I. Pendahuluan
Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa. Kemajuan suatu
bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan. Dalam dunia pendidikan,
pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk pendidikan sekolah yang
paling awal dikenal oleh anak, yang merupakan titik awal bagi anak untuk mengenal dunia
pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Salah satu aspek perkembangan yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia
dini, khususnya pada siswa PAUD, adalah aspek perkembangan kognitif. Pembelajaran
kognitif diperlukan oleh peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan tentang apa
yang dilihat, didengar, diraba, dirasa, atau dicium melalui panca indera yang dimilikinya.
Dan kognitif merupakan proses berpikir yang terjadi di dalam otak sehingga menghasilkan
pengetahuan kognitif yang mencakup berbagai aktivitas mental seperti memperhatikan,
mengingat, menyimbolkan, menghitung, mengklasifikasikan, merencanakan, menalar,
memproduksi, dan berimajinasi. Pada kenyataannya, sebagian besar anak TK belum
mengembangkan motorik halus anak (Deliati, 2019).
-22-
DOI: https://doi.org/10.33258/biolae.v3i1.406
Jurnal Inggris Internasional Linguistik, Seni dan Pendidikan (BIoLAE)
ISSN: 2685-4813 (Online), 2685-4805 (Cetak)
Vol. 3, No. 1, Maret 2021, Hal: 22-28
Teori media baru merupakan teori yang dikembangkan oleh (Al Faruqi, 2019), yang
mengemukakan bahwa media baru merupakan teori yang membahas tentang
perkembangan media. Dalam teori media baru, terdapat pandangan tentang interaksi sosial,
yang membedakan media menurut kedekatannya dengan interaksi tatap muka (Antony et al.,
2015). Antony et al (2015) memandang World Wide Web (WWW) sebagai lingkungan
informasi yang terbuka, fleksibel, dan dinamis yang memungkinkan manusia untuk
mengembangkan orientasi pengetahuan baru dan juga terlibat dalam dunia yang demokratis
tentang saling berbagi dan pemberian kekuasaan y a n g lebih interaktif dan berbasis pada
masyarakat (Khatib et al., dalam Syakur, 2020).
Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu pencapaian hasil belajar
siswa secara efektif adalah model pembelajaran interaktif tipe Number Head Together.
Model pembelajaran Number Head Together merupakan bagian dari model pembelajaran
interaktif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dalam mencari, mengolah dan melaporkan informasi
dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas sehingga dapat melatih
siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan seksama dan berbicara
dengan penuh perhitungan agar siswa lebih produktif dalam belajar. Dengan menggunakan
model pembelajaran interaktif tipe Number Head Together ada kecenderungan guru
melatih siswa dalam bekerja sama untuk menemukan konsep sendiri tentang pembelajaran
(Nasution, 2020). Pentingnya peningkatan kemampuan berhitung pada siswa PAUD
Kartika menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini.
Kemampuan berhitung di PAUD Kartika adalah mengetahui dasar-dasar belajar berhitung
sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap untuk mengikuti pembelajaran berhitung
di tingkat selanjutnya yang lebih kompleks dan anak dapat menyesuaikan diri dan
melibatkan diri dalam kehidupan sosial yang membutuhkan kemampuan berhitung dalam
kesehariannya. pendidik juga harus meningkatkan dalam segala aspek, baik itu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional (Dahnial, 2017).
-24-
II. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru kelas
dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Langkah-
langkah pokok yang harus ditempuh dalam melaksanakan penelitian tindakan adalah
sebagai berikut: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi/pengamatan, (4) refleksi untuk perencanaan tindak lanjut. Peneliti akan
mendeskripsikan Penerapan Media Pembelajaran Edukatif Pohon Hitung untuk
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa di PAUD Kartika Tanjung Morawa. Waktu dan
Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Kartika Tanjung Morawa yang
dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2020/2021. Subjek penelitian ini adalah 24 orang anak
PAUD Kartika Tanjung Morawa. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan lebih mudah. Instrumen yang dibuat ada dua, yaitu lembar dokumentasi dan
lembar observasi. Analisis data dalam penelitian PTK ini dilakukan sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan uji -t.
IV. Diskusi
4.1 Hasil
Indikator yang dinilai adalah Mengidentifikasi bentuk bilangan dan lambang bilangan
serta memahami urutan bilangan dengan baik dan menyelesaikan operasi hitung bilangan.
Rekapitulasi hasil pra tindakan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Berdasarkan data di atas, maka peneliti harus melakukan tindakan yang dapat
meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif dengan menerapkan media pembelajaran Pohon Hitung
pada materi bilangan.
Media edukasi Pohon Hitung dapat diaplikasikan untuk dapat membantu siswa
PAUD Kartika Tanjung Morawa dalam mengenal bentuk bilangan dan lambang
bilangannya serta memahami urutan bilangan dengan baik dan menyelesaikan operasi
bilangan.
Berdasarkan hasil pembelajaran pada pra tindakan, dapat dilihat rekapitulasi hasil
siklus I yang dapat dilihat sebagai berikut:
-25-
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Kognitif Siklus I Rekapitulasi Hasil
Kemampuan Kognitif Siklus I
Siklus I Persen Rata-rata
TIDAK Observasi Lembar kerja
Indikato
r
Mengidentifikasi bentuk suatu bilangan
1 76% 67,3%
dan simbolnya
55,5%
Memahami urutan dari
angka dengan baik dan lengkap 70% 61,1 %
2 65,5 %
operasi bilangan
Perbandingan persentase hasil belajar sebelum tindakan dan setelah siklus pertama
dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:
PersenPersentase
Peningkatan
TIDAK Indikator Pra-tindakan Siklus I
Identifikasi yang
bentuk dari a
1 angka dan simbolnya 57.1% 67,3% 10.2%
Perbandingan persentase indikator pencapaian hasil pra tindakan dan siklus I juga dapat
dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut:
Hasil Perbandingan
70,00% 67,33%
65,00%
60,33% 61,17%
60,00% 57,50%
55,00%
50,00%
Pra- Siklus
tindakan I
Diagram Batang M e m b a c a Permulaan
Gambar 1. Hasil Kemampuan pada Tindakan dan Siklus I
Memahami urutan angka dengan baik dan menyelesaikan operasi bilangan
-26-
Karena hasil perlakuan yang diperoleh pada siklus I belum memenuhi persentase
ketuntasan klasikal sebesar 65% dan masih terdapat permasalahan yang menghambat
pembelajaran.
