Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


SISWA PADA PEMBELAJARAN BANGUN RUANG MATERI
JARING-JARING KUBUS MELALUI PENERAPAN MODEL
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DI KELAS V
MI NO.04/E.72 KOTO BARU SEMESTER GANJIL
TAHUN PELAJARAN 2023-2024

Disusun untuk memenuhi tugas Lokakarya PPG dalam Jabatan 2023


LPTK Universitas Islam Negeri Iman Bonjol

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Martin Kustanti, M.Pd

Disusun Oleh:

YULIA HELDA, S.PdI

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


LPTK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA RI 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat dan salam kepada Rasulullah

SAW yang telah membimbing umat manusia melalui lembaga pendidikan terbaik.

Alhamdulillah, Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul: “Upaya

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Pembelajaran

Bangun Ruang Materi Jaring-Jaring Kubus Melalui Penerapan Model

Problem Based Learning (PBL) di Kelas V MI No.04/E.72 Koto Baru

Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2023-2024” dapat diselesaikan sesuai yang

diharapkan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapakan terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr. Martin Kustati. M.Pd. Selaku dosen pengampu Lokakarya Penelitian

Tindakan Kelas yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan

motivasi dalam penyusunan Proposal PTK ini.

2. Majelis guru MI No.04/E.72 Koto Baru yang telah membantu dalam proses

penelitian.

3. Seluruh tim panitia penyelenggaraan PPG Dalam Jabatan 2023 yang telah

memfasilitasi dan mendampingi rangkaian kegiatan dengan sabar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih belum

sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan proposal kami. Penulis

berharap mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak terkait.

Penulis

i
Yulia Helda, S. PdI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISIi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. B. PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN5
D. MANFAAT PENELITIAN5

BAB II KERANGKA TEORI 7


A. LANDASAN TEORI7
B. PENELITIAN TERDAHULU12

BAB III METODE PENELITIAN16


A. LANDASAN TEORI16
B. VARIABEL PENELITIAN16
C. POPULASI DAN SAMPEL16
D. JENIS, SUMBER DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA16
E. TEKNIK ANALISI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS19
F. PROSEDUR PENELITIAN19

DAFTAR PUSTAKA24

ii
iii
PENDAHULUAN
BAB I

A. Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan pembelajaran yang penting diberikan pada siswa mulai dari

sekolah dasar sampai kejenjang selanjutnya. Pembelajaran matematika menekankan kognitif

siswa dalam memecahkan masalah pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga

siswa perlu mempelajarinya. Pembelajaran matematika harus dipahami dan dikuasai oleh

siswa mulai dari tingkat paling mudah hingga ketingkat yang paling tinggi sebagai bekal

dalam menghadapi persoalan-persoalan pada kehidupan sehari-hari.

Pentingnya pembelajaran matematika dituangkan pada Permendiknas No. 22 tahun

2006, menjelaskan tujuan pembelajaran matematika disekolah agar siswa memiliki

kemampuan untuk memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

Pembelajaran matematika di sekolah dasar yang dapat mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah siswa salah satunya adalah pembelajaran geometri. Geometri merupakan

ilmu yang mempelajari mengenai hubungan titik, ukuran, bentuk dan kedudukan mulai dari

bangun datar hingga bangun ruang. Geometri mengarahkan agar siswa mampu memahami

pembelajaran melalui kehidupan nyata dan merangsang siswa menjadi aktif dan kreatif dalam

memecahkan maslah pembelajaran.Pemecahan masalah pada pembelajaran dibentuk melalui

kreativitas seorang pendidik dalam menentukan strategi, model pembelajaran yang sesuai

dengan materi yang akan dipelajari. Sejalan dengan Pendapat Zulfah (2017:1)

mengungkapkan “Kemahiran dalam pemecahkan masalah matematika salah satunya adalah

melalui kompetensi strategik yang ditunjukkan, memilih rencana pemecahan dan model yang

sesuai untuk menyelesaikan masalah”. Jadi, pemecahan masalah merupakan tujuan utama

pada pembelajaran matematika.

4
Berdasarkan hasil belajar siswa terdapat beberapa masalah baik dari siswa maupun

dari guru yaitu (1) kurangnya pemahaman siswa pada pemecahan masalah matematika (2)

siswa terlihat pasif dan tidak mengetahui tujuan pembelajaran, (3) minat siswa pada

pembelajaran matematika kurang, (4) perlakuan yang diterapkan oleh guru dalam memilih

strategi cendrung sama kepada siswa, padahal siswa memiliki cara belajar dan berfikir yang

berbeda.

Terkait dari beberapa masalah tersebut, penelitian ini menfokuskan pada kurangnya

pemahaman siswa pada pemecahan masalah pembelajaran Matematika materi Jaring-jaring

Kubus. Adapun Penyebab masalah tersebut adalah siswa tidak terbiasa menyelesaikan

masalah pada pembelajaran matematika, siswa masih menggunakan teknik belajar menghafal

konsep matematika saja, pada saat siswa mengerjakan soal Jaring-jaring Kubus ia kurang bisa

menentukan jarring-jaring kubus serta siswa hanya mendengar penjelasan dari guru kemudian

langsung mengerjakan latihan.

