BAB 1. SEKOLAH
1
Dari pengrtian manajemen sekolah menurut para ahli pengertian
manajemen sekolah dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen
sekolah, bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan yang
memanfaatkan berbagai sumber daya dan berupaya untuk mencapai tujuan
tertentu.
(http://studimanajemen2012) Dikemukakan bahwa manajemen sekolah
merupakan suatu kegiatan. Kegiatan yang dimaksud tak lain adalah tindakan-
tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen sekolah. Dari George
R.Terry fungsi manajemen sekolah adalah:
1. Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan
penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan.
Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan,
memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan
merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksuud untuk
mencapai tujuan.
2. Pengorganisasian (organization) yaitu sebagai cara untuk mengumpulkan
orang-orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan
keahliannya dalam pekerjaan yang sudah direncanakan.
3. Penggerakan (actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar berjalan
sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta menggerakan seluruh
sumber daya yang ada dalam organisasi agar pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan bisa berjalan sesuai rencana dan bisa memcapai tujuan.
4. Pengawasan (controlling) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari
organisasi ini sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi
penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif
dan efisien tanpa ada yang melenceng dari rencana.
Hakikat dari fungsi manajemen dari Terry adalah apa yang direncakan, itu
yang akan dicapai. Maka dari itu fungsi perencanaan harus dilakukan sebaik
mungkin agar dalam proses pelaksanaanya bisa berjalan dengan baik serta segala
kekurangan bisa diatasi.
21
Kata program yang digunakan dalam bab ini, lebih luas cakupannya
dibanding yang diadopsi di bab Translasi Kurikulum yang mengacu pada uraian
dokumen kurikulum menjadi pengajaran harian atau mingguan.
Satu model manajemen sekolah yang semakin banyak dianjurkan untuk
diterapkan pada manajemen sekolah mandiri adalah siklus manajemen sekolah
gabungan Cadwell dan Spinks (1988). Siklus tersebut mempunyai 6 tahap :
1. Menentukan sasaran atau tujuan dan identifikasi kebutuhan.
2. Membuat kebijakan, dengan kebijakan terdiri dari pernyataan tujuan dan
petunjuk yang lengkap.
3. Merencanakan program
4. Mempersiapkan dan menyetujui anggaran program
5. Menerapkan, dan
6. Mengevaluasi
Siklusnya seperti yang digambarkan pada gambar 2-1.
Cadwell dan Spinks menyatakan bahwa siklus tersebut mempunyai
karakteristik berikut :
1. Mengintegrasikan seperangkat tujuan, identifikasi kebutuhan, pembuatan
kebijakan, penganggaran, penerapan dan evaluasi.
2. Melibatkan staff, para siswa dan masyarakat.
3. Mengorgainisir manajemen sekolah berkaitan dengan program-program
(fungsi pokok sekolah).
4. Mempertimbangkan tumpang tindih didalam tanggungjawab atau tugas
rangkap (suatu anggota kelompok kebijakan mungkin juga anggota tim
program).
5. Menetapkan tanggung jawab untuk pembuatan kebijakan : kebijakan
kelompok mempunyai tanggung jawab yang besar dalam tahap penentuan
tujuan dan identifikasi kebutuhan, pengambilan kebijakan (menyetujui
aggaran dan mengevaluasi) : tim program (para guru) bekerja didalam
kerangka kebijakan yang dibentuk atau ditentukan oleh kelompok kebijakan
dan mempunyai tanggungjawab perencanaan, penerapan, dan evaluasi.
21
(http://surayanaaljoe2016) Dalam pengelolaan sekolah agar dapat
mencapai tujuan sekolah dengan baik, maka perlu mendasarkan prinsip-
prinsip manajemen sekolah sebagai berikut:
a. Efisiensi yakni dengan penggunaan modal yang sedikit dapat
menghasilkan hasil yang optimal.
b. Efektivitas yakni ketercapaian sasaran sesuai tujuan yang diharapkan.
c. Pengelolaan yakni seorang manajer di sekolah harus melakukan
pengelolaan sumber-sumber daya yang ada.
d. Pengutamaan tugas pengelolaan yakni seorang manajer sekolah harus
mengutamakan tugas-tugas pokoknya. Tugas-tugas yang bersifat
operatif hendaknya dilimpahkan pada orang lain secara proposional
manakala seorang manajer sekolah melimpahkan tugas kepada orang
lain, tanggung jawab tetap ada pada pimpinan.
e. Kerjasama yakni seorang manajer sekolah hendaknya dapat
membangun kerjasama yang baik secara horizontal
f. Kepemimpinan yang efektif yakni bagaimana seorang manjer sekolah
dapat memberi pengaruh, ajakan pada orang lain untuk tujuan
bersama.
21
Bagan 2-1. Siklus Kolaborasi Manajemen Sekolah
Menentukan
tujuan dan
identifikasi
kebutuhan
Program
Tim
Program
Perencanaan Penerapan
Penganggaran
Persiapan
Persetujuan
21
Berikut adalah suatu penjelasan singkat dari tiap tahap siklus Cadwell dan Spinks:
1. Menentukan tujuan dan identifikasi kebutuhan.
Suatu tujuan adalah sebuah pernyataan yang luas tentang suatu maksud
yang tidak berhubungan dengan waktu tertentu. Tujuan bisa dihubungkan
dengan hasil siswa, atau sumber daya perbekalan dan keseluruhan manajemen
sekolah. Tujuan-tujuan tersebut pada umumnya dinyatakan dalam satu
kalimat. Kotak 2-2 memberikan contoh tujuan yang mungkin ditemukan di
dalam suatu rencana manajemen sekolah.
Kebutuhan identifikasi juga bagian dari tahap ini, dan mungkin suatu dasar
untuk menentukan tujuan. Caldwell dan Spinks (hal 39) mengakui bahwa
suatu kebutuhan itu jika apa yang tidak mencukupi dari apa yang seharusnya.
21
3. Perencanaan.
Tingkat yang berbeda dalam perencanaan dijelaskan sebagai berikut :
Perencanaan yang berhubungan dengan badan hukum : suatu
proses berkelanjutan yang menghubungkan penentuan tujuan, pembuatan
kebijakan, perencanaan jangka pendek dan jangka panjang, penganggaran
dan evaluasi pada seluruh sekolah.
Perencanaan strategis : suatu aspek perencanaan kerjasama yang
meliputi penilaian kebutuhan, identifikasi hasil, penentuan strategi untuk
mencapai keberhasilan dan penetapan kebijakan.
Perencanaan program : suatu ketentuan bagaimana suatu program
diharapkan untuk diterapkan (termasuk misalnya: keputusan tentang
pengelompokkan, susunan kepegawaian, ruang, sumber pendapatan).
Perencanaan kurikulum : suatu perincian menyangkut metoda dan
isi pelajaran
Perencanaan pengajaran : memerinci tentang rencana kurikulum
oleh para guru individu untuk pelajaran kelas spesifik.
Para guru dan staf eksekutif atau staf pelaksana membentuk suatu tim program
untuk menyiapkan rencana yang konsisten dengan kebijakan sekolah.
4. Penganggaran.
Caldwell dan Spinks (halaman 46) mendefenisikan anggaran sebagai suatu
translasi keuangan dari suatu rencana pendidikan untuk sekolah. Sebuah
anggaran program boleh berisi suatu daftar sumber dana yang dibutuhkan dan
perkiraan pendapatan dan pembelajaan yang diperlukan. Anggaran seperti itu
disiapkan untuk semua program sekolah dan mestinya panjangnya tidak
melebihi dua halaman. Draft anggaran kemudian dikirim atau diserahkan
kepada kelompok kebijakan dengan suatu rekomendasi untuk diadopsi.
