Disusun Oleh:
Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat dan salam kepada Rasulullah
SAW yang telah membimbing umat manusia melalui lembaga pendidikan terbaik.
diharapkan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapakan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Martin Kustati. M.Pd. Selaku dosen pengampu Lokakarya Penelitian
2. Majelis guru MI No.04/E.72 Koto Baru yang telah membantu dalam proses
penelitian.
3. Seluruh tim panitia penyelenggaraan PPG Dalam Jabatan 2023 yang telah
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
Penulis
i
Yulia Helda, S. PdI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISIi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. B. PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN5
D. MANFAAT PENELITIAN5
DAFTAR PUSTAKA24
ii
iii
PENDAHULUAN
BAB I
siswa dalam memecahkan masalah pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga
siswa perlu mempelajarinya. Pembelajaran matematika harus dipahami dan dikuasai oleh
siswa mulai dari tingkat paling mudah hingga ketingkat yang paling tinggi sebagai bekal
kemampuan untuk memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
pemecahan masalah siswa salah satunya adalah pembelajaran geometri. Geometri merupakan
ilmu yang mempelajari mengenai hubungan titik, ukuran, bentuk dan kedudukan mulai dari
bangun datar hingga bangun ruang. Geometri mengarahkan agar siswa mampu memahami
pembelajaran melalui kehidupan nyata dan merangsang siswa menjadi aktif dan kreatif dalam
kreativitas seorang pendidik dalam menentukan strategi, model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan dipelajari. Sejalan dengan Pendapat Zulfah (2017:1)
melalui kompetensi strategik yang ditunjukkan, memilih rencana pemecahan dan model yang
sesuai untuk menyelesaikan masalah”. Jadi, pemecahan masalah merupakan tujuan utama
4
Berdasarkan hasil belajar siswa terdapat beberapa masalah baik dari siswa maupun
dari guru yaitu (1) kurangnya pemahaman siswa pada pemecahan masalah matematika (2)
siswa terlihat pasif dan tidak mengetahui tujuan pembelajaran, (3) minat siswa pada
pembelajaran matematika kurang, (4) perlakuan yang diterapkan oleh guru dalam memilih
strategi cendrung sama kepada siswa, padahal siswa memiliki cara belajar dan berfikir yang
berbeda.
Terkait dari beberapa masalah tersebut, penelitian ini menfokuskan pada kurangnya
Kubus. Adapun Penyebab masalah tersebut adalah siswa tidak terbiasa menyelesaikan
masalah pada pembelajaran matematika, siswa masih menggunakan teknik belajar menghafal
konsep matematika saja, pada saat siswa mengerjakan soal Jaring-jaring Kubus ia kurang bisa
menentukan jarring-jaring kubus serta siswa hanya mendengar penjelasan dari guru kemudian
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model Problem Based Learning (PBL)
ini merupakan bagian dari model pembelajaran mandiri yang lebih mementingkan bagaimana
proses siswa mengetahui dan paham dalam suatu konsep pembelajaran yang menyenangkan
rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil kegiatan berupa produk dan laporan
pelaksanaanya.
1. Identifikasi Masalah
5
b. Kurangnya pemahaman siswa tentang masalah geometri bangun ruang Jaring-
jaring kubus.
d. perlakuan yang diterapkan oleh guru dalam memilih strategi cendrung sama
kepada siswa, padahal siswa memiliki cara belajar dan berfikir yang berbeda.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka
C. TUJUAN PENELITIAN
Bangun Ruang Materi Jaring-Jaring Kubus Melalui Penerapan Model Problem Based
6
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat teoritis yang didapat dari hasil penelitian ini secara umum adalah dapat
dijadikan sebagai salah satu referensi dalam dunia pendidikan sebagai model pembelajaran
menerapkan Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi Materi
1. Manfaat Teoritis
Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang didapat dari hasil penelitian ini secara umum
adalah dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam dunia pendidikan sebagai model
dengan menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Pembelajaran
Bangun Ruang Materi Jaring-Jaring Kubus Melalui Penerapan Model Problem Based
2. Manfaat Praktis
a. Siswa, Penelitian ini bertujuan agar siswa dapat mengetahui dan mengembangkan
menjadi berkualitas.