Berdasarkan penyebab masalah yang telah diuraikan, peneliti mencoba menerapkan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model Problem Based Learning (PBL)

ini merupakan bagian dari model pembelajaran mandiri yang lebih mementingkan bagaimana

proses siswa mengetahui dan paham dalam suatu konsep pembelajaran yang menyenangkan

dan mengutamakan Keterlibatan siswa dimulai dari kegiatan merencanakan, membuat

rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil kegiatan berupa produk dan laporan

pelaksanaanya.

B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, diketahui Identifikasi

Masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Kurangnya pemahaman siswa pada pemecahan masalah matematika

5
b. Kurangnya pemahaman siswa tentang masalah geometri bangun ruang Jaring-

jaring kubus.

c. Minat siswa pada pembelajaran matematika kurang

d. perlakuan yang diterapkan oleh guru dalam memilih strategi cendrung sama

kepada siswa, padahal siswa memiliki cara belajar dan berfikir yang berbeda.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka

dapat rumusan masalah dari penelitian tindakan kelas ini adalah:

a. Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada

pembelajaran Bangun Ruang materi Jaring-jaring Kubus pada siswa kelas V MI

No.04/E.72 Koto Baru.

b. Bagaimana kemampuan Pemecahan masalah siswa dengan penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran Bangun Ruang materi

Jaring-jaring Kubus pada siswa kelas V MI No.04/E.72 Koto Baru.

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Pembelajaran

Bangun Ruang Materi Jaring-Jaring Kubus Melalui Penerapan Model Problem Based

Learning (PBL) di Kelas V MI No.04/E.72 Koto Baru.

2. Mengetahui Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada

Pembelajaran Bangun Ruang Materi Jaring-Jaring Kubus Melalui Penerapan Model

Problem Based Learning (PBL) di Kelas V MI No.04/E.72 Koto Baru.

6
D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat teoritis yang didapat dari hasil penelitian ini secara umum adalah dapat

dijadikan sebagai salah satu referensi dalam dunia pendidikan sebagai model pembelajaran

yang dapat meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah siswa khususnya dengan

menerapkan Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi Materi

Jaring-Jaring Kubus kelas V.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang didapat dari hasil penelitian ini secara umum

adalah dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam dunia pendidikan sebagai model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan Pemecahan Masalah siswa khususnya

dengan menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Pembelajaran

Bangun Ruang Materi Jaring-Jaring Kubus Melalui Penerapan Model Problem Based

Learning (PBL) di Kelas V MI No.04/E.72 Koto Baru.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat Praktis Penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Siswa, Penelitian ini bertujuan agar siswa dapat mengetahui dan mengembangkan

kemampuan pemecahan masalah dalam belajar mengajar khususnya matematika pada

pembelajaran Bangun Ruang Materi Jaring-Jaring Kubus.

b. Guru, Penelitian ini hendaknya dapat menjadi pedoman dalam mengembangkan

strategi, taktik, teknik dan model pembelajaran dalam membentuk kemampuan

pemecahan masalah siswa.

c. Sekolah, Penelitian ini diharapkan pihak sekolah dapat mengetahui model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mampu meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa kelas V MI sehingga dapat meningatakan pembelajaran

menjadi berkualitas.

7
BAB II
KERANGKA TEORI

A. LANDASAN TEORI
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan kemampuan dalam mengidentifikasi suatu masalah

melalui penerapan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan

dalam kodisi yang baru. Menurut Susanto (2013:19) menjelaskan pemecahan masalah adalah

metode atau cara untuk mendapatkan pengetahuan melaui proses berfikir siswa hingga

mendapatkan pengetahuan baru. Penjelasan ini nampaknya relevan dengan pendapat Husna,

dkk (2013:84) menyatakan pemecahan masalah merupakan proses melibatkan suatu tugas

yang metode pemecahannya belum diketahui lebih dulu, untuk mengetahuinya siswa

hendaknya memeta pengetahuan mereka, dan melalui proses ini mereka sering

mengembangkan pengetahuan baru.

Menurut Shadiq (2014:7) menjelaskan Bahwa satu pembahasan dapat menjadi

masalah yang haruus dipecahkan oleh seseorang sehingga diperlukan bagaimana cara ataupun

prosedur yang tepat sesuai dengan yang diketahui oleh sipelaku dengan prosedurnya yang

telah ditentukan. Karna dalam menyelesaikan suapu permasalahan dibutuhkan usaha yang

dikembangkan berdasarkan pola pikir yang telah dikembangkan melalui proses pembelajaran.

Pada dasarnya dalam pembelajaran akan selalui dijumpai namun dalam tingkat pemecahan

yang berbeda-beda.

Pemecahan masalah merupakan bagian yang harus dikerjakan dalam matematika,

pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik karena pada

pembelajaran matematika yang dipentingkan adalah proses bukan hanya hasil semata.

