Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Adapun menurut Ahmadi (2017:38) pendidikan

merupakan suatu proses interaksi manusia dengan lingkungannya dalam rangka

mengembangkan segala potensinya, baik jasmani dan ruhani yang menimbulkan

perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang

berlangsung secara terus-menerus guna mancapai tujuan hidup. Untuk mencapai

tujuan tersebut perlu dilakukan pembelajaran yang terus-menerus. Salah satu

pembelajaran yang diajarkan di sekolah yaitu pembelajaran matematika.

Menurut Hamzah (2014:58) Matematika adalah cabang pengetahuan eksak

dan terorganisasi, ilmu deduktif tentang keluasan atau pengukuran dan letak

tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya, ide-ide, struktur-struktur,

dan hubungannya diatur menurut aturan yang logis, tentang struktur logika

mengenai bentuk yang terorganisasi atau sususan besaran dan konsep-konsep.

Mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma

atau postulat akhirnya ke dalil atau teorema, dan terbagi ke dalam tiga bidang

yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Oleh karena itu, matematika dipelajari pada
2

setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan tingkat dasar, menengah maupun

pada perguruan tinggi. Menurut National Council of Teachers of Mathematics

dalam Ni’mah (2017:31) menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika

terdapat lima kemampuan dasar, yaitu (1) kemampuan pemecahan masalah, (2)

kemampuan penalaran, (3) kemampuan koneksi, (4) kemampuan komunikasi, (5)

kemampuan representasi. Kelima kemampuan tersebut disebut sebagai daya

matematika. Salah satu kemampuan yang penting dalam pembelajaran matematika

yang harus dikuasai siswa adalah kemampun koneksi matematis.

Menurut Suherman (Puteri, 2017:161-168) kemampuan koneksi matematis

adalah kemampuan untuk mengaitkan konsep/aturan matematika yang satu

dengan yang lainnya, dengan bidang studi lain, atau dengan aplikasi pada dunia

nyata. Sejalan dengan pendapat Gordah (Huda, 2018) bahwa kemampuan koneksi

matematis adalah kemampuan dalam mengaitkan konsep matematika dengan

matematika (antartopik dalam matematika), matematika dengan bidang ilmu lain

dan matematika dengan kehidupan nyata. Sehingga kemampuan koneksi

matematis perlu dimiliki siswa, karena dengan kemampuan koneksi matematis

siswa bisa dengan mudah menghubungkan suatu konsep dengan konsep

sebelumnya maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Namun pada kenyataanya menurut Linto (Kenedi, 2018:226-235) dalam

pembelajaran terlihat siswa masih sulit menghubungkan materi yang mereka

pelajari dengan materi prasyarat yang sudah mereka kuasai. Konsep-konsep yang

telah dipelajari tidak bertahan lama dalam ingatan siswa, akibatnya kemampuan

koneksi mereka belum optimal. Menurut Ni'mah (2017: 31) Tinggi rendahnya
3

kemampuan koneksi matematis siswa dalam mengkaitkan konsep-konsep

matematika menjadi salah satu indikator pengajaran matematika di sekolah,

khususnya sekolah menengah pertama. Pembelajaran matematika disekolah

diharapkan tidak hanya sebatas membuat catatan, tetapi siswa mampu menangkap

arti dan makna dan pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Pada penelitian analisis kemampuan koneksi matematis yang dilakukan oleh

Kenedi, dkk (2018) pada siswa kelas IV sekolah dasar kecamatan Koto Singkarak

dapat disimpulkan bahwa 1) indikator mengenali dan memanfaatkan hubungan

antara ide-ide dalam matematika, 2) indikator memahami bagaimana ide-ide

dalam mateatika saling berhubungan dan mendasari satu sama lain, 3) indikator

mengenali dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari diperoleh

skor (67,71), (57,14) dan (48,66) sehingga masuk dalam kategori kurang.

Selanjutnya Supriyadi, dkk (2017) melakukan penelitian analisis kemampuan

koneksi matematis pada siswa SMK kelas XI jurusan Multimedia dalam pokok

bahasan hubungan antar garis, dapat disimpulkan terjadi koneksi matematis yang

bervariatif, pada siswa kelompok atas terdapat lima sampai enam indikator yang

memenuhi, sedangkan siswa kelompok tengah terdapat enam indikator yang

memenuhi, dan pada siswa kelompok bawah terdapat dua sampai tiga indikator

yang memenuhi. Selanjutnya Putra dan Fajri (2020) melakukan penelitian analisis

kemampuan koneksi matematis mahasiswa dalam mehamai konsep dimensi tiga

di STKIP Getsempena, dapat disimpulkan sebanyak 3 orang (10%) mahasiswa

berada pada kategori tinggi, 20 orang berada pada kategori rendah (67%), dan 7

orang berada pada kategori sangat rendah (23%). Hal ini menunjukkan bahwa
4

mahasiswa pendidikan matematika di STKIP Getsempena Banda Aceh

mempunyai tingkat kemampuan koneksi matematis yang masih tergolong rendah.

Hal ini juga terjadi di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi,yang mana masih banyak

siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang

diberikan oleh guru.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru mata pelajaran

matematika yang ada di SMP N 1 Tebing Tinggi bahwa kemampuan Koneksi

matematis siswa masih rendah salah satuya pada materi Persamaan dan

Pertidaksamaan Linier Satu Variabel . Kesulitan yang dialami siswa seperti siswa

belum dapat menghubungkan materi Persamaan dan Pertidaksamaan Liniear Satu

Variabel dengan materi yang lain dengan benar, dan belum memahami

representasi ekuivalen konsep yang sama.

Berdasarkan latar belakang di atas perlu diketahui penyebab rendahnya

kemampuan koneksi matematis pada siswa, peneliti akan melakukan analisis

kemampuan koneksi matematis berdasarkan indikator menurut Ramdani dalam

(Isnaeni.dkk, 2016:309-316) : 1) Menggunakan hubungan antar topik matematika,

2) menggunakan matematika dalam mata pelajaran lain, 3) menggunakan

matematika dalam kehidupan sehari-hari, 4) memahami representasi ekuivalen

konsep yang sama. Maka peneliti mengambil judul “Analisis Kemampuan

Koneksi Matematis Siswa SMP N 1 Tebing Tinggi Kelas VII pada Materi

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel”.


5

1.2. Masalah Penelitian

1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas, maka dapat

diindentifikasikan beberapa masalah yaitu:

1. Siswa masih sulit menghubungkan materi yang mereka pelajari dengan materi

prasyarat yang sudah mereka kuasai.

2. Rendahnya kemampuan koneksi matematis pada setiap jenjang pendidikan

mulai dari SD, SMP, SMA,dan Perguruan Tinggi.

1.2.2. Pembatasan Lingkup Masalah

Agar permasalahan pada penelitian ini tidak terlalu luas dan menyimpang

dari sasaran penenlitiannya, maka peneliti memberi pembatasan masalah yaitu :

1. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis kemampuan koneksi matematis

siswa dalam menyelesaikan soal persamaan dan pertidaksamaan linear satu

variabel.

2. Koneksi matematis siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear

satu variabel dapat dilihat dari penyelesaian soal tes berdasarkan pencapaian

indikator koneksi matematis.

3. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Tebing Tinggi pada kelas VII

Semester ganjil Tahun ajaran 2021/2022 pada materi materi persamaan dan

pertidaksamaan linear satu variabel.

1.2.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang didapat berdasarkan latar belakang tersebut adalah

“Bagaimanakah Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP N 1 Tebing


6

Tinggi Kelas VII pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu

Variabel ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan penelitian

ini adalah Untuk mengetahui hasil Analisis Kemampuan Koneksi Matematis

Siswa SMP N 1 Tebing Tinggi Kelas VII pada Materi Persamaan dan

Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

secara teoritis dan praktis.

a. Manfaat secara teoritis pada penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan

dapat menambah mengembangkan pengetahuan dalam matemaika, serta

memberikan gambaran mengenai Kemampuan Koneksi Matematis Siswa

SMP N 1 Tebing Tinggi Kelas VII pada Materi Persamaan dan

Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.

b. Manfaat secara praktis :

1) Bagi siswa, dapat menjadi acuan dalam meningkatkan kemampuan

koneksi matematis pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear

satu variabel.

