KEPUTUSAN
SIDANG-SIDANG KOMISI
Regulasi
- Perizinan PBF Bahan Baku
Dasar perubahan ditanyakan ke pemerintah
Usulam ; Selamanya atau 5 – 10 tahun
- Perizinan PBF Obat Jadi
Transisi Pom ke Depkes – Disepakati Depkes
Sosialisasi ke Pengda ; BPOM dan Depkes
Izin pindah alamat ; Izin HO tidak perlu dirubah
- Peraturan bidang kefarmasian distribusi obat
Diminta sosialisasi kepada pemerintah pusat dan daerah : agr
tidak berbenturan dengan peraturan daerah (OTODA)
- Surat Pesanan ditiadakan kecuali untuk Psikotropika dan Narkotika
dengan memanfaatkan peranan IT
- Aturan Uji Mutu BPOM perlu ditinjau kembali dalam proyek PKD –
Khususnya aspek biaya
Good Distribution Practices
- Sosialisasi GDP terbaru ; syarat dan standar apa
- Dikaji perlu tidak adanya badan sertifikasi
Perpajakan dan sistem harga
- Menghapus pajak diindustri farmasi dan usaha farmasi ; khususnya
Ppn dll
- Mengusulkan ke industri ; harga obat bias berbeda-beda berdasarkan
wilayah (PKD) dan kewajaran harga yang ada ( SK Menkes terlalu
rendah )
- Ppn untuk pengadaan obat PKD diberlakukan 1 x dan final
Diusulkan untuk pengkajian ulang klarifikasi PBF berdasarkan bidang usaha
ataupun banyak principal atau cabang
: Vincent ……………………………….
HASIL SIDANG :
I. Industri Apotik
1. Masalah pengelolaan apotik
i. Mengusulkan kepada pengurus pusat untuk membentuk satgas
Tim perbaikan manajemen apotik dalam bentuk pembuatan
software yang digunakan bersama-sama untuk kepentingan
anggota.
ii. Mengadakan pelatihan-pelatihan di Pengda masing-masing
dengan nara sumber dari pusat.
2. Masalah Modal Kerja
i. Pengurus pusat merekomendasikan anggota-anggotanya kepada
bank-bank sebagai mitra kerja sehingga memberikan manfaat
atau kemudahan-kemudahan kepada anggota dalam memperoleh
tambahan modal kerja maupun pelayanan perbankan lainnya.
ii. Agar GPFI menginformasikan kepada anggota BUMN mana saja
yang mau bekerjasama dengan anggota.
3. Masalah Harga Jual Apotik
i. HJA yang diusulkan maksimal 1,33 dari HNA. Masing-masing
Pengda bias menyesuaikan dengan daerahnya masing-masing.
ii. Untuk menekan harga obat, PPN dihilangkan dan atau bersifat
final (non double tax).
4. Masalah Pelayanan Farmasi (Pharmaceutical Care)
i. Daftar Obat Wajib Apotik (DOWA) agar diperluas jumlahnya
dalam batas penyerahan oleh apoteker, sehingga efisiensi NPNS
(No Pharmacist No Service) dapat terlaksana.
ii. Apoteker bias mengganti obat yang diresepkan oleh dokter
dengan obat yang memiliki kandungan yang sama. Meminta
pemerintah agar segera menerbitkan PP yang mengatur tentang
penggantian obat di apotik untuk mengganti PerMenKes 1332
tahun 2002 bab 7 pasal 15 ayat 3.
TIM PERUMUS
- R. Koetoyo
- Dra. Merdi Juretta M,Apt
- Dr. Gideon Hartono
- Drs. Ronny Japasal
- F. Heri Dian
- Drs. Inga Palandra, Apt
Peserta : 18 Propinsi
Ketua : Th. Djarwoto B.D. (Jatim)
Sekretaris : Hasrul Harun (Sulsel)
Anggota : Laurensius Barutu (Lampung)
I. DEREGULASI ;
1. Mengusulkan kepada Pemerintah/Departemen Kesehatan agar
merubah obat daftar “W” menjadi obat bebas bila nyata-nyata
obat tsb. Tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya.
2. Mengusulkan kepada pemerintah/Departemen Kesehatan agar
merubah daftar “G” menjadi daftar obat “W” bila nyata-nyata
obat tsb. Tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya.
3. Efektivitas/pemberdayaan tenaga AA dimaksimalkan
4. Mengusulkan kepada pemerintah/Departemen Kesehatan agar Toko
Obat tidak perlu memliki izin HO karena TO tidak mengganggu
lingkungan
5. Lebih mempermudah izin bagi took obat yang akan merubah
statusnya menjadi Apotek Rakyat.
II. ORGANISASI
1. Menagadakan pelatihan bagi pengusaha TO untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan TO.
2. Merealisasikan keanggotaan pada pada GP Farmasi bersifat
wajib adanya sesuai ketentuan perizinan
3. Pembuatan KTA GP. Farmasi Indonesia agar berlaku minimal
empat tahun (satu periode)
4. Pengadaan tanda keanggotaan GP. Farmasi yang permanent
(Aesculap) untuk dipasang pada outlet masing-masing guna
menagntisipasi tindakan yang tidak diinginkan dari
pihak-pihak/oknum yang tidak berkompeten.
III. PENGAWASAN
1. Mohon ketegasan pemerintah tentang pengawasan /
pemeriksaan di TO. Agar tetap mentaati MOU antara kepala
BPOM dengan KAPOLRI. Jika perlu GP Farmasi Indonesia
melakukan verifikasi MOU tsb.
IV. LAIN-LAIN
1. Prosedur pengembalian obat kadarluarsa agar dipermudah, dam
pengembalian jumlah obat tsb. Dapat dikembalikan dalam
bentuk kemasan strip/biji.
2. Menggalakan kepedulian social masyarakat terutama bagi yang
tertimpa musibah.
3. Pembinaan GPFI Pusat ke GPFI Daerah hendaknya terjadwal
dan berkesinambungan.
4. Memperjuangkan penangguhan PPn, Obat/Farmasi agar “OBAT
MURAH & MASYARAKAT SEHAT’, SUNGGUH-SUNGGUH
DAPAT TERWUJUD.
Implementasi eGMP
- Implementasi CAPA diusulkan untuk diperjuangkan oleh GP
Farmasi, diundur sampai dengan akhir 2009
- Sosialisasi lebih intns atas pengertian-pengertian ACTD, ACTR yang
berkaitan dengan GMP.
- GP Farmasi mengusulkan agar BPOM mempertimbangkan untuk
menunda ikut didalam keanggotaan PIC/S.
- Dibentuk komite Pembinaan Industri Kecil dan menengah.
Outsourcing Manufacturing
Toll Manufacturing dimaksudkan untuk memberi manfaat bagi kedua belah
pihak.
Perlu pemikiran yang serius terhadap private labeling => diusulkan untuk
tidak dilakukan kecuali bagi yang telah mempunyai fasilitas produksi di
Indonesia.
Pemasaran
Memperjuangkan dilibatkannya GP Farmasi dalam Tim Harga Obat yang
dibentuk oleh MenKes RI.