Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kemampuan Penalaran Matematis

Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang

tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran, dan

penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar meteri matematika.

Penalaran adalah suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik

suatu kesimpulan atau proses berpikir dalam rangka membuat suatu

pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang

kebenarannya telah dibuktikan dan diasumsikan sebelumnya (Shadiq, 2004).

Dalam KBBI (Depdiknas, 2007) penalaran adalah proses mental dalam

mengembangkan pikiran dari beberapa fakta/prinsip. Penalaran tidak hanya

dilakukan dengan menggunakan fakta-fakta yang polos, tetapi penalaran juga

dapat menggunakan fakta-fakta yang berbentuk pendapat atau kesimpulan.

Menurut kamus The Random House Dictionary (Effendy, 2007) bahwa istilah

penalaran sebagai terjemahan dari bahasa inggris reasoning berarti the act or

process of a person who reason (kegiatan atau proses menalar yang dilakukan

oleh seseorang). Sedangkan reason berarti the mental powers concerned with

forming conclusions, judgements or inferences (kekuatan mental yang

berkaitan dengan pembentukan kesimpulan dan penilaian).

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti menetapkan definisi

kemampuan penalaran matematis pada penelitian ini adalah proses berpikir

7
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
secara logis untuk menarik kesimpulan dan membuat pernyataan baru yang

telah dibuktikan kebenarannya. Dalam petunjuk teknis peraturan Dirjen

Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004

tentang penilaian perkembangan anak didik SMP terdapat indikator dari

kemampuan penalaran sebagai hasil belajar matematika yaitu:

1) mengajukan dugaan,

2) melakukan manipulasi matematika,

3) menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti

terhadap kebenaran solusi,

4) menarik kesimpulan dari pernyataan,

5) memeriksa kesahihan suatu argumen,

6) menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat

generalisasi.

(Wardhani, 2008)

Penilaian kemampuan penalaran matematis didasarkan pada indikator-

indikator seperti yang telah diuraikan mengenai pengertian penalaran

matematika bahwa penalaran matematis adalah proses berpikir secara logis

untuk mengambil suatu kesimpulan dan membuat pernyataan baru yang telah

dibuktikan kebenarannya, sehingga menilai kemampuan penalaran siswa

berarti menilai proses berpikir siswa dalam membuat kesimpulan. Dalam hal

ini kesimpulan diartikan sebagai penyelesaian atau jawaban dari suatu

permasalahan atas jawaban dari suatu soal ataupun tugas.

8
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
B. Model Discovery Learning

1. Pengertian Model Discovery Learning

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola

prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan

dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan

belajar. Ciri utama sebuah model pembelajaran adalah adanya tahapan

atau sintaks pembelajaran (Sani, 2013). Sedangkan menurut Komalasari

(2010) menjelaskan bahwa model pembelajaran pada dasarnya

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir

yang disajikan secara khas oleh guru.

Menurut Cahyo (2013) discovery learning adalah model

pembelajaran yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak

memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak

melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri. Menurut Budiningsih

dalam Cahyo (2013) model discovery learning adalah memahami

konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai

kepada suatu kesimpulan.

Discovery learning adalah proses mental dimana siswa mampu

mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental yang

dimaksud antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti,

menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,

membuat kesimpulan, dan sebagainya (Roestiyah, 2012). Discovery

learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi

9
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,

tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner,

bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes

place when the student is not presented with subject matter in the final

form, but rather is required to organize it him self”. Ide dasar Bruner

ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan

aktif dalam belajar di kelas (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,

2014).

Menurut Sani (2013) discovery learning adalah pembelajaran yang

menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang

diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Dalam menggunakan

model penemuan terbimbing, peranan guru adalah: menyatakan

persoalan, kemuadian membimbing siswa untuk menemukan

penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan

lembar kerja. Siswa mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri

penyelesaiannya. Penemuan terbimbing biasanya dilakukan dengan

bahan yang dikembangkan pembelajarannya secara induktif. Guru harus

yakin benar bahwa bahan “yang ditemukan” sungguh secara matematis

dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya (Al. Krismanto, 2003).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan discovery learning

adalah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses

pembelajaran melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, mencoba

10
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
sendiri, dan siswa untuk menemukan penyelesaian dari permasalahan

dengan bimbingan guru.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2014) menjelaskan bahwa

discovery learning dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan

kelemahan.

a. Kelebihan discovery learning, diantaranya:

 Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.

 Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi

dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.

 Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa

menyelidiki dan berhasil.

 Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan

sesuai dengan kecepatannya sendiri.

 Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri

dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

b. Kelemahan discovery learning, diantranya:

 Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.

 Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak.

 Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar

berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan

cara-cara belajar yang lama.

11
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir

yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih

dahulu oleh guru.

2. Langkah-Langkah Model Discovery Learning

Langkah model discovery learning menurut Cahyo (2013) meliputi:

 Stimulation (Stimulasi/Pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu

yang menimbulkan tanda tanya kemudian dilanjutkan untuk

memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki

sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan dengan

mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas

belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan

masalah.

 Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru

memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasikan

sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan

bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan

dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan

masalah). Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atu hipotsis, yakni

pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang

diajukan.

12
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
 Data Collection (Pengumpulan Data)

Pada saat eksplorasi berlangsung guru juga memberi

kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi

sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar

atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk

menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya

hipotesis.

 Data Processing (Pengolahan Data)

Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan

sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,

ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta

ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing

disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi

sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi

tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang

alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat

pembuktian secara logis.

 Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat

untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang

ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan

hasil data processing.

13
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
 Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik

sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan

berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan

memperhatikan hasil verifikasi.

C. Strategi Pembelajaran Group Investigation

1. Pengertian Strategi Group Investigation

Menurut Sani (2013) strategi pembelajaran merupakan rencana

tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai

sumber daya dalam pembelajaran. Sedangkan menurut Komalasari

(2010) strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang

harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara efektif dan efisien.

Menurut Suyatno (2009) strategi group investigation merupakan

pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa

bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, dan

diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka

kepada kelas.

Menurut Al.Krismanto (2003) investigasi kelompok atau

penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan

kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui

berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui

siswa. Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal atau

14
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar

selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh

guru, yang dalam pelaksanaannya mengacu pada berbagai teori

investigasi.

Sedangkan menurut Rusman (2012) secara umum perencanaan

pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif Group

Investigation adalah kelompok yang beranggotakan 2-6 orang, tiap

kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok

bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau

menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok

mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas,

untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan strategi

group investigation ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam

menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui

investigasi dan menuntun para siswa untuk memiliki kemampuan yang

baik dalam berkomunikasi ataupun dalam keterampilan proses kelompok.

Strategi group investigation ini memiliki kelebihan secara pribadi

maupun sosial. Secara pribadi, kelebihannya antara lain dalam proses

belajarnya dapat bekerja secara bebas, memberi semangat untuk

berinisiatif, kreatif, dan aktif, rasa percaya diri dapat lebih meningkat,

dapat belajar untuk memecahkan, serta menangani suatu masalah.

Sedangkan kelebihan ditinjau dari sisi sosial kelompok adalah

15
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
meningkatkan belajar bekerja sama, belajar berkomunikasi baik dengan

teman sendiri maupun guru, belajar berkamunikasi yang baik secara

sistematis, belajar menghargai pendapat orang lain, dan meningkatkan

partisipasi dalam membuat suatu keputusan (Cahyo, 2013).

2. Karakteristik Strategi Group Investigation

Menurut Komalasari (2010) deskripsi mengenai karakteristik dari

strategi group investigation adalah sebagai berikut:

a. Seleksi Topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah

umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para

siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok

yang berorientasi pada tugas yang beranggotakan 2 hingga 6 orang.

Komposisi kelompok heterogen, baik dalam jenis kelamin, etnik,

maupun kemampuan akademik.

b. Merencanakan kerja sama

Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar

khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai

topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.

c. Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada

langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan

keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa

untuk menggunakan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam

16
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti

kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

d. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mennyintesis berbagai informasi yang

diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkas

dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

e. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari

berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas

saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai

topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

f. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap

kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.

Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok,

atau keduanya.

D. Keterkaitan Antara Model Discovery Learning Dengan Strategi Group

Investigation

Model discovery learning adalah model pembelajaran yang menuntut

guru untuk lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat siswa

belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Jadi, model discovery learning

ini mengubah kondisi belajar yang pasif mnjadi aktif dan kreatif. Mengubah

pembelajaran yang teacher oriented dimana guru menjadi pusat informasi

17
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
menjadi student oriented siswa menjadi subjek aktif belajar. Model ini juga

mengubah dari modus expository siswa yang hanya menerima informasi

secara keseluruhan dari guru ke modus discovery yang menuntut siswa secara

aktif menemukan informasi melalui bimbingan guru.

