SKRIPSI
Oleh:
APRILIA SAPITRI
08041381924055
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILM PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
Universitas Sriwijaya
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
NIM : 08041381924055
Jurusan : Biologi
Indralaya, M2023
Pembimbing
NIP. 196507151992031004
Universitas Sriwijaya
HALAMAN PERSETUJUAN MAKALAH SEMINAR HASIL
NIP.196507151992031004
Pembahas :
1. Singgih Tri Wardana, S.Si.M.Si
NIP.197109111999031004 ( .......................... )
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini
belum pernah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (S1) dari Universitas Sriwijaya maupun perguruan tinggi
lain.
Semua informasi yang dimuat dalam skripsi ini yang berasal dari penulis lain baik
yang dipublikasikan atau tidak telah diberikan penghargaan dengan mengutip
nama sumber penulis secara benar. Semua isi dari skripsi sepenuhnya menjadi
tanggung jawab saya sebagai penulis.
Aprilia Sapitri
NIM. 08041381924055
iv Universitas Sriwijaya
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Sriwijaya, yang bertanda tangan di bawah
ini:
Aprilia Sapitri
NIM. 08041281924035
v Universitas Sriwijaya
HALAMAN PERSEMBAHAN
MOTTO
vi Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Shalawat beriring salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa dari zaman kegelapan hingga zaman
terang benderang ini. Peneitian ini Respon Pertumbuhan Tanaman Air (Eichonia
crassipes, Echinodorus palaefolius, dan Fimbrytilis globulosa) terhadap
perlakuan Air Asam Tambang menggunakan media Kompos Tandan Kosong
Sawit.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Penelitian ini tidak
luput dari bantuan dan dukungan para dosen dan teman-teman sekalian, untuk itu
penulis berterimakasih kepada Bapak Dr. Arum Setiawan. S.Si., M.Si selaku ketua
jurusan biologi, dan Bapak Dr. Sarno. M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, saran dan masukan sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu penulis dan Pak Agung selaku pembimbing dalam
mengerjakan Tugas Akhir ini. mohon maaf apabila ada kesalahan dan penulis
mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca terkait penulisan tugas akhir
ini untuk perbaikan dimasa yang akan datang dan Penulis berharap dapat
bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Yth:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaf, MSCE selaku rektor Universitas Sriwijaya.
Prof. Hermansyah, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.
2. Dr. Arum Setiawan, M.Si. selaku Ketua Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.
3. Dr. Arwinsyah Arka, M.Kes selaku dosem pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan selama perkuliahan.
4. Bapak Singgih Tri Wardana, S.Si.M.Si selaku Dosen Pembahas dalam pengerjaan tugas
akhir saya.
5. Seluruh dosen dan staff karyawan Ju rusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.
Aprilia Sapitri
08041381924055
Aprilia Sapitri
08041381924055
SUMMARY
Acid mine drainage is water that is formed at mining sites with a low pH
value of 1.5 to 4. Management of acid mine drainage should be carried out at
every mining company in accordance with the obligations based on Minister of
Energy and Mineral. One of the efforts to cope with aquatic plants requires input
to be able to grow, namely the addition of compost/organic fertilizer, namely
using empty palm compost bunches which have a fairly high nutrient content such
as N, P, and K. This was carried out by observing the growth response in acid
mine water OPEFB treatment media. and Limestone.
This study aims to determine the types of aquatic plants that have the most
potential, the best treatment media from different compositions and combinations
of interactions between plant species and treatment media. Parameters measured
were number of leaves, initial and final wet weight were analyzed using ANOVA
and Duncan's test for further testing. The data obtained was tested by analysis of
variance and then continued with the Least Significant Difference Test at the 0.01
and 0.05 confidence levels. The results of this study indicate that the percentage of
water hyacinth and in used lime mining plant media is classified as very high and
reaches 100%. All plant growth parameters with 75% palm oil compost had better
values compared to other plants and compositions.
