Anda di halaman 1dari 24

BAHAN AJAR

INQUIRY-DISCOVERY LEARNING

Oleh :
Haris Budi santosa
Widyaiswara Ahli Madya

BALAI DIKLAT KEAGAMAAN


DENPASAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan berkualitas mencerminkan martabat suatu bangsa, tanpa
pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan terbelakang. Dalam
pendidikan, perkembangan kurikulum menuntut siswa untuk selalu aktif, kreatif,
dan inovatif dalam menanggapi setiap mata pelajaran yang diajarkan. Sikap aktif,
kreatif, dan inovatif dapat terwujud dengan menempatkan siswa sebagai objek
pendidikan. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber belajar yang
paling benar. Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan
keahlian di depan kelas. Salah satu komponen keahlian itu adalah kemampuan
untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan
pelajaran dengan efektif dan efisien, guru perlu mengenal berbagai jenis model
pembelajaran sehingga dapat memilih model pembelajaran manakah yang paling
tepat untuk suatu bidang pengajaran.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


nomor 22 tahun 2016 tentang Pembelajaran pada pendidikan dasar dan
menengah disebutkan bahwa pada implementasi Kurikulum 2013 sangat untuk
memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), perlu diterapkan pembelajaran
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning menggunakan
pendekatan saintifik dengan model-model pembelajaran inquiry based learning,
discovery learning, project based learning dan problem based learning.
Selanjutnya pada proses pembelajaran karakteristik pengembangannya
mencakup: menggunakan pendekatan scientific melalui mengamati, menanya,
mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan dengan tetap memperhatikan
karakteristik siswa, menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak
pembelajaran untuk semua mata pelajaran, menuntun siswa untuk mencari
tahu, bukan diberitahu (discovery learning), menekankan pada kemampuan
berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berpikir logis,
sistematis dan kreatif.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan


prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta
didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran merupakan suatu rencana
mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut
dapat terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar
atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik.
Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa
rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik atau dikenal
dengan istilah sintaks dalam peristiwa pembelajaran. Secara implisit di balik
tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model
dan rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan
model pembelajaran yang lainnya.
Model pembelajaran memegang peranan penting dalam kegiatan
pembelajaran untuk mewujudkan pendidikan aktif learning yang berkualitas.
Dalam hal ini akan di bahas Model Pembelajaran Discovery Learning dan Inquiry
sebagai pedoman dalam mengembangkan Mata Diklat dalam mewujudkan
tenaga pendidikan yang professional dan berintegritas.

B. Tujuan Pembelajaran
Memberikan motivasi, dorongan dan pemahaman lebih luas kepada guru untuk
merancang kegiatan pembelajaran dalam mewujudkan proses pembelajaran
yang aktif learning, kreatif, efektif menyenangkan yang dapat menghapus
paradigma Teacher Centre namun dapat mengaplikasikan kegiatan yang
berpusat pada siswa ( students Centre )
C. Ruang Lingkup
Mata diklat ini membahas tentang : Pegertian Model pembelajaran, Pembelaran
Discovery Learning dan Inquiry, sintax model, kelebihan dan kekurangan, dan
Langkah – Langkah dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery
Learning dan Inquiry.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran Discovery Learning
a. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
Pembelajaran discovery-inquiry bertolak dari pandangan bahwa siswa
sebagai subyek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk
berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Proses
perkembangan harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa
untuk melakukan kegiatan belajar. Bertolak dari hal tersebut ada beberapa
pendapat mengenai definisi dari pembelajaran Discovery-Inquiry diantaranya
adalah:
Sund (1975) dalam Moh. Amien (1979: 5) menyatakan bahwa ”Discovery adalah
proses mental dimana individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip”.
Sedangkan menurut Roestiyah (2002: 20) ”Discovery learning ialah suatu cara
mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melaui tukar
pendapat, dengan diskusi, membaca sendiri, dan mencoba sendiri agar anak
belajar sendiri”.
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002: 22) ”Inquiry-discoveri
learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran discovery-inquiry adalah suatu kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri, mencoba sendiri sehingga
menemukan konsep sendiri.
Pembelajaran discovery harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar
untuk menjamin siswa dapat mengembangkan proses penemuan.
Inquiry dibentuk dan meliputi discovery, karena siswa harus harus menggunakan
kemampuan discovery dan lebih banyak lagi.
Dengan kata lain inquiry adalah suatu proses perluasan proses-
proses discovery yang digunakan dalam cara-cara yang lebih dewasa. Sebagai
tambahan pada proses-proses discovery-inquiry mengandung proses-proses
yang lebih tinggi tingkatannya.
Berdasarkan berbagai definisi pembelajaran discovery-inquiry di atas dapat
penulis simpulkan bahwa pembelajaran discovery-inquiry merupakan
pembelajaran yang menitik beratkan pada proses pemecahan masalah,
sehingga siswa harus melakukan eksplorasi berbagai informasi agar dapat
menentukan konsep mentalnya sendiri dengan mengikuti petunjuk guru berupa
pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran.