Menurut Tarigan (2006:152) menjelaskan “Masalah dalam matematika adalah jawaban yang

8
telah dipastikan dan telah ditentukan prosedur dalam penyelesaiannya hingga mendapatkan

kemungkinan yang benar yang telah dikerjakan berdasarkan prosedur yang ditentukan”.

Hal ini menjelaskan pemecahan masalah matematika sangatlah perlu dilatih pada

siswa Sekolah Dasar, karena dalam matematika siswa akan menghadapi permasalahan-

permasalahan berupa soal rutin yang harus diselesaikan melalui proses penalaran yang rumit

dalam proses pembelajaran dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulannya adalah bahwa ada beberapa faktor yang dapat membentuk siswa

untuk memecahkan masalah, diantaranya: Kemampuan siswa dalam memahami masalah dan

mencari informasi sesuai dengan permasalahan yang akan diselesaikan, kemampuan berfikir

dan bernalarnya yang fleksibel dan objektif, kemampuan siswa dalam mempresentasikan

pemecahan masalah.

2. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah


Pengukuran kemampuan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran tentunya

diperlukan indikator sebagai acuan peneliti. Menurut Polya (Siswono, 2018:45) menjelaskan

beberapa langkah pemecahan masalah yaitu: Memahami masalah, Membuat rencana

penyelesaian, Menyelesaikan rencana penyelesaian, Pengecekan kembali.

Menurut Shadiq (2014:7) menjelaskan “ada 4 langkah-langkah proses pemecahan

masalah: a) memahami masalah, b) merancang cara penyelesaian, c) melaksanakan

rencana, d) menafsirkan hasil”. Sedangkan Menurut Dawey (Roebyanto dan Harmini,

2017:36) menjelaskan indikator pemecahan masalah dalam matematika sebagai berikut:

(1) mengetahui bahwa ada masalah, sehingga berfikir bagaimana cara agar masalah tersenut
terselesaikan, (2) menjadikan pengalaman atau informasi yang sesuai sebagai pemicu dalam
memecahkan masalah. Menggunakan pengalaman itu, (3) merumuskan kembali permasalahan
hingga dapat terpecahkan (4) menarik kesimpulan berdasarkan hasli yang diproleh
berdasarkan prosedur dak mengevaluasinya.

Selanjutnya menurut Muser dan Shaughnessy (Roebyanto dan Harmini, 2017:37)

mengemukan “5 indikator dalam kemampuan pemecahan masalah sebagai berikut: (1)

9
Mencari cara, (2) Membuat gambaran penyelesaian, (3) Memecahkan masalah, (4) Bekerja

secara mundur, (5) Bersimulasi”.

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, Tidak semua indikator yang digunakan

dalam melakukan penelitian, melainkan menggunakan beberapa indikator saja. Adapun

indikator pemecahan yang digunakan adalah yang dikemukan oleh Polya, karena indikator

atau langkah-langkah pemecahan masalah tersebut mudah dipahami oleh peneliti dan cocok

digunakan di Sekolah Dasar/MI.

3. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning diartikan sebagai Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu jenis

model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan (proyek) untuk

menghasilkan suatu produk. Keterlibatan siswa dimulai dari kegiatan merencanakan,

membuat rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil kegiatan berupa produk dan

laporan pelaksanaanya. Model Pembelajaran ini lebih menekankan pada proses pembelajaran

jangka panjang, siswa terlibat secara langsung dengan berbagai isu dan persoalan kehidupan

sehari-hari, belajar bagaimana memahami dan menyelesaikan persoalan nyata,

bersifat interdisipliner, dan melibatkan siswa sebagai pelaku utama dalam merancang,

melaksanakan dan melaporkan hasil kegiatan (student centered).

Model pembelajaran ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar melalui berbagai

permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan pengetahuan yang

telah atau akan dipelajarinya. Permasalahan yang diajukan pada model Problem Based

Learning, bukanlah permasalahan “biasa” atau bukan sekedar “latihan”. Permasalahan dalam

PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena. Fokusnya adalah bagaimana siswa

mengidentifikasi isu pembelajaran dan selanjutnya mencarikan alternatif-alternatif

penyelesaian.

10
a. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran Problem Based Learning memiliki lima karakteristik yang

membedakannya dengan model-model pembelajaran lain, yaitu :

 Learning is student centered, yaitu proses pembelajaran lebih menitikberatkan kepada

siswa sebagai pembelajar. Teori kontruktivisme dalam model pembelajaran Problem

Based Learning menuntut siswa untuk dapat mengembangkan pengatahuannya sendiri

melalui beberapa kegiatan yang akan mereka lakukan.

 Autenthic problems from the organizing focus for learning,

masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang autentik sehingga siswa

dengan mudah mampu memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam

kehidupan profesionalnya.

 New information is acquired through self-directed learning. Dalam proses pemecahan

masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan

prasayaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya,

baik dari buku atau informasi lainnya.

 Learning occurs in small group, agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran

dalam usaha mengembangkan pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan

dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas

dan penerapan tujuan yang jelas.