Keywords: Mine Acid Water, Aquatic plants (water hyacinth, water jasmine, and
mendong), Palm Oil Bunches Compost, and Limestone.
ix Universitas Sriwijaya
RESPON PERTUMBUHAN TUMBUHAN AIR (Eichhornia crassipes,
Echinodorus palaefolius dan Fimbritylis globulosa) TERHADAP
PERLAKUANAIR ASAM TAMBANG MENGGUNAKAN MEDIA
KOMPOS TANDAN KOSONG SAWIT
Aprilia Sapitri
08041381924055
RINGKASAN
Air asam tambang merupakan air yang terbentuk di lokasi penambangan
dengan nilai pH yang rendah yaitu 1,5 hingga 4, Pengelolaan air asam tambang
seharusnya dilakukan pada setiap perusahaan pertambangan. Salah satu upaya
menanggulangi dengan penanaman Tumbuhan air memerlukan asupan untuk
dapat tumbuh yaitu penambahan kompos/pupuk organik yaitu menggunakan
Tandan kompos kosong sawit memiliki kandungan hara yang cukup tinggi seperti
N, P, dan K. Dilakukan dengan pengamatan respon pertumbuhan pada air asam
tambang media perlakuan TKKS dan Batu kapur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan air yang paling
berpotensi, media perlakuan yang terbaik dari berbeda komposisi dan kombinasi
interakasi antara jenis tumbuhan dan media perlakuan. Parameter yang diukur
ialah Jumlah daun, Berat basah awal dan akhir dianalisis dengan menggunakan
ANOVA dan Uji Duncan untuk uji lanjut. Data yang diperoleh, diuji dengan analisis
ragam lalu dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf kepercayaan 0,01 dan
0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase tumbuhan eceng gondok dan
pada media tanaman bekas tambang kapur tergolong sangat tinggi dan mencapai 100%.
Seluruh parameter pertumbuhan tanaman dengan kompposisi kompos sawit 75 %
memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman dan komposisi lainnya.
Kata Kunci : Air Asam Tambang, Tumbuhan air (Eceng gondok, melati air, dan
mendong), Kompos Tandan Sawit, dan Batu Kapur.
x Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI
SKRIPSI.................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI........................................................................................................ XI
BAB 1 ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB 2 ...................................................................................................................... 6
xi Universitas Sriwijaya
BAB 3 .................................................................................................................... 20
BAB 4 .................................................................................................................... 25
4.1. Respon Pertumbuhan Air Eceng Gondok, Melati Air dan Mendong ............. 25
4.1.1. Pertambahan Jumlah Daun ................................................................... 25
4.1.2. Berat Basah Tumbuhan Air .................................................................. 27
4.2. Analisis Komposisi Media Perlakuan ............................................................. 28
4.3. Interaksi Kenampakan Pada Jenis Tumbuhan Air dan Komposisi Media
Perlakuan ........................................................................................................ 30
4.4. Pengamatan Secara Morfologi Tumbuhan Air ............................................... 32
BAB 5 .................................................................................................................... 33
LAMPIRAN .......................................................................................................... 38
Tabel 1. Penelitian tumbuhan air eceng gondok, melat air dan mendong pada air
asam tambang ........................................................................................ 17
Tabel 2. Rancangan Percobaan Rancangan Acak Lengkap Faktorial .................. 19
Tabel 3. Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun Terhadap Media Perlakuan ......... 24
Tabel 4.Rata-rata pertambahan jumlah daun dan berat basah dan terhadap
komposisi media perlakuan. .................................................................. 27
Tabel 5. Uji lanjut interaksi tumbuhan air dan media perlakuan. ......................... 29
xv Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
dengan nilai pH yang rendah yaitu 1,5 hingga 4 (Nasir et al., 2014). Air asam
tambang ini terbentuk dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu air, udara, dan
Dampak yang ditimbulkan air asam tambang bukan hanya di dalam lokasi
air yang terdapat di luar kawasan tambang dan sangat membahayakan lingkungan
Reklamasi dan Pasca Tambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Logam berat yang bersifat toksik salah satunya yaitu logam kromium (Cr).
Kromium merupakan logam yang memiliki daya racun tinggi. Daya racun logam
ini ditentukan oleh valensi- valensi ionnya. Ion Cr6⁺ merupakan bentuk logam
1 Universitas Sriwijaya
2
berat yang sering dipelajari sifat racunnya. Logam ini terdapat biasanya di
lingkungan perairan, tanah maupun udara. Logam ini umumnya bersumber dari
2009).
diperlukan teknik pengolahan limbah yang tepat, praktis, dan murah. Salah satu
adalah suatu sistem tanaman tertentu yang dapat melakukan kerja sama dengan
mikroorganisme dalam media (tanah, koral, dan air), dapat mengubah zat
menjadi bahan berguna secara ekonomi. Tanaman yang dapat digunakan pada
mengonsumsi air pada waktu yang singkat dan dalam jumlah yang banyak,
mampu meremediasi lebih dari satu polutan, dan toleransi yang tinggi terhadap
Salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan untuk meremediasi limbah
permukaan air dan menimbulkan masalah pada lingkungan. Namun disisi lain,
eceng gondok bermanfaat karena mampu menyerap zat organik, zat anorganik
serta logam berat yang merupakan bahan pencemaran (Djo et al., 2017). Eceng
gondok juga termasuk tumbuhan yang memiliki toleransi tinggi terhadap logam
peptide yang dihasilkan oleh tanaman mampu mengkhelat logam dalam jumlah
Universitas Sriwijaya
3
yang besar.
