Setiap warga negara mempunyai hak dalam hal mendapatkan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Negara telah menjamin hak tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan hak tersebut maka pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat (UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan). Salah satu tugas dan wewenang pemerintah pusat dalam hal menjamin kesehatan masyarakat yaitu pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Dalam hal ini pemerintah pusat akan mendelegasikan tugasnya kepada pemerintah daerah untuk membentuk badan yang berwenang dalam hal kesehatan. Badan berwenang yang dibentuk di tingkat kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Fungsi pengelolaan obat di seluruh kabupaten/kota dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) yang bertanggung jawab sepenuhnya atas kebutuhan obat di tingkat kabupaten/kota. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 633/MENKES/SK/IV/2000 dalam memelihara mutu obat dan alat kesehatan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan upaya kesehatan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu perlu dibentuk gudang perbekalan kesehatan di bidang farmasi di kabupaten/kota. Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota merupakan sebuah sarana pelayanan kefarmasian tempat pengelolaan obat pemerintah yang meliputi obat dari dana APBN, APBD maupun JKN. Pengelolaan yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi Kabupaten dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada kepala dinas kesehatan kabupaten. Manajemen obat dan perbekalan kesehatan meliputi aspek perencanaan baik obat untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) maupun untuk obat program, penerimaan, penyimpanan, pengendalian, pendistribusian kepada puskesmas-puskesmas yang ada di daerah berdasarkan CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik), pencatatan serta monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2010). Dalam mempersiapakan calon Apoteker yang memiliki kompetensi dan mampu melakukan pekerjaan kefarmasian sesuai standar di bidang pemerintahan perlu diadakannya pendidikan serta pelatihan melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). PKPA di Instalasi Farmasi Kesehatan Kabupaten Jember dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Jember diharapkan dapat memberikan wawasan serta pengetahuan mengenai peran, kinerja, serta tanggung jawab apoteker yang berada di Instalasi Farmasi Kesehatan Kabupaten Jember.
1.2 Tujuan PKPA
Pelaksanaan PKPA di Instalasi Farmasi Kesehatan Kabupaten Jember memiliki tujuan antara lain : 1. Memahami peraturan perundang-undangan tentang kesehatan dan tenaga kesehatan. 2. Memahami hubungan struktural dan fungsional antara Instalasi Farmasi Kesehatan, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan. 3. Memahami peranan, fungsi, posisi dan tanggungjawab apoteker di Instalasi Farmasi Kabupaten. 1.3 Manfaat PKPA Pelaksanaan PKPA di UPT Instalasi Farmasi Kabupaten memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Mahasiswa mampu memahami tinjauan umum undang-undang terkait dengan kesehatan dan Instalasi Farmasi Kabupaten. 2. Mahasiswa mampu memahami hubungan struktural dan fungsional antara Instalasi Farmasi Kesehatan, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan 3. Mahasiswa mengetahui dan memahami peran, fungsi, posisi dan tanggungjawab apoteker di Instalasi Farmasi Kabupaten. DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefaramasian di
Instalasi Farmasi Kabupaten atau Kota. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 633/MENKES/SK/IV/
2000. Pembentukan Gudang Perbekalan Kesehatan di Bidang Farmasi di Kabupaten/Kota Tertentu. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009. Kesehatan. 13
Oktober 2009. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144. Jakarta.