7
BAB II
KERANGKA TEORI
A. LANDASAN TEORI
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan kemampuan dalam mengidentifikasi suatu masalah
dalam kodisi yang baru. Menurut Susanto (2013:19) menjelaskan pemecahan masalah adalah
metode atau cara untuk mendapatkan pengetahuan melaui proses berfikir siswa hingga
mendapatkan pengetahuan baru. Penjelasan ini nampaknya relevan dengan pendapat Husna,
dkk (2013:84) menyatakan pemecahan masalah merupakan proses melibatkan suatu tugas
yang metode pemecahannya belum diketahui lebih dulu, untuk mengetahuinya siswa
hendaknya memeta pengetahuan mereka, dan melalui proses ini mereka sering
masalah yang haruus dipecahkan oleh seseorang sehingga diperlukan bagaimana cara ataupun
prosedur yang tepat sesuai dengan yang diketahui oleh sipelaku dengan prosedurnya yang
telah ditentukan. Karna dalam menyelesaikan suapu permasalahan dibutuhkan usaha yang
dikembangkan berdasarkan pola pikir yang telah dikembangkan melalui proses pembelajaran.
Pada dasarnya dalam pembelajaran akan selalui dijumpai namun dalam tingkat pemecahan
yang berbeda-beda.
pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik karena pada
pembelajaran matematika yang dipentingkan adalah proses bukan hanya hasil semata.
Menurut Tarigan (2006:152) menjelaskan “Masalah dalam matematika adalah jawaban yang
8
telah dipastikan dan telah ditentukan prosedur dalam penyelesaiannya hingga mendapatkan
kemungkinan yang benar yang telah dikerjakan berdasarkan prosedur yang ditentukan”.
Hal ini menjelaskan pemecahan masalah matematika sangatlah perlu dilatih pada
siswa Sekolah Dasar, karena dalam matematika siswa akan menghadapi permasalahan-
permasalahan berupa soal rutin yang harus diselesaikan melalui proses penalaran yang rumit
Kesimpulannya adalah bahwa ada beberapa faktor yang dapat membentuk siswa
untuk memecahkan masalah, diantaranya: Kemampuan siswa dalam memahami masalah dan
mencari informasi sesuai dengan permasalahan yang akan diselesaikan, kemampuan berfikir
dan bernalarnya yang fleksibel dan objektif, kemampuan siswa dalam mempresentasikan
pemecahan masalah.
diperlukan indikator sebagai acuan peneliti. Menurut Polya (Siswono, 2018:45) menjelaskan
(1) mengetahui bahwa ada masalah, sehingga berfikir bagaimana cara agar masalah tersenut
terselesaikan, (2) menjadikan pengalaman atau informasi yang sesuai sebagai pemicu dalam
memecahkan masalah. Menggunakan pengalaman itu, (3) merumuskan kembali permasalahan
hingga dapat terpecahkan (4) menarik kesimpulan berdasarkan hasli yang diproleh
berdasarkan prosedur dak mengevaluasinya.
9
Mencari cara, (2) Membuat gambaran penyelesaian, (3) Memecahkan masalah, (4) Bekerja
indikator pemecahan yang digunakan adalah yang dikemukan oleh Polya, karena indikator
atau langkah-langkah pemecahan masalah tersebut mudah dipahami oleh peneliti dan cocok
model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan (proyek) untuk
membuat rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil kegiatan berupa produk dan
laporan pelaksanaanya. Model Pembelajaran ini lebih menekankan pada proses pembelajaran
jangka panjang, siswa terlibat secara langsung dengan berbagai isu dan persoalan kehidupan
Model pembelajaran ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar melalui berbagai
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan pengetahuan yang
telah atau akan dipelajarinya. Permasalahan yang diajukan pada model Problem Based
Learning, bukanlah permasalahan “biasa” atau bukan sekedar “latihan”. Permasalahan dalam
PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena. Fokusnya adalah bagaimana siswa
penyelesaian.
10
a. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)
dengan mudah mampu memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam
kehidupan profesionalnya.
masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan
Learning occurs in small group, agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran
dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas
siswa dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai.
11
permasalahan, 2) Pembelajaran berpusat pada siswa, dan 3) Belajar dalam kelompok kecil
masalah; b). Mendorong peserta didik mempelajari materi dan konsep baru ketika
berkomunikasi yang memungkinkan mereka belajar dan bekerja dalam tim; d).
teori dan praktek yang memungkinkan peserta didik menggabungkan pengetahuan lama
dengan pengetahuan baru; f).Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar mandiri; g). Melatih
peserta didik terampil mengelola waktu; h). Melatih peserta didik dalam mengendalian diri;
i). Membantu cara peserta didik untuk belajar sepanjang hayat. (Istiqomah (2018, 211).
Manakala siswa tidak memiliki minat atau siswa berasumsi bahwa masalah yang dipelajari
sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa engga untuk mencoba; b). Keberhasilan model
c). Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha memecahkan masalah yang dipelajari, maka
12
DIDIK
B. PENELITIAN TERDAHULU
13
Kajian relevan memuat kajian penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh peneliti
lain. Tujuan sebagai bahan masukan bagi peneliti untuk mendapatkan penelitian yang
relevan. Dalam kajian ini akan diuraikan pokok bahasan sebagai berikut:
Nurmala, Tahun 2021 dengan Judul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika
Kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan Analisis data dilakukan dengan cara
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan untuk jawaban
pertanyaan bahwa model pembelajaran PBL dapat meningkatkan tes hasil belajar matematika
siswa Kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar. Hal ini berdasarkan hasil tes tes hasil
belajar matematika materi mengurutkan bilangan 1000 sampai 10000 siswa pada siklus I
yang mencapai nilai diatas 69 dalam PBM hanya mencapai nilai 31,2%, hasil yang diperoleh
dari tes hasil belajar matematika siswa dalam PBM meningkat dari siklus pertama dengan
nilai di atas 69 mencapai 87,5%, Nilai rata-rata tes hasil belajar matematika dari siklus I ke
siklus II mengalami kemajuan sebesar 12,8 Demikian juga dengan tingkat ketuntasan belajar
Nindiya Listianita, Tahun Tahun 2017 dengan Judul Peningkatan Minat dan Prestasi
Belajar Siswa Menggunakan Model Improve Berbantuan Program Wingeom pada Materi
Bangun Ruang Kelas V SD Negeri 1 Gintungan Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat dan
siklus I siswa masih malu untuk maju ke depan kelas, siswa belum berani menanggapi
jawaban dari siswa lain, cenderung diam, saat ditanya guru, tetapi banyak mengobrol dengan
14
teman sebangkunya. Pada siklus II banyak siswa yang sudah berani maju menjawab
pertanyaan atas kemauan sendiri, siswa berani menanggapi jawaban dari siswa lain, siswa
juga berani bertanya jika ada materi yang belum dipahami. Adapun prestasi belajar
matematika siswa menggunakan model Improve berbantuan program Wingeom pada siswa
kelas V SD Negeri 1 Gintungan menunjukkan peningkatan. Pada siklus I masih ada lima
siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM, selanjutnya pada siklus II mengalami
peningkatan yaitu keseluruhan siswa telah memperoleh nilai di atas KKM. Dengan demikian
program Wingeom dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika siswa kelas V
Leni Lestari, Tahun 2017 dengan Judul Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
dengan Menggunakan Model Problem Based Learning pada Materi Bangun Ruang. Penelitian
peningkatan hasil belajar peserta didik di lihat dari nilai rata-rata sebelum dilakukan tindakan
yaitu 38,46% kategori rendah, setelah dilakukan tindakan kelas pada siklus I dan II
mengalami peningkatan menjadi 100% dalam kategori tinggi. Berdasarkan analisis tindakan
mengenai hasil penelitian tindakan kelas mata pelajaran matematika kelas 4 menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat disimpulkan dapat meningkatkan
proses dan hasil belajar peserta didik. Saran dalam penelitian ini diharapkan guru dapat
membimbing peserta didik dan menumbuhkan minat dengan cara menguatkan pendapatnya
sehingga peserta didik meiliki rasa percaya diri. Selain itu sebagai referensi bagi kegiatan
sekolah dan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian dengan
topik sejenis.
Berdasarkan penelitian di atas merupakan upaya dan bukti serta pedoman dan acuan
peneliti dalam menyiapkan penelitian ini, dengan adanya penelitian terdahulu sebagai kajian
15
relevan. Peneliti menyatakan bahwa pada penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu,
yaitu peneliti sendiri melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa Pada Pembelajaran Bangun Ruang Materi Jaring-Jaring Kubus
Melalui Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) di Kelas V MI No.04/E.72 Koto
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Dalam penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif dan kuantitatif dengan jenis penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini meliputi:
1. Variabel input, Siswa Kelas V MI No.04/E.72 Koto Baru TP. 2023/2024.
2. Variabel proses, Penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
pada pembelajaran Bangun Ruang Materi Jaring-Jaring Kubus.
3. Variabel output, Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Pemeblajaran
Bangun Ruang Materi Jaring-Jaring Kubus.
Penelitian ini berlangsung selama Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2023-2024. Peneliti
mengambil sampel penelitian ini dikarenakan siswa kelas V memiliki permasalahan dan
kurangnya kemampuan pemecahan masalah siswa dalam proses pembelajaran. Maka dari itu,
peneliti berpikir bagaimana cara meningkatkan Kemampuan pemecahan masalah siswa pada
1. Sumber
Sumber data penelitian ini adalah subjek dan data primer. Dalam penelitian ini
siswa menjadi subjek utama yaitu kelas V , dan data primer diperoleh langsung dari
17
(PBL) dan Dokumen yang digunakan untuk mendapatkan data daftar nilai, jumlah
a. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melihat proses
ataupu kejadian yang terjadi di tempat belajar siswa. Observasi ini dilakukan untuk
melihat proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa yang dapat
model Problem Based Learning (PBL) dan lembar observasi siswa untuk melihat
rumus:
b. Tes
Tes adalah alat untuk mengukur keberhasilan sesuatu berdasarkan aturan yang
telah ditentukan. Tes digunakan untuk mengetahui hasil tentang kemampuan pemecahan
masalah siswa sebelum dan sesudah diberikan tindakan. Lembar tes berupa tes tertulis,
dan pada umumnya berfokus pada tes kognitif peserta didik dalam memecahkan soal
18
Penilaian tes kemampuan pemecahan masalah pada setiap individu
jumlah skor
Nilai = ×100 %
banyaknya skor
siswaberhasil
Presentase klasikal = X 100 %
siswa dalam kelas
ΣX
X= (Susetyo, 2015:46)
N
Keterangan:
X = Skor responden
X = Rata-rata
N = Jumlah responden
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan kejadian yang telah terjadi yang digunakan
sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Dokumentasi dapat berupa, video,
rekaman, catatan-catatan kecil dan karya-karya yang diperoleh dari seseorang ataupun
orang yang melakukan penelitian itu sendiri (Sugiono, 2016:329). Adapun dokumentasi
19
dalam penelitian ini digunakan sebagai data pendukung yang berkaitan dengan
kemampuan pemecahan masalah siswa, yaitu berupa hasil tes kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas V, video aktivitas pembelajaran yang terjadi dari pendahuluan
sampai penutup dan catatan kecil yang dicatat oleh peneliti memngenai kemampuan
Penelitian Tindakan Kelas. Analisis pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Analisis kualitatif
adalah Data yang dikumpulkan dianalisis dengan cara mendeskripsikan hasil observasi
aktivitas siswa dalam pemecahan masalah pada pelajaran Geometri, menganalisis aktivitas
siswa kelas V MI No.04/E.72 Koto Baru. Analisis kuantitatif diperoleh dari perhitungan
skor akhir kemampuan pemecahan masalah siswa dan hasil tes kemampuan pemecahan
F. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan dalam situasi praktis
dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan proses belajar. Selain itu, menurut Sani
dan Sudiran (2017:5) menyatakan Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang
dilakukan dengan mengkaji masalah-masalah yang dihadapi guru didalam kelas dan
praktik pembelajaran dan pengembangan propesi guru, untuk meningkatkan kompetensi guru
20
dalam pelaksanaan pembelajaran.penilitian ini dilaksanakan sesuai dengan langkah dari jenis
penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart (Sani dan Sudiran, 2017:26). Adapun gambaran
Identifikasi Perencanaan
permasalahan perbaikan Melaksanakan
tindakan tindakan
Refleksi Siklus I
Obaservasi
Revisi rencana
Melaksanakan
Siklus II tindakan
Refleksi
Obaservasi
Siklus
selanjutnya
1. KEGIATAN SIKLUS 1
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini rencana kegiatan yang akan dilaksanakan peneliti adalah sebagai
berikut:
Mempersiapkan lembar kerja siswa yang berbasis masalah untuk dibahas secara
kelompok
Menyusun dan menyiapkan instrumen observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa.
21
Menyiapkan peralatan dokumentasi
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini sesuai dengan langkah-langkah yang telah
Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Inti
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
22
Fase 3 (Mengorganisasi siswa kedalam kelompok-kelompok belajar)
Guru memberi penjelasan pada pembelajaran ini siswa akan berdiskusi untuk
Guru memberi penjelasan bahwa siswa akan dibagi menjadi 3 atau 4 kelompok
besar sama rata dan akan melaksanakan tugas memecahkan masalah bersama.
Guru membagikan lembar kerja dan kertas plano yang harus dikerjakan siswa.
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan aturan diskusi yang
Guru memberi siswa waktu selama 30 menit untuk menyelesaikan masalah yang
Guru berkeliling ke kelompok dan mengarahkan siswa untuk mengisi kertas plano
Fase 5 (Evaluasi)
guru memberikan tambahan dan saran jika ada hasil diskusi yang tidak tepat.
guru dan siswa memberikan penghargaan kepada perwakilan kelompok yang telah
23
Guru mengambil LKPD siswa untuk diperiksa
Kegiatan Penutup
Guru memberi penguatan pada siswa tentang energi alternatif dan motivasi untuk
proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa sesuai dengan lembar observasi
aktivitas guru dan siswa yang telah disusun sebelumnya. Serta mendokumentasikan
proses pembelajaran dalam bentuk foto dan video selama proses pembelajaran.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti adalah melihat tingkat
keberhasilan dan kekurangan dari perencanaan yang telah disusun oleh peneliti sebagai
bahan intropeksi diri. Bentuk kegiatan yang direfleksikan dalam tahap ini adalah
dengan menganalisis hasil lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta menganalisis
hasil belajar siswa. Dengan merefleksikan hasil penelitian, peneliti dapat menyusun
2. Kegiatan Siklus 2
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II merupakan kegiatan tindak lanjut dari siklus I
berdasarkan hasil yang telah dianalisis. Dikarenakan pada siklus I masih terdapat
24
kekurangan-kekurangan, maka perlu diadakan perbaikan pada siklus II pada pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Aries,E.F dan Haryono,A.D. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Aditya Media
Publising
Susetyo,B. 2015 Prosedur Penyusunan dan analisis tes. Bandung: PT Reika Aditama.
Aries,E.F dan Haryono,A.D. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Aditya Media
Publising
Lestari, Leni. 2017. Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar dengan Menggunakan
Model Problem Based Learning pada Materi Bangun Ruang. Diakses tanggal 12 Juli
2023
Listianita, Nindiya. 2017. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan
Model Improve Berbantuan Program Wingeom pada Materi Bangun Ruang Kelas V
SD Negeri 1 Gintungan Tahun Ajaran 2016/2017. Diakses tanggal 12 Juli 2023
Nurmala. 2021. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas III SDN
Mangkura 4 Kota Makassar. Diakses tanggal 12 Juli 2023
Shadiq,F. 2014. Belajar memecahkan masalah matematika di SD. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shadiq,F. 2014. Belajar memecahkan masalah matematika di SD. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Husna, dkk. 2013. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis
siswa sekolah menengah pertama melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS). Vol 1. No 2.