teksturnya remah dan tidak lagi terlihat bentuk asalnya. Tumbuhan air
masih mentah (belum terurai) dapat mengakibatkan N tanah yang diserap tanaman
sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Jika diberikan dalam jumlah banyak maka
akan semakin baik dalam memperbaiki kesuburan tanah. Limbah TKKS dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang dibutuhkan oleh tanah dan
tanaman. TKKS memiliki kandungan hara yang cukup tinggi seperti N, P, dan K
digunakan dalam pengolahan air asam tambang. Selain itu, menurut studi yang
mengurangi kekeruhan dan kandungan logam dalam air terutama Fe dan Mn.
Kandungan gugus fungsial seperti hidroksil dan asam karboksilat diklaim sebagai
Universitas Sriwijaya
4
proses utama dalam adsorpsi zat warna dan ion logam dalam bentuk khelasi. Ion
logam, seperti besi (Fe), mangan (Mn) dan timbal (Pb) mengalami adsorpsi yang
2. Komposisi media yang manakah yang terbaik dalam proses media perlakuan
pertumbuhan?
1.3 Tujuan
globulosa).
Universitas Sriwijaya
5
respon dan kemampuan tumbuh dari air asam tambang adalah sebagai berikut:
dalam menentukan jenis tanaman air pada proses fitoremediasi air asam
tambang.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fitoremidiasi
dikenal dengan istilah yang luas sejak tahun 1991 yang menggambarkan
toksisitas kontaminan yang terjadi didalam tanah, air, dan media yang
dalam teknik fitoremediasi ini yaitu pengoperasian yang udah, biaya yang murah,
efektif dalam meremediasi dan tidak merusak lingkungan (Musapana et al., 2020).
Sistem kerja yang dilakukan pada teknik fitoremediasi ini dapat berupa penarikan
fitoremediasi salah satunya dengan metode wet land dan waste water garden
Derajat Keasaman merupakan nilai yang digunakan untuk dapat menyatakan nilai
keasaman atau derajat kebasaan pada suatu larutan. Nilai pH dapat dinyatakan dengan
banyaknya H+ dalam larutan derajat nilai keasaman, dan banyaknya nilai dari OH- yang
6 Universitas Sriwijaya
7
menyatakan suatu parameter uji dalam berbagai bidang, sebagai contoh bidang kimia,
dikarenakan adanya campuran kontak antara oksigen, air, dan mineral sulfide
yang dapat bereaksi dan membentuk asam. Air Asam Tambang dapat melarutkan
logam-logam berat yang terdapat pada batuan dan juga dapat mengkontaminasi
alat-alat yang bersentuhan dan mengandung kadar asam.. Air Asam Tambang juga
dapat merusaklingkungan sekitar, baik dari biotik maupun abiotik seperti danau,
sungai bahkan laut yang terdeteksi air asam tambang akan menyebabkan
bereaksi dengan air dan oksigen. Reaksi yang terjadi antara besi, oksigen dan air
selanjutnya dapat membentuk asam sulfat dan endapan besi hidroksida. Reaksi
umum pembentukan Air Asam Tambang terjadi empat reaksi yang dapat
dapat membentuk asam yang terjadi pada pirit. Karakteristik sifat kimia dari Air
konsentrasi yang terjadi dapat larut dengan tinggi seperti besi, aluminium,
Universitas Sriwijaya
8
Sumber-sumber air asam tambang menurut Hidayat (2017), antara lain berasal
dari:
Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkelupasnya lapisan penutup,
sehingga unsur sulfur yang ada dalam batuan sulfida akan terpapar oleh udara
maka terjadilah oksidasi yang apabila hujan atau air tanah mengalir diatasnya
Material yang banyak tedapat dalam limbah kegiatan penambangan adalah batuan
Timbunan batuan yang berasal dari batuan sulfida dapat menghasilkan air asam
membentuk air asam tambang, pH dalam tailing pond ini biasanya cukup tingg
Universitas Sriwijaya
9
penghancuran (crusbing).
Lahan basah merupakan suatu kawasan wilayah rawa, air, dan lahan
gambut baik itu alami maupun buatan yang bersifat tawar, asin, atau payau. Dapat
mencakupi wilayah air marin yang didalamnya pada waktu surut kurang lebih
enam meter. Menurut, (Dugan, 1990). Lahan basah mencakup suatu rentangan
luas habitat pedalaman, pantai, dan marin yang memiliki sejumlah tampakan
sama. Salah satunya yaitu sistem pengolahan limbah cair yang menirukan proses
polutan yang terkandung di dalam air limbah melalui proses fisik fisik
lolos air (substrate), mikroorganisme, dan tanaman air. Komponen media lolos air
yang digunakan biasanya menggunakan substrate alami seperti pada pasir, kerikil,
bersih, durable, keras dan tidak berubah morfologi atau bentuknya untuk menjaga
permeabilitasdari kondisi tanah. Terdapat dua macam tipe lahan basah, yaitu: Free
Water Surface (FWS) atau Surface Flow (SF), dan SubSurface Flow (SSF). Pada
sistem SF, adanya aliran air berada di atas permukaan tanah. Pada sistem SSF,
permukaan air berada di bawah muka tanah. Berdasarkan arah aliran limbah, terdapat dua
Universitas Sriwijaya
10
tipe SSF, yaitu arah horizontal dan arah vertikal (Kadlec dan Wallace, 2009).
Tanaman Melati Air merupakan tumbuhan air memiliki daun tunggal dan
kaku dengan tangkai bersegi hingga membulan ke arah pangkal daun. Panjang
tangkainya berkisar 50-100 cm dengan diameter berukuran 1-3 cm. Struktur daun
keras, beralur sepanjang tangkai dan berbintik-bintik putih dengan warna dasar
hijau muda. Tumbuhan Melati air memiliki bentuk daun bulat telur dengan
pangkal daun yang melekung dan ujung yang membulat. Tulang daun menjari
banyak dan menonjol jelas kearah permukaan bawah. Tepi daun berbentuk rata
dengan anak tulang daun yang menyatu dari pangkal sampai ke ujung daun.
Brazil, Peru, Meksiko, dan Uruguay. Bunga melati air berwarna putih bersih,
kelopaknya terlihat agak tipis, dan tengah bunga terdapat benang sari berwarna
kuning. Melati air hampir sama dengan melati biasa. Melati air kerap berbunga tak
kenal musim dan tidak perlu penanganan khusus karena mudah untuk hidup. Daun
melati air agak kaku, permukaan dan bagian bawah daun ditumbuhi bulu- bulu
Universitas Sriwijaya
11
yang kasar. Melati air tidak tahan dengan sinar matahari sepanjang hari. Jika
menggunakan biji dan anakan. Melati air memiliki manfaat sebagai tanaman hias
di tepi rawa dan akuarium (Baroroh dan Irawanto, 2016). Melati air mampu
menghisap oksigen dan udara melawati daun, batang dan akar yang kemudian
lantaran tanaman melati air memiliki ruang antar sel atau lubang saluran udara
dilepaskan oleh melati air ini nantinya akan dimanfaatkan oleh mikroorganisme
organik 21,23%, N total 0,28%, P total 0,0011% dan K total 0,016%. Menurut
Rochyati dalam Kurniawati (2018), tangkai segar tanaman melati air memilki
kandungan kimia air 95,6%, abu 0,44%, serat kasar 2,09%, karbohidrat 0,17%,
selulosa 64,51%, pentose 15,61%, silica 5,56%, abu 12% dan lignin 7,69%
tanaman dengan limbah yang akan diolah nantinya (Kasman et al., 2019).
Universitas Sriwijaya
12
air dangkal) dengan ketiak daun membentuk tanaman baru yang mudah dilepas di
bagian ujungnya. Batang tertutup rapat dengan pangkal tangkai daun dan akar,
ditutupi dengan banyak akar kecil dengan tudung akar yang mencolok. Daun
muncul dalam roset, tebal, hijau mengkilap, bulat telur lebar, dengan pangkal
subkordat, terpotong atau bulat dan puncak tumpul, diameter 7-25 cm, gundul,
berurat saraf, tangkai daun sepon, pada tumbuhan muda pendek dan seperti buli-
buli, pada daun dewasa panjang dan berangsur-angsur menyempit ke atas hingga
30 cm.
Universitas Sriwijaya
13
tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan.
