Anda di halaman 1dari 3

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PKPA

Setiap warga negara mempunyai hak dalam hal mendapatkan pelayanan


kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Negara telah menjamin hak
tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan
hak tersebut maka pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan
yang merata dan terjangkau oleh masyarakat (UndangUndang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan). Salah satu tugas dan wewenang pemerintah pusat dalam
hal menjamin kesehatan masyarakat yaitu pengelolaan obat publik dan perbekalan
kesehatan. Dalam hal ini pemerintah pusat akan mendelegasikan tugasnya kepada
pemerintah daerah untuk membentuk badan yang berwenang dalam hal kesehatan.
Badan berwenang yang dibentuk di tingkat kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Fungsi pengelolaan obat di seluruh kabupaten/kota dilaksanakan oleh
Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) yang bertanggung jawab sepenuhnya atas
kebutuhan obat di tingkat kabupaten/kota. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 633/MENKES/SK/IV/2000 dalam memelihara mutu obat dan alat
kesehatan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan upaya kesehatan yang
menyeluruh, terarah, dan terpadu perlu dibentuk gudang perbekalan kesehatan di
bidang farmasi di kabupaten/kota.
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota merupakan sebuah sarana pelayanan
kefarmasian tempat pengelolaan obat pemerintah yang meliputi obat dari dana
APBN, APBD maupun JKN. Pengelolaan yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi
Kabupaten dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada kepala
dinas kesehatan kabupaten. Manajemen obat dan perbekalan kesehatan meliputi
aspek perencanaan baik obat untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) maupun
untuk obat program, penerimaan, penyimpanan, pengendalian, pendistribusian
kepada puskesmas-puskesmas yang ada di daerah berdasarkan CDOB (Cara
Distribusi Obat yang Baik), pencatatan serta monitoring dan evaluasi (Kemenkes
RI, 2010).
Dalam mempersiapakan calon Apoteker yang memiliki kompetensi dan
mampu melakukan pekerjaan kefarmasian sesuai standar di bidang pemerintahan
perlu diadakannya pendidikan serta pelatihan melalui Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA). PKPA di Instalasi Farmasi Kesehatan Kabupaten Jember
dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi
Universitas Jember diharapkan dapat memberikan wawasan serta pengetahuan
mengenai peran, kinerja, serta tanggung jawab apoteker yang berada di Instalasi
Farmasi Kesehatan Kabupaten Jember.

1.2 Tujuan PKPA


Pelaksanaan PKPA di Instalasi Farmasi Kesehatan Kabupaten Jember
memiliki tujuan antara lain :
1. Memahami peraturan perundang-undangan tentang kesehatan dan tenaga
kesehatan.
2. Memahami hubungan struktural dan fungsional antara Instalasi Farmasi
Kesehatan, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan.
3. Memahami peranan, fungsi, posisi dan tanggungjawab apoteker di Instalasi
Farmasi Kabupaten.
1.3 Manfaat PKPA
Pelaksanaan PKPA di UPT Instalasi Farmasi Kabupaten memiliki manfaat
sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu memahami tinjauan umum undang-undang terkait
dengan kesehatan dan Instalasi Farmasi Kabupaten.
2. Mahasiswa mampu memahami hubungan struktural dan fungsional
antara Instalasi Farmasi Kesehatan, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami peran, fungsi, posisi dan
tanggungjawab apoteker di Instalasi Farmasi Kabupaten.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefaramasian di


Instalasi Farmasi Kabupaten atau Kota. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 633/MENKES/SK/IV/


2000. Pembentukan Gudang Perbekalan Kesehatan di Bidang Farmasi di
Kabupaten/Kota Tertentu. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009. Kesehatan. 13


Oktober 2009. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai