Anda di halaman 1dari 11

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro for more information.

Implementasi Media Pembelajaran Edukatif Pohon Hitung


untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa dalam
TK Kartika Tanjung Morawa
Dwi Novita Sari
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muslim
Nusantara Al-Wasliyah , Indonesia
Email: dwinovita@umnaw.ac.id

Abstrak: Berhitung merupakan salah satu cabang matematika yang merupakan


kemampuan dasar yang perlu dikuasai anak sejak dini. Pada kenyataannya kemampuan
berhitung pada anak usia dini masih sangat rendah, hal ini disebabkan karena anak
kesulitan dalam membilang atau mengucapkan urutan bilangan, membilang dengan
menunjuk benda dan menunjuk urutan benda. Di sisi lain, guru kurang memanfaatkan
media pembelajaran yang digunakan untuk menunjang hasil belajar anak dalam berhitung.
Untuk mengatasi hal tersebut, pembelajaran berhitung dilakukan dengan menggunakan
media pembelajaran edukatif Pohon Hitung karena dengan memanfaatkan media
pembelajaran edukatif Pohon Hitung (counting tree) pembelajaran berhitung akan lebih
mudah, menarik dan menyenangkan bagi anak. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan media pembelajaran
edukatif Pohon Hitung (counting tree) untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak didik
di PAUD Kartika Tanjung Morawa. Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan
kualitatif yang terdiri dari tiga siklus. Dengan instrumen penelitian yang digunakan adalah
tes kemampuan pemecahan masalah matematika. Target luaran yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah jurnal internasional.

Kata kunci: media pembelajaran; pohon berhitung; kemampuan kognitif

I. Pendahuluan

Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa. Kemajuan suatu
bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan. Dalam dunia pendidikan,
pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk pendidikan sekolah yang
paling awal dikenal oleh anak, yang merupakan titik awal bagi anak untuk mengenal dunia
pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.

Salah satu aspek perkembangan yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia
dini, khususnya pada siswa PAUD, adalah aspek perkembangan kognitif. Pembelajaran
kognitif diperlukan oleh peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan tentang apa
yang dilihat, didengar, diraba, dirasa, atau dicium melalui panca indera yang dimilikinya.
Dan kognitif merupakan proses berpikir yang terjadi di dalam otak sehingga menghasilkan
pengetahuan kognitif yang mencakup berbagai aktivitas mental seperti memperhatikan,
mengingat, menyimbolkan, menghitung, mengklasifikasikan, merencanakan, menalar,
memproduksi, dan berimajinasi. Pada kenyataannya, sebagian besar anak TK belum
mengembangkan motorik halus anak (Deliati, 2019).

-22-
DOI: https://doi.org/10.33258/biolae.v3i1.406
Jurnal Inggris Internasional Linguistik, Seni dan Pendidikan (BIoLAE)
ISSN: 2685-4813 (Online), 2685-4805 (Cetak)
Vol. 3, No. 1, Maret 2021, Hal: 22-28

Teori media baru merupakan teori yang dikembangkan oleh (Al Faruqi, 2019), yang
mengemukakan bahwa media baru merupakan teori yang membahas tentang
perkembangan media. Dalam teori media baru, terdapat pandangan tentang interaksi sosial,
yang membedakan media menurut kedekatannya dengan interaksi tatap muka (Antony et al.,
2015). Antony et al (2015) memandang World Wide Web (WWW) sebagai lingkungan
informasi yang terbuka, fleksibel, dan dinamis yang memungkinkan manusia untuk
mengembangkan orientasi pengetahuan baru dan juga terlibat dalam dunia yang demokratis
tentang saling berbagi dan pemberian kekuasaan y a n g lebih interaktif dan berbasis pada
masyarakat (Khatib et al., dalam Syakur, 2020).

Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu pencapaian hasil belajar
siswa secara efektif adalah model pembelajaran interaktif tipe Number Head Together.
Model pembelajaran Number Head Together merupakan bagian dari model pembelajaran
interaktif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dalam mencari, mengolah dan melaporkan informasi
dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas sehingga dapat melatih
siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan seksama dan berbicara
dengan penuh perhitungan agar siswa lebih produktif dalam belajar. Dengan menggunakan
model pembelajaran interaktif tipe Number Head Together ada kecenderungan guru
melatih siswa dalam bekerja sama untuk menemukan konsep sendiri tentang pembelajaran
(Nasution, 2020). Pentingnya peningkatan kemampuan berhitung pada siswa PAUD
Kartika menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini.
Kemampuan berhitung di PAUD Kartika adalah mengetahui dasar-dasar belajar berhitung
sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap untuk mengikuti pembelajaran berhitung
di tingkat selanjutnya yang lebih kompleks dan anak dapat menyesuaikan diri dan
melibatkan diri dalam kehidupan sosial yang membutuhkan kemampuan berhitung dalam
kesehariannya. pendidik juga harus meningkatkan dalam segala aspek, baik itu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional (Dahnial, 2017).

Perkembangan kemampuan kognitif dalam berhitung pada siswa PAUD Kartika


adalah untuk tahap persiapan menuju organisasi kerja yang konkret dan menunjukkan masa
peka untuk berhitung. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Orborn (1981),
perkembangan intelektual pada anak berkembang sangat pesat antara usia nol sampai
dengan usia pra sekolah (4-6 tahun). Oleh karena itu, usia pra sekolah sering disebut sebagai
"masa peka belajar". Pernyataan tersebut didukung oleh Benyamin S. Bloom yang
menyatakan bahwa 50% potensi intelektual anak telah terbentuk pada usia 4 tahun dan
kemudian mencapai 80% pada usia 8 tahun. Hal ini dibuktikan dengan hasil pekerjaan anak
di setiap semester. Data nilai dari 24 siswa, hanya ada 8 siswa yang aktif dalam belajar
berhitung, sedangkan yang lainnya pasif dalam mengikuti pembelajaran berhitung.

Peneliti menyadari bahwa pendidikan di PAUD, media (alat peraga) sangat


dibutuhkan. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti mencoba
mencari jalan keluar dengan menggunakan media Pohon Hitung melalui penelitian
tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa PAUD
Kartika. Maria Montesori mengemukakan pendapat bahwa anak-anak belajar melalui
tangan mereka. Untuk itu, guru menggunakan materi yang diharapkan akrab dengan anak
yang bersifat konkrit, semi abstrak dan abstrak. Prinsip pendidikan harus berpegang pada
keseimbangan (cosmic plan). Karena itu ia menciptakan alat bantu visual berupa duplikasi.
Dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa dengan menggunakan media pembelajaran
edukatif Pohon Hitung lebih mampu diterapkan dalam pembelajaran, karena melibatkan
banyak aktivitas sehingga memberikan gambaran pembelajaran yang langsung diketahui
oleh siswa. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Penerapan
-23-
Media Pembelajaran Edukatif Pohon Hitung untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Siswa di PAUD Kartika Tanjung Morawa".

-24-
II. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru kelas
dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Langkah-
langkah pokok yang harus ditempuh dalam melaksanakan penelitian tindakan adalah
sebagai berikut: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi/pengamatan, (4) refleksi untuk perencanaan tindak lanjut. Peneliti akan
mendeskripsikan Penerapan Media Pembelajaran Edukatif Pohon Hitung untuk
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa di PAUD Kartika Tanjung Morawa. Waktu dan
Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Kartika Tanjung Morawa yang
dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2020/2021. Subjek penelitian ini adalah 24 orang anak
PAUD Kartika Tanjung Morawa. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan lebih mudah. Instrumen yang dibuat ada dua, yaitu lembar dokumentasi dan
lembar observasi. Analisis data dalam penelitian PTK ini dilakukan sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan uji -t.

IV. Diskusi

4.1 Hasil
Indikator yang dinilai adalah Mengidentifikasi bentuk bilangan dan lambang bilangan
serta memahami urutan bilangan dengan baik dan menyelesaikan operasi hitung bilangan.
Rekapitulasi hasil pra tindakan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Kognitif


Pretest Persen Rata-rata
TIDAK Indikator Observasi Lembar kerja
Identifikasi yang
1 bentuk dari 54,2% 60% 57.1%
bilangan dan
lambangnya

2 Memahami urutan angka 56,7 % 63, 33%60 %


dengan baik dan
menyelesaikan operasi
bilangan

Berdasarkan data di atas, maka peneliti harus melakukan tindakan yang dapat
meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif dengan menerapkan media pembelajaran Pohon Hitung
pada materi bilangan.

Media edukasi Pohon Hitung dapat diaplikasikan untuk dapat membantu siswa
PAUD Kartika Tanjung Morawa dalam mengenal bentuk bilangan dan lambang
bilangannya serta memahami urutan bilangan dengan baik dan menyelesaikan operasi
bilangan.

Berdasarkan hasil pembelajaran pada pra tindakan, dapat dilihat rekapitulasi hasil
siklus I yang dapat dilihat sebagai berikut:
-25-
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Kognitif Siklus I Rekapitulasi Hasil
Kemampuan Kognitif Siklus I
Siklus I Persen Rata-rata
TIDAK Observasi Lembar kerja
Indikato
r
Mengidentifikasi bentuk suatu bilangan
1 76% 67,3%
dan simbolnya
55,5%
Memahami urutan dari
angka dengan baik dan lengkap 70% 61,1 %
2 65,5 %
operasi bilangan

Perbandingan persentase hasil belajar sebelum tindakan dan setelah siklus pertama
dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Perbandingan Hasil Kemampuan Kognitif Perbandingan Hasil Kemampuan


Kognitif Tindakan dan Siklus I

PersenPersentase
Peningkatan
TIDAK Indikator Pra-tindakan Siklus I

Identifikasi yang
bentuk dari a
1 angka dan simbolnya 57.1% 67,3% 10.2%

Memahami urutan dari


2 angka dengan baik dan 60%61 ,1 % 1.1%
menyelesaikan operasi
bilangan

Perbandingan persentase indikator pencapaian hasil pra tindakan dan siklus I juga dapat
dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut:

Hasil Perbandingan
70,00% 67,33%

65,00%
60,33% 61,17%
60,00% 57,50%

55,00%

50,00%
Pra- Siklus
tindakan I
Diagram Batang M e m b a c a Permulaan
Gambar 1. Hasil Kemampuan pada Tindakan dan Siklus I
Memahami urutan angka dengan baik dan menyelesaikan operasi bilangan

-26-
Karena hasil perlakuan yang diperoleh pada siklus I belum memenuhi persentase
ketuntasan klasikal sebesar 65% dan masih terdapat permasalahan yang menghambat
pembelajaran.

Hasil Perbandingan
100,00%
77,50% 81,50%
80,00% 67,30%
57,30% 60,00% 61,10%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
Pra Tindakan Siklus I Siklus
II

Mengidentifikasi bentuk angka dan simbolnya


Memahami urutan angka dengan baik dan menyelesaikan operasi bilangan
Gambar 2. Diagram Perbandingan Hasil Kemampuan Kognitif pada Pratindakan, Siklus I dan Siklus II

Tabel 4. Perbandingan Hasil Kemampuan Kognitif pada Siklus I dan Siklus II


PersentasePercentage
of
TIDAK Pra-tindakanSiklus I Siklus Meningkatkan
Indikato II
r

Mengidentifikasi
57.3% 67.3% 77.5% 67.3%
bentuk bilangan
dan
1 simbol
Memahami
60%61. 1% 81.5% 67.5%
2 mengurutkan
a
ngka dengan baik
dan menyelesaikan
operasi bilangan

Berdasarkan gambar dan tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada
setiap indikator kemampuan mengidentifikasi bentuk bilangan dan lambang bilangan
dengan menerapkan media Pohon Hitung pada pra tindakan, siklus I dan siklus II telah
mencapai indikator keberhasilan. Kemampuan membilang anak pada pra tindakan, siklus I
dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 67,3% untuk indikator mengidentifikasi
bentuk bilangan dan lambang bilangannya dengan menerapkan media Pohon Hitung dan
memahami urutan bilangan dengan baik serta menyelesaikan operasi hitung bilangan dengan
penerapan media Pohon Hitung sebesar 67,5%.