Prinsip- prinsip pembelajaran dalam Pembelajaran Discovery-inquiry


1. PERAN GURU DAN SISWA
No Peran Guru Peran Siswa Ke
. t.
1 menciptakan suasana yang mengambil prakasa dalam
memberi peluang untuk menemukan masalah
berpikir bebas dalam
bereksplorasi dalam
penemuan dan pemecahan
masalah;
2 Sebagai fasilitator dalam Merancang alternatif
penelitian pemecahan masalah; aktif
mencari informasi dan sumber-
sumber belajar;
3 rekan diskusi dalam menyimpulkan dan analisis
pencarian alternatif data
pemecahan masalah; dan
yang
4 pembimbing penelitian, melakukan eksplorasi untuk
pendorong keberanian memecahkan masalah;
berfikir alternatif dalam
pemecahan masalah.

5 mencari alternatif masalah bila


terjadi kebuntuan.

Syarat-syarat Pembelajaran discovery-inquiry.


Model pembelajaran discovery-inquiry adalah model pembelajaran yang popular di
jaman sekarang dan sangat familiar dan sangat didambakan untuk dilaksanakan di
setiap sekolah.
Pembelajaran discovery-inquiry dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat
berikut:
a. guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas
(personal bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problematik) dan
sesuai dengan daya nalar siswa;
b. guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi
belajar yang menyenangkan;
c. adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup;
d. adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, dan, berdiskusi;
e. guru tidak ikut campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Discovery-Inquiry


Setiap model pembelajaran yang digunakan memiliki kelebihan dan kelemahan masing-
masing. Pada pembelajaran discovery-inquiry siswa dirancang untuk menemukan
sendiri konsep ilmu yang akan dipelajari sehingga diharapkan dari penemuan sendiri
suatu konsep oleh siswa selain lebih mudah dimengerti dan diingat, juga dapat
menumbuhkan motivasi intrinsik siswa karena siswa merasa puas atas hasil dari
penemuan mereka. Pembelajaran ini membutuhkan waktu yang cukup banyak, karena
dalam prosesnya siswa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang harus
dipecahkan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber serta
melakukan uji coba sendiri. Apabila selama proses penemuan konsep kurang
terbimbing atau kurang terarah, maka akan terjadi kekacauan dan kekaburan atas
konsep yang dipelajari.
Menurut Roestiyah (2002 : 20-21) model pembelajaran discovery-inquiry memiliki
kelebihan dan kekurangan:
No. KELEBIHAN KET.
1 Mampu mengembangkan penguasaan ketrampilan untuk
berkembang dan maju dengan menggunakan potensi yang
ada pada diri siswa itu sendiri;

2 Mampu memberikan motivasi belajar, memperkuat, dan


menambah kepercayaan pada diri siswa dengan proses
menemukan sendiri.

KEKURANGAN MODEL DISCOVERY DAN INQUIRY


LEARNING
1 Siswa harus ada kesiapan, kemampuan, dan keberanian
untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan lebih baik;

2 . bila kelas terlalu besar, maka bentuk ini akan kurang


berhasil.

Menurut Jerome Bruner dalam Moh. Amien (1979 : 12) beberapa keuntungan
pembelajaran penemuan adalah: a. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan
ide-ide dengan lebih baik, b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada
situasi-situasi dalam proses belajar mengajar yang baru, c. Mendorong siswa untuk
berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, d. Mendorong siswa untuk berpikir inklusif
dan merumuskan hipotesisnya sendiri, e. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik,
f. Situasi proses belajar mengajar lebih merangsang.

3. Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran Discovery-Inquiry


Pembelajaran yang dilakukan dengan discovery-inquiry adalah pembelajaran dimana
metode-metode tersebut dilakukan tidak lepas dan tetap berpijak pada langkah-
langkah discovery-inquiry. Secara garis besar prosedur pelaksanaan
pembelajaran discovery menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002:22) adalah
sebagai berikut :
a.Stimulation : guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak
didik membaca ataupun mendengarkan uraian yang membuat persoalan,
b. Problem statement : memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
berbagai persoalan,
c. Data collection : perngumpulan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber atau melakukan uju coba sendiri
dan lain-lain oleh siswa,
d. Data prossesing: pengolahan, pengacakan, pengklasifikasian, pentabulasian bahkan
penghitungan data pada tingkat kepercayaan tertentu,
e. Verification atau pembuktian : pembuktian dari hipotesis atau pernyataan yang telah
dirumuskan berdasarkan hasil pengolahan informasi yang telah ada,
f. Generalization : berdasarkan hasil verifikasi, siswa menarik kesimpulan atau
genaralisasi tertentu
4. Bentuk/macam-macam pembelajaran Discovery-Inquiry
Menurut Moh. Amien (1979: 15) bahwa pengembangan kemampuan “discovery inquiry”
pada diri siswa melalui pengajaran science dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan
antara lain:
a. guided discovery-inquiry
b. discovery-inquiry bebas
c. discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi
d. inquiry role approach
e. invitation into inquiry
f. pictorial riddle
g. synectic lesson

Dari beberapa jenis tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut:


a. Discovery-Inquiry Terbimbing (Guided Discover-Inquiryy)
Salah satu pengembangan kemampuan “discovery-inquiry” pada diri siswa melalui
pengajaran science dapat dilukiskan dengan kegiatan guided discovery-inquiry
laboratory lesson. Menurut Moh. Amien (1979 : 15) “Istilah “guided discovery-inquiry”
digunakan apabila didalam kegiatan “discovery-inquiry” guru menyediakan bimbingan/
petunjuk yang cukup luas kepada siswa, sebagian perencanaan dibuat oleh guru”. Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa guided discovery-inquiry atau discovery-
inquiry tebimbing adalah kegiatan pembelajaran penemuan, di mana
permasalahan/problem diberikan oleh guru.
Siswa tidak merumuskan problema. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana
menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Menurut Moh. Amien (1979 : 15-16) Pada
umumnya suatu “guided discovery lab lesson” terdiri dari: 1) Pernyataan problema :
problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagi pertanyaan atau
peryataan biasa; 2) Prinsip atau konsep yang diajarkan : prinsip-prinsip dan/atau
konsep-konsep yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan, harus ditulis dengan
jelas dan tepat; 3) Alat/Bahan : alat/bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan
setiap siswa untuk melakukan kegiatan; 4) Diskusi pengarahan : berupa pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan sebelum para siswa
melakukan kegiatan “discovery-inquiry”; 5) Kegiatan discovery-inquiry : kegiatan
metoda “discovery-inquiry” oleh siswa berupa kegiatan percobaan/penyelidikan yang
dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-konsep dan/atau prinsip-prinsip yang
telah ditetapkan oleh guru; 6) Proses berpikir siswa : proses berpikir kritis dan ilmiah
menunjukkan tentang “mental operation: siswa yang diterapkan selama kegiatan
berlangsung; 7) Pertanyaan yang bersifat “open-ended” : pertanyaan yang bersifat
“open-ended” : harus berupa pertanyaan yang mengarah ke pengembangan tambahan
kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa; 8) Catatan guru : catatan guru
berupa catatan-catatan lain yang meliputi : penjelasan tentang hal-hal atau bagian-
bagian yang sulit dari kegiatan/pelajaran, isi/materi pelajaran yang relevan dengan
kegiatan, faktor-faktor variable yang dapat mempengaruhi hasil.
b. Discovery-Inquiry Bebas (Free Discuvery-Inquiry)
Discover-inquiryy bebas merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang memberi
kebebasan siswa untuk menentukan masalah sendiri, mencari konsep, dan
merancang eksperimen sampai mencari kesimpulan. Di sini guru hanya sebagai teman
belajar apabila diperlukan sebagai tempat bertanya. Biasanya discovery bebas tidak
berjalan, siswa masih memerlukan bimbingan
c. Discovery-Inquiry Bebas Termodifikasi (Modified Free Discovery-Inquiry)
Model pembelajaran discovery-inquiry bebas termodifikasi merupakan suatu
kegiatan discovery-inquiry bebas tetapi dalam penemuan masalahnya diberikan oleh
guru. Pada pembelajaran ini guru memberikan masalah tersebut melalui pengamatan,
eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban dan siswa harus di
dorong untuk memecahkan masalah dalam kerja kelompok atau perorangan.
d. Inquiry Role Approach (I.R.A)
Menurut Moh. Amien (1979: 21) inquiry role approach (I.R.A) merupakan kegiatan
proses belajar-mengajar yang melibatkan siswa dalam team-team yang masing-masing
terdiri dari 4 anggota untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota
team diberi tugas suatu perananan yang berbeda-beda sebagai berikut: 1) team
coordinator; 2) technical advisor; 3) data recorder; 4) proses evaluator. Anggota team
menggambarkan peranan-peranan di atas, bekerja sama untuk memecahkan problem-
problem yang berkaitan dengan topic yang disetudi. Misalnya: populasi burung, tingkah
laku tikus, anak abnormal, dan sebagainya
e. Pictorial Riddle
Menurut Moh. Amien (1979: 23) Pembelajaran dengan menggunakan”pictorial riddle”
adalah salah satu teknik/metoda untuk mengembangkan motivasi dan interest siswa di
dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar peraga atau situasi yang
sesunggunya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa.
Suatu “riddle” biasanya berupa gambar di papan tulis dan sebagainya, kemudian guru
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan “riddle”.
Matriks Perbedaan Model Pembelajaran Discovery dan Inquiry