Hasil Perbandingan
100,00%
77,50% 81,50%
80,00% 67,30%
57,30% 60,00% 61,10%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
Pra Tindakan Siklus I Siklus
II
Mengidentifikasi
57.3% 67.3% 77.5% 67.3%
bentuk bilangan
dan
1 simbol
Memahami
60%61. 1% 81.5% 67.5%
2 mengurutkan
a
ngka dengan baik
dan menyelesaikan
operasi bilangan
Berdasarkan gambar dan tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada
setiap indikator kemampuan mengidentifikasi bentuk bilangan dan lambang bilangan
dengan menerapkan media Pohon Hitung pada pra tindakan, siklus I dan siklus II telah
mencapai indikator keberhasilan. Kemampuan membilang anak pada pra tindakan, siklus I
dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 67,3% untuk indikator mengidentifikasi
bentuk bilangan dan lambang bilangannya dengan menerapkan media Pohon Hitung dan
memahami urutan bilangan dengan baik serta menyelesaikan operasi hitung bilangan dengan
penerapan media Pohon Hitung sebesar 67,5%.
4.2 Diskusi
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari pra siklus,
kemudian siklus pertama dan dilanjutkan ke siklus kedua, dimana perencanaan tindakan
pada siklus I berawal dari permasalahan yang menghambat kemampuan kognitif anak
sehingga kemampuan awal pada kemampuan kognitif anak tergolong rendah. Dengan
permainan matematika menggunakan media Pohon Hitung Edukatif pada penelitian
-27-
tindakan kelas ini diharapkan anak dapat menguasai konsep bilangan dan lambang
bilangan serta urutan bilangan dan menyelesaikan operasi hitung dengan baik. Dari hasil
siklus I dan siklus II, terjadi peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan, baik terkait
ketuntasan yang dicapai anak. Selain itu, dapat dilihat dari hasil kegiatan anak dengan
menggunakan media edukatif Pohon Hitung, banyak
-28-
anak senang dan merespon positif terhadap media yang digunakan, hal ini dapat dilihat dari
hasil aktivitas anak selama proses pembelajaran yang meningkat dari 57,3% pada siklus I
menjadi 67,3% pada siklus II menjadi 77,5%.
Peningkatan hasil belajar ini terjadi karena adanya suasana baru dalam
pembelajaran, misalnya anak dituntut untuk mengucapkan dan menunjukkan lambang
bilangan dengan menggunakan media Pohon Hitung Edukatif di depan kelas sehingga
dapat melatih rasa percaya diri anak dan meningkatkan daya ingat anak yang semakin kuat
serta anak akan lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian
penggunaan media dapat menambah daya tarik penampilan materi yang disampaikan oleh
guru yang pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi dan minat anak serta dengan
penggunaan media dapat mengambil perhatian anak untuk fokus mengikuti materi yang
disampaikan, sehingga diharapkan kualitas belajar anak meningkat. Oleh karena itu,
penggunaan media dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi mutu
pengajaran (Sudjana & Rivai, 2010:3) yaitu penggunaan media dalam proses pengajaran
sangat dianjurkan untuk mempertinggi mutu pengajaran.
Hasil Perbandingan
100,00%
77,50% 81,50%
80,00% 67,30%
57,30% 60,00% 61,10%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
Pra- Siklus Siklus
tindakan I II
Mengidentifikasi bentuk angka dan simbolnya
Memahami urutan angka dengan baik dan menyelesaikan operasi bilangan
Gambar 3. Diagram Hasil Perbandingan Kemampuan Mengenal Bentuk dan Lambang Bilangan
serta Memahami Urutan Bilangan dengan Baik dan Lengkap
Operasi Bilangan dalam Tindakan, Siklus I dan Siklus II
-29-
lambang bilangan dan urutan bilangan dengan baik serta menyelesaikan operasi bilangan,
sehingga kognitif anak akan meningkat. Pada anak usia dini, berbagai kegiatan yang sangat
membantu perkembangan kognitif anak dapat dilakukan melalui permainan matematika,
karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak, terutama dalam
mengenalkan konsep bilangan dan lambang bilangan serta urutan benda-benda untuk
bilangan. Untuk semua kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara bermain. Permainan
matematika dengan menggunakan media Pohon Hitung Edukatif digunakan agar anak
tertarik untuk menyimak pengenalan konsep bilangan dan lambang bilangan serta urutan
benda untuk bilangan yang disampaikan oleh guru dan agar anak tidak merasa bosan
dengan pembelajaran matematika membilang, sehingga kemampuan kognitif anak
meningkat. Dengan demikian penelitian ini membuktikan teori Sudjana & Rivai (2010:3)
bahwa permainan matematika dengan menggunakan media Pohon Hitung Edukatif dapat
membantu anak dalam menguasai konsep bilangan sebagai salah satu indikator
perkembangan kognitif anak. Hal ini berarti penggunaan media Pohon Hitung dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak di PAUD Kartika Tanjung Morawa.
V. Kesimpulan
Referensi
-31-