Tumbuhan air eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar
telah terbukti dapat menurunkan pencemaran air yang diakibatkan limbah air
tumbuhan air yang sangat beragam. Salah satu tumbuhan air yang sangat
dominan adalah Eceng Gondok (Eichornia crassipes). Tumbuhan air ini dapat
bahwa Eceng gondok mampu mengakumulasi beberapa jenis logam, seperti Al,
Pb, Cu, Fe, Mn, Ni, Cd, Cr, Co, Zn, dan Hg (Skinner et al., 2007). Eceng
gondok dapat mengakumulasi As yang terlarut pada AAT (Michelle et al., 2010).
Universitas Sriwijaya
14
lebih rendah seperti daun dengan selubung tubular panjang dan lamina kecil:
bagian atas seperti bract, hampir seluruhnya di dalam selubung yang lebih rendah,
keadaan kering, mengelilingi buah: tabung panjang 15-18 mm, melengkung, dasar
ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng
Eceng gondok sebagai fitoremediator yang bagus. Tumbuhan eceng gondok telah
tumbuhan air yang sangat beragam. Salah satu tanaman air yang sangat dominan
adalah Eceng Gondok (Eichornia crassipes). Tumbuhan air ini dapat tumbuh
logam berat. Menurut Krisdianto dkk. (2006), menemukan bahwa Eceng gondok
mampu mengakumulasi beberapa jenis logam, seperti Al, Pb, Cu, Fe, Mn, Ni,
Cd, Cr, Co, Zn, dan Hg (Skinner et al., 2007). Eceng gondok dapat
Universitas Sriwijaya
15
bawah setelah berbunga; tangkai dengan 2 bracts (spathes), yang lebih rendah
seperti daun dengan selubung tubular panjang dan lamina kecil; bagian atas
seperti bract, hampir seluruhnya di dalam selubung yang lebih rendah, berbentuk
kering, mengelilingibuah; tabung panjang 15-18 mm, melengkung, dasar hijau dan
logam berat, pertumbuhannya cepat, daya tahannya cukup tinggi dalam kategori
Universitas Sriwijaya
16
menurunkan kadar merkuri pada limbah air tambang. Menurut Gunarsa (2018),
mampu mengurangi kadar merkuri pada air limbah tambang emas rakyat.
Konsentrasi merkuri pada air limbah tambang emas sebelum diberikan perlakuan
merkuri pada air limbah turun menjadi 0,170-0,340 mg/L. Penyerapan merkuri
(F. globolusa) sebanyak 2 kg. Akumulasi logam berat Fe dan Mn yang terserap
Universitas Sriwijaya
17
Adapun beberapa hasil penelitian penanaman tumbuhan air eceng gondok, melati
air, dan mendong terhadap air asam tambang ditampilkan pada tabel 1.
Tabel 1. Penelitian tumbuhan air eceng gondok, melati air dan mendong pada air
asam tambang.
± 3,05%.
Mei 2015
“Pemanfaatan Eceng Semakin berat eceng
GondoK Terhadap gondok maka semakin
Penurunan Kadar banyak penyerapan
Merkuri (Hg) Limbah yang dilakukan dengan
Cair Pada Pertambangan berat 300 gr eceng
Emas Tanpa gondok mampu menyerap
Izin (PETI)”, logam berat
Shelga Sapta Lahenda, sebanyak 26,46%.
Ellyke, Khoiron
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
di Void PIT 2 PT. Baturona Adimulya, Kabupaten Musi Banyuasin. Tumbuhan air
Fimbritylis globulosa diambil dari lahan basah (rawa) di Kabupaten Ogan Ilir
sedangkan Bahan Organik Tandan Kosong Sawit diambil dari Perkebunan Kelapa
Alat yang digunakan adalah alat tulis, meteran, penggaris, kertas label,
ember plastik dan jerigen. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah air asam
Tumbuhan air yang digunakan eceng gondok, melati air dan mendong.
9 kombinasi perlakuan dan 3 kali pengulangan. Faktor A yaitu jenis tumbuhan air
tandan kosong sawit dan batu kapur masing- masing konsetrasi 25%:75%,
18 Universitas Sriwijaya
19
jenis tumbuhan
Komposisi media tumbuhan melati eceng rata-rata
air (t1) gondok (t2) Mendong(t3)
K1: tandan kosong 25% t1k1 t2k1 t3k1
batu kapur 75%
K2: tandan kososng 50% t1k2 t2k2 t3k2
batu kapur 50%
K3: tandan kosong 75% t1k3 t2k3 t3k3
batu kapur 25%
rata-rata
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Sampel Air Asam Tambang
Air Asam Tambang diambil dari void PIT 2 PT. Baturona Adimulya
Kabupaten Musi Banyuasin. Sampel air diambil sebanyak 250 Liter dan
sebanyak 9 Jerigen yang nantinya akan digunakan sebagai substrat dari sampel
Sampel Bahan Organik dari Tandan Kosong Kelapa Sawit diambil dari
Perkebunan Kelapa Sawit PT. Guthrie Pecconina Indonesia III Kabupaten Musi
Tumbuhan air yang digunakan dalam penelitian diambil dari lahan basah
Universitas Sriwijaya
20
sebanyak 500 gram (berat basah). Tumbuhan air diamati banyaknya jumlah daun,
Universitas Sriwijaya.