Implementasi strategi belajar kooperatif group investigation dalam

pembelajaran secara umum, yaitu: (1) mengidentifikasi topik dan

mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok (para siswa menelaah sumber-

sumber informasi, memilih topik, dan mengategorisasi saran-saran, para

siswa bergabung ke dalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama,

guru membantu dan memfasilitasi dalam memperoleh informasi; (2)

merencanakan tugas-tugas belajar (direncanakan secara bersama-sama oleh

para siswa salam kelompoknya masing-masing); (3) melaksanakan investigasi

(siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan); (4)

menyiapkan laporan akhir (merencanakan apa yang akan dilaporkan dan

bagaimana membuat presentasinya); (5) mempresentasikan laporan akhir. Di

dalam implementasinya pembelajaran kooperatif tipe group investigation

setiap kelompok presentasi dan hasil investigasi mereka di depan kelas; (6)

evaluasi, guru beserta siswa melakukan evaluasi terhadap pekerjaan kelas

sebagai suatu keseluruhan. Tugas kelompok lain, ketika satu kelompok

presentasi di depan kelas adalah melakukan evaluasi sajian kelompok.

18
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
Tabel 2.1: Discovery Learning dengan Strategi Group Investigation

No. Model discovery learning dengan strategi group investigation


1. Guru memaparkan topik yang akan dikaji (langkah discovery
learning)
2. Setelah guru memaparkan topik yang akan dikaji kemudian
siswa memilih berbagai subtopik tentang permasalahan yang
dikaji (karakteristik group investigation)
3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran (langkah discovery
learning)
4. Guru mengajukan permasalahan atau pertanyaan yang terkait
dengan topik yang dikaji kemudian merencanakan berbagai
prosedur belajar (langkah discovery learning)
5. Kelompok merumuskan hipotesis, merancang percobaan
(langkah discovery learning)
6. Kelompok melaksanakan implementasi (karakteristik group
investigation)
7. Guru memfasilitasi kelompok dalam melaksanakan
percobaan/investigasi (langkah discovery learning)
8. Kelompok melakukan percobaan atau pengamatan untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis
(langkah discovery learning)
9. Kelompok mengorganisasi berbagai informasi yang diperoleh
serta membuat laporan hasil percobaan (langkah discovery
learning)
10. Kelompok menganalisis dan menyintesis berbagai informasi
yang diperoleh serta membuat laporan hasil percobaan
(karakteristik group investigation)
11. Kelompok memaparkan/ menyajikan hasil percobaan yang
menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari (langkah
discovery learning)

12. Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi


tiap kelompok terhadap hasil pekerjaan kelas sebagai suatu
keseluruhan (karakteristik group investigation)

Perbedaan discovery learning dengan strategi group investigation

terlihat pada saat berkelompok siswa diajarkan dengan strategi group

investigation, sedangkan pembelajaran tanpa strategi group investigation

siswa hanya diajarkan dengan discovery learning.

19
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
E. Materi

Teorema Pythagoras merupakan salah satu materi matematika di SMP

Negeri 1 Bojongsari yang sesuai dengan kurikulum 2013. Materi ini diajarkan

pada kelas VIII A semester 1 dengan kompetensi inti, kompetensi dasar, dan

indikator sebagai berikut:

Kompetensi Inti, terdiri dari:

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi

secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaannya.

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dalam ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori.

Kompetensi Dasar, terdiri dari:

1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

20
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
2.1 Menunjukkan sikap logis, kemampuan bekerjasama, kritis, analitik,

konsisten dan teliti, bertanggung jawab,responsif, dan tidak mudah

menyerah dalam memecahkan masalah.

2.2 Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika

serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang

terbentuk melalui pengalaman belajar.

3.8 Memahami Teorema Pythagoras dan penyelidikan berbagai pola bilangan.

4.5Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menyelesaikan berbagai

masalah.

Indikator, terdiri dari:

3.8.1 Memahami teorema Pythagoras.

3.8.2 Menemukan rumus teorema Pythagoras.

3.8.3 Menentukan sisi miring dari segitiga siku-siku.

4.5.1 Menggunakan teorema Pythagoras untuk menghitung panjang salah satu

sisi segitiga siku-siku jika kedua sisi lain diketahui.

4.5.2 Menggunakan kebalikan teorema Pythagoras untuk menentukan jenis

suatu segitiga.

4.5.3 Menggunakan teorema Pythagoras untuk menentukan tripel pythagoras.

4.5.4 Menggunakan teorema Pythagoras untuk menghitung perbandingan sisi-

sisi segitiga khusus.

4.5.5Menggunakan teorema Pythagoras untuk menyelesaikan masalah sehari-

hari.

21
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
F. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan bahwa kemampuan

penalaran matematis siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Bojongsari masih

kurang, untuk mengatasi rendahnya kemampuan penalaran matematis maka

peneliti memberikan alternatif pembelajaran yaitu Discovery Learning

dengan strategi Group Investigation. Pada model Discovery Learning dengan

strategi Group Investigation, saling menghubungkan antara indikator

kemampuan penalaran matematis dengan langkah pembelajaran. Hubungan

langkah model Discovery Learning dengan strategi Group Investigation

terhadap indikator kemampuan penalaran matematis siswa tersaji dalam tabel

berikut.

