Anda di halaman 1dari 20

TS STERIL INJEKSI KALIUM KLORIDA DALAM AMPUL

Kelompok 2:
Harlin Nur Annisa (SK421003)
Tiara Ella Innevitasari (SK421008)
TUJUAN

1.Menentukan formulasi sediaan injeksi yang sesuai dengan sifat fisika

dan sifat kimia dari zat aktifnya yaitu Kalium klorida.

2.Mengetahui teknik sterilisasi yang tepat untuk peralatan dan untuk

pembuatan sediaan injeksi Kalium klorida 0,745%


3.Mengetahui hasil evaluasi dari sediaan injeksi
 
Pendahuluan

Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme
hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral mata dan iritasi. Sediaan parenteral ini
merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan
melalui kulit atau membran mukosa ke bagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis
pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan
tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis, dan harus mempunyai
tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam
penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi
apakah fisik, kimia, atau mikrobiologis. (lachman, hal.1292).
Pendahuluan

Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau
melalui selaput lender. Injeksi dapat merupakan larutan, emulasi, suspensi, atau serbuk steril yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan. (Ilmu meracik obat hal. 190).
Injeksi atau obat suntik juga didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen.
(Pengantar Bentuk sediaan Farmasi hal. 399).

Injeksi intravena, umumnya larutan, dapat mengandung cairan noniritan yang dapat bercampur
dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. Jika volume dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intravena
tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen. (Farmakope
Indonesia Edisi III halaman 13)
Pendahuluan

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III syarat injeksi kecuali dinyatakan lain, syarat injeksi meliputi :
1. Keseragaman bobot (harus memenuhi syarat)
2. Zat pembawa berair, umumnya digunakan air untuk injeksi yang telah memenuhi uji bebas pirogen .
3. Larutan dapar, umumnya digunakan dapar fosfat, dapar borat atau larutan dapar lain dengan kapasitas rendah.
4. Pengawet, untuk injeksi wadah dosis ganda dan injeksi yang dibuat secara aseptik, untuk injeksi berair umumnya
digunakan fenol 0,5% b/v, chresol 0,3% b/v, chlor chresol 0,1% b/v, chlorbutanol 0,5% b/v dan fenil raksa (II) nitrat
0,001% b/v.
5. Wadah dan tutup, wadah dibuat dari kaca atau plastik yang tidak bereaksi dengan obat. Tutup terbuat dari karet
alam atau sintetis atau bahan lain yang cocok.
6. Memenuhi syarat keseragaman volume.
7. Pirogenitas, untuk sediaan lebih dari 10 ml, memenuhi syarat uji pirogenitas.
Formula

1. K a liu m k lo rid a 0 ,7 4 5 % Z a t a k tif (su m b e r io n k a liu m , ag en


te ra p e u tik d a n to n isitas)
2. N a triu m k lo rid a 0 ,3 % Z a t p en g iso to n is
3. A s a m fo sfa t 0 ,1 3 % P en d ap a r
4. N a triu m fo sfat 0 ,2 % P en d ap a r
5. W a te r fo r in je c tio n (W F I) A d 30 m l P e laru t/p e m b aw a
Tinjauan bahan
1. Bahan aktif
Kalium klorida (KCl) Farmakope Indonesia Edisi III hal. 329
Pemerian
Hablur, berbentuk kubus, atau berbentuk prisma, tidak berwarna atau serbuk butir putih, tidak berbau, rasa asin, mantap di udara.
Kelarutan
Larut dalam 3 bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih, praktis tidak larut dalam etanol mutlak P dan eter P.
pH: 7
Cara sterilisasi sediaan : Sterilisasi akhir (autoklaf)
Kemasan : Ampul
2. Natrium Klorida
Farmakope Indonesia Edisi III Hal. 403 (BM: 58,44) HOPE 6th page. 637-638
Pemerian
Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan
Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P; sukar larut dalam etanol (95%) P.
Kegunaan
Sumber ion klorida dan ion natrium

Asam Fosfat (HOPE 6th hal. 532)(FI IV hal. 51)


Pemerian
Serbuk kristal, tidak berwarna; tidak berbau. Bobot jenis lebih kurang 1,71.
Kelarutan
Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol.
Tinjauan bahan
pH: 1.6 (1% w/w dalam larutan)
Kegunaan
Acidifying agent.

Natrium Fosfat (HOPE 6th hal. 656-658)


Pemerian
Putih atau hampir putih, tidak berbau, berbentuk serbuk kristal
Kelarutan
Sangat larut dalam air, lebih larut dalam air panas atau mendidih, praktis tidak larut dalam etanol 95%
pH sediaan injeksi sebesar 9.1 (1% w/v dalam larutan)
Kegunaan
Buffering agent; sequestering agent.