(diukur menggunakan meteran) dan kapasitas 8 liter. Susunan media dan tanaman
B
B
yang berasal dari habitat alaminya dan ditambahkan 10% AAT dan media kompos
tersebut.
Universitas Sriwijaya
21
Tumbuhan air yang telah diaklimatisasi, dipilih yang memiliki kriteria daun
berwarna hijau, organ tumbuh lengkap, sehat dan dalam fase vegetatif dengan
berat segar masing-masing 300gram untuk satu bioreaktor Setelah itu dilakukan
hari.
Tumbuhan air eceng gondok, melati air, dan mendong dengan perlakuan di
dengan berbeda individu ditambah dengan air asam tambang dan batu kapur
kemudian diamati selama per-10 hari sampai dengan hari ke- 30.
perhitungan pertambahan jumlah daun pada hari ke: 10, 20, dan 30.
Pengamatan perubahan selisih berat basah akhir dan berat basah awal 3 jenis
menghitung selisih jumlah berat awal dan akhir sampel. Pengukuran berat basah
Universitas Sriwijaya
22
air untuk menghilangkan kotoran terutama pada bagian akar (Muhajir, 2013).
Kemudian ditiriskan dan ditimbang barat basahnya. Menurut, Aeni et al., (2011).
Menemukan bahwa pertumbuhan dapat diketahui dari berat segar tanaman yang
seperti warna daun, batang, dan akar kemudian bentuk daun, akar, batang pada 3
jenis tumbhan air tersebut. Data dapat disajikan dalam bentuk deskripsi dari setiap
Excel dan Statistikal Package for the Social Sciens (SPSS). Pengaruh perlakuan
ada variabel diamati dilakukan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) pada
2. Nilai Nilai P. Value. Sig. < 0,05 maka perlkuan memberikan dampak
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
perlakuan dapat dilihat dari jumlah daun, selisih pertambahan berat basah awal
dan berat basah akhir dari tumbuhan air. Kandungan yang terdapat pada media
perlakuan yaitu kompos tandan kosong sawit dan batu kapur dengan masing-
4.1 Respon Pertumbuhan Tumbuhan Air Eceng Gondok, Melati Air, dann
Mendong.
berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun dan berat basah pada daun.
Muncul daun yang baru ada tumbuhan dilakukan dan diamati setiap per-10 hari
berikut.
Tabel 3. Rata-rata pertambahan jumlah daun dan berat basah dan terhadap jenis
tumbuhan air.
23 Universitas Sriwijaya
24
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Tabel 3 parameter jumlah daun
dan berat basah terhadap jenis tumbuhan air menunjukan jumlah pertambahan
jumlah daun dan berat basah tumbuhan pada t2 eceng gondok dengan rerata
jumlah daun sebesar 8,17 b sedangkan nilai terendah pada t3 mendong dengan
rerata jumlah sebesar 3,92 a. Hasil uji Duncan pada taraf 0,05 diperoleh data
signifikan 0,05 < 0,028 yang menunjukan tumbuhan air lebih efektif berkembang
beradaptasi dengan kondisi lingkungan dengan air asam tambang yang lebih kuat
tanaman lebih signifikan dari segi pertumbuhan jumlah daun dan berat basah
tumbuhan air. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunus (2018), bahwa purun tikus
memiliki waktu adaptasi yang lebih singkat terhadap kondisi lingkungan (pH)
namun tidak pada saat proses pengangkutan dan pemukiman kembali. Ini terbukti
tumbuhan air eceng gondok lebih tinggi dan pesat dalam pertumbuhannya sifat
eceng gondok tumbuh secara vegetative yang didasari dari kemampuan dalam
menyerap unsur zat hara pada Air Asam Tambang (AAT), Hal ini juga dapat
merupakan jenis gulma yang pertumbuhannya sangat cepat mencapai 1,9% per-
Universitas Sriwijaya
25
antara 11-18 hari, eceng gondok dapat berpengaruh terhadap kadar CO2 pada air
adanya toleransi dengan lingkungan atau media tumbuh yang cukup tinggi yang
akar yang kokoh. Tumbuhan air eceng gondok dapat melakukan adaptasi yang
baik terhadap air asam tambang dan menyerap kandungan logam pada air asam
tambang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hall (2022), Toleransi eceng gondok
dan detoksifikasi terjadi melalui pengumpulan sebagian besar logam berat di akar.
