KEFARMASIAN UNTUK
TERAPI ANTIBIOTIK
i
Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan di masa yang akan datang.
i
KEMENTERIAN KESEHATAN R.I
DIREKTORAT JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Jalan H.R. Rasuna Said Blok X5 Kavling 4 - 9 Jakarta 12950
Telepon : (021) 5201590 Pesawat 2029, 8011 Faksimile : (021) 52964838 Kotak Pos : 203
KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN
NOMOR :
HK.03.05/III/569/11
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN PEDOMAN PELAYANAN
KEFARMASIAN UNTUK TERAPI ANTIBIOTIK
i
MEMUTUSKAN
v
KEDUA : Tim bertugas menyusun Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 19 Oktober 2011
Direktur Jenderal
v
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
v
pedoman ini dapat memberi manfaat bagi pelaksanaan pelayanan
kefarmasian oleh Apoteker di Rumah Sakit.
v
DAFTAR LAMPIRAN
i
x
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................ix
DAFTAR ISI....................................................................................xi
x
BAB 3. KEGIATAN PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM
TERAPI ANTIBIOTIK ............................................. 11
LAMPIRAN...................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA......................................................................57
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1
perawatan pasien, mempersingkat lama perawatan, penghematan
bagi rumah sakit serta meningkatkan kualitas pelayanan rumah
sakit.
1.2 Tujuan
1.3 Sasaran
a. Apoteker yang memberikan pelayanan kefarmasian
terkait dengan penggunaan antibiotik
b. Apoteker yang berperan aktif sebagai bagian dari tim
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
2
b. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
c. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
d. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
e. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara No.Per/07/M.PAN/4/2008 Tentang Jabatan
Fungsional Apoteker dan Angka Kreditnya;
f. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala
Badan Kepagawaian Negara Nomor 113/Menkes/PB/
XII/2008 dan No.26/2008 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Apoteker dan Angka
Kreditnya;
g. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/
X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit;
h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
377/Menkes/PER/ V/2009 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Apoteker dan Angka Kreditnya;
i. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/ XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit;
j. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/
Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan
3
4
BAB 2
PERAN APOTEKER DALAM PENGENDALIAN
RESISTENSI ANTIBIOTIK
5
pedoman penggunaan antibiotik maupun kegiatan
selama perawatan pasien penyakit infeksi. Kegiatan
terkait perawatan pasien penyakit infeksi misalnya
pemilihan antibiotik yang tepat, mempertimbangkan
pola kuman setempat, optimalisasi dosis, pemberian
antibiotik sedini mungkin pada pasien dengan indikasi
infeksi, de-eskalasi, pemantauan terapi antibiotik.
ii. Terlibat aktif dalam Komite Farmasi dan Terapi
6
Berikut ini adalah beberapa tambahan ketentuan yang dapat
menjadi bagian dari kebijakan antibiotik di rumah sakit:
• Pengelolaan antibiotik harus dilakukan oleh instalasi farmasi
melalui sistem satu pintu
• Pedoman Terapi Empiris
• Pedoman Terapi Definitif
• Pedoman Profilaksis Bedah
• Daftar Antibiotik Yang Boleh Dipakai,
• Daftar Antibiotik Yang Dibatasi/Restriksi
• Daftar Antibiotik Yang di “Saving”
• Pedoman Terapi Antibiotik Injeksi
7
e. Kolaborasi dalam penyusunan pedoman penilaian risiko
paparan, pengobatan dan pemantauan terhadap pasien dan
tenaga kesehatan yang pernah kontak dengan pasien
penyakit infeksi.
f. Penyusunan pedoman penggunaan antiseptik dan disinfektan
g. Penurunan kejadian infeksi nosokomial dengan cara
menjamin ketersediaan alat kesehatan sekali pakai,
antiseptik dan disinfektan
8
penggunaan antibiotik dan resistensinya, penggunaan
antiseptik dan desinfektan, teknik aseptik dan prosedurnya
serta metode sterilisasi.
b. Pemberian edukasi dan konseling pada pasien rawat inap,
rawat jalan, perawatan di rumah (home pharmacy care) dan
keluarga pasien/pelaku rawat (care giver) mengenai:
• Kepatuhan dalam menggunakan antibiotik yang
diresepkan,
• Penyimpanan antibiotik,
• Prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi
(sebagai contoh: pembuangan limbah medis)
c. Pemberian edukasi bagi masyarakat umum dalam
meningkatkan kesadaran terhadap pengendalian penyebaran
penyakit infeksi melalui:
• Mendorong penggunaan antibiotik yang bijak,
• Mempermudah akses imunisasi untuk anak-anak dan
dewasa,
• Mempromosikan teknik cuci tangan yang benar.
9
1
BAB 3
KEGIATAN PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM
TERAPI ANTIBIOTIK
3.2 Perencanaan
1
3.3 Pengadaan
3.4 Penyimpanan
3.5 Pendistribusian
1
3.6 Pengkajian Terapi Antibiotik
1
topikal diperlukan maka pilih antibiotik yang tidak diabsorpsi
melalui kulit (bukan antibiotik sistemik), contoh: Mupirocin.
e. Antibiotik intravena hanya digunakan bila rute oral dan rektal
tidak dapat dilakukan atau jika diinginkan kadar dalam serum
yang tinggi dalam waktu cepat. Sebagai contoh kadar puncak
metronidazol dalam darah dapat segera dicapai dengan
pemberian intravena, oral setelah 1 jam dan 3 jam setelah
diberikan rektal (Suppositoria). Semua sediaan Metronidazol
intravena, oral maupun rektal mempunyai bioavailabilitas
yang ekivalen. Infus intravena sebaiknya diberikan pelan (5
ml/menit).
3.7 Peracikan
3.8 Pemberian
1
perawat terkait penyiapan dan pemberian antibiotik. Setiap
pemberian obat dicatat di Rekam Pemberian Antibiotik (RPA),
Kartu Catatan Obat (KCO).
3.9 Penggunaan
1
• Osteomyelitis : beberapa
minggu/ bulan
• Septic arthritis : 2 -6 minggu
• Lung abscess : 4 – 6 minggu
• Liver abscess : 1 – 4 bulan
1
Tabel 1. Informasi Antibiotik Yang Perlu Diketahui
No Antibiotik Informasi
1
3.11 Konseling
1
Tabel 2. Informasi Antibiotik Yang Perlu Diberikan Ketika
Konseling
No Antibiotik Informasi
1
• Anafilaksis dan reaksi hipersensitifitas
• Peningkatan efek antikonvulsan, barbiturat
dan sulfonilurea
• Penggunaan pada bayi tidak dianjurkan
karena dapat menyebabkan penekanan
sumsum tulang belakang dan menimbulkan
baby grey syndrome (akibat
ketidakmampuan bayi mengkonjugasi
kloramfenikol)
• Tidak direkomendasikan untuk ibu
menyusui karena dikhawatirkan
berpenetrasi ke air susu ibu
• Menurunkan absorbsi intestinal vit B12
• Memerlukan tambahan konsumsi makanan
yang mengandung riboflavin, piridoksin dan
vit B12.
6 Rifampisin Tidak diminum bersama makanan karena akan
mengurangi absorbsi Rifampisin
7 Klindamisin Efek samping yang sebagian besar terjadi.
Tinggi keterkaitannya menyebaban colitis
terkait antibotik.
Ket: daftar pada tabel adalah beberapa point, efek yang tidak
dikehendaki yang lain dapat terjadi.
2
3.12 Pemantauan
2
Tabel 3. Daftar Efek Samping Antibiotik Yang Perlu dilakukan
Pemantauan
No Antibiotik Informasi
2
• Ototoksisitas: sebagian besar terjadi pada
dosis tinggi pada pasien yang mengalami
gangguan ginjal dan atau gagal hepatik
4 Tetrasiklin Efek samping:
• Alergi
• Fotosensitifitas
• Deposisi gigi/tulang dan diskolorisasi:;
hindari digunakan pada anak, wanita hamil
dan ibu menyusui.
• Gastrointestinal: umumnya gastrointestinal
bagian atas
• Hepatiis: umumnya pada kehamilan dan
orang tua
• Renal (azotemia): tetrasiklin memiliki efek
antianabolik dan seharusnya dihindari pada
pasien dengan penurunan fungsi ginjal.
Yang paling kurang menimbulkan masalah
ini: doksisiklin.
• Vestibular: terkait dengan minosiklin,
terutama pada dosis tinggi.
2
Di bawah ini terdapat beberapa contoh interaksi obat dengan
antibiotik.
2
Kloramfenikol Fenitoin, Toksisitas fenitoin
Metronidazol antifungal
Isoniazid
2
2
BAB 4
PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
2
iv. Pengetahuan jenis infeksi, data mikrobiologi dan
antibiotik diperlukan untuk mendapatkan kombinasi
bijak dengan hasil efektif.
A. Farmakokinetik
2
Profil kadar obat dalam darah dan Parameter Farmakokinetik
2
Tabel 5. Tipe Antibiotik Berdasarkan Aktifitas
3
ii. Penggunaan Antibiotik Pada Usia Lanjut
3
2) Penyesuaian Dosis pada Gangguan Fungsi Ginjal
a. Pada pasien yang mengalami gangguan
fungsi ginjal, dosis antibiotik disesuaikan
dengan bersihan kreatinin (Creatinine
clearance). Penyesuaian dosis penting
untuk dilakukan terhadap obat dengan rasio
toksik–terapetik yang sempit, atau obat
yang dikonsumsi oleh pasien yang sedang
mengalami penyakit ginjal.
b. Usahakan menghindari obat yang bersifat
nefrotoksis.
3
5. Dosis muatan (Loading dose) dan dosis rumatan
(maintenance dose) insufisiensi ginjal. Kalkulasi
dosis muatan obat yang rute eliminasi utama
melalui ginjal tidak ada perubahan dosis,
sedangkan dosis rumatan disesuaikan dengan
kalkulasi bersihan kreatinin
6. Pada Antibiotik Golongan Aminoglikosida
(misalnya: Amikasin, Gentamisin, Netimisin,
Tobramisin dll), penggunaan dosis tunggal
setelah dosis muatan telah terbukti menurunkan
risiko potensial toksisitas ginjal. Strategi ini
direkomendasikan bagi semua pasien termasuk
pasien kritis (Critically Ill).
3
b. Tidak ada gangguan fungsi pencernaan (muntah,
malabsorpsi, gangguan menelan, diare berat).
c. Kesadaran baik.
d. Tidak demam (suhu > 36C dan < 38C), disertai tidak lebih
dari satu kriteria berikut:
• Nadi > 90 kali/menit
• Pernapasan > 20 kali/menit atau PaCO2 < 32 mmHg
• Tekanan darah tidak stabil
• Leukosit < 4.000 sel/dl atau > 12.000 sel/dl (tidak ada
neutropeni).
3
BAB 5
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
3
(WHO). Studi validasi adalah studi yang dilakukan secara
prospektif untuk mengetahui perbedaan antara jumlah antibiotik
yang benar digunakan pasien dibandingkan dengan yang tertulis di
rekam medis.
Cara perhitungan:
Cara perhitungan:
• Kumpulkan data semua pasien yang menerima terapi
antibiotik
• Kumpulkan lamanya waktu perawatan pasien rawat inap (total
Length Of Stay, LOS semua pasien)
• Hitung jumlah dosis antibiotik (gram) selama dirawat
• Hitung DDD 100 patient-days:
DDD 100 patient- = (jumlah gram AB yang digunakan oleh pasien) x 100
days Standar DDD WHO dalam gram (total LOS)
3
Contoh kasus:
(DDD Amoksisilin : 1 g; Seftriakson : 2 g; Ampisilin : 2 g)
3
Kualitas penggunaan antibiotik dinilai dengan menggunakan data
yang terdapat pada Rekam Pemberian Antibiotik (RPA), catatan
medik pasien dan kondisi klinis pasien. Berikut ini adalah langkah
yang sebaiknya dilakukan dalam melakukan penilaian kualitas
penggunaan antibiotik:
3
Kategori V = tidak ada indikasi penggunaan antibiotik
KASUS 1
Pasien A.
KASUS 2
Diagnosis: ISK
3
KASUS 3
Pasien C.
4
Lampiran 1
Tabel Rekonstitusi Antibiotik Untuk Pemberian Intravena
1 gr IV 20ml
Tambahkan 20 ml aqua pro inj.- Dalam 100 menit
NS, diberikan dalam waktu 30-40 menit
IV drip
3 Ampisilin inj. IV Tambahkan 5 ml aqua pro 4 jam 1 jam
- 500 mg, inj. (konsentrasi 100 mg/ml)
6 Sefotaksim inj. IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj. 7 hari 24 jam Perubahan warna serbuk/ larutan menjadi
500 mg (konsentrasi 50 mg/ml) gelap, tidak boleh digunakan lagi karena
potensinya hilang.
Simpan terlindung dari cahaya dan panas.
Injeksi IV pelan 3-5 menit
Stabilitas Dalam
Penyimpanan
No Nama Obat Rute Rekonstitusi Keterangan
4-8 oC 25 oC
7 Sefuroksim inj. IV Tambahkan 8 ml aqua pro inj 48 jam 24 jam Injekai IV pelan 3-5 menit.
750 mg (konsentrasi 90 mg/ml) Perubahan warna dari kekuningan menjadi
gelap tergantung kondisi penyimpanan, tapi
tidak mempengaruhi potensi sehingga masih
boleh digunakan.
1,5 gr IV Tambahkan 16 mlAqua pro inj 48 jam 24 jam
(konsentrasi 90 mg/ml)
8 Seftriakson inj. IV Tambahkan 2,4 ml aqua pro inj. 10 hari 3 hari - Setelah direkonstitusi larutan berwarna
250 mg kekuningan
500 mg iv 10 hari 3
Ta.bahkan 4,8 ml aqua pro inj.
1 gr
hari IV 10 hari 3
Tambahkan 9,6 ml aqua pro inj.
hari
9 Seftazidim inj. IV Tambahkan 5 ml aqua pro inj 7 hàFi 24 - Injeksi IV langsung 3-5 menit
0,5 gr jam (konsentrasi 100 mg/ml) - Dalam penyimpanan dapat terjadi perubahan
warna menjadi gelap, namun masih boleh
1 gr digunakan karena tidak ada perubahan
IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj 7 hari 24 jam
potensi. (konsentrasi 100 mg/ml)
- 500 mg IV
4
pelan 72
jam Tambahkan 20 ml aqua pro inj.
12 Fluk nazol IV drip Tidak boleh digunakan jika larutan keruh atau
(Difiucan) ada endapan.
infus lar 200 Larutan tidak boleh dibekukan.
jåm 24 jam
mg/100 ml Kecepatan pemberian drip minimal 1 jam/100
4-8”C 25 ”C
14 Meropenem IV Tambahkan 10 ml aqua pro 12 jam 2 jam IV pelan 3-5 menit atau drip 15-30
inj. 500 mg menit. inj.
4-8”C 25”C
17 Vankomisin 500 IV drip - Tambahkan 9,7 ml aqua 14 14 hari Sangat mengiritasi jaringan dan
mg intermitten pro injeksi, kemudian hari dapat menyebabkan nekrosis.
encerkan dengan 100 ml Tidak dianjurkan untuk diberikan im
4
D5
D5 D5
NaCl NaCl D5 D5 NaCl
No. Nama Obat D5 D10 NaCl NaCl R RL
0,45% 0,9% R RL 0,225
0,45% 0,9%
%
1 Amfoterisin - X C C X X C - X - X
2 Amikasin C C C C C C C C C C C
3 Ampisilin - C P X - - X X X C* C*
4 Aztreonam - C C - - - - - - - -
5 Eritromisin Laktobionat - C C* X - X - - C* X C*
6 Gentamisin - C C C - - C - - C C
7 Kanamisin Sulfat - C C C - - - - C - C
8 Klindamisin Fosfat - C C C C - - C C - C
10 Kotrimoksazol C C* C* - - - - C C - C
11 Oksitetrasiklin HCl C C C* - - C* C C C C C*
12 Sefazolin Na - C C - - C C C C C C
13 Sefepim - C C C - C - - C - -
14 Sefoperazon - C C - - - - - - - -
15 Sefotaksim Na - C C C - - C C C - C
16 Seftazidim - C C - - - - - C - C
17 Seftriakson - C C C - - - C C - C*
18 Tetrasiklin HCl C C C - - C C C C - C
19 Tikarsilin Disodium - C C - - - C C - C C
KETERANGAN :
4
Lampiran 3
Tabel Saat Pemberian Antibiotik
4 Azitromisin 1 jam ac
5 Klaritromisin
9 Etambutol
12 Kanamisin Sulfat
14 Kloksasilin 1 jam ac
16 Kotrimoksazol
17 Levofloksasin
22 Pefloksasin
23 Rifampisin 1 jam ac
4
No NAMA GENERIK OBAT AC DC PC
24 Roksitromisin 15 menit ac
29 Siprofloksasin 2 jam pc
30 Spiramisin
Keterangan: AC-ante coenam (sebelum makan), DC-durante coenam (bersama makan), PC-post coenam
(sesudah makan)
4
Lampiran 4
Daftar Antibiotik Dengan Kadar Rentang Terapi Sempit
5
Lampiran 5
Intravena Intravena
Oral
Or
Amoksisilin Amoksisilin 500 mg Flukloksasilin Flukloksasilin
—1g 500 mg — 1
g
Benzilpenisilin Untuk infeksi kulit Gentamisin
dan jaringan lunak: Siprofloksasin
Flukloksasilin 500 500 mg (atau
mg — 1 g 750 mg jika
diketahui
Untuk kondisi Iain: terinfeksi
konsul dengan Pseudomonas
mikrobiologis sp)
5
Lampiran 6
DIAGRAM ALIR GYSSEN
Mulai
Tidak
Data lengkap VI
Stop
Ya
Tidak
AB diindikasikan V
Stop
Ya
Ya
Alternatif lebih efektif
IV
Tidak
Ya
Alternatif lebih tidak toksik
IVb
Tidak
Ya
Alternatif lebih murah
IV
Tidak
Tidak
Ya Ya Ya
IIIa IIIb
Tidak
Interval tepat
II
42
5
Ya
Tidak
Rute tepat
IIc
Ya
Tidak
Waktu tepat
I
Ya
5
2. Bila tidak ada indikasi pemberian antibiotika, berhenti di
kategori V
5
8. Bila durasi pemberian antibiotika terlalu singkat, berhenti
di kategori IIIb.
5
5
DAFTAR PUSTAKA