 Teachers act as facilitators Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai

fasilitator. Meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas

siswa dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai.

Karakteristik pembelajaran di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada

model Problem Based Learning memiliki tiga untusur esensial yaitu; 1) Adanya

11
permasalahan, 2) Pembelajaran berpusat pada siswa, dan 3) Belajar dalam kelompok kecil

berkolaborasi dengan teman lainnya.

b. Kelabihan Problem Based Learning

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, demikian dengan

model Problem Based Learning pun memiliki kelebihan dan kelemahan. Diantara

kelebihan Problem Based Learning adalah ; a). Mengembangkan keterampilan pemecahan

masalah; b). Mendorong peserta didik mempelajari materi dan konsep baru ketika

memecahkan masalah; c). Mengembangkan kemampuan sosial dan keterampilan

berkomunikasi yang memungkinkan mereka belajar dan bekerja dalam tim; d).

Mengembangakan keterampilan berpikir ilmiah tingkat tinggi/kritis; e). Mengintegrasikan

teori dan praktek yang memungkinkan peserta didik menggabungkan pengetahuan lama

dengan pengetahuan baru; f).Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar mandiri; g). Melatih

peserta didik terampil mengelola waktu; h). Melatih peserta didik dalam mengendalian diri;

i). Membantu cara peserta didik untuk belajar sepanjang hayat. (Istiqomah (2018, 211).

Sedangkan kelemahan model pembelajaran Problem Based Learning diantaranya ; a).

Manakala siswa tidak memiliki minat atau siswa berasumsi bahwa masalah yang dipelajari

sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa engga untuk mencoba; b). Keberhasilan model

pembelajaran melalui Problem Based Learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan;

c). Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha memecahkan masalah yang dipelajari, maka

siswa tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari.

c. Langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Berdasarkan sintak tersebut, langkah-langkah pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) yang bisa dirancang oleh guru adalah sebagai berikut:

LANGKAH KERJA AKTIVITAS GURU AKTIVITAS PESERTA

12
DIDIK

Orientasi peserta didik Guru menyampaikan Kelompok mengamati dan


pada masalah masalah yang akan memahami masalah yang
dipecahkan secara disampaikan guru atau yang
kelompok. diperoleh dari bahan bacaan
Masalah yang diangkat yang disarankan.
hendaknya kontekstual.
Masalah bisa ditemukan
sendiri oleh peserta didik
melalui bahan bacaan atau
lembar kegiatan.

Mengorganisasikan Guru memastikan Peserta didik berdiskusi dan


peserta didik untuk setiap anggota memahami membagi tugas untuk mencari
belajar. tugas masing-masing. data/ bahan-bahan/ alat yang
diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.

Membimbing Guru memantau Peserta didik melakukan


penyelidikan individu keterlibatan peserta didik penyelidikan (mencari data/
maupun kelompok. dalam pengumpulan data/ referensi/ sumber) untuk bahan
bahan selama proses diskusi kelompok.
penyelidikan.

Mengembangkan dan Guru memantau diskusi Kelompok melakukan diskusi


menyajikan hasil karya. dan membimbing untuk menghasil-kan solusi
pembuatan laporan pemecahan masalah dan
sehingga karya setiap hasilnya
kelompok siap untuk dipresentasikan/disajikan
dipresentasikan. dalam bentuk karya.

Menganalisis dan Guru membimbing Setiap kelompok melakukan


mengevaluasi proses presentasi dan mendorong presentasi, kelompok yang lain
pemecahan masalah. kelompok memberikan memberikan apresiasi.
penghargaan serta Kegiatan dilanjutkan dengan
masukan kepada kelompok merangkum/  membuat
lain. Guru bersama peserta kesimpulan sesuai dengan
didik menyimpulkan masukan yang diperoleh dari
materi. kelompok lain.

B. PENELITIAN TERDAHULU

13
Kajian relevan memuat kajian penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh peneliti

lain. Tujuan sebagai bahan masukan bagi peneliti untuk mendapatkan penelitian yang

relevan. Dalam kajian ini akan diuraikan pokok bahasan sebagai berikut:

Nurmala, Tahun 2021 dengan Judul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika

Kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan

Kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan Analisis data dilakukan dengan cara

mengelompokan data siswa, menyajikan data, menafsirkan data, dan menyimpulkan.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan untuk jawaban

pertanyaan bahwa model pembelajaran PBL dapat meningkatkan tes hasil belajar matematika

siswa Kelas III SDN Mangkura 4 Kota Makassar. Hal ini berdasarkan hasil tes tes hasil

belajar matematika materi mengurutkan bilangan 1000 sampai 10000 siswa pada siklus I

yang mencapai nilai diatas 69 dalam PBM hanya mencapai nilai 31,2%, hasil yang diperoleh

dari tes hasil belajar matematika siswa dalam PBM meningkat dari siklus pertama dengan

nilai di atas 69 mencapai 87,5%, Nilai rata-rata tes hasil belajar matematika dari siklus I ke

siklus II mengalami kemajuan sebesar 12,8 Demikian juga dengan tingkat ketuntasan belajar

siswa dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 56,3 %.