Water for Injection/WFI (FI edisi III hal. 97) (HOPE 6th hal.768)
Pemerian
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
; pH sebesar 7.
Kegunaan
Untuk pembuatan injeksi
Perhitungan isotonis, tonisitas, dapar
Perhitungan isotonis, tonisitas, dapar
6309 x 10—15
0,01 = 2,303 . c .
266 x 10—14
0,01 = 2,303 . c. 0,237
001
c=
2303 x 0237
c = 0,0183 M (ii)

c = [garam] + [asam] …….. (masukan persamaan i dan ii)


0,0183 = 0,6309 . [asam] + [asam]
0,0183 = 1,6309 . [asam]
00183
[asam] =
16309
[asam] = 0,0112 M

[garam] = 0,0183 – 0,0112


[garam] = 0,0071 M

Massa asam fosfat yang ditimbang :


masam fosfat = M x v x Mr (Mr Na3PO4 = 120)
masam fosfat = 0,0112 M x 0,03 x 120
masam fosfat = 0,0403 gram/30 mL(0,13%)
Massa natrium yang fosfat ditimbang :

mna. fosfat = M x v x Mr (Mr H3PO4 = 178)


mna. fosfat = 0,0071 x 0,03 x 178

mna. fosfat = 0,0379 gram/30 mL (0,13%)


Perhitungan isotonis, tonisitas, dapar
Perhitungan tonisitas metode ekuivalen NaCl
1. Kalium klorida: 0,745 gr x E:0,760= 0,5662 gr
2. Asam fosfat: 0,403 gr x E: 0,18= 0,0725 gr
3. Natrium fosfat: 0,0379 gr x E: 0,29= 0,0109 gr
Total= 0,5662 gr+0,0725 gr+0,0109 gr
= 0,6496 gr (HIPOTONIS)
Kekurangan NaCl: 0,6496%-0,9%
= 0,2504 gr/100 ml
= 0,2504 gr/100ml x 5 ml= 0,0125 gr
Penimbangan Bahan

Perhitungan berat dan volume


Ampul yang dibuat sebanyak 3 ampul
Volume yang dibuat sebanyak 5 ml
V: (N+2) x V1
V: (3+2) x (5.0+0.30)
V: 26,5 ml
V: 30 ml
Ket N: jumlah ampul yang dibuat
V; volume yang dibuat+kelebihan volume yang dianjurkan
Dibuat 3 ampul (@ 5 ml) = 15 ml
Setiap ampul masing-masing diberi tambahan sebanyak 0,30 ml sehingga total sediaan 26,5 ml.
Penimbangan dibuat sebanyak 30 ml berdasarkan pertimbangan volume terpindahkan dan kehilangan selama proses produksi

Penimbangan Bahan
1. Kalium klorida 0,745%= 0,745/100 x 30 ml= 0,2 gr
2. Asam fosfat= 0,0403 gr/5 ml x 30 ml= 0,2418 gr
3. Natrium fosfat= 0,0379 gr/5 ml x 30 ml= 0,2274 gr
4. Natrium kolrida= 0,0125 gr/5 ml x 30 ml= 0,075 gr
5. Water for injection= ad 30 ml
Sterilisasi Alat dan Bahan

Nama Alat Cara Sterilisasi Waktu Sterilisasi Jumlah

Beaker glass 100 ml Panas kering (oven, 160oC) 2 jam 1

Beaker glass 50 ml Panas kering (oven, 160oC) 2 jam 5

  Panas basah (otoklaf,    


     
Gelas ukur 100 ml 121oC) (dispensasi untuk 15 menit 1

  tidak dilakukan sterilisasi)    

Gelas ukur 10 ml Panas kering (oven, 160oC) 2 jam 1

Kaca arloji Panas kering (oven, 160oC) 2 jam 4

Spatel Panas kering (oven, 160oC) 2 jam 4


Lanjutan
Batang pengaduk Panas kering (oven, 160oC) 2 jam 5

Pipet tetes Panas kering (oven, 160oC) 2 jam 2

Karet pipet Kimia (alkohol 70%) 24 jam 2

  - (tidak digunakan karena    


Syringe & holder - 1
  menggunakan pipet tetes)    
  Panas basah (otoklaf,    

Tissue 121oC) (dispensasi untuk 15 menit 1

  tidak dilakukan sterilisasi)    

  Panas basah (otoklaf,    

  121oC) (tidak digunakan    


Membran filter 0,45µm 15 menit 2

  karena menggunakan pipet    


  tetes)    

  Panas basah (otoklaf,    

  121oC) (tidak digunakan    


Lanjutan

1. Kalium klorida 0,2 g -


(menggunakan sterilisasi akhir)

2. Natruim klorida 0,075 g -


(menggunakan sterilisasi akhir)

Asam fosfat sebanyak 0,2418 gr (menggunakan sterilisasi akhir)


Natrium fosfat sebanyak 0,2274 gr (menggunakan sterilisasi akhir)
WFI ad 30 ml (menggunakan sterilisasi akhir)
Cara Kerja
Grade C (Grey Area)
Alat-alat yang digunakan dibungkus menggunakan aluminium foil/kertas perkamen. Alat disterilisasikan menggunakan autoclave at oven sesuai
kompatibilitasnya. Bahan berupa plastik atau karet disterilkan dengan merendammya dalam alkohol selama 24 Jam
Penimbangan Baban
Seluruh bahan yang akan digunakan meliputi:
Kaliumklorida sebanyak 0.2 gr
Natrium klorida sebanyak 0,0125 gr
Asam fosfat sebanyak 0,2418 gr
Natrium fosfat sebanyak 0,2274 gr
WFI ad 30 ml
Simpan bahan-bahan diatas kaca arloji dan gelas ukur (untuk WPI) yang telah diberi label.

