TENTANG
MEMUTUSKAN
KETIGA : Panitia Farmasi dan Terapi bertanggung jawab kepada Kepala Rumkital
dr. R Oetojo dalam melaksanakan tugas agar berkoordinasi dengan
bagian lain.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Sorong
Pada Tanggal Juni 2019
Kepala Rumkital dr. R Oetojo
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian
Komite Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staff medis dengan farmasi sehingga anggotanya terdiri dari
para dokter yang mewakili spesialisasi – spesiliasi yang ada di rumah sakit dan
apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Ketua komite farmasi dan terapi dipilih dari dokter yang ada jika ada ahli
Farmakologi klinik maka sebagai ketua. Sekretaris Apoteker dari IFRS. Mengadakan
rapat secara teratur sedikitnya 2 (dua) bulan sekali. Untuk RS besar 1(satu) bulan
sekali.
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) menurut Menteri Kesehatan RI No.
1197/Menkes/SK/X/2004 adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi
antara staf medik dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang
mewakili spesialisasi-spasialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari
farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN LANDASAN HUKUM
1. Tujuan
Tujuan Panitia Farmasi dan Terapi adalah:
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat
dan evaluasinya.
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru
yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai kebutuhan
2. Kebijakan
a. Mengatur penggunaan obat dirumah sakit sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
b. Memberikan rekomendasi pada pimpinan Rumah Sakit untuk mencapai
budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.
c. Khusus untuk pasien kelas tiga agar menggunakan obat generik.
3. Landasan Hukum
a. KEPMENKES no. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar pelayanan
farmasi.
b. Peraturan Presiden RI no 77 tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit.
c. KEPMENKES no. 631/Menkes/SK/IV/2015 tentang pedoman peraturan
internal staff medis di rumah sakit.
BAB III
KEWAJIBAN KOMITE FARMASI DAN TERAPI
Susunan kepanitian Panitia Farmasi dan Terapi serta kegiatan yang dilakukan
bagi tiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat:
1. Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) dokter,
apoteker dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih
dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua Staf Medis Fungsional yang ada.
2. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam
kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik,
maka sebagai ketua adalah farmakologi. Sekretarisnya adalah apoteker dari
instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk.
3. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2
(dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan
sekali. Rapat Panitia Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar-pakar dari
dalam maupun dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi
pengelolaan Panitia Farmasi dan Terapi.
4. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi dan
Terapi) diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
5. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang sasarannya
berhubungan dengan penggunaan obat (Depkes RI, 2004, http://dinkes-
sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).
Menurut Charles Siregar dalam bukunya Farmasi Rumah Sakit menyebutkan
bahwa keanggotaan PFT terdiri dari 8-15 orang. Semua anggota tersebut
mempunyai hak suara yang sama. Di rumah sakit umum besar (misalnya kelas A
dan B) perlu diadakan suatu struktur organisasi PFT yang terdiri atas keanggotaan
inti yang mempunyai hak suara, sebagai suatu tim pengarah dan pengambil
keputusan. Anggota inti ini dibantu oleh berbagai subpanitia yang dipimpin oleh
salah seorang anggota inti. Anggota dalam subpanitia adalah dokter praktisi
spesialis, apoteker spesialis informasi obat, apoteker spasialis farmasi klinik, dan
berbagai ahli sesuai dengan keahlian yang diperlukan dalam tiap subpanitia
(Siregar, 2004:71).
Selain subpanitia yang pembentukannya didasarkan pada penggolongan
penyakit sasaran obat, di beberapa rumah sakit subpanitia didasarkan pada SMF
(Staf Medik Fungsional) yang ada. PFT dapat juga membentuk subpanitia untuk
kegiatan tertentu, misalnya subpanitia pemantauan dan pelaporan reaksi obat
merugikan, subpanitia evaluasi penggunaan obat, subpanitia pemantauan resistensi
antibiotik, subpanitia formulasi dietetik, atau subpanitia khusus jika perlu. Dalam
subpanitia khusus ini, sering kali melibatakan spesialis yang bukan anggota PFT
(Siregar, 2004:71).
BAB VI
FUNGSI DAN RUANG LINGKUP