Nindiya Listianita, Tahun Tahun 2017 dengan Judul Peningkatan Minat dan Prestasi

Belajar Siswa Menggunakan Model Improve Berbantuan Program Wingeom pada Materi

Bangun Ruang Kelas V SD Negeri 1 Gintungan Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat dan

prestasisiswa kelas V SD Negeri 1 Gintungan mengalami peningkatan setelah mengikuti

pembelajaran dengan menggunakkan model Improve berbantuan program Wingeom. Pada

siklus I siswa masih malu untuk maju ke depan kelas, siswa belum berani menanggapi

jawaban dari siswa lain, cenderung diam, saat ditanya guru, tetapi banyak mengobrol dengan

14
teman sebangkunya. Pada siklus II banyak siswa yang sudah berani maju menjawab

pertanyaan atas kemauan sendiri, siswa berani menanggapi jawaban dari siswa lain, siswa

juga berani bertanya jika ada materi yang belum dipahami. Adapun prestasi belajar

matematika siswa menggunakan model Improve berbantuan program Wingeom pada siswa

kelas V SD Negeri 1 Gintungan menunjukkan peningkatan. Pada siklus I masih ada lima

siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM, selanjutnya pada siklus II mengalami

peningkatan yaitu keseluruhan siswa telah memperoleh nilai di atas KKM. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran menggunakan model Improve berbantuan

program Wingeom dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika siswa kelas V

SD Negeri 1 Gintungan, Gebang, Purworejo tahun ajaran 2016/2017.

Leni Lestari, Tahun 2017 dengan Judul Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar

dengan Menggunakan Model Problem Based Learning pada Materi Bangun Ruang. Penelitian

ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. hasil penelitian menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar peserta didik di lihat dari nilai rata-rata sebelum dilakukan tindakan

yaitu 38,46% kategori rendah, setelah dilakukan tindakan kelas pada siklus I dan II

mengalami peningkatan menjadi 100% dalam kategori tinggi. Berdasarkan analisis tindakan

mengenai hasil penelitian tindakan kelas mata pelajaran matematika kelas 4 menggunakan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat disimpulkan dapat meningkatkan

proses dan hasil belajar peserta didik. Saran dalam penelitian ini diharapkan guru dapat

membimbing peserta didik dan menumbuhkan minat dengan cara menguatkan pendapatnya

sehingga peserta didik meiliki rasa percaya diri. Selain itu sebagai referensi bagi kegiatan

sekolah dan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian dengan

topik sejenis.

Berdasarkan penelitian di atas merupakan upaya dan bukti serta pedoman dan acuan

peneliti dalam menyiapkan penelitian ini, dengan adanya penelitian terdahulu sebagai kajian

15
relevan. Peneliti menyatakan bahwa pada penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu,

yaitu peneliti sendiri melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan

Pemecahan Masalah Siswa Pada Pembelajaran Bangun Ruang Materi Jaring-Jaring Kubus

Melalui Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) di Kelas V MI No.04/E.72 Koto

Baru Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2023-2024”

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Dalam penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif dan kuantitatif dengan jenis penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini meliputi:
1. Variabel input, Siswa Kelas V MI No.04/E.72 Koto Baru TP. 2023/2024.
2. Variabel proses, Penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
pada pembelajaran Bangun Ruang Materi Jaring-Jaring Kubus.
3. Variabel output, Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Pemeblajaran
Bangun Ruang Materi Jaring-Jaring Kubus.

C. POPULASI DAN SAMPEL


Populasi dan Sampel penelitian ini adalah kelas V MI No.04/E.72 Koto Baru.

Penelitian ini berlangsung selama Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2023-2024. Peneliti

mengambil sampel penelitian ini dikarenakan siswa kelas V memiliki permasalahan dan

kurangnya kemampuan pemecahan masalah siswa dalam proses pembelajaran. Maka dari itu,

peneliti berpikir bagaimana cara meningkatkan Kemampuan pemecahan masalah siswa pada

proses pembelajaran di MI No.04/E.72 Koto Baru.

D. JENIS, SUMBER DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Jenis penelitian yaitu menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

1. Sumber
Sumber data penelitian ini adalah subjek dan data primer. Dalam penelitian ini

siswa menjadi subjek utama yaitu kelas V , dan data primer diperoleh langsung dari

narasumber yaitu guru kelas V MI No.04/E.72 Koto Baru mengenai peristiwa

terjadinya proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning

17
(PBL) dan Dokumen yang digunakan untuk mendapatkan data daftar nilai, jumlah

keseluruhan siswa yang dapat mendukung pelaksanaan penelitian pada kemampuan

pemecahan masalah siswa.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melihat proses

ataupu kejadian yang terjadi di tempat belajar siswa. Observasi ini dilakukan untuk

melihat proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa yang dapat

berhubungan dengan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas V naik dari

pembukaan pembelajaran hingga sampai ditutupnya pembelaran. Pada kegiatan

observasi ini, peneliti menggunakan lembar observasi guru dalam menggunakan

model Problem Based Learning (PBL) dan lembar observasi siswa untuk melihat

kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran Geometri.