5. Implementasi (Penerapan).
Jika suatu rencana telah diadopsi, tim program (para guru) menerapkan
rencana tersebut. Bagian utama dari implementasi meliputi pengajaran di
21
kelas. Pembelajaan dan pendapatan dimonitor oleh kelompok kebijakan dan
tim program.
6. Mengevaluasi.
Program belajar siswa dan hasil belajar dievaluasi. Evaluasi program meliputi
penilaian terhadap pencapaian tujuan , pemenuhan kebutuhan dan penerapan
kebijakan. Hal-hal tersebut menjadi tanggungjawab bersama tim program dan
kelompok kebijakan. Caldwell dan Spinks menyarankan bahwa semua
program ditempatkan pada suatu siklus untuk dievaluasi setiap tahun sekali ,
atau setiap tiga sampai lima tahun.
21
Bagan 2-3 Masukan Kurikulum dalam Strategi Perencanaan
Dukungan Mengembangkan prosedur penilaian untuk Siswa berusaha untuk mencapai standar
KLAdan mengamati perkembangan siswa di KLAs. pembelajaran dan persetujuan diri yang
Kurikulum Mendesain dan mengimplementasikan dimiliki yang sempurna dan tinggi secara
dan Inisiatif kurikulum pada KLAs yang mendukung terus menerus.
kualitas hasil untuk semua siswa.
Mengenalkan pengembangan literasi dan
numerisasi siswa dengan semua tingkat
kemampuannya.
Mengembangkan aktivitas pengayaan dan
tambahan untuk siswa yang bertalenta.
Isu Berkaitan Mengembangan K-12 link Kurikulum yang fleksibel, inovatif, dan
Kurikulum Mengembangkan dan merefleksikan dan memenuhi kebutuhan
mengimplementasikan program dengan siswa masing-masing.
dukungan pembelajaran literasi dan
numerisasi untuk siswa dengan individu
berbeda.
Menghasilkan pengembangan staf pada
tipe pengjaranan dan implementasi silabus.
Membuat berbagai program untuk guru,
orangtua, dan siswa untuk mengakses
informasi dan teknologi saat ini.
From strategic Plan, 1993-1997 , Bonnyrigg Heights Primary School, NSM, reproduce with permission
Deskripsi singkat dari tiap kerangka adalah sebagai berikut :
1. Kerangka Sistem
Kerangka ini meliputi keputusan-keputusan yang menurut guru telah
dibuat oleh statemen kebijakan, dokumen kurikulum atau petunjuk sistem lain.
Smith menyatakan bahwa faktor-faktor dalam kerangka ini membatasi
keputusan-keputusan tentang pemilihan isi, peruntunan isi, metode untuk
menjabarkan isi dan alokai waktu. Smith menyimpulkan bahwa keputusan
kurikulum yang dibatasi oleh kerangka sistem berhubungan erat dengan
pandangan guru terhadap pelajaran tertentu.
21
Bagan 2-4 Kerangka yang melukiskan pengambilan keputusan dalam
kurikulum (Smith dan Lovat, 1990)
Kerangka sistem
Kerangka institusi / sekolah
Kerangka departemen pengajaran atau fakultas
Kerangka peserta didik
Kerangka diri guru
21
dengan demikian meningkatkan presepsi guru tentang opersional untuk
pengambilan keputusan kurikulum.
3. Kerangka Fakultas.
Kerangka ini meliputi keputusan yang diperkirakan guru telah dibuat oleh
fakutas, sering sebagai respon atau jawaban atas permintaan dari sistem dan
sekolah itu. Smith menyarankan lima faktor yang mempengaruhi keputusan
guru di dalam kerangka ini :
1. Alokasi guru di kelas.
2. Koordinasi topik yang diajarkan dari tahun ke tahun untuk menghindari
pengulangan dan memastikan pengembangan.
