Anda di halaman 1dari 271

PENGAWASAN DAN PELAYANAN

KESEHATAN KERJA
Ta’aruf
• Nama : dr. Dimas Pramita Nugraha, M.Sc
• TTL : Pontianak 1400 H
• Pekerjaan : Dosen FK UNRI
• Keluarga : 1 Orang Istri dengan 3 Orang Anak
• Organisasi : IDI, IKAFI, IUPHAR, BSMI, AMKI
• Karya Buku : 2 buah
SEHAT :
- kesejahteraan:
- Badan (jasmani)
- Mental/psikologi
- Sosial
(ekonomi dan produktif)

Kesehatan Kerja (ILO – WHO), tujuan


1. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan & kapasitas kerja
2. Pemeliharaan Lingkungan dan kondisi kerja  menekan Kecelakaan Kerja
3. Pengembangan dan budaya kerja yang mendukung K3
(Fisik dan mental)
Bahaya Kesehatan di Lingkungan tempat kerja

Bahaya Fisika
Bahaya Kimia
• mekanik
• Gas/uap • elektrik
• debu/mist/fume •bising
• getaran
• ketinggian
• tekanan

Bahaya Psikososial
• tekanan mental/psikis
• tekanan teman sekerja Bahaya Biologikal
• tetangga/keluarga
• bakteria/virus/spora
• penyalahgunaan
Ergonomik • spora tumbuhan
wewenang Sikap dan cara eg. Pollen
kerja
Faktor Penyebab sakit

1. Manusia (host)

2. (Agent) 3. LIngkungan (Environment)


- Bahan kimia - bising
- Peralatan mesin dll- debu dll
Pencemaran Udara (dari pabrik)
• Lembah Meuse (Blegia, 1930)
• 65 orang mati
• Donora (Pensilvania, 1948)
• 20 orang mati
• London (1952)
• 4.000 orang mati
• Bhopal (1984) - Chernobyl (1986)
• 2.000 orang mati

23/03/2009 Ngatidjan, POLUTANT 10


London tragedy (1952)
• 4.000 orang mati
• Saat bencana
• kadar asap 4,5 mg/m3, oksida belerang 1,34 ppm
• Biasanya
• kadar asap 0,25 mg/m3,oksida belerang 0,19 ppm
• Menimbulkan kematian
• kadar asap 0,75 mg/m3,oksida belerang 0,25 ppm

• mengapa terjadi?

23/03/2009 Ngatidjan, POLUTANT 11


Kapasitas kerja seseorang sangat dipengaruhi
oleh :
keterampilan

kesegaran jasmani

keadaan kesehatan

tingkat gizi

jenis kelamin

umur

ukuran-ukuran tubuh (antropometri)


Upaya-upaya Kesehatan Kerja

a. Optimalisasi beban b. Pengendalian c. Peningkatan


kerja lingkungan kerja kapasitas kerja
Program / Kegiatan / Upaya Kesehatan Kerja melalui
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja

( Unit PKK)
PKK merupakan Upaya kesehatan kerja yang mencakup :

1. Promotif
 2. Prevetif
3. Curatif
4. Rehabilitatif

 dengan mempertimbangkan faktor2 bahaya yang ada di tempat


kerja yang berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja.
14
1. Kesehatan
3. meningkat
Peningkatan
kapasitas kerja

Manfaat
Program / Kegiatan 2. Lingkungan
/ Upaya Kesehatan kerja terkendali
Kerja

3. Optimalisasi
beban kerja 
Peningkatan
Produktivitas
KEBIJAKAN
DAN
PENDEKATAN

1. PERSUATIF - EDUKATIF  PEMBINAAN

2. REPRESIF – JUDICATIF 
PELAKSANAAN PERATURAN PERUNDANGAN
MASALAH Pelayanan K3
Pemahaman tentang KETENTUAN / dan
NORMA KESEHATAN KERJA kurang hak dasar rendah

AHLI K3 UMUM
Pembinaan
Pengawasan
Kerugian
berbagai pihak
Beberapa Norma Kesehatan Kerja
1. UU No.13 tahun 2003 ttg Ketenagakerjaan
2. UU No. 1 tahun 1970 ttg Keselamatan Kerja
3. UU N0. 3 tahun 1969 ttg Higiene Perniagaan dan
Perkantoran
4. UU No.24 tahun 2011 ttg BPJS
5. PP.No.44 tahun 2015 ttg JKK-JKM
6. PP No.7 tahun 1973 ttg K3 Pestisida
7. PP No.50 tahun 2012 ttg Penerapan SMK3
8. Perpres No.7 tahun2019 tenteng PAK
9. PP N0,80 th 2019 ttg Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri a.l

1. Permenaker No.5 tahun 2018


2. Permennakertranskop No.1 tahun 1976
3. Permenakertranskop No. 1 tahun 1979
4. Permenaker No.2 tahun 1980
5. Permenakertrans No.1 /Men/1981
6. Permenakertrans No.3 tahun 1982
7. Permenakertrans No 25/men/2008
8. Kepmenaker No.68/Men/2004
9. Permenaker No.5 tahun 2018
9. Kepmenaker No.333/Men/1989
10. SE. Menteri Naker No. 01/Men/1979
11. SE. Dirjen Binawas No.SE.07/BW/1997
12. SE. Dirjen Binawas 86/BW/89
13. Dan lain lain.
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Peraturan Menakertrans No. 3 /MEN/ 1982

- Suatu lembaga K3 (di dlm / luar Persh)


- Sarana melakukan perlindungan
- menjalankan upaya kesehatan kerja
- Sifatnya wajib (Pasal 3 ayat (2) )
Unit Pelayanan Kesehatan Kerja (UPKK)
(di dalam Perusahaan)
TOP
MANAJEMEN

DIR A DIR, B DIR . C DIR. D

PKK
Unit Pelayanan Kesehatan Kerja (UPKK)
(di luar Perusahaan)

………………………….. TOP
MANAJEMEN

DIR A DIR, B DIR . C DIR. D

PKK
Pelayanan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja

Tujuan :
1. Memberikan bantuan terhadap tenaga
kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun
mental terutama dalam penyesuaian dengan
pekerjaannya

2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap


gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan
atau lingkungan kerjanya
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik tenaga kerja

4. Memberikan pengobatan, perawatan dan


rehabilitasi terhadap tenaga kerja yang
menderita sakit.
FUNGSI PELAYANAN KESEHATAN KERJA

Promotif
Preventif
Curatif
Rehabilitatif
Sebagai Sarana PROGRAM
Perlindungan
Fungsi Utama
- Menekan
gangguan
Kesehatan
- Menekan PAK
Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja Permenakertrans
No. 03 Tahun 1982

1.Px.Kesehatan (awal, berkala, khusus)

2.Bin & Was ttg Ergonomi.

3. Bin dan Was ttg Lingkungan Kerja

4.Bin dan Was ttg Sanitair

5.Bin danWas Peralatan kesehatan

6. Pencegahan dan pengobatan Penyakit Umum dan PAK


7. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

8. Diklat petugas PPPK

9. Penasehatan (bangunan, APD, gizi)

10. Membantu rehabilitasi

11. Pengawasan thd TK cacat

12. Memberikan laporan kpd Persh.


Prinsip penyelenggaraan PKK

1. Upaya/kegiatan kesehatan kerja menyeluruh


(promotif, preventif, curatif, rehabilitatif)
2. Struktur Organisasi
- Adanya Penanggung jawab (Dokter Pemeriksa)
- Pelaksana dokter perusahaan, paramedis, ahli gizi dll.
3. Program / kegiatan berdasarkan risiko yg ada
4. Skala prioritas (tergantung kemampuan, masalah,
kondisi masyarakat)
5. Fokus kegiatan
- Pencegahan.PAK
- Peningkatan derajat kesehatan
- Peningkatan kapasitas kerja
6. Integrasi dengan program P2K3 dan P3K

7. Melibatkan unit kerja dan disiplin lainnya


8. Wajib menampaikan Laporan < 3 bulan
9. Mendapat Pengesahan dari Dinas Naker setempat.
Bentuk Penyelenggaraan PKK (Pasal 4 ayat.1)
1. Dilakukan sendiri di Perusahaan.
- klinik, rumah sakit
- wajib dng TK > 1000 / risiko tinggi

2. Kerjasama dng Pihak ketiga


- MOU/Kerjasama Pihak Ke-3
(Permennaker No.4/Men/1995)

3. Bersama sama dengan Perusahaan.lain (kawasan


industri)
SYARAT SDM PENYELENGGARA
KESEHATAN KERJA

• Dokter kesehatan kerja :


– UU No. 1/ 1970 pasal 8
– Permennaker No. 01/1976 ttg Kewajiban Latihan Hyperkes Bagi Dokter
Perusahaan;
– Permennaker No. 02/1980 ttg Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja;
• Paramedis Perusahaan :
– Permennaker No. 01/1979 ttg Kewajiban Latihan Hyperkes bagi Tenaga
Paramedis Perusahaan
• Petugas P3K:
– UU No.1/1970 pasal 3 (e)
– Permenaker No.03/1982
– Permenaker No. 15 Tahun 2008
• Petugas Penyelenggara Makanan di Tmp Kerja:
– Permenaker No. 5 Tahun 2018

32
Program/Upaya
Unit Pelayanan Kesehatan Kerja
PROMOTIF PREVENTIF KURATIF REHABILITATIF
• Pemeliharaan • Pemeriksaan • Pengobatan • Alat bantu
kesehatan kerja Kesehatan Kerja • P3K dengar
• Pembinaan • Imunisasi • Rawat jalan • Protese
• Gerakan OR • Penggunaan APD • Rawat Inap • Mutasi
• Tdk merokok • Rotasi Kerja • Kompensasi
• Gizi seimbang • Pengurangan
• Ergonomi waktu kerja
• Pengendalian
Lingk. Kerja
• Hygiene sanitasi
Contoh2 Penyelenggaraan PKK