tempat yang aman bagi logam untuk menumpuk karena vakuola jauh dari proses
metabolisme.
yang diamati pada bobot basah awal akhir pada hari ke-1 dan hari ke-30. Tanaman
air terberat menunjukkan t2 (eceng gondok) ) dengan berat rata-rata 267.917 gram
Proses respon pertumbuhan tumbuhan air dapat juga dilihat dari penurunan
berat basah yang terjadi mendong (35,83gr), melati air (163,7gr), dan eceng
tumbuhan yang disebabkan oleh proses penyerapan unsur hara yang berbeda
Universitas Sriwijaya
26
menyebabkan perbedaan dalam pertambahan berat basah tumbuhan. Hal ini dapat
ini juga berkaitan dengan titik jenuh tumbuhan. Ketika tumbuhan telah melewati
titik jenuh, maka pertumbuhan tanaman dapat terganggu serta penyerapan unsur
terganggu.
dari berat tumbuhan air sebelum dan sesudah perlakuan yaitu berat tumbuhan
pada hari ke-0 dan hari ke-30. Terdapat perbedaan berat basah tanaman air
Eichornia Crassipes (t2) yang besar pada sampel karena eceng gondok paling
banyak menyerap unsur hara dan memiliki proses pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan melati air dan mendong. Hal ini sesuai dengan penelitian
perlakuan 0 ppm (kontrol) dengan selisih kenaikan berat awal dan akhir yang
dengan tiga jenis tumbuhan air, didapatkan berat basah tertinggi pada eceng
gondok karena pertumbuhan eceng gondok nyata lebih baik dibandingkan dengan
mendapatkan air karena efek osmotik yang ditimbulkan oleh larutan dalam jumlah
yang berlebihan dan kesulitan dalam menyerap nutrisi karena persaingan antar
ion. Hal ini sesuai dengan penelitian Caroline (2015), sedangkan peningkatan
Universitas Sriwijaya
27
berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan selisih berat basah
awal dan akhir tumbuhan air dan tidak diperlukan uji lanjut berdasarkan variabel
tersebut. Pertambahan jumlah daun dan berat basah dilakukan dan diamati setiap
per-10 hari pengamatan sampai hari ke-30 dapat disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata pertambahan jumlah daun dan berat basah dan terhadap
komposisi media perlakuan.
komposisi yang berbeda dari tandan sawit dan batu kapur tidak berpengaruh nyata
dalam proses respon pertumbuhan yang diamati dari jumlah daun dan berat basah
sebagai unsur hara bagi proses pertumbuhan tanaman yang diamati. Hal ini sesuai
adalah 4,00, dan setelah lahan basah buatan dengan eceng gondok, melati air dan
mendong diberi perlakuan media inti sawit dan kapur, pengukuran dilakukan
Universitas Sriwijaya
28
semua perlakuan tidak memenuhi baku mutu lingkungan, yaitu terkait kandungan
kompos dan inti sawit. Hal ini sesuai dengan pendapat Faida et al., (2014), Pada
menghasilkan berat basah tumbuhan 137,50gram, dan jumlah daun terkecil 6,33
yang artinya meskipun dari uji lanjut Duncan tidak berpengaruh tetapi dari nilai
jumlah daun dan berat basah tumbuhan air semakin besar persentase tandan sawit
dalam menetralkn bersifat basa. Hal ini dapat sejalannya pendapat penelitian
Nassar et al., (2004) tandan sawit memiliki kemampuan adsorpsi kandungan besi
(Fe) dan mangan (Mn) ttapi secara terbatas disebabkan kandungan gugus fungsi
oksigen yang terkandung dalam permukaan tandan sawit seperti hidoksil dan
Asam alkanoat.
Universitas Sriwijaya
29
4.3 Interaksi jenis tumbuhan air dan media perlakuan terhadap jumlah daun
tidak adanya interaksi kombinasi dari jenis tumbuhan dan media perlakuan
kompos sawit, data rata-rata jumlah daun dan berat basah tumbuhan air dapat
faktor asam tambang, jenis tumbuhan dan interaksinya tidak memberi pengaruh
terhadap parameter pertumbuhan pada parameter penelitian ini, tetapi hanya pada
jenis tumbuhan yang memiliki niiai signifikan 0,028 berpengaruh nyata sebagai
faktor tunggal yang diamati sedangkan kombinasi jenis tumbuhan dan media
perlakuan berupa kompos sawit dan batu kapur memliki nilai signifikan 0,559
yang artinya kompos sawit dan jenis tumbuhan air tidak berpengaruh dalam
respon pertumbuhan.