Grade A background C
Pencampuran Bahan
1. Siapkan alat dan bahan yang telah ditentukan.
2. Meja kerja dan sarung tangan dibersihkan terlebih dahulu Dengan alkohol 70%
3. Kalium klorida sebanyak 0,2 gr dilarutkan dalam WFI sebanyak kurang lebih 1 ml dalam benker glass 50 ml. Kaca arloji bekas tempat penyimpanan kalium
klorida dibilas WFI sebanyak 2 kali dan dimasukkan ke dalam beaker glass yang sama.
4. Natrium klorida sebanyak 0,075 g dilarutkan dalam WFI sebanyak kurang lebih 1 ml dalam beaker glass 50 ml. Kaca arloji bekas tempat penyimpanan
kalium klorida dibila WFI sebanyak 2 kali dan dimasukkan ke dalam beaker glass yang sama.
Lanjutan
5. Dapar fosfat yaitu asam fosfat sebanyak 0,2418 gr (tidak dilakukan karena zat tidak tersedia) dan natrium fosfat sebanyak 0,2274 g
dilarutkan dalam WFI sebanyak kurang Ichih 1 ml dalam beaker glass 50 ml. Kaca arloji bekas tempat penyimpanan kalium klorida
dibilas WFI sebanyak 2 kali dan dimasukkan ke dalam beaker glass yang sama
6. Ketiga larutan tersebut dicampurkan dalam beaker glass 100 ml (yang telah dikalibrasi 150 ml.). Masing-masing gelas kimia
bekas larutan dibilas dengan WFI schanyak 2 kali dan dimasukkan kedalam gelas kimia yang sama.
7. Ukur pH larutan campuran dengan pH indikator, kemudian samakan pH dengan pH target. Apabila pH larutan terlalu aan,
tambahkan dengan NaOH; jika terlalu basa tambahkan HCL.
8. Tambahkan sisa WFI hingga 30 ml.
Grade A background B
Filtrasi dan Filling
1. Saring larutan menggunakan membran filtrasi ukuran 0,45 micrometer sebanyak 2 kali dan dengan membran filtri ukuran 0,22
mikrometer sebanyak sekali untuk mengurangi bioburden pada sediaan (dispensasi untuk tidak dilakukan sterilisasi)
2. Masukkan larutan ke dalam ampul sebanyak 5,15 ml menggunakan syringe
3. tutup ampul yang telah berisi larutan dengan panas api dari Bunsen
4. sterilkan dengan cara panas basah menggunakan autoclave dengan suhu 121℃ tekanan 15psi selama 15 menit
5. sediaan yang telah steril dimasukkan kedalam pass box dan akan menuju grey area
Grade C (grey area)
1. Menempel etiket
2. Pengemasan sekunder, memasukkan kedalam dus yang sesuai
3. Lakukan evaluasi sediaan
Evaluasi sediaan injeksi
Uji pH
Pengujian dilakukan menggunakan pH indikator universal. Kertas pH dicelupkan kedalam larutan selama 2 detik lalu dibandingkan dengan warna indikator pH.
Uji Kejernihan
Pengujian dilakukan dengan mengamati sediaan secara visual diatas latar putih, jika perlu disorot menggunakan senter.
Syarat: Seluruh sediaan harus jemih
Uji keseragaman volume
Uji ini dilakukan dengan memindahkan isi vial kedalam gelas ukur kemudian diukur jumlah cairannya.
Uji kebocoran
Pengujian dilakukan dengan meletakkan wadah sediaan secara terbalik di atas kertas dan didiamkan selama kurang lebih 1 menit kemudian diperiksa apakah terjadi
kebocoran yang ditandai dengan adanya tetesan yang keluar dari wadah sediaan.
Syarat: Tidak ada satupun vial yang bocor
Uji partikulat
Pengujian dilakukan dengan mengamati ada tidaknya partikel dalam sediaan secara visual. Sediaan yang di uji diletakkan diatas latar putih dan disorot dengan senter.
Syarat: Sediaan tidak boleh mengandung partikulat lebih atau sama dengan 10 partikulat
Uji sterilitas (FI IV hal. 855)

a. Media yang digunakan adalah TSB (Trypon Soya Broth) dan FTM (Fluid Thioglicolate Medium)

b. Sterilkan pada suhu 121℃ selama 15 menit dengan autoklaf

c. Diinokulasi 0,6 ml sampel vial kedalam media

d. Di inkubasi media pada suhu 37℃

e. Dilakukan pengamatan selama 24 jam, lalu dilihat koloni bakterinya


Daftar Pustaka

Lachman L. Teori dan praktek Industri Farmasi. Edisi II. Lea & febiger Philadelphia.

Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Press :

Jakarta

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed. Pharmaceutical

Press.
Penutup

Terimakasi

Anda mungkin juga menyukai