Anda di halaman 1dari 11

Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia

KEPUTUSAN
SIDANG-SIDANG KOMISI

Disempurnakan, ditetapkan dan disahkan


Sidang Komisi 8 Agustus 2007
Balroom 1 Hotel Aston Palembang
KEPUTUSAN SIDANG-SIDANG KOMISI GP FARMASI INDONESIA

KEPUTUSAN SIDANG-SIDANG KOMISI


MUNAS XIII/2007 GP FARMASI INDONESIA
Sidang Komisi Distribusi 8 Agustus 2007
Balroom 1 Hotel Aston Palembang

Ketua : Erwin Tenggono


Sekretaris : Ely Sriwahyuni
Anggota : Suharto
: Vincent Harjanto
: Ary Gunawan
Hadir : 26 Pengda, tidak hadir 1 Pengda (Kalimantan Barat)

 Regulasi
- Perizinan PBF Bahan Baku
 Dasar perubahan ditanyakan ke pemerintah
 Usulam ; Selamanya atau 5 – 10 tahun
- Perizinan PBF Obat Jadi
 Transisi Pom ke Depkes – Disepakati Depkes
 Sosialisasi ke Pengda ; BPOM dan Depkes
 Izin pindah alamat ; Izin HO tidak perlu dirubah
- Peraturan bidang kefarmasian distribusi obat
 Diminta sosialisasi kepada pemerintah pusat dan daerah : agr
tidak berbenturan dengan peraturan daerah (OTODA)
- Surat Pesanan ditiadakan kecuali untuk Psikotropika dan Narkotika
dengan memanfaatkan peranan IT
- Aturan Uji Mutu BPOM perlu ditinjau kembali dalam proyek PKD –
Khususnya aspek biaya
 Good Distribution Practices
- Sosialisasi GDP terbaru ; syarat dan standar apa
- Dikaji perlu tidak adanya badan sertifikasi
 Perpajakan dan sistem harga
- Menghapus pajak diindustri farmasi dan usaha farmasi ; khususnya
Ppn dll
- Mengusulkan ke industri ; harga obat bias berbeda-beda berdasarkan
wilayah (PKD) dan kewajaran harga yang ada ( SK Menkes terlalu
rendah )
- Ppn untuk pengadaan obat PKD diberlakukan 1 x dan final
 Diusulkan untuk pengkajian ulang klarifikasi PBF berdasarkan bidang usaha
ataupun banyak principal atau cabang

MUSDA XIII/2008 GP FARMASI INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN 2


KEPUTUSAN SIDANG-SIDANG KOMISI GP FARMASI INDONESIA

 BASFI ; diminta laporan pertanggung jawaban dan dikaji perlu dibubarkan


atau tidak ( Sulut masih menganggap perlu adanya BASFI )
 GPFI melakukan kajian manfaat sertifikasi dalam keppres 80/2003. Dan
melaporkan ke daerah
 Kajian pengembangan
- SJSN ; Peran distributor ; dampaknya
- Harmonisasi Asean ; implikasi pada distribusi
- Kemungkinan MAKLON Bahan Baku ke China dan India ; aturan dan
sistim bea masuk dll
 Pemilihan dilakukan dari 25 Pengda
 Dari calon yang diusulkan :
- Masrizal
- Erwin Tenggono
- Teddy Iman
- Suharno
- Handy Rusman
- Nyoman Sukertha
- Vincent Haryanto
 Ada 2 nama yang terpilih dan diusulkan adalah :
- Erwin Tenggono & Masrizal

Palembang, 8 Agustus 2007


Komisi Bidang Distribusi

Ketua : Ewin Tenggono ………………………………..

Sekretaris : Ely Sriwahyuni ………………………………..

Anggota : Suharno ………………………………..

: Vincent ……………………………….

: Ary Gunawan ……………………………….

MUSDA XIII/2008 GP FARMASI INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN 3


KEPUTUSAN SIDANG-SIDANG KOMISI GP FARMASI INDONESIA

KEPUTUSAN SIDANG-SIDANG KOMISI


MUNAS XIII/2007 GP FARMASI INDONESIA
Sidang Komisi Apotik 8 Agustus 2007
Lotus Room Hotel Aston Palembang

HASIL SIDANG KOMISI BIDANG APOTIK


MUNAS XIII PALEMBANG 2007

Dihadiri oleh : 26 utusan dari 19 Pengda


Pukul : 09.00 – 12.00 WIB
Ketua Sidang : R. Koestoyo
Sekretaris : Merdi Juretta M

HASIL SIDANG :
I. Industri Apotik
1. Masalah pengelolaan apotik
i. Mengusulkan kepada pengurus pusat untuk membentuk satgas
Tim perbaikan manajemen apotik dalam bentuk pembuatan
software yang digunakan bersama-sama untuk kepentingan
anggota.
ii. Mengadakan pelatihan-pelatihan di Pengda masing-masing
dengan nara sumber dari pusat.
2. Masalah Modal Kerja
i. Pengurus pusat merekomendasikan anggota-anggotanya kepada
bank-bank sebagai mitra kerja sehingga memberikan manfaat
atau kemudahan-kemudahan kepada anggota dalam memperoleh
tambahan modal kerja maupun pelayanan perbankan lainnya.
ii. Agar GPFI menginformasikan kepada anggota BUMN mana saja
yang mau bekerjasama dengan anggota.
3. Masalah Harga Jual Apotik
i. HJA yang diusulkan maksimal 1,33 dari HNA. Masing-masing
Pengda bias menyesuaikan dengan daerahnya masing-masing.
ii. Untuk menekan harga obat, PPN dihilangkan dan atau bersifat
final (non double tax).
4. Masalah Pelayanan Farmasi (Pharmaceutical Care)
i. Daftar Obat Wajib Apotik (DOWA) agar diperluas jumlahnya
dalam batas penyerahan oleh apoteker, sehingga efisiensi NPNS
(No Pharmacist No Service) dapat terlaksana.
ii. Apoteker bias mengganti obat yang diresepkan oleh dokter
dengan obat yang memiliki kandungan yang sama. Meminta
pemerintah agar segera menerbitkan PP yang mengatur tentang
penggantian obat di apotik untuk mengganti PerMenKes 1332
tahun 2002 bab 7 pasal 15 ayat 3.

MUSDA XIII/2008 GP FARMASI INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN 4


KEPUTUSAN SIDANG-SIDANG KOMISI GP FARMASI INDONESIA

iii. Agar diterbitkan dasar hokum dari pelaksanaan NPNS berikut


petunjuk teknisnya.

MUSDA XIII/2008 GP FARMASI INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN 5


KEPUTUSAN SIDANG-SIDANG KOMISI GP FARMASI INDONESIA

5. Masalah Apotik Rakyat


Perlu diadakan judicial review mengenai apotik rakyat sehingga tidak
bertentangan dengan PP 25 tahun 1980.
6. Regulasi
i. Perlu penegakan hokum lebih tegas terhadap dokter yang
melakukan dispensing.
ii. Perlu ditertibkan PP tentang tata cara pengurusan ijin apotik baru.
Penggantian APA(Apoteker Pengelola Apotik), dan untuk apotik
yang pindah lokasi supaya perijinannya tidak diperlakukan seperti
ijin apotik baru (lebih disederhanakan).
iii. Kewenangan pemeriksaan dan pengawasan keabsahan/legalitas
obat dan distribusinya hanya dilakukan BPOM tanpa melibatkan
POLRI kecuali criminal murni. Pengurus baru agar memfasilitasi
pertemuan BPOM dan POLRI untuk perubahan MOU yang sudah
ada agar jelas pelaksanaannya.

II. Eksistensi Organisasi


1. Untuk perijinan apotik agar mendapat rekomendasi dari ISFI dan
GPFI
2. Untuk KTA diusulkan menjadi 4 tahun sesuai dengan masa
kepengurusan GPFI
3. Untuk obat-obat ASKES agar strippng-nya dibedakan dan diberi label
ASKES tidak dijual untuk umum pada strip-nya.
4. Pemberian diskon dari bidang industri untuk apotik supaya tidak
dibeda-bedakan.
5. Himbauan agar antar bidang dalam GPFI untuk saling bekerjasama
yang baik dan saling mendukung.
6. Kerjasama dengan organisasi lain(IDI dan ISFI) perlu ditingkatkan
dan diperluas lagi.
7. Pengembalian obat kadarluarsa dapat dalam kemasan terkecil.

III. Usulan untuk Calon Ketua Bidang ;


1. Drs. GT. Mulyadi Apt
2. Drs. Budi Apt (KF)

MUSDA XIII/2008 GP FARMASI INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN 6


KEPUTUSAN SIDANG-SIDANG KOMISI GP FARMASI INDONESIA

TIM PERUMUS
- R. Koetoyo
- Dra. Merdi Juretta M,Apt
- Dr. Gideon Hartono
- Drs. Ronny Japasal
- F. Heri Dian
- Drs. Inga Palandra, Apt

Palembang, 8 Agustus 2007


Komisi Bidang Apotik

Ketua : R. Koetoyo ………………………………………..

Sekretaris : Merdi Jurett (Jatim) ………………………………………..

MUSDA XIII/2008 GP FARMASI INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN 7


KEPUTUSAN SIDANG-SIDANG KOMISI GP FARMASI INDONESIA

KEPUTUSAN SIDANG-SIDANG KOMISI


MUNAS XIII/2007 GP FARMASI INDONESIA
Sidang Komisi Toko Obat 8 Agustus 2007
Tulip Room Hotel Aston Palembang

Peserta : 18 Propinsi
Ketua : Th. Djarwoto B.D. (Jatim)
Sekretaris : Hasrul Harun (Sulsel)
Anggota : Laurensius Barutu (Lampung)

I. DEREGULASI ;
1. Mengusulkan kepada Pemerintah/Departemen Kesehatan agar
merubah obat daftar “W” menjadi obat bebas bila nyata-nyata
obat tsb. Tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya.
2. Mengusulkan kepada pemerintah/Departemen Kesehatan agar
merubah daftar “G” menjadi daftar obat “W” bila nyata-nyata
obat tsb. Tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya.
3. Efektivitas/pemberdayaan tenaga AA dimaksimalkan
4. Mengusulkan kepada pemerintah/Departemen Kesehatan agar Toko
Obat tidak perlu memliki izin HO karena TO tidak mengganggu
lingkungan
5. Lebih mempermudah izin bagi took obat yang akan merubah
statusnya menjadi Apotek Rakyat.

II. ORGANISASI
1. Menagadakan pelatihan bagi pengusaha TO untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan TO.
2. Merealisasikan keanggotaan pada pada GP Farmasi bersifat
wajib adanya sesuai ketentuan perizinan
3. Pembuatan KTA GP. Farmasi Indonesia agar berlaku minimal
empat tahun (satu periode)
4. Pengadaan tanda keanggotaan GP. Farmasi yang permanent
(Aesculap) untuk dipasang pada outlet masing-masing guna
menagntisipasi tindakan yang tidak diinginkan dari
pihak-pihak/oknum yang tidak berkompeten.

III. PENGAWASAN
1. Mohon ketegasan pemerintah tentang pengawasan /
pemeriksaan di TO. Agar tetap mentaati MOU antara kepala
BPOM dengan KAPOLRI. Jika perlu GP Farmasi Indonesia
melakukan verifikasi MOU tsb.

MUSDA XIII/2008 GP FARMASI INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN 8


KEPUTUSAN SIDANG-SIDANG KOMISI GP FARMASI INDONESIA

2. Mengantisipasi terjadi intervensi pihak luar instanti yang


mempunyai kewenangan terhadap pengawasan/pemeriksaan
TO. Seperti LSM dan kepolisian.
3. Meningkatkan kerjasama antara GP. Farmasi, DepKes RI, BPOM,
dan POLRI.

IV. LAIN-LAIN
1. Prosedur pengembalian obat kadarluarsa agar dipermudah, dam
pengembalian jumlah obat tsb. Dapat dikembalikan dalam
bentuk kemasan strip/biji.
2. Menggalakan kepedulian social masyarakat terutama bagi yang
tertimpa musibah.
3. Pembinaan GPFI Pusat ke GPFI Daerah hendaknya terjadwal
dan berkesinambungan.
4. Memperjuangkan penangguhan PPn, Obat/Farmasi agar “OBAT
MURAH & MASYARAKAT SEHAT’, SUNGGUH-SUNGGUH
DAPAT TERWUJUD.

V. CALON KETUA BIDANG


Sidang komisi Bidang Toko Obatmemtuskan calon Ketua masa bhakti 2007 –
2011 sbb ;
Bapak Lie Hadi Rusli
Ibu Linda

Palembang, 8 Agustus 2007


Komisi Bidang Toko Obat

Ketua : Th. Djarwoto B.D (Jatim) ………………………………………

Sekretaris : Hasrul Harun (Sulsel) ………………………………………

Anggota : Laurensius Barutu (Lampung)………………………………………

MUSDA XIII/2008 GP FARMASI INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN 9


KEPUTUSAN SIDANG-SIDANG KOMISI GP FARMASI INDONESIA

KEPUTUSAN SIDANG-SIDANG KOMISI


MUNAS XIII/2007 GP FARMASI INDONESIA
Sidang Komisi Industri 8 Agustus 2007
Balroom 3 Hotel Aston Palemban

Ketua : Tirto Kusnadi


Sekretaris : Marlia H Gustam
Anggota : Lucia Wandayanti
Adi Soepeno
Narasumber : Ferry A Soetikno (Ketua Bidang Industri)

Jumlah Suara Bidang Industri


1. Disepakati dan diperjuangkan masing-masing Pengda yang memiliki industri
berhak atas 3 suara sesuai keputusan Munas XII di Bali => Total 30 suara
2. Ketua Bidang Industri
3. Terpilih : Ferry Soetikno dan Tirto Kusnadi

Implementasi eGMP
- Implementasi CAPA diusulkan untuk diperjuangkan oleh GP
Farmasi, diundur sampai dengan akhir 2009
- Sosialisasi lebih intns atas pengertian-pengertian ACTD, ACTR yang
berkaitan dengan GMP.
- GP Farmasi mengusulkan agar BPOM mempertimbangkan untuk
menunda ikut didalam keanggotaan PIC/S.
- Dibentuk komite Pembinaan Industri Kecil dan menengah.

Regristasi Obat Jadi


GP Farmasi perlu meminta komitmen dari BPOM khususnya bagian
Registrasi terhadap waktu dan konsistensi atas proses regristrasi obat jadi
yang telah dijanjikan.

Outsourcing Manufacturing
 Toll Manufacturing dimaksudkan untuk memberi manfaat bagi kedua belah
pihak.
 Perlu pemikiran yang serius terhadap private labeling => diusulkan untuk
tidak dilakukan kecuali bagi yang telah mempunyai fasilitas produksi di
Indonesia.

Pemasaran
 Memperjuangkan dilibatkannya GP Farmasi dalam Tim Harga Obat yang
dibentuk oleh MenKes RI.

MUSDA XIII/2008 GP FARMASI INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN 10


KEPUTUSAN SIDANG-SIDANG KOMISI GP FARMASI INDONESIA

 Kolusi dengan pelayanan kesehatan agar dihentikan sehingga kesan harga


obat mahal dapat dikurangi.
 Iklan Obat Bebas diusulkan untuk tidak memerlukan persetujuan BPOM.
 Pemanfaatan pihak ketiga atau professional di bidangnya, misalnya
pengamat ekonomi Faisal Basri untuk menjadi “PR” GP Farmasi.
 Memperjuangkan untuk dihapuskannya pencantuman nama Generic untuk
Obat Bebas

Hubungan Laur Negeri


 Memperjuangkan untuk pembatasan semaksimal mungkin terhadap
masuknya produk asing.
 Perlu dibuat Positive List atas bahan baku import untuk disampaikan
kepada pihak Bea Cukai sehingga tidak semua bahan baku masuk dalam
Negative List.
 Insentif terhadap produsen obat herbal yang memanfaatkan tanaman-
tanaman asli Indonesia.

Riset dan Pengembangan


 GP Farmasi menjembatani proses belajar atas rist yang telah dilakukan oleh
India dengan melakukan hubungan kepada asosiasi-asosiasi terkait di
India.
 Mempererat hubungan dengan LIPI.
 Membuat usulan proposal yang komprehensif menanggapi permintaan
Presiden pada Pembukaan Munas sehubungan dengan Riset.
 Pengembangan dan pemikiran yang lebih serius atas Riset obat-obat Copy.
 Usulan pembentukan satu komite mengenai HaKI dan hokum.
 SDM atas komite tersebut memiliki latar belakang yang menunjang atas
pengembangan dan pemanfaatan HaKI.
 Website GPO Farmasi agar lebih diaktifkan untuk memberikan informasi
dan komunikasi antar anggota

Palembang, 8 Agustus 2007


Komisi Bidang Industri

Ketua : Tirto Kusnadi …………………………………………

Sekrestaris : Marlia H Gustam …………………………………………

Anggota : Lucia Wandayanti …………………………………………

Adi Soepeno …………………………………………

MUSDA XIII/2008 GP FARMASI INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN 11

Anda mungkin juga menyukai