Penyediaan air minum

 Mencegah dehidrasi
 Menjaga kondisi kesehatan
Penyediaan Wastafel dan sabun/hand soap

 Untuk cuci tangan dan muka pada


saat istirahat/mau makan/selesai
bekerja
 Mencegah keracunan makan
 Mencegah penularan penyakit
 Membersihkan kontaminasi bahan
kimia, debu, kotoran dll.
Penyediaan Kantin/ruang makan

 Menunjang kebutuhan gizi


seimbang
 Meningkatkan motivasi dan
gairah kerja
 Menjaga produktivitas
 Memelihara kesehatan
Penyediaan Fasilitas Olah raga/Rekreasi

 Menjaga kebugaran
 Meningkatkan motivasi dan
gairah kerja
 Mengurangi stress
 Memelihara kesehatan
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja:
a. Sebelum bekerja untuk menentukan pekerjaan yang sesuai
b. Secara berkala minimal 1 tahun sekali
PEMBINAAN DALAM
- Pencegahan
- pence. Kecelakaan
Kebakaran
- Peningkatan K3
- Pemberian PPPK

MEMENUHI DAN MENTAATI


PERSYARATAN K3
Cara mengangkat :
SIKAP DAN CARA KERJA YANG BAIK
CARA BERKOMPUTER YG BAIK
1. Variasi dlm bekerja (20 – 20 – 20)
2. Ambil nafas, jangan menahan
3. Kedip mata dengan penuh & sering
4. Periksa mata rutin
5. Iluminasi yg sesuai
6. Suhu 24 – 26 derajat, Rh 65-80%
7. Lakukan peregangan
. 5 menit tiap 1 jam
. 10 menit tiap 2 jam
Istirahat dan Tidur yang Cukup
Unsafe Safe
PROGRAM REHABILITASI

20 Mei 2014 Prepared by Dewi S Soemarko & Astrid B Sulistomo 45


Permenkes No. 9 Th 2014 ttg KLINIK

Syarat Klinik termasuk klinik di perusahaan:


Administratif: Wajib mendapat Ijin/Rekomendasi dari Dinas
Kesehatan Kab/Kota
Fasilitas: sesuai standar kesehatan & lingkungan
Ketenagaan:
Minimal memiliki 2 orang tenaga medis (dokter atau dokter
gigi) dan tenaga keperawatan
Tenaga medis wajib memiliki STR dan SIP dari Dinkes
Tenaga keperawatan wajib memiliki ijin dari Dinkes

Catatan:
Klinik di perusahaan sesuai persyaratan tsb di atas dpt menjadi
pelengkap PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN
KERJA
Pelayanan kesehatan kerja tidak harus memberikan pelayanan
kuratif di perusahaan

46
PEMERIKSAAN KESEHATAN
TENAGA KERJA

47
Latar Belakang
1. Setiap pekerja berhadapan dengan risiko bahaya
kesehatan di tempat kerja:
.
2. Selain itu pekerja juga berisiko mengalami penyakit umum
seperti masyarakat pada umumnya di tempat tinggal
atau lingkungan masyarakat.

3. Gangguan kesehatan dapat dicegah atau dikurangi


dengan upaya promotif dan preventif

4. Salah satu upaya preventif yang efektif adalah


dengan melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja

48
TUJUAN MCU

1. MENILAI STATUS KESEHATAN (KEMAMPUAN


MELAKSANAKAN PEKERJAAN YANG DIBEBANKAN
KEPADANYA (KELAIKAN KERJA.)

2. MENDETEKSI GANGGUAN KESEHATAN UMUM


 PERLU PENANGGULANGAN

3. MENDETEKSI GANGGUAN KESEHATAN YANG


MUNGKIN BERKAITAN DENGAN PEKERJAAN DAN
ATAU LINGKUNGAN KERJA

4. EVALUASI PROGRAM K3
5. PEMENUHAN TERHADAP REGULASI

6. PEMBERIAN KOMPENSASI JAMINAN KECELAKAAN


KERJA / PAK
MANFAAT PEMERIKSAAN
KESEHATAN TENAGA KERJA

PEKERJA /
PENGUSAHA PEMERINTAH
BURUH
MANFAAT PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA

A. Bagi pekerja :
1. Mengetahui kondisi kesehatannya sejak mulai kerja dan secara
berkala
2. Memahami cara mencegah gangguan kesehatan akibat faktor
bahaya di tempat kerja
3..Mendapat perlindungan dari gangguan kesehatan di tempat
kerja khususnya PAK
4. Memperoleh hak jaminan (pengobatan/perawatan) dan
kompensasi apabila diketahui menderita PAK,

51
B. Bagi pengusaha :
1. Mengetahui kondisi kesehatan pekerja sejak mulai kerja dan
secara berkala  Fit for the Job.
2. Dasar perencanaan dan evaluasi program K3
3. Mengurangi biaya pengobatan/perawatan  efisiensi
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produk
5. Memenuhi peraturan perundangan dalam melindungi
kesehatan tenaga kerja dan memenuhi hak pekerja yang
mengalami PAK
6. Meningkatkan rasa aman dan motivasi kerja

52
C. Bagi pemerintah (Pegawai pengawas, BPJS ).

1. Tersedianya data pendukung untuk mempermudah dan


mempercepat proses penetapan/diagnosis PAK
2. Mengetahui status kesehatan masyarakat )pekerja)
- 3. Perencanaan program K3 di suatu wilayah
-

53
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970

Pasal 8, kewajiban pengurus :


1) Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya
maupun akan dipindahkan, sesuai dengan sifat pekerjaan
yang akan diberikan kepadanya sesuai risiko kerja

2) Memeriksakan kesehatan dari semua tenaga kerja yang


berada di bawah pimpinannya secara berkala pada dokter
yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh
Direktur Dokter yg mendapat penunjukkan dari Dirjen
Binwasnaker dan K3  Dokter Pemeriksa
3) Nprma norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan
dengan peraturan perundangan

54
Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja

- Ditunjuk oleh pengusaha atau kepala instansi/lembaga


- Disahkan oleh Dirjen Binwasnaker & K3-Kemenaker 
- Surat Keputusan Penunjukan (SKP) sbg Dokter Pemeriksa Kes Tenaga Kerja.

Persyaratan Utama:
- 1. Memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes/Kesehatan Kerja bagi Dokter
2 Memenuhi ketentuan perundangan terkait lainnya: wajib memiliki ijazah, STR
dan SIP Dokter

- Kewajiban: Melaporkan hasil pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja


sekurang-kurangnya 2 bulan setelah pelaksanaan.
- Masa berlaku SKP:
• 3 tahun dan
• dapat diperpanjang 1 Bulan sebelum masa berlakunya berakhir

55
2. Permen Nakertrans No.02/Men/1980 ttg
Pemeriksaan.Kesehatan Tenaga Kerja dlm Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja
( turunan Ps.8 UU No.1 tahun 1970)

3. Permen Nakertrans N0. 01/Men/1981 ttg


Kwajiban melapor Penyakit Akibat Kerja (PAK)
(turunan Ps.11 UU No.1 tahun 1970)

. 4. Permen Nakertrans No.Per.03/Men/1982


Pelayanan Kesehatan Kerja
- sbg lembaga K3 di Persh.
(Pasal 1 ,UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN)
Kecelakaan Kerja
adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,
termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
dari rumah menuju tempat kerja atau sebaiknya, dan
penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja
5. Kepmen Nakertrans No.Kep 68/Men/2004 ttg
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di tempat
kerja

6. S.E.Dirjen Binawas No.SE.07/BW/1997 ttg


Pengujian Hepatitis B dlm Pemeriksaan.Kes.TK

7. Kep. Dirjen Hub.Perburuhan dan Perlindungan


No. Kept.40/DP/1980 ttg
Penetapan Formulir Pemeriksaan.Kesehatan
Kepmennakertrans No. 68 Tahun 2004
Program P2 HIV/AIDS Di Tempat Kerja

Pasal 5 :
1) Pengusaha/pengurus dilarang melakukan tes HIV untuk
digunakan :
a) Sebagai prasarat suatu proses rekruitment
b) Untuk menentukan kelanjutan status pekerja/buruh
c) Sebagai kewajiban pemeriksaan kesehatan rutin.