No. Pembeda Discovery Inquiry


1 Pengertian prosedur mengajar yang Model pembelajaran
mementingkan pengajaran inquiry adalah rangkaian
perseorangan, manipulasi kegiatan pembelajaran
obyek dan lain-lain, sebelum yang menekankan pada
sampai kepada generalisasi. proses berpikir secara
Model discovery learning kritis dan analisis untuk
merupakan komponen dari mencari dan menemukan
praktek pendidikan yang sendiri jawaban dari suatu
meliputi metode mengajar masalah yang
yang memajukan cara belajar dipertanyakan
aktif,
beroreientasi pada proses,
mengarahkan sendiri,
mencari sendiri dan reflektif
2 KELEBIHAN 1.Teknik ini mampu 1. Pembelajaran yang
membantu siswa untuk menekankan kepada
meng-embangkan, pengembangan aspek
memperbanyak kognitif, afektif, dan
kesiapan,serta penguasaan psikomotor secara
keterampilan dalam proses seimbang
kognitif/mendalam tertinggal 2.Dapat memberikan
dalam jiwa siswa tersebut. ruang kepada siswa untuk
belajar sesuai dengan
2.Siswa memperoleh gaya belajar mereka
pengetahuan yang bersifat 3. Sesuai dengan
sangat pribadi/individual perkembangn psikologi
sehingga dapat modern
kokoh/mendalam tertinggal 4.Dapat melayani
dalam jiwa siswa tersebut kebutuhan siswa yang
3.Dapat membangkitkan memiliki kemampuan
kegairahan belajar para diatas rata-rata
siswa.

4.Teknik ini mampu


memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai
dengan kemampuannya
masing-masing.

5.Mampu mengarahkan cara


siswa belajar, sehingga lebih
memiliki motivasi yang kuat
untuk belajar lebih giat.

6.Membantu siswa untuk


memperkuat dan menambah
kepercayaan pada diri sendiri
dengan proses penemuan
sendiri.

7.Strategi itu berpusat pada


siswa tidak pada guru. Guru
hanya sebagai teman belajar
saja, membantu bila di
perlukan.
4 KEKURANGAN 1.Pada siswa harus ada .1.sulit mengotrol kegiatan
kesiapan dan kematangan dan keberhasilan siswa
mental untuk cara belajar ini. 2.Sulit merencanakan
Siswa harus berani dan pembelajaran oleh karena
berkeinginan untuk terbentur dengan
mengetahui keadaan kebiasaan siswa dalam
sekitarnya dengan baik. belajar
2.Bila kelas terlalu besar 3.Memerlukan waktu yang
penggunaan teknik ini akan panjang untuk
kurang berhasil. mengiplementasikannya
3.Bagi guru dan siswa yang
sudah biasa dengan
perencanaan dan pengajaran
tradisional mungkin akan
sangat kecewa bila diganti
dengan teknik penemuan.
4.Dengan teknik ini ada yang
berpendapat bahwa proses
mental ini terlalu
mementingkan proses
pengertian saja , kurang
memperhatikan
perkembangan atau
pembentukan sikap dan
keterampilan bagi siswa.
5.Teknik ini mungkin tidak
memberikan kesempatan
untuk berpikir secara kreatif.

