Anda di halaman 1dari 2

ALYA LAILI UTDKHIATI (18108030009)

Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan dijual di pasar primer (primary market). Surat
berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran perdana publik (initial public offering atau IPO) atau
tambahan surat berharga baru jika perusahaan sudah going public (sekuritas tambahan ini sering disebut
dengan seasoned new issues). Selanjutnya surat berharga yang sudah beredar diperdagangkan di pasar
sekunder (secondary market). Perusahaan yang sudah memutuskan untuk menawarkan perdana kepada publik
maka harus mempertimbangkan faktor untung dan ruginya. Ada fenomena menarik ketika perusahaan sudah
going public yaitu fenomena harga rendah (underpricing). Secara rerata membeli saham di penawaran perdana
dapat mendapatkan return awal (initial return) yang tinggi. Secara rerata disini maksudnya tidak semua seperti
itu, ada juga yang harga nya mahal. Return awal adalah return yang diperoleh dari aktiva di penawaran perdana
mulai dari saat dibeli dipasar primer sampai pertama kali didaftarkan di pasar sekunder. Ketika perusahaan ada
kendala atau permasalahan yang berhubungan dengan IPO di pasar primer maka umunya perusahaan akan
menyerahkan ke banker investasi yang mempunyai keahilan di dalam penjualan sekuritas. Banker investasi
merupakan perantara antara perusahaan yang menjual saham (emiten) dengan investor. Selain perantara,
banker juga berfungsi sebagai pembeli saham (underwriting function).

Setelah sekuritas baru selesai dijual di pasar melalui banker investasi, tugas dari sindikat pembelian
sekuritas telah selesai dan biasanya disebut dengan istilah “broken syndicate”. Sekuritas bersangkutan
kemudian diperdagangkan untuk publik di pasar sekunder (secondary market) bersama-sama dengan sekuritas-
sekuritas perusahaan lainnya yang sudah beredar di sana. Pasar sekunder dibedakan menjadi pasar bursa
saham (stock exchange) dimana sekuritas perusahaan besar umumnya diperdagangkan disini, dan over the
counter (OTC) dimana perusahaan kecil memperdagangkan sekuritasnya disini.

Untuk melindungi investor dari praktek yang tidak baik di pasar saham, perlu adanya pengawasan.
Untuk itu, pada tahun 1976, melalui keputusan presiden, departemen keuangan Indonesia mendirikan Badan
Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Pada saat itu BAPEPAM berperan melaksanakan jalannya kegiatan
modal dan meregulasinya, tetapi pada tahun 1990 melalui keputusan presiden No. 53 tahun 1990 mengubah
BAPEPAM sebagai Badan Pengawas Pasar Modal yang fungsinya hanya pembuat regulasi, pengorganisasi
semua bursa-bursa pasar modal yang ada di Indonesia dan pengawas jalannya pasar modal (watch-dog).
Setelah itu munculah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dibentuk berdasarkan undang-undang No. 21 tahun
2011. Menurut undang-undang tersebut, OJK adalah lembaga yang independen dan bebas campur tangan
pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan
penyidikan. Dengan dibentuknya OJK ini, maka BAPEPAM yang mempunyai tugas pengaturan dan
pengawasan di sektor Pasar Modal diambil alih oleh OJK dan BAPEPAM ditiadakan. Jika dulunya BAPEPAM
dibawah departemen keuangan, sekarang OJK melaporkan langsung ke DPR.
ALYA LAILI UTDKHIATI (18108030009)
Tentunya perusahaan yang akan going public harus mengikuti prosedur, prosedur terebut terdiri dari
tiga tahapan utama. Yang pertama adalah persiapan diri. Yang kedua adalah memperoleh izin registrasi dari
BAPEPAM (sekarang OJK). Yang ketiga adalah melakukan penawaran perdana ke publik (IPO) dan memasuki
pasar sekunder dengan mencatatkan efeknya di bursa. Setelah itu perusahaan ini menjadi perusahaan publik
yang saham nya juga dimiliki publik. Dan untuk melindungi publik yang juga merupakan pemilik dari perusahaan
itu BAPEPAM dan BEI mengharuskan perusahaan tersebut melaporkan seluruh peristiwa penting yang terjadi
dan laporan tersebut akan dipublis melalui pengumuman di bursa atau investor dapat menanyakan langsung di
BEI atau broker.

Transaksi perdagangan di BEI menggunakan order-driven market system dan sistem lelang kontinyu.
Dengan order-driven market system berarti bahwa pembeli dan penjual sekuritas yang ingin melakukan
transaksi harus melalui broker. Investor tidak dapat langsung melakukan transaksi di lantai bursa. Hanya broker
yang dapat melakukan transaksi untuk jual dan beli di lantai bursa berdasarkan order dari investor. Kemudian
dengan sistem lelang kontinyu itu maksudnya harga transaksi ditentukan oleh penawara (supply) dan
permintaan (demand) dari investor. Untuk sistem manual, harga penawaran penjualan (ask price) dan harga
permintaan pembelian (bid price) dari investor diteriakkan oleh broker di lantai bursa. Untuk sistem otomaisasi
dengan JATS, broker memasukkan order dari investor ke workstation JATS di lantai bursa. Kemudian order ini
akan diproses oleh komputer JATS yang akan menemukan harga transaksi yang cocok dengan
mempertimbangkan waktu urutan dari order. Cara tersebut merupakan jenis transaksi yang reguler. Harga dari
transakis reguler ini akan digunakan untuk menghitung indeks harga gabungan dan yang akan digunakan
sebagai harga yang dicantumkan di bursa dan yang akan disebarluaskan diseluruh penjuru dunia.

Suatu indeks diperlukan sebagai sebuah indikator mengamati pergerakan harga dari sekuritas-
sekuritas. Sampai sekarang BEI mempunyai beberapa indeks, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
indeks liquid 45 (ILQ-45), indeks-indeks IDX (Indonesia Stock Exchange) sektoral, indeks Jakarta Islamic Index
(JII), indeks papan utama dan papan pengembangan, indeks Kompas 100, indeks BISNIS-27, indeks
PEFINDO25, indeks SRI-KEHATI, indeks Saham Syariah Indonesia (Indonesia sharia Stock Index, atau ISSI),
dan indeks IDX30, Infobank 15, Smintra 18, MNC36, Investor 33.

Setelah transaksi perdagangan terjadi di lantai bursa, pekerjaan yang panjang di belakang bursa masih
menunggu setelahnya. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan administrasi, pembayaran dan penerbitan sertifikat
kepemilikan. Proses penyelesaian pekerjaan-pekerjaan ini disebut dengan kliring dan perusahaan yang
dipercaya untuk menanganinya adalah PT Kliring Pinjaman Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral
Efek Indonesia (KSEI).

Anda mungkin juga menyukai