2) Tes HIV dapat dilakukan dg Syarat :


a) Atas dasar sukarela, dengan persetujuan tertulis dari pekerja/buruh
b) Pengusaha/pengurus menyediakan konseling sebelum dan
sesudah tes
c) Dilakukan oleh dokter yang mempunyai keahlian khusus
d) Kerahasiaan dijamin sebagaimana kerahasiaan medis lainnya

59
SE Dirjen Binawas No. SE 07/BW/1997
Ttg Pengujian Hepatitis B Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

• Dasar: hasil beberapa penelitian/studi kepustakaan dan


konsultasi dengan pakar penyakit hati :
> Seseorang dg HBsAg (+) dalam darahnya belum tentu menderita
hepatitis, selama fungsi hati lainnya normal seseorang tidak dianggap
terkena Hepatitis.
> Prevalensi HBsAg di Indonesia cukup tinggi (5-15 %)
 Penularan virus Hepatitis B di tempat kerja tidak mudah karena
penularan hanya mungkin melalui kontak erat, misalnya transfusi
darah, suntikan dan dari ibu ke bayi yang dilahirkan

• Berdasarkan hal tersebut di atas dianjurkan kepada semua


perusahaan/instansi untuk tidak melakukan pengujian serum
HBsAg sebagai alat seleksi pada pemeriksaan kesehatan awal
maupun berkala

60
7. Permenaker No. 03 th 1985 Khusus terpajan Asbes

• Dilakukan pemeriksaan kesehatan minimal 1 x/tahun, meliputi :


• Foto Ro dada yg pembacaan diserahkan kpd radiolog
• Riwayat pekerjaan, riwayat merokok
- Pengujian kimia, tes fungsi paru
• Hasil pemeriksaan termasuk foto Ro dada disimpan oleh
pengurus selama masa kerja TK ybs
• Pengurus melaporkan hasil pemeriksaannya < 2 bulan setelah
dilaksanakan kpd Menakertrans

8.. (Permenaker No. 03 th 1986 Khusus terpajan


Pestisida
Tenaga kerja yang terpapar pestisida harus diperiksa kesehatan
berkala 1 x/tahun dan pemeriksaan khusus minimal 1x/6 bulan
terkait pajanan pestisidanya
61
9.
Permenakertrans No. 11 Tahun 2005 (P4GN)
Penyalahgunaan NARKOBA di Tempat Kerja
Tes NARKOBA dapat dilakukan atas permintaan perusahaan, terhadap:
pekerja/buruh yang diduga atau kelompok pekerja yang rentan
menyalahgunakan narkoba
Hasil tes bersifat rahasia seperti halnya yang berlaku bagi data rekam medis lainnya.
Dalam hal hasil tes dinyatakan positif maka dokter yang telah mendapatkan
pelatihan bidang narkoba dapat menentukan apakah pekerja/buruh yang
bersangkutan harus mengikuti program perawatan dan atau rehabilitasi.
Selama mengikuti program perawatan dan rehabilitasi, pekerja/buruh dilarang
melaksanakan pekerjaan yang berpotensi menimbulkan bahaya keselamatan dan
kesehatan kerja.
Esensi peraturan perundangan berkaitan dengan
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
(Norma /ketentuan yang harus diperiksa oleh AK3U)
1. Perusahaan wajib melakukan Px.Kes pra kerja, selama kerja
dan khusus
2. Px.Kes. Disesuaikan dengan sifat pekerjaan
3. Wajib membuat pedoman Px.Kes.
4. Wajib membuat rencana Px.Kes
5. Wajib melaporkan hasil Px.Kes.
6. Px.Kes dilakukan oleh dokter pemeriksa
7. Lembaga pemeriksa harus memenuhi peraturan
perundangan (Ps.3 ayat 8)  PJK3.
Parameter pemeriksaan kesehatan didasarkan
1. Menyesuaikan risiko (berbasis hazard)
2. Kebutuhan kerja untuk kepentingan tertentu
meliputi :
a. Kebutuhan fisik : pancaindera (sopir, PLN)
b. Aspek mental : stres, intelektual
c. Higiene dan penyakit infeksi : Lab.khusus
(Persh. Makanan /minuman)
d..Aspek ergonomi : sikap kerja (angkat / angkut)
Pemeriksaan kesehatan berbasis risiko (bahaya / risiko)

Dampak Penyusunan Peta


Identifokasi dan Kesehatan
Peta Hazard Kesehatan

Pelaksanaan, feed back, Penentuan / tes


analisa, Pelaporan yang sesuai

Membuat program HRA


A. Persiapan Pemeriksaan
1. Wajib menyusun pedoman Px
Ps 2 ayat (5) dan Ps 3 ayat (4).
- sesuai sifat pekerjaan
- ikuti kemajuan ilmu
- sesuai kemampuan Persh.
- Px.Kes awal disetujui oleh Direktur (Dinas
Naker setempat)
- pedoman Px berkala dan
khusus, dibuat oleh pengurus.;
2. Wajib membuat rencana kerja
Ps.6.ayat (1).
B. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan
1. Dilakukan oleh dokter pemeriksa
2. Lembaga pemeriksa harus PJK3
3. Lokasi pemeriksaan bisa di RS, layanan
kesehatan atau di perusahaan ybs
4. Parameter / item pemeriksaan
disesuaikan dengan pedoman yang dibuat
5 Pemeriksaan kesehatan disesuaikan dengan
fasilitas dan kemampuan perusahaan
C. Laporan Px. Kes.
1. Wajib membuat laporan Ps.6 ayat (2)
2. Laporan disampaikan kepada Dinas Naker setempat
paling lambat 2 bulan setelah pemeriksaan selesai
Catatan : Bentuk laporan Kep.DitjenBiwasnaker
No. Kpts 40/DPW/1980

Interpretasi hasil
1. Analisa data individu dapat dilakukan dengan
membandingkan dengan data base (data terakhir)

2. Interpretasi data hasil Px. Kelompok dilakukan analisis secara


statistik.
Jenis dan Tujuan Pemeriksaan.Kesehatan TK
(Permenakertans No.2 tahun 1980)

1. Awal (sebelum kerja)


Tujuan
- Mendapatkan TK yg optimal
- Tidak mempunyai penyakit menular
- Cocok untuk pekerjaan tertentu  - Menjamin K3 diri dan orang lain
Parameter Px.
- Fisik lengkap, kesegaran jasmani
- Rontgen (bila mungkin)
- Laboratorium rutin
- Pemeriksaan lain yang dianggap perlu

Catatan : Bagi TK yang telah diperiksa kesehatan 3 bulan sebelumnya


untuk pekerjaan yang sama dipertimbangkan untuk tidak dilakukan
pemeriksaan awal.
Pemeriksaan Kes AwalStatus Kesehatan hasil
1. Layak Kerja (Fit for the Job)
- pekerjaan biasa
- pekerjaan tertentu
2. Layak kerja dengan cacatan / syarat
(Fit with Note)
3. Tidak layak kerja untuk sementara,
karena pengobatan (Temporary
unfit), perlu diperiksa ulang
4. Tidak layak kerja (Unfit)
2. Pemeriksaan Kes.TK berkala / periodik
Tujuan
- Mempertahankan derajat kesehatan  optimal
- Deteksi dini thd pengaruh lainnya
Parameter Px
- Fisik lengkap
- Kesegaran jasmani
- Rontgen Paru (bila mungkin)
- Pemeriksaan lain yang dianggap perlu.

Px.Kes lebih sekali / tahun bila :


1. Gangguan kesehatan irreversibel
2. Pajanan tinggi
3. Bahan kimia mudah menguap dan toksis
4. Ada perobahan proses kerja
5. Bila individu sangat rentan
c. Pemeriksaan Kesehatan khusus

- Px.Kes.Khusus untuk menilai thd


jenis pekerjaan tertentu dan TK tertentu

yaitu :
- setelah dirawat > 2 minggu
- usia > 40 tahun
- TK wanita / cacat
- melakukan pekerjaan ttt
- adanya dugaan tertentu
- purna bakti (mau pensiun, pindah kerja)
- adanya keluhan keluhan ttt
- atas penilaian / pengamatan pengawas.
Hasil Px.Kes berkala, khusus dan purna bakti :

1. Sehat : - Dapat bekerja seperti biasanya


2. Sakit : a. Penyakit umum
b. Penyakit akibat kerja
c. Penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan

Bagi tenaga erja yang ditemukan gangguan kesehatan


perlu ditindaklanjuti untuk pengobatan

- Bila ditemukan PAK  perlu pengkajian lebih lanjut. Bila


positif wajib dilaporkan (tidak lebih dari 2 x 24 jam)
Obyek / Sasaran Pemeriksaan (Ahli K3 Umum)

1. Rencana dan Pedoman Px.


2. Dokter yg melakukan Px
3. Lembaga yg melakukan Px
4. Jenis Px (sesuai pekerjaannya)
5. Laporan Pelaksanaan
6. Laporan (bila terdapat kasus PAK
7. Px dan pengkajian PAK

Cara pengawasan
1. Menilai dan memeriksa Dokumen
2. Hasil pemeriksaan dicacat dan dianalisis
3. Melakukan verifikasi di lapangan
4. Saran dan rekomendasi (terutama yang sifatnya
wajib)
Peran Ahli K3 Umum
1. Mengawasi dipatuhinya kwajiban perusahaan sesuai
peraturan perundangan, terutama yang sifatnya
wajib (mengikat)

2. Membuat analisa secara statistik dari laporan hasil


Px.Kes dan meneruskan ke instansi Naakertrans

3. Mengkoordinasikan analisa tersebut kepada Unit


kerja setempat
4. Memberikan saran / bimbingan kepada perusahaan
dan TK dalam upaya promosi dan pencegahan terhadap
PAK
5. Melakukan tindak lanjut terhadap kasus PAK bila
ditemukan pada saat PX.Kes.
6. Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada
pimpinan dan TK tentang manfaat yang diperoleh
dalam Px.Kes
PENYAKIT AKIBAT KERJA
(PAK)
Kemungkinan penyakit yg diderita pekerja

1. Penyakit yang diderita masyarakat umum ( Disease


affecting working population )
- malaria, D.M.
2. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan
(Work related disease)
- asma
3. Penyakit akibat kerja (Occupational disease )
- notifiable dan compensable disease.
PENGERTIAN
Pemenaker No.1 /Men/1981 tentang Kwajiban melapor PAK
Pengertian
Keppres PAK :
Penyakit yang disebabkan oleh Pekerjaan atau Lingkungan Kerja

Perpres No. 7 tahun 2019 tentang


Penyakit Akibat Kerja
Pengertian
Penyakit yang disebabkan oleh Pekerjaan dan /atau Lingkungan Kerja

PP.44 tahun 2015 Penyelenggaraan JKK dan JKM


Pengertian PAK
Penyakit yang disebabkan oleh Pekerjaan dan atau Lingkungan kerja.
Permenaker No.28/Men/2015 ttg Tata cara
Pengangkatan dan Pemberhentian dokter Penasehat
Pengertian PAK
Penyakit yang disebabkan oleh Pekerjaan dan atau Lingkungan Kerja

(ILO , 1955)
Penyakit yang diderita karena pemajanan terhadap risiko
yang timbul dari kegiatan kerja
. UU No.24 tahun 2011 ttg BPJS
- adanya perlindungan jaminan sosial
- ruang lingkup
- JKK, JHT, JKM, J.Pensiun

PP 44 tahun 2015 ttg Penyelenggaraan JKK dan JKM


Peserta (BPJS Ketenagakerjaan) yang mengalami
Kecelakaan Kerja dan PAK berhak atas manfaat
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
FAKTOR FISIKA

BISING/ GETARAN IKLIM KERJA

PENCAHAYAAN RADIASI/ GEL. ELEKTROM


DEBU
BISING
SUHU
SANITASI
APD
SIKAP KERJA / SIKAP TUBUH
FAKTOR KIMIA

GAS/ UAP DEBU/ PARTIKE


Postur Janggal
Stress
Silikosis
• Simple Silicosis
• Small discrete nodules

(lesions)

• Complicated Silicosis
• Lesions increase in size
• Grow together to form
larger masses
Asbestos
* kumpulan senyawa silikat
- serpentine
- chrysolite

- amphiboles

(actinolite, amosite, anthrophylite, crosidolite, tremolirte)

fibres

23/03/2009 Ngatidjan, POLUTANT 95


Asbestos

Asbestos

Makrofage

Limfonodulus

Fibrosis / asbestosis
23/03/2009 Ngatidjan, POLUTANT 96
Asbestos

* lInsulator panas
- alat listrik

- rem, kopling, transmisi

* cement
- pabrik semen, tegel, gamping dsb.

23/03/2009 Ngatidjan, POLUTANT 97


2. Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) /
Work related disease)

- Lingkungan kerja / pekerjaan. memperberat,


memudahkan, mencetuskan timbulnya penyakit
- Penyebabnya multi faktor
- Gejala / keluhan tidak khas
PERLU DIBEDAKAN
PAK Peny. Terkait Kerja
(Occupational Disease) (Work Related Disease)

• Ada causa di tempat kerja • Ada triger di tempat kerja


• Disebabkan oleh pekerjaan • Dicetuskan, dipermudah atau
dan/lingk. kerja diperberat oleh pekerjaan
• Mendapat kompensasi dan/lingk. kerja
Jamsostek (Compensable) • Tidak mendapat kompensasi
• Contoh : Jamsostek (Non Compensable)
• Tuli akibat bising • Contoh :
• Pneumokoniosis • Ambien
• Leukemia akibat benzen • Hernia
• Asma dg riwayat keluarga/keturunan
Nilai Ambang Batas Kebisingan
3. Disease affecting working population
(Penyakit yang diderita masyarakat umum)
- malaria, diabet
- TBC
- Influensa Dll.
DASAR HUKUM

1. UU.No,1 tahun 1970


- Ps.3 (ay.2) : - syarat-2 K3
mencegah dan mengendalikan PAK..
- Bab VII, ps 11
laporan kecelakaan (PAK)
- Ps.9 pembinaan K3

2. UU No.24 tahun 2011 BPJS

3. PP no.44 tahun 2015 ttg JKK-JKM


4. Perpres 7 tahun 2019 ttg PAK
5. Permen Nakertrans No.1 /MEN/ 1981 ttg Kwajiban
melapor PAK.
6. Permen 3 / 1982 ttg Pelayanan Kesehatan Kerja
7. Permen Nakertrans No.25 tahun 2008 ttg
Pedoman Diagnosis PAK dan Penilaian cacat akibat
kecelakaan kerja dan PAK
DETEKSI
PENYAKIT AKIBAT KERJA

Data /Rekaman Data / Rekaman Medis


Lingkungan Kerja - Pem.Riksa Kes/MCU
- Pelayanan
dan / pekerjaan yang Kesehatan /berobat.
dilakukan.

Mendapatkan hubungan antara sebab dan akibat


A. Pedoman menilai PAK
- Penyebab tunggal (single factor)
- Tak menular / tak menurun (kec. Infeksi)
- Ada kaitan dng waktu kerja / istirahat
- Gejala / keluhan timbulnya lama
- Masyarakat umum tidak terkena
- Kasus biasanya lebih dari 1 orang
PERATURAN PRESIDEN NO 7 TH.2019 tentang PAK

Pasal 2 :
ayat 1.
Pekerja yang didiagnosa PAK berdasarkan surat
keterangan dokter berhak atas manfaat JKK
meskipun hubungan kerja telah berakhir
Pasal 2 :
Ayat (2). Hak atas manfaat JKK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan apabila PAK timbul dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak hubungan
kerja berakhir.
Ayat (3). PAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jenis
penyakit

a. yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari


aktivitas pekerjaan
b. berdasakan sistem organ
c. Kanker akibat kerja dan
d. Spesifik lainna.
ayat (4 ): Lampiran Perpres 7 tahun 2019

I. Penyakit yang disebabkan Pajanan Faktor yang


timbul dari aktivitas pakaerjaan
a. Disebabkan faktor kimia : 39
b. Disebabkan faktor fisika : 7
c. Disebabkan faktor biologi, infeksi atau parasit : 9

II. Penyakit berdasarkan Sistem target organ


a. Saluran Pernafasan : 12
b. Penyakit Kulit : 3
c. gangguan otot dan kerangka : 8
d. gangguan mental dan perilaku : 2
III. Penyakit Kanker Akibat Kerja
Akibat suatu zat : 8

IV. Penyakit Spesifik lainnya


Penyakit spesifik lainnya merupakan penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau proses kerja, dimana penyakit
tersebut ada hubungan langsung antara paparan dengan
penyakit yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah
dengan menggunakan metode yang tepat

Contoh : nystagmus pada penambang.


2. Pendekatan klinis (Individu)
1. Diagnosis klinis
2. Pajanan yang dialami
3. Hubungan pajanan dengan penyakit
4. Pajanan dialami cukup besar
5. Peranan faktor individu
6. Faktor lain di luar pekerjaan
7. Tentukan PAK atau bukan

7 (tujuh) langkah diagnosis PAK


DIAGNOSIS
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

112
JUMLAH PAK
1. ILO (1919) : ANTHRAX
2. (1925) : 3 PAK YANG DAPAT DIKOMPENSASI
3. (1934) : 10 PAK
4. PERPRES No.7 tahun 2019
Bila ada PAK baru harus ditetapkan dengan
Keputusan Presiden
PENEMUAN KASUS PAK

MCU LAYANAN KESEHATAN PERTIMBSNGSN MEDIS


berkala / khusus BEROBAT DOKTER PENASEHAT
Tujuan diagnosis PAK

1. Memenuhi Hak Pekerja


2. Dasar penatalaksanaan (pencegahan,
pengobatan dan pengendalian lingkungan kerja)
3. Membatasi kecacatan dan mencegah kematian
4. Melindungi pekerja lain
Kemungkinan PAK

NORMAL

SEMBUH

PAK CACAT

MENINGGAL
PELAPORAN PAK
a. Laporan ke Dinas Tenaga Kerja setempat
b. Laporan ke BPJS Ketenagakerjaan.

1. Laporan tahap I / Form. KK2 (2 x 24 jam) , setelah


didiagnosis
2. Laporan tahap II / Form. KK3 (2 x 24 jam)
- setelah dinyatakan
a. sembuh (normal atau cacat b. meninggal
- Laporan Form KK5 (Laporan dari dokter yg memeriksa /
Rumah Sakit)

Cacat  program RTW.


PELAPORAN KK /
PAK
BPJS
Kasus KETENAGAKERJAAN
KK /PAK
Lapor tahap I
Dinas naker

Diperiksa
Diobati
Dirawat

BPJS
KETENAGAKERJAAN
SEMBUH Lapor tahap Ii
(normal / cacat)
Dinas naker
MENINGGAL
Lampiran I : Peraturan Menteri
Nomor : 03/Men/1998
Tanggal 26 Februari 1998

LAPORAN KECELAKAAN
Formulir bentuk 3
KK2 A

Wajib dilaporkan dlm 2 x 24 jam BENTUK KK2 A Nomer KLUI :


setelah terjadinya kecelakaan No. Kecelakaan
Diterima tanggal
(Diisi oleh Petugas Kantor Disnaker)
Nomor Agenda Jamsostek
1. Nama Perusahaan
- Dst
2. Nama tenaga kerja
- Dst
3. Tempat /Tgl kecelakaan
4. Uraian Kejadian kecelk
- Dst
5. Akibat kecelakaan
- Dst
6 Nama dan alamat
dokter/tenaga medis yg
memberikan
pertolongan pertama
(bila PAK nama dokter
yg pertama
mendiagnose)
6 Kejadian di tempat kerja
yg membahayakan K3

7 Perkiraan kerugian
waktu :
material :
9. Upah tenaga kerja
10. Kecelakaan dicacat dlm
Bukti Kecelakaan pada
No.Unit
11. Kecelakaan lain lain yg
perlu

__________________________
Nama dan tanda tangan Tanggal
Pimpinan perusahaan
TATACARA PENILAIAN CACAT KK /PAK
CACAT adalah hilang atau berkurangnya fungsi anggota badan karena
kecelakaan Kerja atau PAK yang secara langsung atau tidak langsung
mengakibatnak hilang atau berkurangnya kemampuan menjelankan
pekerjaannya.
(UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN
IMPAIRMENT
Kehilangan fungsi organ atau bagian tubuh lainnya
dibandingkan fungsi sebelumnya

DISABILITY
Dampak dari impairment tersebut terhadap
fungsi kerja dan / sosial

HANDICAP
Ketidakmampuan melakukan fungsi sosial yang normal
PENILAIAN CACAT

Tidak semua atau hanya sebagian PAK menyebabkan cacat

Cacat karena PAK wajib disertai adanya diagnosa PAK.

Apabila cacat anatomis atau hilangnya organ / bagian tubuh


tidak dapat dirujukkan kepada ketentuan cacat anatomis atau
hilangnya organ / tubuh, maka penilaian cacat didasarkan
kepada hilangnya kemampuan kerja fisik
Jenis kecacatan penyakit akibat kerja
cacat anatomis dan cacat fungsi.

cacat anatomis cacat fungsi.

124
Penatalaksanaan PAK
1. Pencegahan primer :
-.promosi kesehatan
- specific protection.
2. Pencegahan secondair :
- early diagnosis
- prompt treatment
3. Pencegahan tertier : - -
membatasi kecacatan
- rehabilitasi
PENANGANAN PEKERJA DG PAK:

1. PENGOBATAN : SESUAI KASUS/JENIS PENYEBAB

2. PENGURANGAN PAJANAN : ISTIRAHAT, ROTASI/PINDAH LOKASI


KERJA, APD

3. KOMPENSASI : PROSENTASI CACAT

4. PENDATAAN/SURVEILANCE : MENCEGAH KASUS BERULANG/PADA


TENAGA KERJA LAIN
DAMPAK PAK

Menurunkan produktivitas
Menurunkan daya saing
Biaya pengobatan/rehabilitasi meningkat
Turn over pekerja meningkat

HARUS
DICEGAH &
DIKENDALIKAN
Pencegahan/Preventif PAK (menurut ILO) :

1. Peraturan-perundang2an
2. Standarisasi
3. Pengawasan
4. Penelitian teknis
5. Riset Medik
6. Penilitian Psikologik
7. Penelitian secara statistik
8. Pendidikan
9. Pelatihan
10. Penggerakkan
11. Asuransi
12. Upaya K3
PENYELENGGARAAN MAKANAN
DI TEMPAT KERJA

Vilda Ana VS
Meningkatkan dan
mempertahankan
kemampuan kerja
Produktifitas

FUNGSI MAKAN

MENGGANTI SEL
TENAGA PERTUMBUHAN
YANG RUSAK
Kapasitas kerja

Kesehatan Gizi (kerja)

Asupan makanan
( Kwantitatif dan Kwalitatif)

a. (Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan


makanan)
b. Sebagai upaya perlindungan
Unsur dalam Gizi

Karbohidrat
1.

2. Protein
3. Lemak
4. Vitamin
5. Mineral
Penyediaan Kantin/ruang makan
PENYEBAB MASALAH GIZI TENAGA KERJA

Pemahaman
Pengurus dan
Cara Pekerja Lingkungan
Menyediakan Tempat
Makanan Kerja

Konsumsi MASALAH
makanan
rendah
Diberikan
Uang
Makan
Kapan Berapa
diberikan Kalori
diberikan
1. Umur
2. Berat badan
3. Jensi Kelamin
4. Keadaan khusus
KEBUTUHAN GIZI
SESEORANG
5. Lingkungan Kerja
a. suhu, bahan kimia
b. bakteri, psikologi

6. Aktifitas / Jenis
Pekerjaan
Kebutuhan Kalori
NO Kelamin Pek. Ringan Pek, Sedang Pek. Berat

1. Laki Laki 2000 – 2400 Kcal 2400 – 2800 Kcal 3000 – 3400 Kcal

2 Perempuan 1800 – 2200 Kcal 2200 – 2400 Kcal 2400 – 2800 Kcal
SE.Menaker No.SE.01/Men/1979 ttg Pengadaan
Kantin dan Ruang Makan
-anjuran :
- 50 s/d 200 ruang makan
- > 200 menyediakan kantin

SE.Dirjen Binawas No.SE.86/BW/89, ttg


Perusahaan catering yg mengelola makanan bagi TK

- persh.cater.bagi TK  rekomendasi
- Dinas Naker melakukan pembinaan
Rekomendasi Perusahaan Katering
Tujuan: - mencegah keracunan
- efisiensi
- mudah dlm pembinaan / pengawasan
- memperbaiki kondisi kerja
Sistem pengelolaan
langsung oleh perusahaan

Siatem Konsinyasi
(Penyediaan makan oleh
SISTEM
jasaboga, kontrak kerja
PENYELENGGARAAN

Siatem Copartnership )
oleh koperasi
karyawan / organisasi dl
Persh.
Sistem pelayanan
- Kafetaria (memilih tapi membeli)
- kantin (cuma-2)
- dibagikan di tempat kerja
- diberikan di lapangan kerja
PETUGAS PENGELOLA
Terdiri
1. Penanggung jawab, sbg koordinator
2. Juru masak
3. Pembantu juru masak / pelaksana
4. Pembantu dapur
5. Tenaga Pembersih
(peralatan / ruangan)
Syarat Penjamah / Petugas
1. Bebas dari penyakit infeksi / penyakit
menular
2. Tidak memiliki kebiasaan buruk
3. Disiplin
4. Memiliki pengetahuan tentang gizi
5. Istirahat bila sakit
6. Memakai pakaian kerja
7. Dilatih menjaga kesehatan dan kebersihan
4. Susunan menu dan nilai gizi

- bervariasi
- gizi seimbang
- kecukupan kalori
- - makanan biasa
(bukan pantangan)
Permenaker No.5 tahun 2018

1. Dapur, kamar makan peralatan harus bersih


2. Dapur, kamar makan tak boleh berhubungan
lansung dengan tempat kerja
3. Dapur dan kamar makan haris mendapar
penerangan yang baik, dan peredaran udara yang
cukup
4. Makanan yang disediakan untuk karyawan harus
memenuhi syarat kesehatan
5. Air yang digunakan untuk makan dan minum harus
memenuhi syarat

a. Tidak boleh berbau dan segar


b. Tidak boleh berwarna dan harus bening
c. Tidak boleh berasa
d. Tidak boleh binatang mengambang dan bakteri
e. Pada waktu tertentu harus diperiksa laboratorium
6. Peralatan dibersihkan dengan sabun dan air panas,
mudah dibersihkan.
7. Petugas harus sehat tak punya sakit menular
kesehatan harus selalau bersihdan menjaga kebersihan,
mendapat pendidikan
8. Majikan harus menyediakan pakaian kerja
9. Pemeriksaan kesehatan minimal 1 tahun sekali
dengan pemeriksaan rontgen
10. Petugas tidak boleh melayani selama menderita
sakit.
KEUNTUNGAN MEMBERIKAN MAKANAN BAGI TENAGA KERJA

Kemampuan
Kerja
Produktivitas

Kesehatan

KEUNTUNGAN Mengatasi
Kelelahan

Absensi
Hubungan Senang
Pekerja Motivasi kerja
Pengusaha Gairah kerja
24

153
Laporan Kasus keracunan makanan

- Pengusaha mengisi Btk KK2


- Lapor ke Disnaker  Pengawas
- Pengawas Px dan pengkajian
- Hasil lapor Ka.Dinas
- Pengawas berikan rekomendasi
Hal hal yang diperhatikan
a. Standar makanan yg disediakan diperhitungkan sesuai dg beban
kerja dan lama pekerjaan, serta pertimbangan situasi kerja
b. Waktu makan pada umumnya seperti waktu makan di rumah,
terutama makan siang atau makan sore
c. Diperlukan tenaga khusus yg mengelola makanan serta
melayani makanan di ruang makan
d, Macam hidangan sederhana, tidak banyak variasi dan disajikan
menurut kemampuan perusahaan, tanpa mengabaikan kebutuhan
karyawan
e. Pelayanan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dan paling
banyak dilakukan adalah menggunakan tiket makanan (prasmanan)

Vilda Ana VS
Alhamdulilah…
Terima Kasih…Danke..
Merci Beaucoup..Matur Suwun

Mereka menjawab : maha Suci Engkau tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
(QS.Al Baqarah:32)
PENGERTIAN
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) :
Upaya memberi pertolongan pertama pada korban
kecelakaan atau penyakit mendadak, dg cepat & tepat
sebelum korban mendapat pertolongan lebih lanjut.

P3K di tempat kerja :


Upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat
dan tepat kepada pekerja/buruh dan/atau orang lain
yang berada di tempat kerja, yang mengalami sakit atau
cidera di tempat kerja.
Kasus kecelakaan  Golden time / period
PPPK
- Pertolongan pertama
- Tidak mengobati
- Cepat, tepat secara sederhana dan aman

Petugas PPPK
- TK ditunjuk oleh manajemen diserahi
tugas tambahan meleksanakan PPPK di
tempat kerja
Maksud dan Tujuan P3K

1. Menyelamatkan nyawa
2. Mencegah keparahan
3. Meringankan penderitaan
4. Mempercepat penyembuhan
5. Mempertahankan daya tahan tubuh
6. Mencari pertolongan selanjutnya
PRINSIP DASAR
TINDAKAN PERTOLONGAN

1. Pedoman tindakan
• Penolong harus memahami dan terampil
• Tindakan pertolongan harus berurutan
• Amankan korban dan beri tanda tempat kejadian
• Cari bantuan sambil memberikan pertolongan
2. Ciri-ciri gangguan
• Mengenali ciri-ciri gangguan pada korban
3. Kesiapan pertolongan
• Personil
• Buku petunjuk/buku pedoman panduan
• Kotak P3K & kotak khusus dokter
• Alat angkut & transportasi
• Alat perlidungan
• Peralatan darurat
PRINSIP DASAR TINDAKAN P3K
a. Penolong harus memahami dan terampil
mengamankan dirinya dan korban  gunakan alat
pengaman/pelindung yang tepat dan cocok serta
prosedur yang benar.

b. Amankan segera korban dari suatu gangguan lain


disekitar tempat kejadian.

c. Tindakan pertolongan harus dengan urutan yang


paling tepat.
d. Penolong harus mampu menilai dan membaca situasi
sebelum memutuskan tindakan apa yang harus
didahulukan.

e. Usahakan secepat mungkin menghubungi dokter,


ambulan, rumah sakit atau yang berwajib sambil
pertolongan pertama diberikan.

f. Pertolongan pertama yang bersifat darurat harus


segera diikuti pertolongan yang lengkap dan
sempurna, serta pada kasus besar diikuti dengan
pengamanan terhadap tempat kejadian agar tidak rusak
apabila nantinya diadakan penyelidikan.
Langkah-langkah yang harus diingat

• D = Danger
• R = Respon
• H = Help
• C = Circulation
• A = Airway
• B = Breathing
• D = Disability
Peraturan Perundangan Yang Terkait
Pelaksanaan P3K di Tempat Kerja

1. Undang-undang No. 1 tahun 1970


- Pasal 3: syarat-syarat Keselamatan Kerja untuk memberikan
P3K
- Pasal 9 ayat (3): kewajiban membina tenaga kerja dalam
pemberian P3K
\
2. Permennakertrans No.Per.03/Men/1982
- Pasal 2: Tugas pokok PKK diantaranya :
 Pelaksanaan P3K
 Pendidikan petugas P3K
3) Pemberian lisensi dan buku kegiatan P3K
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dikenakan biaya.
4
Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
ketenagakerjaan DAN K3.
PELAKSANAAN PELATIHAN PETUGAS P3K DI TEMPAT
KERJA

Penerbitan Sertifikat
1) Penerbitan sertifikat bagi yang baru mengikuti pelatihan :
 sertifikat dikeluarkan oleh Dirjen Binwasnaker dan K3
c.q Direktur Pengawasan Norma K3.
2) Penerbitan sertifikat bagi yang pernah mengikuti
pelatihan sebelum dikeluarkannya Keputusan ini.
 Dalam hal petugas P3K di tempat kerja yang pernah
mengikuti pelatihan sebelum pedoman ini dikeluarkan
dan telah memiliki sertifikat dari penyelenggara
pelatihan, maka sertifikat dapat diterbitkan oleh
Dirjen Binwasnaker c.q Direktur Pengawasan Norma
K3, setelah melalui proses evaluasi.
Lisensi Petugas P3K di Tempat Kerja
• Lisensi Petugas P3K di tempat kerja diterbitkan oleh instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat
• Pemberian lisensi bagi Petugas P3K di Tempat Kerja dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Pengurus harus mengajukan permohonan kepada Instansi yang bertanggung
jawab dibidang ketenagakerjaan setempat disertai lampiran :
a) Surat keterangan penunjukkan dari perusahaan sebagai Petugas P3K di
tempat kerja.
b) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter.
c) Surat pernyataan bersedia ditunjuk sebagai Petugas P3K di Tempat Kerja
d) Salinan sertifikat
e) Pasfoto 2x3 berwarna sebanyak 2 lembar
2. Lisensi petugas P3K di tempat kerja berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal
diterbitkan dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan dan
lampiran sebagaimana tersebut pada huruf 1, dan disertai laporan kegiatan
selama pemberian lisensi.
Bentuk Lisensi Petugas P3K Di Tempat Kerja

Tampak bagian depan :


9,5 CM

Logo LISENSI PETUGAS P3K Logo K3


Pemda DI TEMPAT KERJA
No. : /P3K/ /200...

Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
Jabatan :
Berlaku s/d :

……………, tanggal-bulan-tahun
5,5 cm
Kepala Dinas............... ......

Nama
NIP
Bentuk Lisensi Petugas P3K Di Tempat Kerja

Tampak bagian belakang :

KEWAJIBAN PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA


1. Melaksanakan tindakan P3K bila terjadi kecelakaan di tempat
kerja
2. Merawat fasilitas P3K di tempat kerja
3. Mencatat setiap kegiatan P3K di tempat kerja dalam buku
kegiatan
4. Melaporkan kegiatan P3K di tempat kerja kepada pengurus
5. Melakukan latihan P3K di tempat kerja sekurang-kurangnya 6
(enam) bulan sekali dan dicatat dalam Buku Kegiatan Petugas
P3K di Tempat Kerja.
Pasal 8
Pasal 12.
. Fasilitas tambahan (APD, alat khusus)
- APD sesuai bahayanya
- shower
Pelaksanaan P3K Di Tempat Kerja

Pengorganisasian melalui : P2K3


Penerapan melalui :
 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
 Merupakan bagian dari upaya
penanggulangan keadaan darurat
(Emergency Respond)
Dilakukan oleh petugas terlatih
23

TRAINING K3 PERTOLONG-
AN PERTAMA PADA KECE-
LAKAAN

191
BANTUAN HIDUP DASAR

Adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan nafas,


membantu pernafasan, dan mempertahankan sirkulasi
darah tanpa menggunakan alat bantu.

Tujuan
1. Mencegah berhentinya sirkulasi darah.
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi
dan ventilasi dari korban yang mengalami henti
jantung dan henti nafas melalui Rsusitasi Jantung Paru
(RJP)
Kapan dilakukan BHD

A. HENTI NAFAS
Tanda Tanda
1. Tak ada gerakan dada / perut
2. Aliran udara pernafasan tidak ada
3. Contoh : tenggelam. Tersengat listrik
B. HENTI JANTUNG
Tanda awal
1. Nafas tersengal sengal
Cara memberikan bantuan pernafasan
1. Mulut ke mulut (tutup hidung, Pastikan mulut
tertutup semua)
2. Mulut ke hidung
3. Mulut ke stoma (setelah laringotomi)

Cara 1 dan 2 tidak boleh dilakukan akibat keracunan bahan kimia


toksik.
Bila peru gunakan : - Ambibag
- Pocket Mask
- kain.
PENANGANAN KASUS
A. Perdarahan
1. Penolong menggunakan sarung tangan (
pengaman)
2. Pedoman 4 T
T1 : Tekan langsung keadaan bersih
T2 : Tekan pembuluh nadi diatasnya
T3 : Tinggikan luka > jantung
T4 : Torniquet
B. LUKA
Tindakan Umum
1. Jangan menyentuh luka
2. Bersihkan luka dengan air / anti septik
3. Tutup luka dengan kasa steril  balut
(Bila ada darah memancar klem / torniquet)
a. Luka perut : perdarahan dalam
b. Luka gigitan anjing
c. Luka Bakar :
d. Luka bahan kimia  terbakar
C. PATAH TULANG
Tanda tanda
1. Lokasi patah bengkak
2. Nyeri tekan di atau sekitarnya
3. Bagian tulang yang patah tak bisa digerakkan
4. Perobahan bentuk (deformitas)
5. Mungkin terdengar bunyi gesekan tulang
Priritas pertolongan
6. Patah tulang iga (terbuka), gangguan nefas
7. Patah tulang leher
8. Patah tulang terbuka , tidak sadar
Lokasi tersering patah tulang
1. Patah tulang dasar tengkorak
Kesadaran menurun dan keluar darah dari hidung
dan telinga
Tindakan : buka jalan nafas, telinga jangan tutup
2. Patah Tulang belakang
- tidur terlentang (tanpa bantaL, bantal tipis di
punggung, angkat hati hati (4 orang)
3. Patah tulang rahang mulut
- Balut dengan pembalut segitiga yang dibelah
sudutnya
4. Patah tulang leher
Leher diberi bantal (colar neck)
5. Patah tulang selangka
Pakai ransel verban (bagian patah diberi alas)
6. Patah tulang iga / rusuk
Beri plester sepanjang rusuk sp tulang punggung
7. Patah tulang lengan atas
Pakai bidai dari siku sp bahu / ketiak
Pasang mitela untuk imobilisasi
8. Patah tulang lengan bawah
- bidai dari siku sp telapak tangan Luar dalam
- Pakai mitela
9. Patah tulang pergelangan / telapak tangan
- tindakan sama dengan patah tulang lengan
bawah
10. Patah tulang paha
- bidai dari ketiak sp telapak kaki (luar)
- bidai dari pangkal paha sp telapak kaki
- fiksasi dengan mitela di sendi sendi dan antara
tulang yang patah
11. Patah tulang tungkai bawah
- bidai pasang luar dan dalam dari paha sp
telapak kaki.
- lakukan fiksasi
12. Patah tulang telapak kaki
- sepatu jangan dilepas
- bidai sama dengan patah tulang tungkai bawah.
13. Patah tulang telapak kaki
- pasang bidai sama dengan patah tulang tungkai
bawah
D. TERKILIR
Tindakan
1. Jangan masukkan kembali
2. Pertahankan posisi terkilir
3. Pasang bidai seperti patah tulang
4. Kompres Es 15 – 20 menit
5. Tinggikan kaki
E. MEMBALUT LUKA
Prinsip
1. Menutup luka dan rapi
2. Tidak terlalu kuat / kendor
3. Bagian distal tetap terbuka untuk melihat adanya
perobahan kulit
4. Simpul rata untuk menghindari penekanan pada kulit

Tindakan
5. Taruh bbrp kasa steril pada luka
6. Dibalut
Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/ AIDS di Tempat Kerja
Human
Immunodeficiency
Virus

HIV adalah virus yang menyerang sel


darah putih (CD 4) di dalam tubuh.
Sel darah putih : sel kekebalan yang
berfungsi melawan bibit penyakit yang
masuk ke dalam tubuh
AIDS
(AQUIRED IMUNODEFICIENCY SYNDROME)
Suatu kumpulan gejala penyakit (Sindrom) berupa
menurun/hilangnya kekebalan tubuh yang
diakibatkan oleh virus (HIV) dan disertai berbagai
penyakit/infeksi ikutan yang berakibat fatal

Infeksi ikutan = infeksi opurtunistik


DIMANAKAH HIV ITU BERADA?
HIV terutama ditemukan di:
- Darah
- Cairan Vagina
- Air Mani (bukan pada sperma)
- Air Susu Ibu

Penularan terjadi melalui kontak dengan cairan tsb


yang mengandung HIV

HIV tidak ditemukan di keringat, air kencing, tinja,


air ludah
KONTAK SOSIAL TIDAK MENULARKAN HIV
TES HIV Terhadap Tenaga Kerja
1- DILARANG digunakan untuk :
- Persyaratan dalam proses rekrutmen
- Kelanjutan status pekerja/buruh
Kewajiban pemeriksaan kesehatan

2. DAPAT DILAKUKAN atas dasar :


- Kesukarelaan
- Dengan persetujuan tertulis
- Tersedianya konseling sebelum dan sesudah tes
- Dilakukan oleh dokter yang mempunyai keahlian
khusus.
PRINSIP TES HIV
• Sukarela
• Konseling sebelum dan sesudah tes
• Kerahasiaan
(Sumber: Strategi Nasional Penanggulangan AIDS)

Kasus di Indonesia :
-
- 85 % usia produktif
-3M
- berdampak pada dunia bisnis
CARA PENCEGAHAN
Tidak melakukan hubungan seksual dg
pasangan yg tidak syah (abstinensia)

A
Saling setia pada satu pasangan
yang tidak terinfeksi HIV (baku setia)

B
Gunakan kondom untuk hubungan
seks yang berisiko

C
Hindari penggunaan jarum suntik
secara bergantian dan tidak steril

D
Cara lain mengurangi risiko penularan
HIV?

Menolak mendapat suntikan/tindakan medis dari alat


suntik/medis yang diragukan sterilannya

Tidak menggunakan pisau cukur/ gunting kuku/sikat


gigi/handuk bersama

Menghindari prosedur tatoo dsb.

Menghindari kontak langsung dengan darah/cairan


tubuh orang lain

04/27/2021 221
BUTUH KEWASPADAAN BUKAN
KEPANIKAN
di dalam dan luar tempat kerja
Sebagai pekerja:
• Harus waspada terhadap semua potensi
bahaya ditempat kerja
• Membudayakan “CARA KERJA AMAN”

04/27/2021 224
PENGHARGAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI TEMPAT KERJA
• Kep. Dirjen Binawas No. Kep 44/PPK/VIII/2012

Jenis Penghargaan kepada


1. Penghargaan Perusahaan
2. Pemeduli Program P2HIV dab AIDS
3. Pembina Program P2 HIV dan AIDS

Bentuk Penghargaan
4. Piagam
5. Plakat
6. Lencana
7. Pin
MENOLONG KORBAN KECELAKAAN (DI
TEMPAT KERJA)

- Hindari kontak dengan darah korban

- Bila terjadi kontak langsung, jangan menyentuh mata atau mulut dengan
tangan yang terkena darah

- Penolong segera mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun

04/27/2021 AS-Prosedur K3 HIV/AIDS 228


Pertolongan pertama setelah paparan terhadap darah orang lain

• Keluarkan darah dari tempat yang tertusuk atau terkena


benda tersebut.
• Cuci dengan air dan sabun (untuk mata dan mulut hanya
dengan air).
• Oleskan cairan antiseptik misalnya povidon iodine pada area
luka
• Konsultasi dengan tenaga medis untuk menilai risiko.

04/27/2021 AS-Prosedur K3 HIV/AIDS 229


MEMBERSIHKAN LOKASI
KECELAKAAN

• Hindari kontak dengan darah,


• Bercak darah dibersihkan dengan larutan
khlorine 0,5% (1 bagian pemutih: 9 bagian air)
dengan bahan yang mudah menyerap
• Buang bahan yang terkontaminasi darah ke
dalam kantong plastik atau tempat tahan
tembus dan dibakar/dikubur.
• Baju atau bahan-bahan yang terkena bercak
darah harus dicuci dengan air panas dan
detergent selama 30 menit.

04/27/2021 AS-Prosedur K3 HIV/AIDS 230


RESUSITASI (PERNAFASAN BUATAN)

• Penderita tidak sadar dan tidak bernafas harus


segera mendapat pertolongan resusitasi (M to
M)
• Penolong tidak perlu ragu, karena tidak
terjadi penularan melalui ludah.
• Sebaiknya penolong membersihkan mulut
penderita dahulu bila ada darah.

04/27/2021 AS-Prosedur K3 HIV/AIDS 231


Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN) di Tempat Kerja
PENGERTIAN
• NARKOBA/NAPZA adalah istilah yang merupakan
singkatan dari : NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA
DAN BAHAN ADIKTIF LAINNYA.

• NARKOTIKA adalah zat atau obat, baik yang


berasal dari tanaman maupun bukan, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan kecanduan.
PENGERTIAN
PSIKOTROPIKA
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan
narkotika yang bersifat atau berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

BAHAN ADIKTIF
adalah bahan lain yang tidak tergolong narkotika atau
psikotropika yang dalam penggunaannya dapat menimbulkan
ketergantungan
JENIS NARKOBA
A…NARKOTIKA :
• Golongan I : hanya dapat digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi dan mempunyai potensi amat kuat dan mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
• Contoh : HEROIN/PUTAUW, KOKAIN,
GANJA/CIMENG/KANABIS/GELEK.
• Golongan II : berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terpai dan atau
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. (
Contoh : MORFIN, PETIDIN, METHADON)
• Golongan III : berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantuangan.
(contoh : Codein
B. PSIKOTROPIKA :
• Golongan I : hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketrgantungan Contoh : ECTASI
• Golongan II : berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : AMPHETAMINE/SHABU-
SHABU
• Golongan III : berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan menyebabkan sindroma
ketergantuangan. contoh : Amorbital
• Golongan IV : Bisa menimbulkan ketergantungan rendah,
berkhasiat dan dipergunakan luas untuk tujuan pengobatan
dan ilmu pengetahuan. Contoh : DIAZEPAM,
BARBITAL
C, BAHAN ADIKTIF LAINNYA :
• Minuman keras (alkohol) (Golongan A : 1-5%, Golongan B :
5 – 20%, Golongan C : 20 – 50%
• Kafein
• Nikotin
• Inhalansia depresan (lem, bahan bakar, cairan pelarut,
penghapus cat, tip-ex dll
COCAIN

OPHIUM KOKA GANJA

HEROIN

JENIS NARKOTIKA ALAMI & SINTESIS


EXTACY/INEX

SHABU AMPETAMIN

PIL BK MAGADON

JENIS PSIKOTOPIKA
GEJALA PENDERITA PENYALAHGUNAAN NARKOBA :

Ketahanan fisik menurun


Badan kurus, lemah, malas, dan tidak nafsu makan
Pupil mata mengecil
Sifat mudah kecewa dan cenderung menjadi agresif
dan destruktif
Perasaan rendah diri
Cenderung mengabaikan peraturan-paraturan
Cenderung memiliki gangguan jiwa, seperti
kecemasan, apatis, menarik diri dari pergaulan,
depresi, kurang mampu menghadapi stres atau
sebaliknya yaitu hiperaktif dan sering berbohong
GEJALA PENDERITA PENYALAHGUNAAN NARKOBA :

Sekali-kali dijumpai dalam keadaan mabuk,


bicara pelo dan jalan sempoyongan
Pola tidur berubah
Muka pucat, mata merah/cekung, bibir
hitam/pucat
Sering buang air kecil/ besar
Tangan dan lengan ada bekas tusukan jarum,
bengkak dan merah goresan jaringan parut
Sangat sensitif dan cepat curiga.
WASPADAI 3 - ONG

BENGONG
BOHONG
NYOLONG
PENYALAHGUNAAN NARKOBA DIPENGARUHI
OLEH :
• Faktor ketersediaan narkoba (harga terjangkau/relatif meriah,
mudah memperoleh obat sperti; Apoteker, perawat, dokter,
ataupun detailer)
• Faktor Individu (Tidak mampu atau tidak berani menghadapi
tekanan dari lingkungan atau kelompok pergaulan untuk
menggunakan narkoba)
• Faktor pekerjaan dan lingkungan kerja (beban kerja berlebih,
ketidaknyamanan hubungan kerja, penyalahguna narkoba
sebagai rekan kerja)
• Faktor zat yang ada di dalam narkoba itu sendiri
(Penyalahguna narkoba secara fisik akan merasakan sakit dan
tidak nyaman apabila tidak ada zat yang bisa ada di dalam
tubuhnya)
FAKTOR TEMPAT KERJA

Hasil penelitian tentang penyalahgunaan


narkoba di industri transport menunjukkan
bahwa stimulan seperti amfetamin, terdeteksi
pada 15 % pengemudi dan 62 % pengemudi
jarak jauh.

Sumber : BNN
KERAWANAN MASALAH NARKOBA
DI TEMPAT KERJA

DI LINGK. DI LINGK. DI LINGK.


URAIAN UMUM LAPAS
PEKERJA
USIA PERTAMA PAKAI 11–15 20– 24 15–2 4

SURVEY PENDIDIKAN SLTA SLTA SLTA


TERBANYAK
BNN Ganja Ganja
JENIS PERTAMA PAKAI Ganja
2003- Coba-2 Coba-2
ALASAN UTAMA Coba-2
2004 MEMAKAI
FAKTOR UTAMA TEMAN TEMAN TEMAN
PENYEBAB

KEBIASAN MEROKOK YA YA YA

Pecandu sebagaian besar adalah usia produktif / angkatan


kerja
Demographic data karyawan yang berisiko tinggi
menyalahgunakan narkoba :

Bujangan; hidup berpisah, cerai


Laki-laki
Tingkat pendidikan rendah
Tinggal sendiri
Telah mengalami krisis dalam kehidupan
Socially and economically disadvantaged
Demographic Data

Hasil penelitian Epidemiologi


menunjukkan bahwa sebagian besar
penyalahguna narkoba adalah pada
umumnya berusia di atas 25 tahun,
80% laki-laki dan 20% perempuan,di
usia productive dan bekerja.
Pengaruh Penyalahgunaan Narkoba

Sejumlah penelitian telah menunjukkan dampak


negatif dari penyalahgunaan Narkoba pada
Perusahaan
Karyawan
Teman kerja
Keluarga
* Absensi
* Biaya lembur
Pengaruh Narkoba * Sering datang
pada Perusahaan terlambat
* Kecelakaan akibat
kerja
* Perkelahian/
Perselisihan antar
karyawan
* Biaya tunjangan
kesehatan
* Biaya kompensasi
KECELAKAAN KERJA BERKAITAN DENGAN
PENYALAHGUNAAN MINUMAN KERAS :

Reaction time lambat


Motor performance (clumsy movements dan poor
coordination)

Sight (blurred vision)

Mood (agression atau depression)

Memory (loss of concentration)

Intellectual performance (logical thinking impaired)


PENGARUH NARKOBA DI TEMPAT KERJA
TERHADAP KARYAWAN / TEMAN KERJA /
KELUARGA :
• Pergantian cepat karyawan (fast turnover)
• Merusak potensi SDM
• Merusak hubungan antar karyawan dan
perusahaan
• Merusak hubungan antar anggota
keluarga.
TKP PABRIK EKSTASI KREO BATAS
TANGERANG TAHUN 1998

Sumber : MABES POLRI


PENDEKATAN & PROGRAM PENCEGAHAN

PENDEKATAN PROGRAM/KEGIATAN

BERBASIS KELUARGA ADVOKASI


I ndividu Ang.Klg & Orang Tua Terhadap Para pengusaha, PRO
BERBASIS SEKOLAH Pimpinan perusahaan,
Guru, Murid, dan Teman Sebaya pimpinan SP/SB agar DUK
BERBASIS TEMPAT KERJA mendukung
Pimpinan, Karyawan & Klg nya setiap upaya P4GN TIVI
BERBASIS INSTITUSI PENYULUHAN
Penentu kebijakan dan bawahan Terhadap seluruh lapisan TAS
BERBASIS ORGANISASI pekerja agar merubah sikap
Pemuka masyarakat, TOMA Menolak narkoba
BERBASIS GIAT MASYARAKAT PELATIHAN
Pemuda, Klp.Remaja & Masy.Umum Terhadap para fasilitator
BERBASIS MEDIA MASA Penyuluh Pencegahan
Cetak, Elektronik dgn pemberitaan Bahaya Narkoba di
yang lurus, jelas dan mendidik Tempat kerja.
PERATURAN
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: PER. 11/MEN/ VI/2005
TENTANG

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN


PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA DI TEMPAT
KERJA
Ketentuan umum

Pasal 2
 Pengusaha wajib melakukan upaya aktif
pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan
zat adiktif lainnya di tempat kerja.

 Upaya aktif adalah :


 penetapan kebijakan;
 penyusunan dan pelaksanaan program.

 Melibatkan:
 pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh,
 pihak ketiga atau ahli di bidang narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya.
Pasal 3
Dalam melaksanakan upaya pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya
ditempat kerja, pengusaha, pekerja/buruh dan serikat
pekerja/serikat buruh dapat berkonsultasi dengan
instansi pemerintah yang terkait*.

*BNN, BNP. BNK, Pusat T& R dll.


Pasal 4
Proses penetapan kebijakan sebagaimana harus melalui
konsultasi antara pengusaha dengan pekerja/buruh dan atau
serikat pekerja/serikat buruh.
Kebijakan tertulis harus dinyatakan secara tertulis dan sekurang-
kurangnya memuat :
komitmen pengusaha dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan;
komitmen pembentukan unit yang menangani program
pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya
di tempat kerja.
unit dapat merupakan unit tersendiri atau terintegrasi dengan
panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) atau
pelayanan kesehatan kerja.
kebijakan harus diberlakukan tanpa diskriminasi.
PROGRAM
Pasal 5

Pelaksanaan program dilaksanakan dengan cara :


mengkomunikasikan kebijakan dan program kepada semua
pekerja/buruh;
melaksanakan program penyuluhan, pendidikan dan latihan
untuk meningkatkan kesadaran pekerja/buruh;
mengembangkan program bantuan konsultasi bagi
pekerja/buruh;
melaksanakan evaluasi kebijakan dan program secara
berkala.
Pelaksanaan program harus terintegrasi dalam program
keselamatan dan kesehatan kerja.
Pelaksanaan Tes ( Pasal 6 )
Pengusaha dapat meminta tes narkoba pada pekerja/buruh
yang diduga menyalahgunakan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya dengan biaya ditanggung oleh perusahaan.
Pelaksanaan tes harus dilakukan oleh sarana kesehatan atau
laboratorium yang berwenang sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Hasil tes harus dijaga kerahasiaannya seperti halnya yang
berlaku bagi data rekam medis lainnya.
Berdasarkan hasil tes, dokter yang telah mendapatkan
pelatihan di bidang narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya dapat menetapkan apakah pekerja/ buruh harus
mengikuti perawatan dan atau rehabilitasi.
Terapi dan rehabilitasi
Pasal 7
• Ketentuan mengenai pekerja/ buruh yang
membutuhkan perawatan dan atau rehabilitasi akibat
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

• Pengusaha dapat menjatuhkan tindakan disiplin pada


pekerja/buruh dalam hal pekerja/buruh tidak bersedia
untuk mengikuti program pencegahan,
penanggulangan, perawatan dan atau rehabilitasi akibat
penyalahgunaan narkotika, psikotropika atau zat
adiktif lainnya.
BOXES
• Penyalahguanaan dan peredaran gelap NARKOBA di
tempat kerja mempunyai dampak buruk baik terhadap
tenagakerja, lingkungan tempat kerja, perusahaan
maupun keluraga.

• Pengusaha wajib melakukan upaya aktif P4GN di


tempat kerja melalui Penetapan kebijakan dan
Penyusunan dan pelaksanaan program sebagaimana
telah diatur di dalam Permennakertrans No. Per.
11/Men/2005.
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
PANDEMI INFLUENZADI TEMPAT KERJA
PENERAPAN NORMA KESEHATAN
KERJA

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja


Pelayanan Kesehatan Kerja :
Sarana perlindungan tenaga kerja, dengan penerapan upaya
kesehatan kerja
Salah satu tugas pokoknya : mencegah thd penyakit umum dan
penyakit akibat kerja
Masalah COVID-19 di tempat kerja dapat merupakan
penyakit umum maupun penyakit akibat kerja.
PROGRAM PENANGULANGAN PANDEMI INFLUENZA MELALUI PENERAPAN K3

1. Penanggulangan Pandemi Influenza di tempat kerja merupakan


bagian tak terpisahkan dari program K3 di perusahaan :
Pembinaan Kesehatan pekerja : Sosilaisasi, informasi dan edukasi
(personal hygiene, sanitasi perusahaan, dll)
Penerapan prosedur K3 untuk mencegah pajanan
Rencana tanggap darurat
Pengawasan kasus flu burung di tempat kerja.

2. Pengembangan program melalui lembaga P2K3 dan Pelayanan


Kesehatan Kerja dengan memberdayakan fungsi SDM K3 :
dokter perusahaan & dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja,
ahli K3,
paramedis perusahaan,
petugas K3 dll.
3. Mendorong peran unsur tripartit & koordinasi dg
pihak terkait :
• Pemerintah khususnya Depkes/Dinkes & Disnaker
• organisasi pengusaha (APINDO, KADIN),
• serikat pekerja/buruh (SP/SB)
• serta pihak pemeduli lainnya (asosiasi profesi K3, ILO,
LSM, pakar/praktisi kesehatan kerja dll.)
Jejaring program di tempat kerja
Apindo SP/SB
Dinas Kesehatan Dinas Naker

Manajemen
Rumah Sakit Perusahaan

P2K3 Unit SP/SB


Puskesmas

Unit Pelayanan
Kesehatan
Kerja
(Klinik/RS)
Bentuk Program/Kegiatan Pencegahan & Penanggulangan Pandemi
Influenzadi Tempat kerja

1. Promotif :
• Sosialisasi/workshop/seminar bagi pegawai
pengawas ketenagakerjaan, SP/SB, APINDO dan
personil K3 (ahli K3, dokter perusahaan, paramedis
perusahaan)
• Advokasi terhadap pengusaha
2. Preventif :
• Pengendalian lingkungan kerja
• Penggunaan APD
• Imunisasi
• Isolasi penderita/suspect
Peran Pengawas dalam Pencegahan di Tempat Kerja

• Melaksanakan pembinaan dan pengawasan program


sebagai bagian dari pengawasan K3
• Mendorong kelembagaan dan SDM K3 dalam
mendukung program
• Mengkoordinasikan peran APINDO dan SP/SB
• Mendorong pengusaha dalam berkontribusi dalam
pelaksanaan program
• Bekerja sama dengan instansi terkait (Dinkes, dll.)
dalam pembinaan, monitoring dan evaluasi
Peran Pengusaha dalam Pencegahan di Tempat Kerja

• Menerapkan program K3 secara keseluruhan


• Memberdayakan kelembagaan dan SDM K3
dalam mendukung program
• Bekerjasama dengan SP/SB dalam penerapan
program
• Bekerja sama dengan instansi terkait dalam
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan
Peran Pekerja dalam Pencegahan di Tempat Kerja

• Menerapkan syarat K3
• Melaksanakan setiap ketentuan penerapan syarat K3
• Berperan aktif dalam pelaksanaan program
pencegahan
• Memberikan masukan perbaikan kepada perusahaan
dalam pelaksanaan program pencegahan
No one is born to lose.
Everyone is born…. to win.
And the biggest difference that
separates the one from the other
is the willingness
to learn, to change, and to grow
to dream…

Alhamdulillah ..Terima Kasih….

Anda mungkin juga menyukai