Penilaian observasi kemampuan pemecahan masalah pada setiap individu dengan

rumus:

skor setiap siswa


Presentase = (Aries dan Haryono, 2012:95)
skor maksimal

b. Tes

Tes adalah alat untuk mengukur keberhasilan sesuatu berdasarkan aturan yang

telah ditentukan. Tes digunakan untuk mengetahui hasil tentang kemampuan pemecahan

masalah siswa sebelum dan sesudah diberikan tindakan. Lembar tes berupa tes tertulis,

dan pada umumnya berfokus pada tes kognitif peserta didik dalam memecahkan soal

bangun ruang jaring-jaring kubus

18
Penilaian tes kemampuan pemecahan masalah pada setiap individu

menggunakan rumus (Aries dan Haryono, 2012:95) sebagai berikut :

jumlah skor
Nilai = ×100 %
banyaknya skor

Ketuntasan individu ditentukan dengan ketercapaian KKM mata pelajaran

matematika yaitu ≥ 65 dan ketutasan belajar secara klasikal mencapai minimal ≥ 70

dengan predikat B (Baik).

Tabel 3.1 Kriteria ketuntasan kemampuan pemecahan masalah secara klasikal


No Nilai Predikat
1 85 – 100 A (Sangat baik)
2 70 – 84 B (Baik)
3 55 – 69 C (Cukup)
4 40 – 54 D (Kurang)
5. >39 E (Kurang sekali)
(Aries dan Haryono, 2012:95)

Menghitung kriteria ketuntasan kelas dan presentase keberhasilan ketercapaian

kemampuan pemecahan masalah sebagai berikut:

siswaberhasil
Presentase klasikal = X 100 %
siswa dalam kelas

Perolehan nilai rata-rata kelas menggunakan rumus sebagai berikut:

ΣX
X= (Susetyo, 2015:46)
N

Keterangan:
X = Skor responden
X = Rata-rata
N = Jumlah responden

c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan kejadian yang telah terjadi yang digunakan

sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Dokumentasi dapat berupa, video,

rekaman, catatan-catatan kecil dan karya-karya yang diperoleh dari seseorang ataupun

orang yang melakukan penelitian itu sendiri (Sugiono, 2016:329). Adapun dokumentasi

19
dalam penelitian ini digunakan sebagai data pendukung yang berkaitan dengan

kemampuan pemecahan masalah siswa, yaitu berupa hasil tes kemampuan pemecahan

masalah siswa kelas V, video aktivitas pembelajaran yang terjadi dari pendahuluan

sampai penutup dan catatan kecil yang dicatat oleh peneliti memngenai kemampuan

pemecahan masalah siswa.

E. TEKNIS ANALIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS


Analisis data dilakukan untuk mengetahui kualitas dan hasil analisis data dalam

Penelitian Tindakan Kelas. Analisis pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan

kuantitatif. Analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Analisis kualitatif

adalah Data yang dikumpulkan dianalisis dengan cara mendeskripsikan hasil observasi

aktivitas siswa dalam pemecahan masalah pada pelajaran Geometri, menganalisis aktivitas

guru dengan mendeksripsikan langkah-langkah penerapan model Problem Based Learning

(PBL) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran Geometri

siswa kelas V MI No.04/E.72 Koto Baru. Analisis kuantitatif diperoleh dari perhitungan

skor akhir kemampuan pemecahan masalah siswa dan hasil tes kemampuan pemecahan

masalah siswa yang telah direncanakan.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan dalam situasi praktis

dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan proses belajar. Selain itu, menurut Sani

dan Sudiran (2017:5) menyatakan Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang

dilakukan dengan mengkaji masalah-masalah yang dihadapi guru didalam kelas dan

dilakukan tindakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. selanjutnya menurut

Arikunto,dkk (2016:120) menyatakan tujuan PTK adalah memecahkan masalah dalam

praktik pembelajaran dan pengembangan propesi guru, untuk meningkatkan kompetensi guru

20
dalam pelaksanaan pembelajaran.penilitian ini dilaksanakan sesuai dengan langkah dari jenis

penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart (Sani dan Sudiran, 2017:26). Adapun gambaran

pelaksanaannya sebagai berikut:

Identifikasi Perencanaan
permasalahan perbaikan Melaksanakan
tindakan tindakan

Refleksi Siklus I

Obaservasi

Revisi rencana

Melaksanakan
Siklus II tindakan

Refleksi

Obaservasi

Siklus
selanjutnya

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart

1. KEGIATAN SIKLUS 1

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini rencana kegiatan yang akan dilaksanakan peneliti adalah sebagai

berikut:

 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan langkah-

langkah metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

 Mempersiapkan lembar kerja siswa yang berbasis masalah untuk dibahas secara

kelompok

 Menyiapkan materi yang akan disampaikan dalam PBM 4

 Menyusun dan menyiapkan instrumen observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa.