25
PENYUSUNAN INSTRUMEN PTK
1. ANGKET
Dalam PTK ini tidak menggunakan Angket.
2. WAWANCARA
Dalam PTK menggunakan wawancara secara tidak langsung. Sehingga tidak dibuatka
pedoman wawancara dan daftar cocok.
3. PENGAMATAN (OBSERVASI)
Instrumen aktivitas siswa pada Kemampuan Pemecahan Masalah
Indikator pemecahan masalah
Membuat Menyelesa
Memaha rencana ikan
Pengeceka Julma
No Nama mi penyelesai rencana Nilai Predikat
n kembali h skor
masalah an penyelesai
an
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
A=1
B=2
Jumlah C=9
D=2
E=4
Persentase
kemampuan
pemecahan
masalah
Indikator
kemampuan Deskripsi kemampuan pemecahan
No. Skor
pemecahan masalah
masalah
1. Siswa mengetahui apa yang 1. jika satu deskriptor
ditanyakan dari soal Jaring-jaring tampak
kubus 2. jika dua deskriptor
1. 2. Siswa menentukan dengan tepat tampak
Memahami tentang apa yang diketahui dari 3. jika tiga deskriptor
masalah masalah atau dari soal Jaring- tampak
jaring kubus 4. jika empat deskriptor
3. Siswa menentukan inti tampak
permasalahan dari soal
4. Menentukan Jaring-jaring kubus
sesuai dari soal yang ditanyakan
1. Siswa meenulis apa yang 1. jika satu deskriptor
diketahui dari soal tampak
2. Setiap siswa membuat cara agar 2. jika dua deskriptor
Merencanakan soal/masalah bisa terselesaikan tampak
26
2. penyelesaian 3. Siswa harus membuat konsep 3. jika tiga deskriptor
yang diperlukan sesuai dengan tampak
materi atau soal Jaring-jaring 4. jika empat deskriptor
kubus tampak
4. Siswa membuat cara atau
langkah-langkah penyelesaian
secara berurutan
1. Siswa mulai melakukan 1. jika satu deskriptor
perhitungan sesuai dengan soal tampak
Jaring-jaring kubus 2. jika dua deskriptor
3. Pelaksanaan 2. Siswa memasuki data-data hingga tampak
rencana menjurus kerencana pemecahan 3. jika tiga deskriptor
penyelesaian soal tampak
3. Siswa mengeksperimen data 4. jika empat deskriptor
kedalam langkah-langkah tampak
4. Rencana yang digunakan
1. Pencocokan hasil dengan data 1. jika satu deskriptor
yang diketahui tampak
2. Kesesuaian dengan Jaring-jaring 2. jika dua deskriptor
Pengecekan kubus jumlahkan tampak
kembali kebenaran 3. Kesesuaian dengan langkah- 3. jika tiga deskriptor
4. penyelesaian langkah pengerjaannya terhadap tampak
masalah soal yang diselesaikan 4. jika empat deskriptor
4. Siswa mengecek kebenaran dari tampak
cara yang sudah dipecahkan
Sumber: Adaptasi dari Indikator pemecahan masalah Polya (Siswono, 2018:45)
4. Tes
Lembar penilaian Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Butir soal Jumlah Skor
No Nama Predikat
1 2 3 4 5 skor
1
2
3
Jumlah
Presentase kelas
secara klasilal
jumlah skor
Nilai = ×100 %
banyaknya skor
27
5. Dokumentasi
dalam penelitian ini digunakan sebagai data pendukung yang berkaitan dengan
kemampuan pemecahan masalah siswa, yaitu berupa hasil tes kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas V, video aktivitas pembelajaran yang terjadi dari pendahuluan
sampai penutup dan catatan kecil yang dicatat oleh peneliti memngenai kemampuan
28