekerja secara kolaboratif baik dengan guru bidang studi dan dengan guru diluar bidang studi, bahkan dengan masyarakat. Lesson Study merupakan kolaboratif antara guru dalam menyusun rencana pembelajaran beserta research lessonnya, pelaksanaan proses pembelajara di kelas yang disertai observasi dan refleksi.. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak kegiatan lesson study di SMP Negeri 13 Langsa terhadap peningkatan profesionalisme guru dan kualitas pembelajaran IPA di kelas. Untuk mengetahui kualitas pembelajaran di sekolah, dilakukan observasi pembelajaran IPA di SMP Negeri 13 Langsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui kegiatan lesson study, guru sebagai pengajar dan observer dapat meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial sebagai ciri guru yang profesional seperti dituntut oleh Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005. Proses Pembelajaran yang dilaksanakan pada kegiatan lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dilihat dari interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa dalam kelompok, interaksi siswa antar kelompok pada diskusi kelas, interaksi antara guru dan siswa dan dari prosesntase siswa yang aktif belajar. Melalui model pembelajaran yang dikembangkan pada kegiatan lesson study, siswa dilatih untuk meningkatkan kemampuan kerja ilmiah, mengaitkan konsep dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 13 LANGSA MELALUI LESSON STUDY

Disusun oleh : AZWANI ALI, S.Pd NIP. 19520627 197702 1 001 (KEPALA SMP Negeri 13 Langsa)

PEMERINTAH KOTA LANGSA DINAS PENDIDIKAN KOTA LANGSA 2010

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PTS

PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 13 LANGSA MELALUI LESSON STUDY

Disetujui Dan Disyahkan Oleh : Kepala Dinas Pendidikan Kota Langsa Koordinator Pengawas

Drs. Abdullah Gade Nip. 1960080519880301005

Drs. Tarmizi Amin Nip. 195307251980031002

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga PTS ini dapat terselesaikan dengan baik. PTS ini berjudul Peningkatan Profesionalisme Guru Dan Kualitas Proses Pembelajaran Di SMP Negeri 13 Langsa Melalui Lesson Study. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pelaksanaan penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: Guru-guru di SMP Negeri 13 Langsa yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan PTS ini. Semoga amal baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis tak lupa mohon maaf bila dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan PTS ini terdapat kesalahan-kesalahan. Penulis menyadari bahwa PTS ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis harapkan kritik dan sarannya. Akhirnya, penulis berharap semoga PTS ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin.

Langsa, November 2010 Penulis

Anda mungkin juga menyukai