21
 Menyiapkan peralatan dokumentasi

b. Tahap Tindakan (act)

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini sesuai dengan langkah-langkah yang telah

disusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif metode Problem Based Learning, yaitu sebagai berikut:

Kegiatan Pendahuluan

a) Guru mengucapkan salam.

b) Guru menanyakan kabar siswa.

c) Guru bersama siswa berdoa bersama.

d) Guru mengecek kehadiran siswa.

e) Guru mengecek kerapian siswa.

f) Guru melakukan apersepsi.

Kegiatan Inti

Fase 1 (Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa)

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang Jaring-jaring Kubus dan

memotifasi siswa dalam menentukan jarring-jaring Kubus

Fase 2 (Menyajikan Informasi)

 Guru memutarkan video pembelajaran tentang Jaring-jaring Kubus yang telah

disiapkan melalui infokus

 Guru menjelaskan tentang materi pembelajaran yaitu Jaring-jaring Kubus dengan

menggunakan media konkrit

 Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum

dipahami tentang Jaring-jaring Kubus.

22
Fase 3 (Mengorganisasi siswa kedalam kelompok-kelompok belajar)

 Guru memberi penjelasan pada pembelajaran ini siswa akan berdiskusi untuk

memecahkan masalah yang diberikan guru bersama.

 Guru memberi penjelasan bahwa siswa akan dibagi menjadi 3 atau 4 kelompok

besar sama rata dan akan melaksanakan tugas memecahkan masalah bersama.

 Guru membagikan lembar kerja dan kertas plano yang harus dikerjakan siswa.

 Guru menjelaskan aturan dalam menyelesaikan masalah yang sudah diberikan

 Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan aturan diskusi yang

belum dipahami siswa.

 Guru memberi siswa waktu selama 30 menit untuk menyelesaikan masalah yang

harus dikerjakan oleh kelompok masing-masing

Fase 4 (Membimbing kelompok belajar dan bekerja)

 Guru berkeliling ke kelompok dan mengarahkan siswa untuk mengisi kertas plano

dan menempelkan pada kertas karton.

 Guru memimbing siswa dalam mengerjakan LKPD

Fase 5 (Evaluasi)

 Guru menyuruh siswa menunjuk perwakilannya untuk melakukan presentasi atas

hasil diskusi yang kelompok mereka dapatkan.

 guru memberikan tambahan dan saran jika ada hasil diskusi yang tidak tepat.

Fase 6 (Memberikan Penghargaan)

 guru dan siswa memberikan penghargaan kepada perwakilan kelompok yang telah

tampil, dengan cara memberikan pujian dan tepuk tangan bersama.

23
 Guru mengambil LKPD siswa untuk diperiksa

Kegiatan Penutup

 Guru melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

 Guru memberi penguatan pada siswa tentang energi alternatif dan motivasi untuk

selalu menghemat energi

 Guru memberikan kesimpulan pembelajaran hari ini

 Guru dan murid berdoa Bersama

 Guru mengucapkan salam dan pembelajaran telah selesai.

c. Tahap Pengamatan (observe)

Pada tahap pengamatan kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mengamati

proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa sesuai dengan lembar observasi

aktivitas guru dan siswa yang telah disusun sebelumnya. Serta mendokumentasikan

proses pembelajaran dalam bentuk foto dan video selama proses pembelajaran.

d. Tahap Kegiatan Refleksi (reflect)

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti adalah melihat tingkat

keberhasilan dan kekurangan dari perencanaan yang telah disusun oleh peneliti sebagai

bahan intropeksi diri. Bentuk kegiatan yang direfleksikan dalam tahap ini adalah

dengan menganalisis hasil lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta menganalisis

hasil belajar siswa. Dengan merefleksikan hasil penelitian, peneliti dapat menyusun

rencana tindakan selanjutnya lebih baik lagi.

2. Kegiatan Siklus 2

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II merupakan kegiatan tindak lanjut dari siklus I

berdasarkan hasil yang telah dianalisis. Dikarenakan pada siklus I masih terdapat

24
kekurangan-kekurangan, maka perlu diadakan perbaikan pada siklus II pada pembelajaran

Bangun Ruang Materi Jaring-jaring Kubus.

DAFTAR PUSTAKA

Aries,E.F dan Haryono,A.D. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Aditya Media
Publising

Sani,R,A. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang: Tsmart Printing.

Arikunto,S. 2016. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sugiono. 2016. Metode Penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susetyo,B. 2015 Prosedur Penyusunan dan analisis tes. Bandung: PT Reika Aditama.