5 Sintaks 1. Orientasi (stimulating) 1. Orientasi masalah


2. Identifikasi Masalah 2. Merumukan Masalah
( Problem statement / 3. Menyimpulkan
menyusun hipotesis) Hipotesis
3.Pengumpulan Data ( 4. Mengumpulkan Data
observasi ) 5. Menguji Hipotesis
5. Pengolahan 6. Kesimpulan
Data(Analisis)
6. Verifikasi
7. Generalisasi

Model Descovery menurut Mulyasa (2007:110) merupakan model yang lebih


menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan model ini lebih
mengutamakan proses daripada hasil belajar.
Secara etimologis, discovery berarti “penemuan” seadangkan inquiry berarti
“pemeriksaan” atau penyelidikan. Sedangkan menurut Robert B. Sund dalam bukunya
yang berjudul science throngh Discovery menyatakan bahwa Descovery merupakan
kegiatan individu dimana individu mengasimilasi konsep dan/atau prinsip-prinsip dalam
proses mentalnya.
Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya Model Discovery Learning merupakan
pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan
terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang nampak
dalam Discovery, bahwa Discovery adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih
sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem
coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference) yang
terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian (events).
Pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah pembelajaran untuk
menemukan konsep, makna, dan hubungan kausal melalui pengorganisasian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.
Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan
masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2)
berpusat pada peserta didik; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan
pengetahuan yang sudah ada. Penemuan (discovery) merupakan suatu model
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme.
Model discovery merupakan pembelajaran yang menekankan pada
pengalaman langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting
terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam
pembelajaran. Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau permasalahan
yang harus diselesaikan. Jadi siswa memperoleh pengetahuan yang belum
diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, melainkan melalui penemuan sendiri. Bruner
(dalam Kemendikbud, 2013b: 4) mengemukakan bahwa proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang
dijumpai dalam kehidupannya. Penggunaan discovery learning, ingin merubah kondisi
belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher
oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori, siswa hanya menerima
informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery, siswa menemukan
informasi sendiri. Sardiman (Kemendikbud, 2013) mengungkapkan bahwa dalam
mengaplikasikan model discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Model
discovery learning yaitu dapat melatih siswa belajar secara mandiri, melatih
kemampuan bernalar siswa, serta melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Discovery Learning merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan
kreatif. Mengubah pembelajaran teacher oriented ke student oriented, mengubah
modus ekspository diamana siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari
guru ke modus discovery siswa menemukan informasi sendiri dalam konsep
belajar.Sesungguhnya discovery Learning merupakan pembentukan konsep – konsep
yang dapat memngkinkan terjadinya generalisasi. Berdasarkan uraian datas Discovery
Learning merupakan pembelajaran untuk mnemukan konsep, makna dan hubungan
kausal melalui penggorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.
Adapun Karakteristik dari Discovery Learning adalah Peran guru sebagai pembimbing,
eserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan, bahan ajar disajikan dalam
bentuk informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, serta membuat kesimpulan.

Sintax/Langkah-langkah Discovery Learning

Tahap Deskripsi
Tahap 1 Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan
Stimulasi/pemberian pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
rangsangan belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi
untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan
Tahap 2 Guru Mengidentifikasi sumber belajardan memberi
Identifikasi masalah kesempatan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah)

Tahap 3 Guru Membantu peserta didik mengumpulan dan


Mengumpulkan data mengeksplorasi data.
Tahap 4 Guru membimbing peserta didik dalam kegiatan
Pengolahan data mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para
peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya
Tahap 5 Guru membimbing peserta didik melakukan
Pembuktian pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil
Tahap 6 Guru membimbing peserta didik merumuskan prinsip
Menarik kesimpulan dan generalisasi hasil penemuannya.

Model Inkuiri

Pengertian Model Inquiry


Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuaan bukanlah sejumlah
fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Belajar
pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis.
Melalui proses mental itulah, diharapkan peserta didik berkembang secara utuh baik
intelektual, mental, emosi, maupun pribadinya. Oleh karena itu dalam proses
perencanaan pembelajaran, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang
harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Pembelajaran adalah
proses memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar peserta didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat
sejumlah fakta).
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan.
Inkuiri merupakan metode mengajar yang melibatkan siswa secara maksimal. Hosnan
(2014: 341) mengemukakan bahwa inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir
itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Karakteristik
dari Pembelajaran Inkuiri: Menekankan kepada proses mencari dan menemukan.
Pengetahuan dibangun oleh peserta didik melalui proses pencarian. Peran guru
sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik dalam belajar. Menekankan pada
proses berpikir kritis dan analitis untuk merumuskan kesimpulan
Asumsi Model pembelajaran Inkuiri didukung 4 karakter utama siswa. (Suchman)
yaitu : 1. Selalu ingin tahu; 2. Selalu ingin bicara, mengkomunikasikan ide nya; 3 selalu
ingin membuat sesuatu; selalu mengekspresikan seni.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan


secara maksimal seluruh kemampuan yang meliputi sikap, pengetahuan,dan
keterampilan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusiaatau
peristiwa), secara sistematis, kritis, logis, dan analitis.

Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri


Tahap Deskripsi
Tahap 1 Guru mengondisikan agar peserta didik siap melaksanakan
Orientasi proses pembelajaran, menjelaskan topik, tujuan, dan hasil
belajar yang diharapkan dapat tercapai oleh peserta didik,
menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan
oleh peserta didik untuk mencapai tujuan, menjelaskan
pentingnya topik dan kegiatan belajar, hal ini dapat
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar
peserta didik.
Tahap 2 Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik untuk
Merumuskan merumuskan dan memahami masalah nyata yang telah
masalah disajikan.
Tahap 3 Guru membimbing peserta didik untuk mengembangkan
Merumuskan kemampuan berhipotesis dengan cara menyampaikan
hipotesis berbagai pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik
untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari
suatu permasalahan yang dikaji.
Tahap 4 Guru membimbing peserta didik dengan cara mengajukan
Mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik
data untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
Tahap Deskripsi
Tahap 5 Guru membimbing peserta didik dalam proses menentukan
Menguji jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data dan
hipotesis informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari
tingkat keyakinan peserta didik atas jawaban yang diberikan.
Tahap 6 Guru membimbing peserta didik dalam proses
Merumuskan mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil
kesimpulan pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang
akurat sebiknya guru mempu menunjukkan pada peserta
didik data mana yang relevan.

Hosnan (2014: 342-344) mengemukakan langkah pembelajaran dengan metode inkuiri


yakni sebagai berikut.

Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif. Guru mengondisikan siswa agar siap melaksanakan proses
pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan
masalah.

Merumuskan masalah
Langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka teki.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir
memecahkan masalah dan mencari jawaban yang tepat.

Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji dan perlu
diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi
harus memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu
bersifat rasional dan logis.
Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh
karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang
dibutuhkan.

Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis
berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban
yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung data
yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh


berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan tujuan
akhir dalam proses pembelajaran.

Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan metode inkuiri adalah salah satu cara
mengajar dengan rangkaian kegiatan belajar yang menempatkan siswa sebagai subjek
pembelajaran, sehingga melibatkan siswa secara aktif untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu permasalahan melalui investigasi. Adapun langkah-langkah
pembelajaran dengan metode inkuiri yaitu (1) merangsang dan mengajak siswa berpikir
untuk memecahkan masalah, mengarahkan siswa untuk merumuskan masalah, (3)
mengarahkan siswa untuk menentukan jawaban sementara (hipotesis), (4)
memfasilitasi siswa dalam pengumpulan data kemudian mengolahnya untuk
membuktikan jawaban sementara (hipotesis), (5) mengarahkan siswa untuk
merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil temuannya.

Keunggulan Model Pembelajaran Inquiry


Hosnan (2014: 344) mengungkapkan beberapa kelebihan metode inkuiri yaitu
sebagai berikut :
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek pengetahuan, sikap,
dan keterampilan secara seimbang. Pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang bagi
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
Pembelajaran ini dapat melayani siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.
Inkuiri merupakan metode yang dianggap paling sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman
BAB III
PENUTUP

Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar siswa dan gaya
mengajar guru. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu siswa untuk
mendapatkan informasi, keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan idenya.
Model Pembelajaran discovery dan inkuiri merupakan rangkaian kegiatan yang saling
berkaitan. Discovery merupakan adalah menemukan konsep melalui serangkaian data
atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Inkuiri adalah
proses menjawab pertanyaan dan menyelesaikan masalah berdasarkan fakta dan
pengamatan. Jadi belajar dengan menemukan (discovery) merupakan bagian dari
proses inkuiri.
DAFTAR PUSTAKA

- Arsad Azhar, 2008, Media Pembelajaran ,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Bahri
- Djamarah dan Aswan Zain, 2006, Strategi Belajar Mengajar ,Jakarta: PT Rineka
Cipta
- Dahar, RW., 1991.Teori-Teori Belajar.Jakarta: Penerbit Erlangga
- Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21 : Ghalia Indonesia
- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang
Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan.
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013. Materi Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Kemendikbud.
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016. Materi Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai