Anda di halaman 1dari 13

PANGKALAN UTAMA TNI AL XIV

RUMKITAL dr. R.OETOJO

PANDUAN PENYUSUNAN PANITIA FARMASI DAN TERAPI


RUMKITAL dr. R OETOJO

RUMKITAL dr. R OETOJO LANTAMAL XIV


SORONG
2019
PANGKALAN UTAMA TNI AL XIV
RUMKITAL dr. R OETOJO

KEPUTUSAN KEPALA RUMKITAL dr. R OETOJO


Nomor : Kep / / VI / 2019

TENTANG

PANDUAN PENYUSUNAN PANITIA FARMASI DAN TERAPI


RUMKITAL dr. R OETOJO

KEPALA RUMKITAL dr. R OETOJO

Menimbang : a. bahwa peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit terkait erat


dengan penggunaan obat dan alat kesehatan yang rasional dalam
semua ini pelayanan.
b. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumkital dr. R
Oetojo, maka diperlukan adanya panitia yang merumuskan
kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat dan
evaluasinya..
c. bahwa untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut maka perlu
dibentuk Panitia Farmasi dan terapi.
d. bahwa nama-nama yang tercantum dalam lampiran keputusan ini
dipandang mampu sebagai Panitia Farmasi dan Terapi Rumkital dr.
R Oetojo.
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, b, c, dan d perlu menetapkan pemberlakuan Keputusan
Kepala Rumkital dr. R Oetojo tentang penunjukan Panitia Farmasi
dan Terapi di Rumkital dr. R Oetojo
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
47/Menkes/SK/II/1983 tanggal 21 Februari 1983 tentang Kebijakan
Obat Nasional.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1009/Menkes/SK/X/1995 tentang Pembentukan Komite Nasional
Farmasi dan Terapi.
5. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : HK.00.06.3.3 TENTANG
PEDOMAN Kerja untuk Komite Farmasi dan Terapi.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA RUMKITAL dr. R OETOJO TENTANG


PENUNJUKAN PANITIA FARMASI DAN TERAPI RUMKITAL dr. R
OETOJO.

PERTAMA : Susunan Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi terdiri dari :


Ketua : Ketua ( dr. Peter Giarso, Sp.OT )
Sekretaris : Kepala Instalasi Farmasi (Nurul Fatimah K, S.Farm.,Apt)
Anggota :
1. dr. Edwell, Sp.OG
2. dr. Agus Sinolinggi, Sp.A
3. dr. Ricky Chairi, Sp.PD
4. drg. Rezki
5. dr. Elvina Wabiser
6. Budi Herdianto, S.Far., Apt
7. Ns. Hensydianti, S.Kep
KEDUA : Struktur organisasi dan mekanisme kerja Panitia Farmasi dan Terapi
tentang dalam lampiran keputusan ini.

KETIGA : Panitia Farmasi dan Terapi bertanggung jawab kepada Kepala Rumkital
dr. R Oetojo dalam melaksanakan tugas agar berkoordinasi dengan
bagian lain.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Sorong
Pada Tanggal Juni 2019
Kepala Rumkital dr. R Oetojo

dr. Fransiscus Tanuardus


Letkol Laut (K) NRP 12060/P
PANGKALAN UTAMA TNI AL XIV Lampiran Keputusan Kepala Rumkital dr. R.Oetojo
RUMKITAL dr. R.OETOJO Nomor Kep / / VI / 2019
Tanggal 2019

BAB I
PENDAHULUAN

Pengertian                      
Komite Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staff  medis dengan farmasi sehingga anggotanya terdiri dari
para dokter yang mewakili spesialisasi – spesiliasi yang ada di rumah sakit dan
apoteker wakil dari farmasi rumah sakit,  serta tenaga kesehatan lainnya.
Ketua komite farmasi dan terapi dipilih dari dokter yang ada jika ada ahli
Farmakologi klinik maka sebagai ketua. Sekretaris Apoteker dari IFRS. Mengadakan
rapat secara teratur sedikitnya 2 (dua) bulan sekali. Untuk RS besar 1(satu) bulan
sekali.
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) menurut Menteri Kesehatan RI No.
1197/Menkes/SK/X/2004 adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi
antara staf medik dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang
mewakili spesialisasi-spasialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari
farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN LANDASAN HUKUM
        
1. Tujuan
Tujuan Panitia Farmasi dan Terapi adalah:
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat
dan evaluasinya.
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru
yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai kebutuhan

2. Kebijakan
a. Mengatur penggunaan obat dirumah sakit sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
b. Memberikan rekomendasi pada pimpinan Rumah Sakit untuk mencapai
budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.
c. Khusus untuk pasien kelas tiga agar menggunakan obat generik.

3. Landasan Hukum
a. KEPMENKES no. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar pelayanan
farmasi.
b. Peraturan Presiden RI no 77 tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit.
c. KEPMENKES no. 631/Menkes/SK/IV/2015 tentang pedoman peraturan
internal staff medis di rumah sakit.
BAB III
KEWAJIBAN KOMITE FARMASI DAN TERAPI

Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi


1. Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit untuk mencapai budaya
pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional
2. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah
sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain
3. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat
terhadap pihak-pihak yang terkait
4. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan
umpan balik atas hasil pengkajian tersebut (Depkes RI, 2004, http://dinkes-
sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).
BAB IV
PEDOMAN PEMBUATAN FORMULARIUM

Pedoman Pembuatan Formularium


1. Membuat Formularium di rumah sakit berdasarkan efek terapi keamanan serta
harga obat dan juga harus meminimalisasi duplikasi dalam tipe obat, kelompok
dan produk yang sama.
2. Mengajukan Formularium kepada Wadir Pelayanan.
3. Mengevaluasi untuk produk baru dan merevisi formularium tiap 3 tahun sekali.
4. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan – peraturan mengenai obat dirumah sakit
sesuai peraturan yang berlaku.
5. Melakukan  tinjauan terhadap penggunaan obat dirumah sakit dengan mengkaji
Medical Record dibandigkan dengan standar diagnosa dan terapi (tinjauan ini
dimaksud untuk meningkatkan secara terus menerus penggunaan secara
rasional).
6. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
7. Menyebar luaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis
dan perawat.
BAB V
SUSUNAN KEPANITIAN KOMITE FARMASI DAN TERAPI

Susunan kepanitian Panitia Farmasi dan Terapi serta kegiatan yang dilakukan
bagi tiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat:
1. Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) dokter,
apoteker dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih
dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua Staf Medis Fungsional yang ada.
2. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam
kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik,
maka sebagai ketua adalah farmakologi. Sekretarisnya adalah apoteker dari
instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk.
3. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2
(dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan
sekali. Rapat Panitia Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar-pakar dari
dalam maupun dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi
pengelolaan Panitia Farmasi dan Terapi.
4. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi dan
Terapi) diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
5. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang sasarannya
berhubungan dengan penggunaan obat (Depkes RI, 2004, http://dinkes-
sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).
Menurut Charles Siregar dalam bukunya Farmasi Rumah Sakit menyebutkan
bahwa keanggotaan PFT terdiri dari 8-15 orang. Semua anggota tersebut
mempunyai hak suara yang sama. Di rumah sakit umum besar (misalnya kelas A
dan B) perlu diadakan suatu struktur organisasi PFT yang terdiri atas keanggotaan
inti yang mempunyai hak suara, sebagai suatu tim pengarah dan pengambil
keputusan. Anggota inti ini dibantu oleh berbagai subpanitia yang dipimpin oleh
salah seorang anggota inti. Anggota dalam subpanitia adalah dokter praktisi
spesialis, apoteker spesialis informasi obat, apoteker spasialis farmasi klinik, dan
berbagai ahli sesuai dengan keahlian yang diperlukan dalam tiap subpanitia
(Siregar, 2004:71).
Selain subpanitia yang pembentukannya didasarkan pada penggolongan
penyakit sasaran obat, di beberapa rumah sakit subpanitia didasarkan pada SMF
(Staf Medik Fungsional) yang ada. PFT dapat juga membentuk subpanitia untuk
kegiatan tertentu, misalnya subpanitia pemantauan dan pelaporan reaksi obat
merugikan, subpanitia evaluasi penggunaan obat, subpanitia pemantauan resistensi
antibiotik, subpanitia formulasi dietetik, atau subpanitia khusus jika perlu. Dalam
subpanitia khusus ini, sering kali melibatakan spesialis yang bukan anggota PFT
(Siregar, 2004:71).
BAB VI
FUNGSI DAN RUANG LINGKUP

Fungsi dan Ruang Lingkup


1. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit  dan merevisinya. Pemilihan obat
untuk dimasukkan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara
subjektif, terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus
meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang sama.
2. Komite Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak
produk obat baru atau dosis obat yang disusulkan oleh anggota staf medis.
3. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di Rumah Sakit
4. Membantu instalasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan –
kebijakan dan peraturan – peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit
sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
5. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji
medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. Tinjauan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus – menerus penggunaan obat
secara nasional.
6. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
7. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis
dan perawat.
BAB VII
TUGAS APOTEKER DALAM KOMITE FARMASI DAN TERAPI

Tugas Apoteker Dalam Komite Farmasi dan Terapi


1. Sebagai Sekretaris.
2. Menetapkan jadwal pertemuan.
3. Mengajukan / menyusun acara yang akan dibahas dalam pertemuan.
4. Menyiapkan dan memberikan informasi yang dibutuhkan untuk pembahasan
dalam pertemuan.
5. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan kepada
Wadir Pelayanan Medis.
6. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh Wadir
Pelayanan Medis kepada seluruh pihak yang terkait.
7. Melaksanakan keputusan – keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan.

Anda mungkin juga menyukai