Tabel 2.2: Hubungan antara Langkah Model Discovery Learning dengan


Strategi Group Investigation terhadap Indikator Kemampuan
Penalaran Matematis
Langkah Model Discovery Indikator Kemampuan
Learning dengan Strategi Penalaran Matematis
Group Investigation
1. Pemberian Rangsangam 1. Mengajukan dugaan
Siswa mengamati dan menjawab
pertanyaan dari guru
2. Identifikasi Masalah 2. Melakukan manipulasi
Siswa mengidentifikasi masalah, matematika
mengimplementasi,
merumuskan hipotesis, dan
merangsang percobaan dengan
bimbingan guru
3. Pengumpulan data 3. Menarik kesimpulan,
Siswa mengerjakan dan menyusun bukti,
mendiskusikan LKS dengan memberikan alasan atau
masing-masing kelompoknya. bukti terhadap kebenaran
solusi.

22
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
4. Pengolahan Data 4. Menarik kesimpulan dari
Siswa membuktikan hipotesis, pernyataan
menganalisis dan mensintesis
dengan bimbingan guru.
5. Pembuktian 5. Memeriksa kesahihan suatu
Beberapa perwakilan kelompok argumen
mempresentasikan hasil diskusi
dan meminta kelompok lain
untuk memperhatikan jawaban
dan berpendapat.
6. Generalisasi 6. Menemukan pola atau sifat
Siswa menarik kesimpulan dari gejala matematis untuk
dengan bimbingan guru. membuat generalisasi.

Dari tabel 2.2 di atas, langkah model discovery learning dengan

strategi group investigation yang pertama yaitu pemberian rangsangan, siswa

mengamati dan menjawab pertanyaan dari guru. Pada langkah tersebut, dapat

meningkatkan indikator kemampuan penalaran matematis siswa yang ke-1

yaitu mengajukan dugaan.

Langkah model discovery learning dengan strategi group

investigation yang kedua yaitu identifikasi masalah, siswa mengidentifikasi

masalah, mengimplementasi, merumuskan hipotesis dan merangsang

percobaan dengan bimbingan guru. Pada tahap ini, dapat meningkatkan

indikator kemampuan penalaran matematis siswa yang ke-2 yaitu melakukan

manipulasi matematika. Hal tersebut terjadi karena siswa mengidentifikasi

masalah, mengimplementasi, merumuskan hipotesis, di mana setiap

kelompok mempunyai hipotesis yang berbeda-beda sehingga diperoleh

berbagai manipulasi matematika.

23
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
Langkah model discovery learning dengan strategi group investigation

yang ketiga yaitu pengumpulan data, siswa mengerjakan dan mendiskusikan

LKS dengan masing-masing kelompoknya. Tahap ini dapat meningkatkan

indikator kemampuan penalaran matematis siswa yang ke-3 yaitu menarik

kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap

kebenaran solusi. Hal tersebut karena pada saat pengumpulan data, siswa

dilatih untuk menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau

bukti terhadap kebenaran solusi.

Langkah model discovery learning dengan strategi group investigation

yang keempat yaitu pengolahan data, siswa membuktikan hipotesis,

menganalisis data dan menyintesis dengan bimbingan guru. Tahap ini dapat

meningkatkan indikator kemampuan penalaran matematis siswa yang ke-4

yaitu menarik kesimpulan dari pernyataan.

Langkah model discovery learning dengan strategi group investigation

yang kelima yaitu pembuktian, beberapa perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil diskusi dan meminta kelompok lain untuk

memperhatikan jawaban dan berpendapat. Tahap ini dapat meningkatkan

indikator kemampuan penalaran matematis siswa ke-5 yaitu memeriksa

kesahihan suatu argumen. Dengan memperhatikan jawaban dan berpendapat,

sehingga siswa lebih terlatih dalam memeriksa kesahihan suatu argumen.

Langkah model discovery learning dengan strategi group investigation

yang keenam yaitu generalisasi, siswa menarik kesimpulan dengan bimbingan

guru. Tahap ini dapat meningkatkan indikator kemampuan penalaran

24
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015
matematis siswa yang ke-6 yaitu menemukan pola atau sifat dari gejala

matematis untuk membuat generalisasi. Dengan membuat kesimpulan, maka

siswa akan menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat

generalisasi.

Dengan diterapkannya model discovery learning dengan strategi group

investigation, kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII A SMP

Negeri 1 Bojongsari pada materi teorema pythagoras dapat meningkat.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian dapat

dirumuskan bahwa: Melalui penerapan discovery learning dengan strategi

group investigation, maka kemampuan penalaran matematis siswa SMP

Negeri 1 Bojongsari akan dapat ditingkatkan.

25
Peningkatan Kemampuan Penalaran..., Nur Sabrina, FKIP UMP, 2015

Anda mungkin juga menyukai