2) Bagi guru, dapat mengetahui koneksi matematis siswa pada materi

persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel serta sebagai


7

masukan dalam meningkatkan pencapaian indikator koneksi matematis

siswa.

3) Bagi sekolah, dapat menjadi masukan untuk mengatasi masalah dalam

pembelajaran matematika.

4) Bagi peneliti, menambah keterampilan dalam membuat karya ilmiah dan

menambah wawasan dalam menganalisis kemampuan koneksi matematis

siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.


8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tijauan Pustaka

2.1.1. Definisi Kemampuan Koneksi Matematis

Menurut Suherman dalam Lestari, Mokhammad (2018:82) koneksi

matematis adalah kemampuan untuk mengaitkan konsep atau aturan matematika

yang satu dengan yang lainnya, dengan bidang studi lain, atau dengan aplikasi

dunia nyata.

Menurut Kusuma (Hasanah, 2017:20-30) kemampuan koneksi matematik

adalah kemampuan seseorang dalam memperlihatkan hubungan internal dan

eksternal matematika, yang meliputi koneksi antar topik matematika, koneksi

dengan disiplin ilmu lain, dan koneksi dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut Ruspiani (Adni, 2018) menyatakan bahwa kemampuan koneksi

matematik merupakan kemampuan siswa dalam menghubungkan suatu konsep

matematika itu sendiri maupun konsep dengan bidang lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah

kemampuan siswa dalam mengetahui, memahami, serta mampu menghubungkan

pokok bahasan yang berbeda pada matematika, dan siswa mampu menggunakan

serta menerapkan matematika dengan studi lain serta mengaitkan matematika

dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Indikator Kemampuan Koneksi Matematis

Menurut Sumarmo (Lestari2018:83) indikator kemampuan koneksi

matematis yaitu:
9

1) Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur.

2) Memahami hubungan diantara topik matematika.

3) Menerapkan matematik dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari.

4) Memahami representasi ekuivalen suatu konsep.

5) Mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi

yang ekuivalen.

6) Menerapkan hubungan antartopik matematika, dan antar topik matematika

dengan topik luar matematika.

Menurut Sumarmo (Minarti dan Nurfauziah, 2016:68-83) Indikator pada

kemampuan koneksi matematis diantaranya :

1) Kemampuan siswa dalam mengenali hubungan pokok bahasan yang

berbeda dalam matematika.

2) Menggunakan matematika dalam studi lainnya.

3) Menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Secara umum menurut Coxford (Aspuri,2019:124-131) mengemukakan

bahwa kemampuan koneksi matematis meliputi :

1) Mengkoneksikan pengetahuan koneseptual dan prosedural.

2) Menggunakan matematika pada topik lain.

3) Menggunakan matematika dalam aktivitas kehidupan.

4) Melihat matematika sebagai satu kesatuan yang terintegrasi.

5) Menerapkan kemampuan berfikir matematis dan membuat model untuk

menyelesaikan masalah dalam pelajaran lain, seperti musik, seni, psikologi,

sains, dan bisnis.


10

6) Mengetahui koneksi diantara topik-topik dalam matematika.

7) Mengenal berbagai representasi untuk konsep yang sama.

Menurut NCTM (Nurfitria, 2000) Indikator koneksi matematis meliputi :

1) Mengenali dan menggunakan hubungan antar ide-ide dalam matematika.

2) Memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan

yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh.

3) Mengenali dan menerapkan matematika dalam konteks-konteks di luar

matematika.

Adapun indikator koneksi matematis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

1) Menggunakan hubungan antar topik matematika.

2) Menggunakan matematika dalam mata pelajaran lain.

3) Menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

4) Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama.

2.1.4 Materi Pembelajaran

a. Memahami Konsep Persamaan Linear Satu Variabel

Sebelum mempelajari persamaan linear satu variabel, anda harus

memahami pengertian kalimat pernyataan dan kalimat tebuka.

1. Kalimat Pernyataan

Perhatikan kalimat beriut ini :

a. Banyak pemain sepak bola dalam satu tim ada 11 orang

b. Mata uang negara Inggris adalah Dollar


11

c. Balok merupakan bangun ruang

d. 13 adalah bilagan prima

e. -8 ≤ 3

3 6 9
f. + =
4 7 11

g. Bilangan genap dikalikan dengan bilangan prima hasilnya adalah bilangan

genap.

Manakah diantara kalimat diantara di atas yang benar ? mana yang salah ?

Kalimat yang sudah bisa ditentukan benar atau salahnya dinamakan kalimat

pernyataan.

2. Kalimat Terbuka

Kalimat yang belum bisa ditentukan benar atau salahnya dinamakan

kalimat terbuka. Dalam matematika, sesuatu yang belum diketahui nilainya

dinamakan variabel atau peubah. Biasanya disimbolkan dengan huruf kecil

x,y,a,n atau bentuk lain.

Contoh : “9 dikurangi suatu bilangan hasilnya adalah 5”.

Jika suatu bilangan diganti dengan x, maka kalimat itu dapat ditulis dalam simbol

matematika 9 – x = 5.

3. Pengertian Persamaan Linear

Masalah 1 :

Sherly membeli pensil sebanyak 20 buah


12

a. Sampai di rumah, adiknya meminta beberapa pensil, ternyata pensil sisa 17

buah, berapa pensil yang diminta adiknya ?

b. Jika sherly membutuhkan 8 pensil, dan sisanya dibagikan rata kepada keempat

adiknya. Berapa pensil yang diterima oleh masing-masing adiknya ?

Pada masalah di atas :

a. Jika banyak pensil yang diminta oleh adik Sherly dimisalkan x buah, maka

diperoleh kalimat : 20 – x = 17

1) Manakah variabel atau peubah pada kalimat itu ?

2) Ada berapa variabelnya ?

3) Apakah 20 – x = 17 merupakan kalimat terbuka ?

4) Pada kalimat 20 – x = 17 menggunakan tanda hubung “ = ”

5) Pada kalimat 20 – x = 17 pangkat tertinggi dari variabelnya adalah satu.

Kalimat terbuka yang menggunakan tanda hubung “=” disebut

persamaan. Jika pangkat tertinggi dari variabel suatu persamaan adalah satu

maka persamaan itu disebut persamaan linear.

Persamaan linear yang hanya memuat satu variabel disebut persamaan linear

satu variabel ( PLSV).

Jadi, 20 – x = 17 merupakan salah satu contoh PLSV

b. Jika banyak pensil yang diperoleh masing-masing adik Sherly dimisalkan n,

maka diperoleh persamaan 8 = 4n = 20


13

1) Jika nilai diganti dengan 5, maka kalimat itu menjadi : 8 + 4(5) = 20, dan

bernilai salah

2) Jika n diganti dengan 3, maka kalimat itu menjadi : 8 + 4(3) = 20, dan

bernilai benar

Pengganti n supaya 8 + 4n = 20 menjadi benar adalah 3. Pengganti dari

variabel ( peubah ) sehingga persamaan menjadi benar disebut Penyelesaian

persamaan, sedangkan himpunan yang memuat semua penyelesaian disebut

himpunan penyelesaian.

b. Menentukan Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel

Contoh soal :

Menentukan himpunan penyelesaian persamaan berikut dengan peubah pada

himpunan bilangan berikut.

1. 3x + 5 = 2x + 3

Penyelesaian :

3x + 5 - 5 = 2x + 3 – 5 ( Tiap ruas dikurangi 5 )

3x = 2x – 2

3x – 2x = 2x – 2x – 2 ( Tiap ruas dikurangi 2x )

x = -2

Jadi didapat HP = {-2}

2. 2 (5x + 4) = 5 (3x – 4) + 3

Penyelesaian :

10x + 8 = 15x – 20 + 3 (Ingat hukum distributif perkalian)

10x + 8 = 15x – 17
14

10x – 15 x= - 17 – 8

- 5x = - 25

−5 x −25
= (Tiap ruas dibagi -5)
5 −5

x =5

Jadi didapat HP = {5}

c. Menemukan Konsep Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

Apakah anda tahu arti dari kalimat “ 13 tahun ke atas” ?