Aries,E.F dan Haryono,A.D. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Aditya Media
Publising

Lestari, Leni. 2017. Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar dengan Menggunakan
Model Problem Based Learning pada Materi Bangun Ruang. Diakses tanggal 12 Juli
2023

Listianita, Nindiya. 2017. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan
Model Improve Berbantuan Program Wingeom pada Materi Bangun Ruang Kelas V
SD Negeri 1 Gintungan Tahun Ajaran 2016/2017. Diakses tanggal 12 Juli 2023

Nurmala. 2021. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas III SDN
Mangkura 4 Kota Makassar. Diakses tanggal 12 Juli 2023

Shadiq,F. 2014. Belajar memecahkan masalah matematika di SD. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Robyanto,G dan Harmini,S. 2017. Pemecahan masalah matematika. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Siswono.T.Y.E. 2018. Pembelajaran matematika berbasis pengajuan dan pemecahan


masalah. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA

Tarigan,D. 2006. Pembelajaran matematika Realistik. Jakarta: Depdiknas.

Shadiq,F. 2014. Belajar memecahkan masalah matematika di SD. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Husna, dkk. 2013. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis
siswa sekolah menengah pertama melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS). Vol 1. No 2.

25
PENYUSUNAN INSTRUMEN PTK

1. ANGKET
Dalam PTK ini tidak menggunakan Angket.

2. WAWANCARA
Dalam PTK menggunakan wawancara secara tidak langsung. Sehingga tidak dibuatka
pedoman wawancara dan daftar cocok.

3. PENGAMATAN (OBSERVASI)
Instrumen aktivitas siswa pada Kemampuan Pemecahan Masalah
Indikator pemecahan masalah
Membuat Menyelesa
Memaha rencana ikan
Pengeceka Julma
No Nama mi penyelesai rencana Nilai Predikat
n kembali h skor
masalah an penyelesai
an
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
A=1
B=2
Jumlah C=9
D=2
E=4
Persentase
kemampuan
pemecahan
masalah

Indikator
kemampuan Deskripsi kemampuan pemecahan
No. Skor
pemecahan masalah
masalah
1. Siswa mengetahui apa yang 1. jika satu deskriptor
ditanyakan dari soal Jaring-jaring tampak
kubus 2. jika dua deskriptor
1. 2. Siswa menentukan dengan tepat tampak
Memahami tentang apa yang diketahui dari 3. jika tiga deskriptor
masalah masalah atau dari soal Jaring- tampak
jaring kubus 4. jika empat deskriptor
3. Siswa menentukan inti tampak
permasalahan dari soal
4. Menentukan Jaring-jaring kubus
sesuai dari soal yang ditanyakan
1. Siswa meenulis apa yang 1. jika satu deskriptor
diketahui dari soal tampak
2. Setiap siswa membuat cara agar 2. jika dua deskriptor
Merencanakan soal/masalah bisa terselesaikan tampak

26
2. penyelesaian 3. Siswa harus membuat konsep 3. jika tiga deskriptor
yang diperlukan sesuai dengan tampak
materi atau soal Jaring-jaring 4. jika empat deskriptor
kubus tampak
4. Siswa membuat cara atau
langkah-langkah penyelesaian
secara berurutan
1. Siswa mulai melakukan 1. jika satu deskriptor
perhitungan sesuai dengan soal tampak
Jaring-jaring kubus 2. jika dua deskriptor
3. Pelaksanaan 2. Siswa memasuki data-data hingga tampak
rencana menjurus kerencana pemecahan 3. jika tiga deskriptor
penyelesaian soal tampak
3. Siswa mengeksperimen data 4. jika empat deskriptor
kedalam langkah-langkah tampak
4. Rencana yang digunakan
1. Pencocokan hasil dengan data 1. jika satu deskriptor
yang diketahui tampak
2. Kesesuaian dengan Jaring-jaring 2. jika dua deskriptor
Pengecekan kubus jumlahkan tampak
kembali kebenaran 3. Kesesuaian dengan langkah- 3. jika tiga deskriptor
4. penyelesaian langkah pengerjaannya terhadap tampak
masalah soal yang diselesaikan 4. jika empat deskriptor
4. Siswa mengecek kebenaran dari tampak
cara yang sudah dipecahkan
Sumber: Adaptasi dari Indikator pemecahan masalah Polya (Siswono, 2018:45)

4. Tes
Lembar penilaian Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Butir soal Jumlah Skor
No Nama Predikat
1 2 3 4 5 skor
1
2
3
Jumlah
Presentase kelas
secara klasilal

jumlah skor
Nilai = ×100 %
banyaknya skor

Σ Jumlah seluruh nilai peserta didik


Ketuntasan klasikal X 100 %
Σ Jumlah seluruh peserta didik
Kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal
No Nilai Predikat
1 >89 Sangat baik (SB)
2 75-88 Baik (B)
3 61-74 Cukup (C)
4 <61 Kurang (K)

27
5. Dokumentasi

dalam penelitian ini digunakan sebagai data pendukung yang berkaitan dengan

kemampuan pemecahan masalah siswa, yaitu berupa hasil tes kemampuan pemecahan

masalah siswa kelas V, video aktivitas pembelajaran yang terjadi dari pendahuluan

sampai penutup dan catatan kecil yang dicatat oleh peneliti memngenai kemampuan

pemecahan masalah siswa.

28

Anda mungkin juga menyukai