4.2 Diskusi
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari pra siklus,
kemudian siklus pertama dan dilanjutkan ke siklus kedua, dimana perencanaan tindakan
pada siklus I berawal dari permasalahan yang menghambat kemampuan kognitif anak
sehingga kemampuan awal pada kemampuan kognitif anak tergolong rendah. Dengan
permainan matematika menggunakan media Pohon Hitung Edukatif pada penelitian
-27-
tindakan kelas ini diharapkan anak dapat menguasai konsep bilangan dan lambang
bilangan serta urutan bilangan dan menyelesaikan operasi hitung dengan baik. Dari hasil
siklus I dan siklus II, terjadi peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan, baik terkait
ketuntasan yang dicapai anak. Selain itu, dapat dilihat dari hasil kegiatan anak dengan
menggunakan media edukatif Pohon Hitung, banyak

-28-
anak senang dan merespon positif terhadap media yang digunakan, hal ini dapat dilihat dari
hasil aktivitas anak selama proses pembelajaran yang meningkat dari 57,3% pada siklus I
menjadi 67,3% pada siklus II menjadi 77,5%.

Peningkatan hasil belajar ini terjadi karena adanya suasana baru dalam
pembelajaran, misalnya anak dituntut untuk mengucapkan dan menunjukkan lambang
bilangan dengan menggunakan media Pohon Hitung Edukatif di depan kelas sehingga
dapat melatih rasa percaya diri anak dan meningkatkan daya ingat anak yang semakin kuat
serta anak akan lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian
penggunaan media dapat menambah daya tarik penampilan materi yang disampaikan oleh
guru yang pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi dan minat anak serta dengan
penggunaan media dapat mengambil perhatian anak untuk fokus mengikuti materi yang
disampaikan, sehingga diharapkan kualitas belajar anak meningkat. Oleh karena itu,
penggunaan media dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi mutu
pengajaran (Sudjana & Rivai, 2010:3) yaitu penggunaan media dalam proses pengajaran
sangat dianjurkan untuk mempertinggi mutu pengajaran.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pembelajaran dengan


menggunakan media Pohon Hitung Edukatif telah mampu membawa perubahan pada hasil
belajar anak, meskipun masih terdapat kekurangan dalam penerapannya. Kreativitas dan
inovasi guru sangat diperlukan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi,
baik yang dialami oleh guru sendiri maupun anak dalam setiap proses pembelajaran. Hal
ini dapat dilihat dari kualitas pembelajaran pada tindakan kelas yang telah berhasil
meningkatkan indikator kinerja anak yang semakin meningkat pada setiap siklusnya. Hal
ini dapat digambarkan pada grafik berikut ini:

Hasil Perbandingan
100,00%
77,50% 81,50%
80,00% 67,30%
57,30% 60,00% 61,10%
60,00%

40,00%

20,00%

0,00%
Pra- Siklus Siklus
tindakan I II
Mengidentifikasi bentuk angka dan simbolnya
Memahami urutan angka dengan baik dan menyelesaikan operasi bilangan

Gambar 3. Diagram Hasil Perbandingan Kemampuan Mengenal Bentuk dan Lambang Bilangan
serta Memahami Urutan Bilangan dengan Baik dan Lengkap
Operasi Bilangan dalam Tindakan, Siklus I dan Siklus II

Dari Gambar 3, terlihat bahwa anak mengalami peningkatan di setiap siklusnya.