3. Penilaian siswa
4. Sumber dana, dan
5. Kebijakan kepala fakultas
4. Kerangka Siswa (Peserta Didik)
Kerangka ini meliputi harapan-harapan guru mengenai siswa. Harapan ini
merupakan hasil dan pengalaman belajar dalam pelajaran tertentu, dan
informasi dari guru-guru lain dan mungkin juga termasuk harapan-harapan
terhadap kemampuan siswa, hobi, seperti halnya perilaku dan hubungan guru-
siswa.
Jika misalnya, seorang guru diminta untuk mengenalkan bermain perana
pada suatu kelas untuk pertama kali, guru itu mungkin percaya, berdasarkan
pengalaman sebelumnya dengan kelas tersebut bahwa para siswa akan
khawatir. Oleh karena itu mungkin dia akan memilih untuk menyiapkan siswa
secara bertahap sebelum melaksanakan pelajaran bermain peran secara penuh.
Faktor-faktor pada kerangka ini terkait secara langsung dengan kerangka
diri guru. Tetapi seperti yang dinyatakan Smith-Lovat (halaman 114), adalah
siswa yang tampak paling utama di dalam penetapan pilihan keputusan guru
mengenai kegiatan-kegiatan khusus dan dalam mempengaruhi guru memilih
pilihan tersebut.
5. Kerangka Diri Guru
21
Kerangka ini meliputi keputusan-keputusan yang dibatasi presepsi diri
guru itu sendiri. Semua guru mempunyai konsep diri yang profesional yang
dibentuk melalui pengalaman mereka dalam mengajar. Jika seorang guru
merasa bahwa dia efektif dan siswa-siswanya telah berprestasi karena
usahanya selama ini, maka konsep dirinya menjadi semakin tinggi. Dengan
demikian konsep dirin guru menjadi suatu faktor yang sangat penting dalam
menetapkan pilihan keputusan. Jika misalnya, seorang guru sedang mengalami
kesulitan manajemen, ia tidak boleh membuat banyak keputusan untuk
memilih aktivitas belajar berdasarkan kerja kelompok atau diskusi.
Kerangka diri guru juga mencakup proses pengajaran ideal. Konsep diri
guru akan semakin kuat jika dia percaya bahwa praktek kelasnya adalah
konsisten dengan pendidikan ideal.
Jadi ruang pengambilan menentukan cara guru mengambil keputusan
kurikulum. Berbagai kerangka memberikan ruang yang menyediakan pilihan-
pilihan keputusan untuk setiap aspek desain dan manejemen kurikulum. Bab I
telah mengaitkan dengan pengembangan SBCD di Australia dan Selandia
Baru, dan berbagai status kebijakan yang berlaku. Berikut adalah suatu uraian
pelaksanaan nyata SBCD pada sekolah.
21
D. Praktek SBCD
Sementara model-model seperti yang digambarkan pada bagan 2-5
menunjukkan kemungkinan variasi dalam SBCD, ada kesulitan-kesulitan dalam
menginterpretasikan praktek SBCD.
Kreasi
Adaptasi
CC
Pemilihan
Kreasi
21
Apapun keterbatasan pendukung dari luar, sekolah bisa menyediakan
strukturnya sendiri pada tingkat-tingkat tertentu.
21
Satu dari faktor paling kuat yang mempengaruhi SBCD adalah nada, keadaan,
atau suasana organisasi sekolah dalam pertanyaan. Faktor-faktor ini dijelaskan
lebih lanjut pada Bab III.
F. SBC DI Indonesia
(http://yundwip2014)
1. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta munculnya isu-isu nasional maupun internasional
merupakan dimensi-dimensi yang harus diperhatikan dalam system pendidikan
nasional khususnya pada Kurikulum Berbasis Kompetensi. Perkembangan
tersebut akhirnya menuntut perubahan dalam paradigma pendidikan di Indonesia,
yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi, yang semula pemerintah yang
berperan (governmental role) menjadi masyarakat yang berperan (community
role), dan semula berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada
anak (child centered).
Untuk mencapai visi dan tujuan pendidikan nasional serta standar
kompetensi lulusan sesuai dengan mutu/standar nasional pendidikan, guru perlu
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi terlaksananya kurikulum
yang sesuai dengan potensi sekolah. Kurikulum tersebut adalah kurikulum
berbasis kompetensi yaitu suatu konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan dan penguasaan kompetensi bagi peserta didik melalui berbagai
kegiatan dan pengalaman sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga
hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, orang tua, dan masyarakat, baik untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, memasuki dunia kerja maupun
sosialisasi dengan masyarakat
Implementasi KBK dapat menumbuhkan sikap mandiri, tanggung jawab,
dan partisipasi aktif peserta didik untuk belajar menilai dan mempengaruhi
kebijakan umum, serta memberanikan diri tampil dalam berbagai kegiatan. KBK
memberikan keleluasaan pada sekolah untuk menyusun dan mengembangkan
21
silabus mata pelajaran sesuai dengan potensi sekolah, kebutuhan, dan kemampuan
peserta didik. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang
memiliki empat komponen utama. Komponen-komponen itu meliputi: (1)
kurikulum dan hasil belajar, (2) penilaian berbasis kelas, (3) kegiatan belajar
mengajar, dan (4) pengelolaan kurikulum berbasis sekolah
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Secara umum, tujuan KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan
satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepala lembaga
pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan
secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus, tujuan
penerapan KTSP adalah (1) meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian
dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, menggelola dan
memberdayakan sumberdaya yang tersedia; (2) meningkatkan kepedulian warga
sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melaalui pengambilan
keputusan bersama; dan (3) meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan
pendidikan tentang kualitas pndidikan yang akan dicapai.
KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam
konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah., yang akan memberikan
wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Karakteristik
KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan
dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar,
profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian.
3. Kurikulum 2013
(http://jayharianto2013) Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus
merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013
kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali
untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan
pendidikan yang bersangkutan.
Meskipun silabus sudah di kembangkan oleh pemerintah pusat ,
namun guru tetap dituntut untuk dapat memahami seluruh pesan dan makna yang
21
terkandung dalam silabus, terutama untuk kepentingan operasionalisasi
pembelajaran. Oleh karena itu, kajian silabus tampak menjadi penting, baik
dilakukan secara mandiri maupun kelompok sehingga diharapkan para guru dapat
memperoleh perspektif yang lebih tajam, utuh dan komprehensif dalam
memahami seluruh isi silabus yang telah disiapkan tersebut.
Adapun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih
merupakan kewenangan guru yang bersangkutan, yaitu dengan berusaha
mengembangkan dari Buku Babon (termasuk silabus) yang telah disiapkan
pemerintah.
Nama kurikulum 2013 saat ini menjadi Kurikulum 2013 Edisi Revisi yang
berlaku secara Nasional. beberapa yang berubah dalam K-13, menurut Totok
kepala balitbang, tidak diberlakukan lagi penilaian ganda, dan penerapan tiga
kemampuan untuk di semua jenjang. SD yang hanya diajari sebatas kemampuan
memahami, SMP menganalisis dan siswa SMP mencipta Sekarang ketiga
kemampuan itu di semua jenjang Jadi anak SD pun boleh menciptakan.
G. Ringkasan
1. Sekolah sangat dituntut untuk memiliki rencana-rencana manajemen sekolah
yang berhubungan dengan program-programnya (serangkaian kegiatan,
prosedur, sumber dana dan strategi manajemen). Pengembangan kurikulum
dilaksanakan di dalam kerangka kerja ini.