Arti dari kalimat “ 13 tahun ke atas “ adalah yang boleh menonton film

tersebut orang yang sudah berusia lebih dari 13 tahun dan disimbolkan ≥ 13.

Perhatikan kalimat matematika u > 13

a. Apakah kalimat itu memuat variabel ?

b. Berapa banyak variabel ?

c. Berapa pangkat dari variabelnya ?

d. Apakah “u ≥ 13” merupakan kalimat terbuka ?

Kalimat terbuka yang menggunakan tanda hubung : < , >, ≤ , ≥ disebut

Pertidaksamaan. Pertidaksamaan yang memuat satu variabel dan pangkat

variabelnya adalah satu disebut pertidaksamaan linear satu variabel.

Persamaan Pertidaksamaan

x=3 x≤3

5n – 6 = 14 5n – 6 > 14

12 = 7 – 3y 12 ≤ 7 – 3y

x x
−6=1 −6>1
4 4
15

d. Menentukan Penyelesaian Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

Menentukan penyelesaian PtLSV sama artinya mencari pengganti variabel

sehingga pertidaksamaan menjadi benar. Untuk menentukan penyelesaian PtLSV

kita gunakan aturan pertidaksamaan yang setara yaitu kedua ruas ditambah,

dikurangi, dikali dan dibagi dengan bilangan yang sama.

Contoh :

Tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan berikut, untuk peubah pada {0,

1, 2, 3, 4, 5, 6}

a. 8n – 1 < 4n + 7

b. 3x + 4 > 5x – 6

c. 3 (3y + 1 ) ≥ 4y + 13

Jawab :

a. 8n – 1 < 4n + 7

8n – 1 + 1 < 4n + 7 + 1

8n < 4n + 8

8n – 4n < 4n – 4n + 8

4n <8

4n 8
4 <
4 4

n <2

Himpunan Penyelesaian = {0,1}

b. 3x + 4 > 5x – 6

3x + 4 – 4 > 5x – 6 – 4

3x > 5x – 10
16

3x – 5x > 5x – 5x – 10

-2x > -10

−2 x −10
- <
−2 −2

x <5

Himpunan Penyelesaian = {0,1,2,3,4}

c. 3 (3y + 1 ) ≥ 4y + 13

9y + 3 ≥ 4y + 13

9y + 3 – 3 ≥ 4y + 13 – 3

9y ≥ 4y + 10

9y – 4y ≥ 4y – 4y + 10

5y ≥ 10

5 y 10
- ≥
5 5

y≥2

Himpunan Penyelesaian = {2,3,4,5,6}

2.2. Kajian Terdahulu yang Relevan

Berikut adalah kajian terdahulu yang relevan terhadap penelitian ini

sebagai bahan pertimbangan dalam mendapatkan informasi yang sudah ada

mengenai teori yang bersangkutan dengan judul yang digunakan sebagai landasan

teori ilmiah.

a. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2018) dengan judul

“Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP pada Materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)” menyatakan bahwa kekampuan


17

koneksi matematis siswa SMP pada materi SPLDV masih rendah terutama

dalam mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan dari penelitian

ada pada materi, penelitian ini menggunakan materi sistem persamaan linear

dua variabel sedangkan pada penelitian ini yang akan dibahas itu materi yang

berbeda, yaitu materi persamaan linear satu variable.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Fawaid (2015) dengan judul “ Kemampuan

Koneksi Matematik Dalam Menyelesaikan Soal Bangun Ruang Sisi Datar”.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa berkemampuan

tinggi dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar dan dapat

mengkoneksikan gagasan pada soal, konsep bangun ruang sisi datar, sekaligus

kejadian yang ada pada kehidupan sehari-hari dalam model matematika. Siswa

berkemampuan sedang hanya dapat mengkoneksikan gagasan pada soal,

namun tidak dapat mengkoneksikan antar konsep bangun ruang sisi datar

maupun kejadian yang ada pada kehidupan sehari-hari dalam konsep

matemaika. Sedangkan siswa berkemampuan rendah tidak dapat

mengkoneksikan antar konsep bangun datar , gagasan yang ada pada soal, serta

kejadian pada kehidupan seharu-hari ke dalam konsep matematika . Perbedaan

dari penelitian sebelumnya adalah materi persamaan dan pertidaksamaan linear

satu variabel.

c. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adni, Nurfauziah, Rohaeti, (2018)

dengan judul “Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP Ditinjau

Dari Self Efficacy Siswa” menyatakan bahwa siswa yang mempunyai self

efficacy tinggi maka kemampuan koneksi matematis juga tinggi, meskipun ada
18

beberapa siswa yang memiliki self efficacy rendah, hanya satu indikator

kemampuan koneksi matematis saja yang tidak terpenuhi, berbeda dengan yang

memiliki self efficacy sedang, dan rendah, maka kemampuan koneksi

matematisnya pun rendah. Pebedaan dari penelitian sebelumnya adalah

penelitian mengukur kemampuan koneksi matematis dan self efficacy siswa,

sedangkan penelitian ini hanya mengukur kemampuan koneksi matematis

siswa, perbedaannya juga terdapat pada materi penelitian ini menggunakan

materi segitiga dan segiempat sedangkan materi yang digunakan oleh peneliti

sekarang adalah materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

2.3. Kerangka Berpikir/Konseptual

Sugiyono (2016) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan

model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Berikut adalah penjelasan dari kerangka berpikir penelitian dengan judul

“Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP N 1 Kelas VII pada Materi

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel”.


19

Rendahnya Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP N 1


Kelas VII

Membuat instrumen tes soal berdasarkan


Indikator kemampuan koneksi matematis
materi persamaan dan pertidaksamaan linear
satu variabel

Tes kemampuan koneksi matematis materi


persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel untuk mengetahui penyebab rendahnya
kemampuan koneksi matematis

Analisis kemampuan koneksi matematis materi


persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel

Hasil analisis kemampuan koneksi


matematis materi persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel

Menarik kesimpulan

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


20

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel Penelitian adalah suatu objek penelitian atau apa yang menjadi

titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010). Maka yang menjadi variabel atau

titik perhatian dalam penelitian ini adalah kemampuan koneksi matematis.

3.1.2 Definisi Operasional Variabel

Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan seseorang dalam

memperlihatkan hubungan internal dan eksternal matematika, yang meliputi

koneksi antar topik matematika, koneksi dengan disiplin ilmu lain, koneksi

dengan kehidupan sehari-hari dan koneksi memahami representasi ekuivalen

konsep yang sama. Kemampuan koneksi matematis amatlah penting dalam

matematika, bukan saja bagi mereka yang dikemudian hari akan mendalami atau

mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari dan juga didalam kehidupan sehari-hari.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini di SMP N 1 Tebing Tinggi dan

waktu pelaksanaan penelitian semester genap tahun ajaran 2021/2022.


21

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau

sasaran penelitian (Arikunto, 2013:188). Subjek pada penelitian ini adalah siswa

kelas VII di SMP N 1 Tebing tinggi tahun ajaran 2020/2021. Adapun kelas yang

menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP N 1 Tebing

Tinggi yang berjumlah 30 siswa.

3.4 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan

data atau informasi dengan kegunaan dan tujuan tertentu (Lestari dan

Yudhanegara, 2015). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kuantitatif.

Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai dari variabel mandiri baik satu variabel atau lebih dengan tidak

membandingkan atau mencari hubungan antar variabel (Sugiyono, 2016).

Metode penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk para peneliti untuk meneliti

pada populasi atau sampel tertentu, dengan menggunakan teknik pengumpulan

datanya berupa instrumen penelitian, analisis data yang digunakan bersifat

kuantitatif atau statistik dengan mempunyai tujuan untuk bisa menguji hipotesis

yang telah ditetapkan terebih dahulu oleh peneliti (Sugiyono, 2016).

Dari penjelasan diatas, penelitian deskriptif kuantitatif adalah data yang

diperoleh dari subjek penelitian selanjutnya dapat dianalisis berdasarkan metode


22

yang digunakan. Penelitian deskriptif dalam penelitian ini yaitu untuk

menggambarkan kemampuan koneksi matematis dari siswa SMP N 1 Tebing

Tinggi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengelolahan data, langkah pertama yang harus

dilakukan adalah pengumpulan data. Teknik pengumpulan data adalah cara

mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah

penelitian (Yusuf, 2014). Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah tes untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa.

3.5.1 Tes

Tes yang dilakukan yaitu tes tertulis, dalam penelitian ini menggunakan

tes essay yang menghendakai siswa memberikan jawaban dalam bentuk uraian

atau kalimat sendiri yang mengacu pada indikator-indikator kemampuan koneksi

matematis siswa. Dalam penelitian ini, peneliti membuat 4 soal essay materi

persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dan dibagikan kepada 30 siswa

kelas VII SMP N 1 Tebing Tinggi. Kemudian data hasil tes yang dikumpulkan

dalam penelitian ini dianalisis digunakan untuk mengetahui kemampuan koneksi

matematis yang telah dirumuskan, karena data yang didapat akan dijadikan

landasan pengambilan kesimpulan. Adapun cara yang dapat digunakan untuk

mendapatkan data kemampuan koneksi matematis dengan dilakukannya penilaian

terhadap jawaban siswa untuk tiap butir soal, dengan menggunakan pedoman

penilaian sebagai berikut :


23

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Kemampuan Koneksi Matematis

Skor Kriteria
0 Tidak ada jawaban
1 Jawaban hampir tidak mirip/sesuai dengan pertanyaan,
persoalan atau dengan masalah
2 Jawaban ada beberapa yang mirip/sesuai dengan pertanyaan,
persoalan atau dengan masalah tetapi koneksinya tidak jelas
3 Jawaban ada beberapa yang mirip/sesuai dengan pertanyaan,
persoalan atau dengan masalah dan koneksinya jelas tetapi
tidak lengkap
4 Jawaban mirip/sesuai dengan pertanyaan, persoalan atau
dengan masalah tetapi kurang lengkap
5 Jawaban mirip/sesuai dengan pertanyaan, persoalan atau
dengan masalah secara lengkap
Sumber : modifikasi dari Sumarmo (Isnaeni dkk, 2016)

Selanjutnya skor akhir dari tes diperoleh dengan cara sebagai berikut :

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai akhir = ×100
Skor maksimal

3.6 Hasil Uji Coba Instrumen

3.6.1 Uji Validitas

Menurut Hamzah (2014:214) validitas berasal dari kata validity yang

berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan

fungsi ukurnya. Suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas

tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah

(Arikunto, 2006). Sebuah tes dapat dikatakan valid jika tes tersebut mengukur

tentang apa yang ingin di ukur oleh peneliti. Untuk menghitung validitas soal,

maka rumus yang digunakan adalah Pearson Product Moment dengan rumus:
24

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r XY =
√{ N ∑ x −¿¿ ¿
2

(Kesumawati & Aridanu, 2018)

Keterangan :

r xy : Koefisien korelasi skor butir(X) denganskor total (Y)

N : Ukuran Sampel (Responden)

∑X : Jumlah data padaskor butir X

∑Y : Jumlah data pada skor butir Y

∑ X2 : Jumlah kuadrat data pada skor butir X

∑Y2 : Jumlah kuadrat data pada skor butir Y

∑ X Y : Jumlah Perkalian data pada skor butirX dan skor butirY

Tabel 3.2 Kriteria Validitas Instrumen

Nilai Keterangan
0,90¿ r xy ≤ 1,00 Sangat tinggi
¿ r ≤
0,70 xy 0,90 Tinggi
¿ r ≤
0,40 xy 0,70 Sedang
¿ r ≤
0,20 xy 0,40 Rendah
r xy <¿ 0,20 Sangat Rendah
Sumber : (Lestari & Yudhanegara, 2015 : 193)

Kriteria pengujian suatu instrument dikatakan signifikan atau valid jika

diperoleh koefisien korelasi yakni r xy >r tabel dengan taraf signifikan α = 0,05

Dari hasil perhitungan, dipeoleh data seperti pada tabel berikut:


25

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Soal

No soal rhitung rtabel Keterangan


1 0,834 Valid

2 0,650 Valid
0,444
3 0,594 Valid

4 0,848 Valid

3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama (Kesumawati & Aridanu,

2018). Rumusnya adalah sebagai berikut (Kesumawati, Aridanu, 2018).

ri=
( K−1
K
) .(1− ∑SiSi )
Keterangan:

ri : Nilai Reliabilitas

K : Jumlah Item

∑ Si : Jumlah varians setiap item

St : Varians Total
26

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Instrumen

Nilai Keterangan
0,90¿ r xy ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70¿ r xy ≤ 0,90 Tinggi
0,40¿ r xy ≤ 0,70 Sedang
0,20¿ r xy ≤ 0,40 Rendah
r xy <¿ 0,20 Sangat Rendah
Sumber : (Lestari & Yudhanegara, 2015 : 193)

Kriteria pengujian reliabilitas instrument apabila r i hitung >r i tabel maka

instrument dinyatakan reliabel, sebaliknya apabila r i hitung <r i tabel, maka

instrument dinyatakan tidak reliable dan apabila r hitung >r tabel maka instrument

tersebut reliable dengan taraf signifikan 5% (Kesumawati & Aridanu, 2018).

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal

No. Soal ri r tabel Keterangan Kriteria

4 0.732 0.444 Reliabel Tinggi

3.6.3 Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2018:236) mengemukakan bahwa daya pembeda soal

merupakan kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan antara peserta didik
27

yang berkemampuan tinggi, dan siswa yang berkemampuan rendah. Sedangkan

menurut Lestari dan Yudhanegara berpendapat bahwa daya pembeda dari satu

butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut membedakan

antara siswa yang menjawab soal dengan tepat dan siswa tidak dapat menjawab

soal tersebut dengan tepat (siswa yang menjawab kurang tepat/tidak tepat). Rumus

untuk mengetahui daya pembeda butir soal adalah :

X A −X B
DP=
SMI

(Lestari & Yudhanegara,2015)

Keterangan :

DP = Daya Pembeda

X A = Rata-rata skor jawaban peserta didi kelompok atas

X B = Rata-rata skor jawaban siswa kelompok bawah

SMI = Skor Maksimum Ideal, adalah skor maksimum yang diperoleh siswa dalam

menjawab soal dengan tepat.

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda Instrumen


Kriteria Daya Pembeda Keterangan
Sangat Baik
0,70 < DP 1,00
Baik
0,40 < DP 0,70
Cukup
0,20 < DP 0,40
Buruk
0,00 < DP 0,20
Sangat Buruk
DP 0,00
Sumber : (Lestari & Yudhanegara, 2015: 217)

Adapun hasil uji daya pembeda instrumen soal disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Soal


No Koefisien Daya Keterangan
28

soal Pembeda
1 0,26 Cukup
2 0,2 Buruk
3 0,12 Buruk
4 0,36 Cukup

Dari tabel 3.7 di atas dapat disimpulkan bahwa soal nomor 1,2,3 dan 4 layak

untuk digunakan sebagai soal tes untuk mengukur kemampuan koneksi matematis

siswa, dengan daya pembeda cukup, buruk, buruk, cukup.

3.6.4 Tingkat Kesukaran

Indeks kesukaran yaitu suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran

suatu butir soal (Lestari dan Yudhanegara, 2015:223). Indeks kesukaran sangat

erat kaitannya dengan daya pembeda karena jika soal terlalu sulit atau terlalu

mudah, maka daya pembeda soal tersebut menjadi buruk karena baik siswa

kelompok atas maupun peserta didik kelompok bawah akan dapat menjawab soal

tersebut dengan tepat atau tidak dapat menjawab soal tersebut dengan tepat.

Akibatnya, butir soal tidak akan mampu membedakan siswa berdasarkan

kemampuannya. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak

terlalu susah (Arikunto,2018:222). Untuk menghitung tingkat kesukaran sebuah

butir soal menggunakan rumus sebagai beriku :

X
IK = (Lestari & Yudhanegara,2015)
SMI

Keterangan:

Ik = Indeks kesukaran
29

X = Rata-rata skor jawaban siswa pada soal

SMI = Skor Maksimum Ideal, adalah skor maksimum yang diperoleh

siswa dalam menjawab soal dengan tepat.

Tabel 3.8 Kriteria Indeks Kesukaran Instrument

IK Interpretasi Indeks Kesukaran


IK = 0,00 Terlalu Sukar
Sukar
0,00 < IK 0,30
Sedang
0,30 < IK 0,70
Mudah
0,70 < IK 1,00
IK = 1,00 Terlalu Mudah
Sumber: (Lestari & Yudhanegara, 2015)

Dari hasil perhitungan uji tingkat kesukaran instrumen soal diperoleh data pada

tabel berikut:

Tabel 3.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Soal

No. soal Koefisien tingkat kesukaran Kriteria


1 0,55 Sedang
2 0,34 Sedang
3 0,28 Sukar
4 0,48 Sedang

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa keempat soal mempunyai

tingkat kesukaran yang berbeda-beda, tiga soal tergolong sedang dan satu soal

tergolong sukar. Secara keseluruhan dari hasil perhitungan, diperoleh hasil uji

validitas, uji reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran yang dapat dilihat

dari tabel dibawah ini:

Tabel 3.10 Keseluruhan Sampel


30

No. Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran


Realibilitas ket
soal rhitung rtabel DP Kriteria Koefisien Kriteria
1 0,834 0,26 Cukup 0,55 Sedang Dipakai
2 0,650 0,723 0,2 Buruk 0,34 Sedang Dipakai
0,444
3 0,594 (Reliable) 0,12 Buruk 0,28 Sukar Dipakai
4 0,848 0,36 Cukup 0,48 Sedang Dipakai

Dari tabel 3.10 di atas, diperoleh kesimpulan bahwa dari keempat soal

yang telah di ujicobakan, ke empat soal dapat digunakan untuk penelitian, ke

empat soal sudah memenuhi kriteria uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan

tingkat kesukaran.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistic deskriptif.

Menurut statistic deskriptif adalah statistik yang digunakan menganalisis data

dengan cara mendeksripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

generalisasi atau umum.

Analisis tes digunakan untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis

siswa, siswa akan diberikan soal kemampuan koneksi matematis materi

persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Dilakukannya pemberian

kategori yaitu untuk mengetahui tingkatan kemampuan koneksi matematis pada

materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Data Hasil dari tes

dianalisis sesuai pedoman penilaian yang dipilih peneliti berdasarkan indikator

kemampuan koneksi matematis siswa.


31

Adapun langkah yang dilakukan untuk menganalisis data tes hasil belajar

siswa, yaitu menentukan rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi dan

varians data menggunakan rumus berikut ini :

1. Mean

Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan pada nilai

rata-rata. Rata-rata (mean) ini didapat dengan menjumlahkan data seluruh

individu atau nilai data kemudian akan dibagi dengan jumlah individu yang ada

atau banyaknya data (Sugiyono, 2017: 49). Rata-rata hitung dapat dihitung

menggunakan tiga metode, yaitu :

a. Metode biasa

¿
∑ fX
∑f

b. Metode simpangan rata-rata

¿ S+
∑ fh
∑f

Keterangan :

S = Rata-rata hitung sementara, biasanya diambil dari titik tengah kelas


dengan frekuensi terbesarnya
32

h = Selisih titik tengah dengan rata-rata sementara atau h=x−S

X = Titik tengah interval kelas

f = Frekuensi kelas

c. Metode Coding

¿ S+ p ×
∑ fc
∑f

Keterangan :

S = Rata-rata hitung sementara

p = Panjang kelas

c = 0 , ±1 , ± 2… .

h
= , dengan h=x−S
p

f = Frekuensi kelas

Sumber : (Kesumawati, Retta, & Sari, 2017: 46)

2. Nilai Tengah (Median)

Median adalah nilai tengah dari data yang ada setelah data diurutkan.

Median untuk data berkelompok menggunakan rumus sebagai berikut :

1
Me=T + n−¿¿
2
33

Keterangan :

T = Tepi bawah kelas median

n = Jumlah frekuensi

¿= Jumlah frekuensi dari semua kelas sebelum kelas median

f me = Frekuensi kelas median

p = Panjang interval kelas

Sumber : (Kesumawati, Retta, & Sari, 2017: 41)

3. Modus

Modus adalah nilai yang paling sering muncul dalam data. Modus dari suatu

kelompok nilai adalah nilai kelompok tersebut yang mempunyai frekuensi

tertinggi atau nilai yang paling banyak terjadi didalam suatu kelompok nilai.

Apabila data sudah dikelompokkan dan disajikan dalam tabel frekuensi, maka

dipergunakan rumus sebagai berikut :

h1
Mo=T + .p
h 1 + h2

Keterangan :

T = Tepi bawah kelas modus.

h1 = Selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya.

h2 = Selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya.

p = Panjang interval kelas.

Sumber : (Kesumawati, Retta, & Sari, 2017)


34

4. Standar Deviasi

Untuk menghitung standar deviasi menggunakan rumus sebagai berikut :

s= √∑ f ¿ ¿ ¿ ¿

Keterangan :

f = Frekuensi kelas median

X = Nilai tengah kelas interval

= Nilai rata-rata sampel

n = Jumlah sampel

Sumber : (Kesumawati, Retta, & Sari, 2017)

Peneliti selanjutnya menganalisis data tersebut berdasarkan jawaban siswa

dengan melihat kategori kemampuan koneksi matematis matematis. Adapaun

kategori kemampuan koneksi matematis dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.9 Kategori Kemampuan Koneksi Matematis

Persentase Pencapaian (%) Kategori


75< PK≤100 Tinggi
60< PK ≤ 75 Sedang
0 < PK ≤60 Rendah
Sumber: (Ninik, Hobri & Suahrto,2020)
35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis

siswa kelas VII A di SMP N 1 Tebing Tinggi. Sebelum penelitian dilakukan,

instrumen tes terlebih dahulu di validasikan kepada validator yang merupakan

dosen ahli dalam bidang matematika dan guru matematika SMP N 1 Tebing

Tinggi. Dipilihnya validator ini bertujuan untuk mengetahui apakah setiap butir

soal insturmen memenuhi indikator kemampuan koneksi matematis apakah layak

digunakan sebagai soal untuk penelitian. Adapun validator tersebut yaitu bapak

Ali Syahbana, S.Si.,M.Pd dan ibu Marhamah, M.Pd sebagai dosen ahli dalam

bidang matematika dan bapak Suharmoko, S.Pd. Selanjutnya instrumen soal

kemampuan koneksi matematis dilakukan uji coba pada 20 siswa kelas VII B

resonden untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan

tingkat kesukaran. Setelah uji coba kemudian peneliti meminta izin pelaksanaan
36

penelitian kepada kepala sekolah SMP N 1 Tebing Tinggi yaitu bapak Setyo

Haryono,S.Pd.

Peneliti melaksanakan penelitian pada siswa kelas VII A di SMP N 1

Tebing Tinggi yang berjumlah 30 siswa pada tanggal 5 juli 2021. Peneliti

memberikan soal kemampuan koneksi matematis sebanyak 4 butir soal kepada

siswa, soal yang diberikan berupa soal essay dengan materi yang sudah dipelajari

sebelumnya yaitu materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

Untuk pemilihan waktu penelitian, peneliti menyesuaikan dengan keadaan waktu

sekolah dan mata pelajaran matematika selama 45 menit. Pemberian soal kepada

siswa dilakukan secara langsung di sekolah tersebut dengan tatap muka dan tetap

mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker.

4.1.1 Deskrip Data Hasil Validasi Ahli Instrumen Soal

Tujuan validasi ini adalah untuk mendapatkan masukan mengenai kekurangan

instrumen tes berupa soal uraian yang berjumlah 4 butir soal. Validasi mulai dari

kisi-kisi soal, aspek penilaian materi yang terdiri dari kesesuaian teknik penilaian

dengan tujuan pembelajaran, materi, konstruksi soal dan aspek kebahasaan.

Masukan tersebut kemudian dianalisis dan digunakan untuk merevisi instrumen

tes hasil belajar yang akan digunakan untuk uji coba terlebih dahulu kemudian

digunakan untuk pengambilan data penelitian. Data validasi ahli instrumen tes

soal terhadap kelayakan soal ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Hasil Validasi Ahli Instrumen Soal

No Sebelum validasi
Komentar Validator Setelah Validasi
Soal
37

1 Persegi panjang mempunyai Ali Syahbana, S.Si.,M.Pd : Persegi panjang


panjang (a + 5) cm dan lebar ( Soal sudah baik, perbaiki mempunyai panjang (a +
(2a-8) cm jika diketahui kunci jawaban ) 5) cm dan lebar (2a-8)
kelilingnya tidak lebih dari cm. Jika diketahui
36 cm. Tentukan luas persegi Marhamah, M.Pd : kelilingnya tidak lebih
panjang tersebut ! ( Tambahkan pertanyaan dari 36 cm. Tentukan
panjang dan lebar) luas persegi panjang
tersebut !
Suharmoko, S.Pd :
( Soal sudah baik, acc)

2 Perjalanan dari kota A ke Ali Syahbana, S.Si.,M.Pd : Perjalanan dari kota A ke


kota B dengan kecepatan ( Tambahkan rumus fisika) kota B dengan kecepatan
30m/menit dan kemudian 30m/menit dan kemudian
kembali ke kota A dengan Marhamah, M.Pd : kembali ke kota A
kecepatan 45m/menit ( 1.Tambahkan rumus untuk dengan kecepatan
memerlukan waktu paling jarak, waktu dan kecepatan 45m/menit memerlukan
lama 30 menit. Berapakah pada kunci jawaban, 2. Soal waktu paling lama 30
jarak paling jauh antara kota tambahkan rincian untuk menit. Berapakah jarak
A dan kota B ? menjawab) paling jauh antara kota A
dan kota B ? (ingat
Suharmoko, S.Pd : kembali dan gunakan
(tambahkan kalimat pakai rumus kecepatan jarak
rumus fisika) dan waktu) !

3 Suatu kolam renang Ali Syahbana, S.Si.,M.Pd : Suatu kolam renang


berbentuk persegi panjang ( acc ) berbentuk persegi
memiliki lebar 7 kurangnya panjang memiliki lebar 7
dari panjangnya dan keliling Marhamah, M.Pd : meter kurangnya dari
86 meter. Tentukan ukuran ( Tambahkan satuan pada panjangnya dan keliling
panjang dan lebar kolam ukuran lebar) 86 meter. Tentukan
tersebut ! ukuran panjang dan lebar
Suharmoko, S.Pd : kolam tersebut !
(acc)

4 Tentukan himpunan Ali Syahbana, S.Si.,M.Pd : Tentukan himpunan


penyelesaian dari (1.Tambahkan himpunan penyelesaian dari
pertidaksamaan 15−2 x >10, penyelesaian pada pertidaksamaan
38

jika x adalah variabel jawaban,2 Skor penilaian 0- 15−2 x >10, jika x adalah
himpunan bilangan asli ! 5) variabel himpunan
bilangan asli !
Marhamah, M.Pd :
( acc)

Suharmoko, S.Pd :
( Soal sudah baik, acc)

Berdasarkan tabel 4.1 data hasil validasi intrumen soal diperoleh kesimpulan

penilaian dan saran dari ahli atau validator, instrumen soal uraian dinyatakan

layak untuk uji coba penelitian dan kemudian dugunakan untuk pengambilan data

dalam penelitian ini dengan revisi sesuai saran.

4.2 Hasil Penelitian (Deskripsi Data dan Analisis Data)

4.2.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah nilai tes yang digunakan oleh peneliti

untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis dengan menggunakan tes

uraian soal materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel yang

dilakukan pada kelas VII A di SMP N 1 Tebing Tinggi. Dari data hasil tes uraian

yang dilakukan pada siswa, peneliti melihat hasil tes akhir yang dilakukan pada

kelas VII A , sehingga peneliti dapat mengetahui kemampuan koneksi matematis

siswa dalam mengerjakan soal soal materi persamaan dan pertidaksamaan linear

satu variabel. Dimana tes yang diberikan dalam bentuk uraian mengacu pada
39

indikator kemampuan koneksi matematis siswa. Hasil statistik deskriptif

kemampuan koneksi matematis siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif Kemampuan Koneksi Matematis

Statistik Nilai

Jumlah Peserta Didik 30

Jumlah Nilai 1765

Mean 58,83

Median 60

Modus 70

Nilai Maksimum 72

Nilai Minimum 95

Standar Deviasi 19,98

Varians 399,45

Berdasarkan tabel 4.2 diatas terlihat bahwa hasil dari statistik deskriptif

kemampuan koneksi matematis siswa dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang

dalam mengerjakan soal tes materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu

variabel didapat nilai maksimum 95 dan nilai minimu 20 serta didapatkan rata-rata
40

sebesar 58,83, nilai tengah 60 dan nilai yang sering muncul 70 dengan varians

sebesar 399,45 dan standar deviasi 19,98.

Selanjutnya nilai akhir siswa dikelompokkan berdasarkan kategori koneksi

matematis yaitu tinggi, sedang dan rendah. Data tersebut disajikan dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 4.3 Kategori Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematis

Kategori Jumlah Siswa

Tinggi 5

Sedang 7

Rendah 18

Jumlah 30

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa hasil tes kemampuan koneksi

matematis siswa terdapat 5 siswa (16,66%) dengan kemampuan koneksi

matematis tinggi, kemudian terdapat 7 siswa (23,33%) yang memiliki kemampuan

koneksi matematis dengan kategori sedang dan sebanyak 18 siswa (60%) dengan

kategori rendah.

4.2.2 Analisis Data Hasil Peneletian


41

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes uraian, berdasarkan hasil

analisis pada hasil jawaban siswa pada tes kememapuan koneksi matematis siswa

pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel diperoleh data

sebagai berikut :

4.2.2.1 Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Berdasarkan Indikator

Data yang diperoleh adalah data dari hasil tes kemampuan koneksi

matematis yang diberikan kepada 30 siswa kelas VII A SMP N 1 Tebing Tinggi.

Berikut ini merupakan hasil kemampuan koneksi matematis siswa :

Tabel 4.4 Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematis

Indikator Kemampuan Koneksi


Persentase Jawaban Siswa (%)
Matematis
Menggunakan hubungan antar topik
64,66
matematika
Menggunakan matematika dalam mata
57,33
pelajaran lain
Menggunakan matematika dalam
52,66
kehidupan sehari-hari
Memahami representasi ekuivalen konsep
60,66
yang sama
Rata – Rata 58,83

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh kemampuan koneksi matematis siswa

kelas VII A SMP N 1 Tebing Tinggi termasuk dalam kategori rendah dengan rata-

rata persentase 58,83%. Indikator menggunakan hubungan antar topik matematika

didapat persentase 64,66% dengan kategori sedang, indikator menggunakan

matematika dalam mata pelajaran lain diperoleh persentase 57,33% dengan


42

kategori rendah, untuk indikator menggunakan matematika dalam kehidupan

sehari-hari diperoleh persentase 52,66% dengan kategori rendah, dan indikator

memahami representasi ekuivalen konsep yang sama didapat persentase 60,66%

dengan kategori sedang. Selanjutnya hasil tes kemampuan koneksi matematis

akan dijelaskan berdasarkan indikator sebagai berikut :

1. Indikator menggunakan hubungan antar topik matematika

Indikator 1 merupakan indikator untuk mengukur kemampuan siswa dalam

menggunakan hubungan antar topik matematika pada soal, dalam penelitian ini

indikator 1 digunakan pada soal nomor 1 dengan rata-rata persentase sebesar

64,66 % termasuk dalam kategori sedang dengan skor maksimal pada indikator 1

adalah 5.

Soal Nomor 1:

Persegi panjang mempunyai panjang (a + 5) cm dan lebar (2a-8) cm, jika

diketahui kelilingnya tidak lebih dari 36 cm. Tentukan luas persegi panjang

tersebut !

a) Berdasarkan hasil tertulis jawaban siswa DP pada soal nomor 1


43

Gambar 4.1 Hasil Jawaban DP

Pada indikator 1 soal nomor 1 siswa diharapkan menggunakan hubungan

antar topik matematika. Berdasarkan gambar 4.1 terlihat bahwa siswa DP dapat

menyelesaikan soal tersebut dengan benar dengan menjabarkan apa yang

diketahui dari permasalahan soal sampai mendapatkan hasil yang tepat sehingga

siswa tersebut diberi skor 5. Indikator hubungan antar topik matematika disini

adalah menggunakan hasil dari keliling persegi panjang yang dihubungkan untuk

mencari luas persegi panjang. Siswa DP terlebih dahulu mencari keliling persegi

panjang dengan rumus yang benar, selanjutnya siswa mencari nilai variabel a

yang dibutuhkan untuk mencari nilai panjang dan lebar, lalu setelah didapat hasil

panjang dan lebarnya siswa mencari luas dengan rumus yang tepat sehingga

ditemukan hasil jawabanya.

b) Sedangkan untuk siswa yang mejawab salah atau kurang tepat dapat dilihat

pada gambar 4.2 berikut :

Gambar 4.2 Hasil Jawaban AS


44

Berdasarkan dari data yang diperoleh pada gambar 4.2 siswa AS belum

mampu memahami hubungan antar topik matematika. Terlihat AS mengerjakan

dengan rumus yang benar namun tidak mencari nilai panjang dan lebar terlebih

dahulu dengan menggunakan rumus keliling. Siswa AS tidak dapat memjawab

dengan tidak lengkap, AS hanya menjabarkan jawaban apa yang diketahui dari

permasalahan soal dan tidak lengkap sehingga tidak dapat ditemukan kebenaran

hasil jawabannya.

2. Indikator menggunakan matematika dalam mata pelajaran lain.

Indikator 2 merupakan indikator untuk mengukur kemampuan koneksi

matematis siswa dalam menggunakan matematika pada mata pelajaran lain, pada

tes ini indikator 2 digunakan pada soal nomor 2 dengan persentase sebesar

57,33% termasuk kategori rendah. Pada indikator 2 siswa mampu menggunakan

matematika dalam mata pelajaran lain dalam menyelesaikan permasalahan soal.

Soal nomor 2 :

Perjalanan dari kota A ke kota B dengan kecepatan 30m/menit dan kemudian

kembali ke kota A dengan kecepatan 45m/menit memerlukan waktu paling lama

30 menit. Berapakah jarak paling jauh antara kota A dan kota B ? (ingat kembali

dan gunakan rumus kecepatan jarak dan waktu) !


45

a) Berikut jawaban benar siswa dapat dilihat pada gambar 4.3 sebagai berikut :

Gambar 4.3 Hasil Jawaban GL

Pada indikator 2 soal nomor 2 siswa diharapkan dapat menggunakan

matematika pada mata pelajaran lain untuk menyelesaikan permasalahan yang ada

pada soal. Berlandaskan gambar 4.3 terlihat bahwa dalam menyelesaikan soal

nomor 2 siswa GL dapat menerjemahkan pertanyaan dengan baik. GL paham

dengan maksud soal sehingga dapat mengetahui apa yang diketahui, apa yang

ditanyakan dan bagaimana menyelesaikan soal tersebut. Hal ini terbukti dengan

siswa mengerjakan soal dengan runtut jelas dan sistematis sehingga memperoleh

skor 5.

Siswa GL memahami soal dengan baik sehingga dapat mencari hubungan

matematika dalam pelajaran lain yaitu rumus kecepatan, jarak dan waktu untuk

mencari jarak anatara kota A ke kota B, sehingga apa yang ditanyakan pada soal

dapat ditemukan hasil permasalahannya. Jadi, dapat disimpulkan siswa GL


46

mampu menjawab pertanyaan dengan benar menggunakan hubungan rumus mata

pelajaran lain.

b) Sedangkan siswa yang menjawab salah dapat dilihat pada gambar 4.4

sebagai berikut :

Gambar 4.4 Hasil Jawaban AN

Berdasarkan gambar 4.4 siswa AN tidak dapat menerjemahkan pertanyaan

dengan baik sehingga siswa tersebut tidak dapat memahami hubungan antara soal

yang diberikan dengan konsep mata pelajaran lain. Dari jawaban diatas, terlihat

siswa kesulitan dalam mencari rumus yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

permasalahan soal, siswa tersebut hanya menuliskan apa yang diketahui dari soal,

sehingga siswa tersebut tidak dapat menemukan hasil jawabannya.

3. Indikator menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari

Indikator 3 adalah indikator menggunakan matematika dalam kehidupan

sehari-hari, siswa dapat menerapkan matematika pada kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan data yang diperoleh terdapat beberapa siswa yang menjawab

permasalahan soal dengan benar dan terdapat beberapa siswa yang menjawab

kurang tepat atau kurang lengkap. Indikator 3 digunakan pada soal nomor 3 serta
47

didapatkan persentase sebesar 52,66% termasuk dalam kategori rendah dengan

skor maksimal 5.

Soal nomor 3 :

Suatu kolam renang berbentuk persegi panjang memiliki lebar 7 meter kurangnya

dari panjangnya dan keliling 86 meter. Tentukan ukuran panjang dan lebar kolam

tersebut !

a) Berikut jawaban benar siswa pada indikator 3 dalam soal nomor 3 sebagai

berikut :

Gambar 4.5 Hasil Jawaban IRP

Pada indikator 3 soal nomor 3 siswa diharapkan dapat menggunakan

matematika dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelesaikan permasalahan yang

ada pada soal. Berdasarkan gambar 4.5 siswa IRP dapat memahami pertanyaan
48

soal dengan baik, siswa tersebut dapat menuliskan langkah-langkah serta jawaban

dengan benar menggunakan rumus yang sesuai. Pada soal 3 IRP dapat mencari

permisalan panjang dan lebar menjadi variabel x sehingga dapat mencari keliling

persegi panjang kolam dengan tepat. Setelah mendapatkan hasil keliling persegi

panjang, siswa mencari nilai panjang dan lebar dengan mengganti persamaan x

menjadi nilai panjang dan lebar kolam dengan tepat, sehingga mendapatkan hasil

dari ukuran panjang dan lebar kolam.

b) Sedangkan untuk siswa yang menjawab kurang tepat dapat dilihat pada tabel

4.6 berikut :

Gambar 4.6 Hasil Jawaban DTP

Berdasarkan data yang diperoleh pada soal nomer 3 indikator 3 ada beberapa

siswa yang menjawab benar dan ada beberapa siswa yang menjawab kurang tepat.

Dari hasil jawab DTP pada gambar 4.6, siswa tersebut kurang memahami

permasalahan pada soal sehingga pada saat menjabarkan jawabannya kurang

lengkap. Siswa DTP hanya menjawab keliling dan tidak menyelesaikan


49

permasalahan soal, sehingga ukuran panjang dan lebar kolam tidak ditemukan

hasil.

4. Indikator memahami representasi ekuivalen konsep yang sama

Indikator 4 adalah indikator memahami representasi ekuivalen konsep yang

sama, indikator ini untuk mengukur pemahaman representasi ekuivalen konsep

yang sama. Pada tes dalam penelitian ini, indikator 4 digunakan pada soal nomor

4 dengan rata-rata persentase sebesar 60,66 termasuk dalam kategori sedang.

Soal nomor 4:

Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 15−2 x >10, jika x adalah

variabel himpunan bilangan asli !

a) Berikut hasil jawaban siswa yang benar pada indikator 4 soal nomor 4

sebagai berikut:
50

Gambar 4.7 Hasil Jawaban ITP

Berlandaskan jawaban siswa ITP pada Gambar 4.7 diatas merupakan salah

satu siswa yang menjawab dengan benar, siswa tersebut dapat memahami

representasi ekuivalen konsep yang sama. Representasi konsep yakni menjelaskan

secara ulang sebuah konsep. Terlihat siswa ITP mengulang konsep

pertidaksamaan untuk mencari himpunan penyelesaian bilangan asli, siswa ITP

mencari penyelesaian dari pertidaksamaan dengan mencari nilai x sehingga

didapat hasil himpunan penyelesaiannya.

b) Sedangkan untuk siswa yang menjawab kurang tepat atau kurang lengkap

dapat dilihat pada gambar 4.8 sebagai berikut:

Gambar 4.8 Hasil Jawaban AF

Hasil jawaban siswa AF pada gambar 4.8 diatas merupakan jawaban yang

kurang lengkap, siswa tersebut menjabarkan penyelesaian dari pertidaksamaan

15−2 x >10 dengan tidak lengkap. Nilai x yang didapat kurang tepat, seharusnya
51

nilai x kurang dari bukan lebih dari sehingga himpunan penyelesaiannya tidak

ditemukan hasil.

4.3 Pembahasan

Penelitian dilakukan pada siswa yang telah mempelajari materi persamaan dan

pertidaksamaan linear satu variabel, siswa yang mengikuti tes kemampuan

koneksi matematis sebanyak 30 siswa. Penelitian dilakukan dengan memberikan

siswa tes berupa soal uraian sebanyak 4 butir soal materi persamaan dan

pertidaksamaan linear satu variabel yang mencakup indikator kemampuan koneksi

matematis.

Berdasarkan dari hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti menganalisis

pencapaian siswa perindikator kemampuan koneksi matematis pada materi

persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Dari hasil tes kempuan

koneksi matematis siswa termasuk kategori rendah dengan perolehan rata-rata

persentase sebesar 58,83%. Pembahasan hasil analisis akan dijabarkan

berdasarkan tiap indikator kemampuan koneksi matematis siswa.

Tingkat kemampuan koneksi matematis siswa berdasarkan soal tes yang

diberikan kepada siswa dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Menggunakan hubungan antar topik matematika

Indikator menggunakan hubungan antar topik matematika dalam penelitian

ini didapat nilai persentase sebesar 64,66% termasuk kategori sedang. Pada

indikator menggunakan hubungan antar topik matematika hanya ada beberapa


52

siswa yang jawabannya sesuai dengan persoalan dan masalah secara lengkap dan

kebanyakan siswa memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan atau masalah

dan koneksinya jelas tetapi tidak lengkap. Hal ini relevan dengan penelitian

Maryanasari dan Zhanty (2018) bahwa siswa yang berkemampuan sedang sudah

mampu untuk menuliskan apa yang diketahui dari soal tetapi tidak bisa

menjabarkan secara berkelanjutan serta siswa tidak mengingat akan materi

sehingga hal tersebut menyulitkan siswa pada saat menjawab soal tersebut. Hal ini

selaras dengan hasil penelitian Adni, Nurfauziah, dan Rohaeti (2018) bahwa siswa

masih belum mengerti konsep dari soal, siswa lebih cenderung mengerjakan

hanya melihat soal secara umum dan tidak dianalisis dahulu.

2. Menggunakan matematika dalam mata pelajaran lain

Pada penelitian ini indikator menggunakan matematika dalam mata pelajaran

lain diperoleh nilai persentase sebesar 57,33% termasuk dalam kategori rendah.

Pada indikator menggunakan matematika dalam mata pelajaran lain.

Sebagian siswa sudah dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan

pertanyaan dan masalah secara lengkap, sebagian lagi menjawab dengan kurang

lengkap dan ada juga jawaban siswa yang hampir tidak sesuai dengan persoalan

atau masalah, kebanyakan siswa memberikan jawaban yang sesuai pertanyaan

atau masalah pada soal dengan koneksi yang jelas tetapi tidak lengkap. Hal ini

relevan dengan penelitian Nuryatin dan Zanthy (2018) menyatakan bahwa siswa

tidak mampu untuk mengidentifikasikan unsur-unsur yang diketahui dan yang

ditanyakan pada permasalahan soal sehingga siswa melakukan kesalahan


53

konseptual. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyawati,

Septian, dan Inayah (2020) bahwa kebanyakan siswa tidak dapat menggunakan

matematika yang dikaitkan dengan mata pelajaran lain seperti fisika, kimia dan

bidang lainnya.

3. Menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari

Pada penelitian ini indikator menggunakan matematika dalam kehidupan

sehari-hari didapat hasil persentase sebesar 52,66% termasuk dalam kategori

rendah. Pada indikator menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari

masih banyak siswa yang memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan atau

masalah dengan koneksi yang jelas tetapi tidak lengkap, sebagian siswa sudah

dapat menerapkan konsep, rumusan masalah matematika pada permasalahan soal

dan ada juga yang tidak memberikan jawaban sama sekali. Hal ini relevan dengan

penelitian Nugraha (2018) menyatakan bahwa siswa hanya dapat menerapkan ide-

ide matematis yaitu mendeskripsikan apa yang diketahui dan ditanyakan pada

permasalahan soal, siswa terkadang kurang teliti dan kurang paham dengan apa

yang dikerjakannya. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nuryatin dan Zanthy (2018) bahwa siswa masih melakukan kesalahan konseptual

dan sebelum menyelesaikan soal seharusnya siswa mengidentifikasi konsep dasar

terlebih dahulu kemudian mengidentifikasi hubungan proses.

4. Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama

Indikator memahami representasi ekuivalen konsep yang sama diperoleh hasil

persentase sebesar 60,66% termasuk dalam kategori sedang. Pada indikator ini,

sudah banyak siswa yang dapat memahami representasi ekuivalen konsep yang
54

sama dengan memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan atau masalah

secara lengkap dan siswa juga masih memberikan jawaban yang kurang lengkap

dan tidak benar. Hal ini relevan dengan penelitian Isnaeni, Ansori, Akbar, dan

Bernard (2019) yang dilihat dari hasil jawaban bahwa siswa masih keliru dalam

menyelesaikan soal yang telah disajikan dikarenakan siswa kurang memahami

materi. Selaras dengan penelitian Nuryatin dan Zanthy (2018) bahwa siswa

melakukan kesalahan dalam menyusun langkah-langkah penyelesaian pada

permasalahan soal sehingga siswa melakukan kesalahan prosedural.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, telah diperoleh kesimpulan

rata-rata persentase kemampuan koneksi matematis siswa dari keempat indikator

yang meliputi : Menggunakan hubungan antar topik matematika 64,66%,

menggunakan matematika dalam mata pelajaran lain 57,33%, menggunakan

matematika dalam kehidupan sehari-hari 52,66%, memahami representasi

ekuivalen konsep yang sama 60,66%. Secara keseluruhan kemampuan koneksi

matematis siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel

termasuk dalam kategori rendah dengan nilai rata-rata persentase sebesar 58,83%.
55

5.2 Saran

Berdasarkan dari data yang telah dicapai pada penelitian ini, peneliti

mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Bagi guru, dapat digunakan sebagai acuan hendaknya guru sering

memberikan latihan soal pada siswa untuk lebih melatih kemampuan koneksi

matematis yang masih tergolong renda.

2. Bagi siswa, agar lebih teliti dalam menyelesaikan permasalahan pada soal

pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

melihat kemampuan koneksi matematis siswa dengan menggunakan materi

yang lain.
56

Anda mungkin juga menyukai