Proses pembelajaran matematika dengan menggunakan media Pohon Hitung dinilai
berhasil meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam berhitung. Pada siklus I,
ketuntasan belajar pada kemampuan kognitif anak sebesar 65%, meningkat pada siklus II
menjadi 77,3%. Terdapat peningkatan kemampuan kognitif anak dari setiap tingkatan siklus,
hal ini dikarenakan dengan permainan matematika berhitung menggunakan media Pohon
Hitung Edukatif, anak dapat menguasai bentuk angka dan

-29-
lambang bilangan dan urutan bilangan dengan baik serta menyelesaikan operasi bilangan,
sehingga kognitif anak akan meningkat. Pada anak usia dini, berbagai kegiatan yang sangat
membantu perkembangan kognitif anak dapat dilakukan melalui permainan matematika,
karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak, terutama dalam
mengenalkan konsep bilangan dan lambang bilangan serta urutan benda-benda untuk
bilangan. Untuk semua kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara bermain. Permainan
matematika dengan menggunakan media Pohon Hitung Edukatif digunakan agar anak
tertarik untuk menyimak pengenalan konsep bilangan dan lambang bilangan serta urutan
benda untuk bilangan yang disampaikan oleh guru dan agar anak tidak merasa bosan
dengan pembelajaran matematika membilang, sehingga kemampuan kognitif anak
meningkat. Dengan demikian penelitian ini membuktikan teori Sudjana & Rivai (2010:3)
bahwa permainan matematika dengan menggunakan media Pohon Hitung Edukatif dapat
membantu anak dalam menguasai konsep bilangan sebagai salah satu indikator
perkembangan kognitif anak. Hal ini berarti penggunaan media Pohon Hitung dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak di PAUD Kartika Tanjung Morawa.

V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa


terdapat peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan kognitif anak melalui
permainan matematika dengan menerapkan media edukatif Pohon Hitung pada anak usia
4-5 tahun di PAUD Kartika Tanjung Morawa. Anak dapat dikatakan memiliki kemampuan
kognitif yang baik karena memiliki persentase 77,3% Kesimpulan khusus lainnya dapat
dipaparkan sebagai berikut: (1) Perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam RKH
dengan menggunakan media edukatif Pohon Hitung pada lembar observasi siklus I dan II
menunjukkan bahwa guru dapat merancang perbaikan dalam perencanaan pembelajaran.
(2) Pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui
media edukatif Pohon Hitung pada lembar observasi siklus I dan II menunjukkan bahwa
guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. (3) Peningkatan kemampuan kognitif
anak melalui media edukatif Pohon Hitung mengalami peningkatan yang signifikan.

Referensi

Ahmad, Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Golden


Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Jakarta: PT Bumi Aksara. Azhar Arsyad. 2007. Media Pembelajaran.
Jakarta: PT: Raja Grafindo persada
Deliati, Dewi, R.S., dan Lesmana, G. (2019). Media Spirografh untuk Guru Taman Kanak-
kanak 'Aisyiyah di Desa Tanjung Sari. Budapest International Research and Critics
in Linguistics and Education (BirLE) Journal Vol 2 (3): 468 -471.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta: Rineka Cipta.
Dahnial, I., Setiawan, D., & Daulat, S. (2017). Kelemahan Kompetensi Guru Pendidikan
Kewarganegaraan dalam Kurikulum di Sekolah Menengah Atas, Stabat, Medan,
Indonesia. British Journal of Education, 5(10), 51-61.
Mulyono, Abdurrahman. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Nasution, F., Setiawan, D., dan Lubis, W. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT Berbantuan Media dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan. Jurnal Britain International of Linguistics, Arts and Education
(BIoLAE) Vol.2 (1): 494-507.
Syaiful Bahri Djamaroh. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Jakarta:
Reneka Cipta.
- ------------------, 2010. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta
Syakur, A., Sugirin, Widiarni. (2020). Efektivitas Media Pembelajaran Bahasa Inggris melalui
Google Classroom di Perguruan Tinggi. Britain International of Linguistics, Arts and
-30-
Education (BIoLAE) Journal Vol.2 (1): 475-483.
Uno, Hamzah, Masri Kuadrat. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara: Bumi Aksara.

-31-

Anda mungkin juga menyukai