2. Satu model untuk manajeman sekolah (mencakup pengembangan kurikulum
dan managemen) adalah siklus manajemen sekolah kolaboratif Cadwell dan
Spinks (1988). Model ini mempunyai karakteritstik sebagai berikut:
a. Menggabungkan penentuan tujuan, identifikasi kebutuhan, pengambilan
keputusan, penganggaran, penerapan dan evaluasi.
b. Melibatkan staf, siswa dan masyarakat.
c. Mengatur manajemen sekolah diantara program-program.
d. Membolehkan perangkapan tugas.
e. Tanggung jawab yang spesifik bagi penentu kebijakan.
21
3. Pengambilan keputusan kurikulum terbatas pada cara pandang guru terhadap
keputusan yang dibuat, dan oleh sejumlah pilihan yang tersedia. Pilihan ini
menentukan pengambilan keputusan guru yang dapat dibandingkan dengan
serangkaian kerangka gambar yang tumpang tindih. Lima kerangka itu
menentukan dalam pengambilan keputusan guru, terdiri dari kerangka sistem,
kerangka sekolah/institusi, kerangka departemen pengajaran atau fakultas,
kerangka peserta didik dan kerangka diri guru.
4. Di Australia, SBCD meliputi:
a. partisipasi guru dlam pengembangan kurikulum dan penerapannya.
b. partisipasioleh seluruh staf atau hanya sebagaian dari staf sekolah.
c. susunan kegiatan termasuk seleksi (pilihan dari sederetan kurikulum
pilihan), adaptasi (modifikasi dari kurikulum yang ada) dan kreasi
(mendesain kurikulum baru).
d. perubahan daripada pemutusan tanggung jawab dari kekuasaan pusat.
e. proses berkelanjutan yang melibatkan masyarakat.
f. kebutuhan berbagai faktor pendukung.
5. SBCD bukan sebuah fenomena sama atau tidak sama sekali. SBCD bisa
ada dalam beberapa tingkat dari tiap sekolah.
6. Sulit untuk menentukan apakah ciri SBCD dalam prakteknya. SBCD meliputi,
deretan kesatuan dan seleksi sampai kreasi individu oleh seluruh staf.
7. Analisis tentang tanggapan sekolah terhadap pengembangan SBCD
melibatkan faktor-faktor berikut:
a. Struktur-struktur pendukung: ketentuan administratif untuk
pelaksanaannya, baik di dalam maupun di luar sekolah.
b. Struktur Pengambilan Keputusan; ketentuan administratif dalam
sekolah untuk mengoptimalkan partisipasi staf.
c. Pergerakan akuntabilitas; efek pada inisiatif kurikulum akuntabilitas
yang lebih besar dirasakan dari sekolah.
d. Masalah kepakaran; pengalaman dan pengetahuan tentang
pengembangan kurikulum yang tersedia di sekolah.
21
e. Insentif utk keterlibatan; cara di mana guru dapat termotivasi untuk
berpartisipasi dalam SBCD.
8. SBC Di Indonesia
Implementasi kurikulum berbasis sekolah di Indonesia antara lain adalah
pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan kurikulum 2013
a. KBK memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk menyusun dan
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan sekolah.
b. KTSP memberikan kepercayaan kepada setiap satuan pendidikan untuk
menyusun dan melaksanakan kurikulum operasional.
c. Kurikulum 2013 pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan
pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus
dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih merupakan kewenangan
guru yang bersangkutan.
21
Daftar Pustaka
http://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.co.id/2014/10/makalah-
manajemen-sekolah_3.html
http://studimanajemen.blogspot.co.id/2012/08/fungsi-manajemen-sekolah-
menurut-george-terry.html
http://surayanaaljoe.blogspot.co.id/2016/06/manajemen-sekolah.html
http://yundwip.blogspot.co.id/2014/10/kurikulum-berbasis-sekolah.html
http://jayharianto83.blogspot.co.id/2013/12/kurikulum-kbk-ktsp-dan-kurikulum-
2013.html
http://www.guru-id.com/2016/06/perubahan-kurikulum-2013-tahun-
2016.html#ixzz4ccCb7kqE
21