INQUIRY-DISCOVERY LEARNING
Oleh :
Haris Budi santosa
Widyaiswara Ahli Madya
A. Latar Belakang
Pendidikan berkualitas mencerminkan martabat suatu bangsa, tanpa
pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan terbelakang. Dalam
pendidikan, perkembangan kurikulum menuntut siswa untuk selalu aktif, kreatif,
dan inovatif dalam menanggapi setiap mata pelajaran yang diajarkan. Sikap aktif,
kreatif, dan inovatif dapat terwujud dengan menempatkan siswa sebagai objek
pendidikan. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber belajar yang
paling benar. Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan
keahlian di depan kelas. Salah satu komponen keahlian itu adalah kemampuan
untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan
pelajaran dengan efektif dan efisien, guru perlu mengenal berbagai jenis model
pembelajaran sehingga dapat memilih model pembelajaran manakah yang paling
tepat untuk suatu bidang pengajaran.
B. Tujuan Pembelajaran
Memberikan motivasi, dorongan dan pemahaman lebih luas kepada guru untuk
merancang kegiatan pembelajaran dalam mewujudkan proses pembelajaran
yang aktif learning, kreatif, efektif menyenangkan yang dapat menghapus
paradigma Teacher Centre namun dapat mengaplikasikan kegiatan yang
berpusat pada siswa ( students Centre )
C. Ruang Lingkup
Mata diklat ini membahas tentang : Pegertian Model pembelajaran, Pembelaran
Discovery Learning dan Inquiry, sintax model, kelebihan dan kekurangan, dan
Langkah – Langkah dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery
Learning dan Inquiry.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran Discovery Learning
a. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
Pembelajaran discovery-inquiry bertolak dari pandangan bahwa siswa
sebagai subyek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk
berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Proses
perkembangan harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa
untuk melakukan kegiatan belajar. Bertolak dari hal tersebut ada beberapa
pendapat mengenai definisi dari pembelajaran Discovery-Inquiry diantaranya
adalah:
Sund (1975) dalam Moh. Amien (1979: 5) menyatakan bahwa ”Discovery adalah
proses mental dimana individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip”.
Sedangkan menurut Roestiyah (2002: 20) ”Discovery learning ialah suatu cara
mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melaui tukar
pendapat, dengan diskusi, membaca sendiri, dan mencoba sendiri agar anak
belajar sendiri”.
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002: 22) ”Inquiry-discoveri
learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran discovery-inquiry adalah suatu kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri, mencoba sendiri sehingga
menemukan konsep sendiri.
Pembelajaran discovery harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar
untuk menjamin siswa dapat mengembangkan proses penemuan.
Inquiry dibentuk dan meliputi discovery, karena siswa harus harus menggunakan
kemampuan discovery dan lebih banyak lagi.
Dengan kata lain inquiry adalah suatu proses perluasan proses-
proses discovery yang digunakan dalam cara-cara yang lebih dewasa. Sebagai
tambahan pada proses-proses discovery-inquiry mengandung proses-proses
yang lebih tinggi tingkatannya.
Berdasarkan berbagai definisi pembelajaran discovery-inquiry di atas dapat
penulis simpulkan bahwa pembelajaran discovery-inquiry merupakan
pembelajaran yang menitik beratkan pada proses pemecahan masalah,
sehingga siswa harus melakukan eksplorasi berbagai informasi agar dapat
menentukan konsep mentalnya sendiri dengan mengikuti petunjuk guru berupa
pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Menurut Jerome Bruner dalam Moh. Amien (1979 : 12) beberapa keuntungan
pembelajaran penemuan adalah: a. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan
ide-ide dengan lebih baik, b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada
situasi-situasi dalam proses belajar mengajar yang baru, c. Mendorong siswa untuk
berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, d. Mendorong siswa untuk berpikir inklusif
dan merumuskan hipotesisnya sendiri, e. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik,
f. Situasi proses belajar mengajar lebih merangsang.
Tahap Deskripsi
Tahap 1 Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan
Stimulasi/pemberian pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
rangsangan belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi
untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan
Tahap 2 Guru Mengidentifikasi sumber belajardan memberi
Identifikasi masalah kesempatan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah)
Model Inkuiri
Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif. Guru mengondisikan siswa agar siap melaksanakan proses
pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan
masalah.
Merumuskan masalah
Langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka teki.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir
memecahkan masalah dan mencari jawaban yang tepat.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji dan perlu
diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi
harus memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu
bersifat rasional dan logis.
Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh
karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang
dibutuhkan.
Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis
berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban
yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung data
yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Merumuskan kesimpulan
Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan metode inkuiri adalah salah satu cara
mengajar dengan rangkaian kegiatan belajar yang menempatkan siswa sebagai subjek
pembelajaran, sehingga melibatkan siswa secara aktif untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu permasalahan melalui investigasi. Adapun langkah-langkah
pembelajaran dengan metode inkuiri yaitu (1) merangsang dan mengajak siswa berpikir
untuk memecahkan masalah, mengarahkan siswa untuk merumuskan masalah, (3)
mengarahkan siswa untuk menentukan jawaban sementara (hipotesis), (4)
memfasilitasi siswa dalam pengumpulan data kemudian mengolahnya untuk
membuktikan jawaban sementara (hipotesis), (5) mengarahkan siswa untuk
merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil temuannya.
Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar siswa dan gaya
mengajar guru. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu siswa untuk
mendapatkan informasi, keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan idenya.
Model Pembelajaran discovery dan inkuiri merupakan rangkaian kegiatan yang saling
berkaitan. Discovery merupakan adalah menemukan konsep melalui serangkaian data
atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Inkuiri adalah
proses menjawab pertanyaan dan menyelesaikan masalah berdasarkan fakta dan
pengamatan. Jadi belajar dengan menemukan (discovery) merupakan bagian dari
proses inkuiri.
DAFTAR PUSTAKA