Universitas Sriwijaya
30
interaksi kombinasi antara jenis tumbuhan air dan komposisi tetapi dapat dilihat
dar tabel 5 untuk melihat rata-rata pertambahan jumlah daun tertinggi pada sampel
t2k1 (eceng gondok) yang bisa menentukan bahwa interaksi paling baik terhadap
jumlah daun yaitu tumbuhan eceng gondok dengan nilai 286,25. Hal ini sejalan
dengan pendapat dari Rauf et al., (2000), Pupuk organik (kompos tandan kosong
sawit dan batu kapur) memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang
tergolong rendah, oleh karena itu aplikasinya dalam jumlah yang banyak. Pada
penelitian ini jelas terlihat bahwa semakin tinggi perlakuan pupuk yang diberikan
kombinasi dari jenis tumbuhan air dan media perlakuan yang memiliki rata-rata
paling tinggi yaitu pada interaksi t2k1 (eceng gondok) dengan nilai 9,00 (gram)
yang bisa disebabkan dari eceng gondok, melati air dan mendong dapat
dinyatakan yang bisa dijadikan tanaman yang cukup bertahan dengan kokoh
dalam pada air asam tambang dikarenakan juga dengn struktur tumbuhan tersebut
batang, akar, dan daunnya. Penelitian lainnya pernah dilakukan oleh Sukawan,
(2000), mengenai pertumbuhan tumbuhan eceng gondok pada air asam tambang
pemberian hormon auksin eksogen dan juga dapat dipengaruhi oleh unsur
Universitas Sriwijaya
31
per-10 hari tumbuhan air yang terjadi yaitu ada beberapa faktor yang
mempengaruhi respon pertumbuhan tumbuhan air adalah Ph, unsur hara, daya
serap tanaman dan faktor tak terduga dari lingkungan sekitar, ada unsur hara yang
berada pada air asam tambang tidak tersedia dalam jumlah yang cukup untuk
Beberapa bibit mengalami gejala daun kuning dan layu bahkan hingga akhir
pengamatan (Gambar 5). Hal ini bisa disebabkan oleh defisiensi unsur hara atau
keracunan logam berat yang menyebabkan zat hijau daun (nekrosis). Tumbuhan
yang berwarna kuning dan layu akan mati atau hidup dengan keadaan merana
Universitas Sriwijaya
32
terjadinya perubahan warna pada daun, akar, maupun batang tanaman. berbeda
dengan tanaman mendong (t3) yang terlihat masih tetap kokoh, kuat bahkan
setelah 30 hari pengamatan dari penampakan morfologi tanaman. Hal ini sejalan
eceng gondok dalam proses fitoremediasi dengan cara rizofiltrasi yaitu dengan
berwarna kuning dan layu. Logam Fe yang diserap oleh eceng gondok melebihi
metabolisme sehingga logam Fe justru menjadi racun bagi Eceng gondok karena
air asam tambang yang diduga mengalami defisiensi unsur hara dari keadaan
media yang tercemar air asam tambang. Tumbuhan yang mengalami keguguran
daun yang berlebihan akan mati seperti pada gambar 5 secara morfologi dan dari
dalam memanfaatkan unsur hara yang tersedia menjadi faktor penting untuk
bertahan pada tanah yang tercemar air asam tambang. Hal ini menunjukkan
ketahanan bibit kayu putih yang cukup baik untuk bertahan pada kondisi
tercemar air asam tambang sesuai dengan yang disampaikan Mohd et al.,
Universitas Sriwijaya
33
(2013), bawa bibit kayu putih dapat bertahan pada lahan yang tergenang dan
terkontaminasi air asam tambang yang memiliki bahan berbahaya melalui proses
biomassa.
dengan penyerapan nutrien dan air. Akar eceng gondok, mending, dan melati air
dilakukan melalui rhizofiltrasi yaitu kontaminan akan menempel lalu diserap oleh
akar tmbuhan. Hal ini seperti dijelaskan Rika Aulina N et al., (2021), bahwa akar
tumbuhan air memiliki rongga akar yang besar sehingga penyerapan berlangsung
cepat. Penyerapan logam berupa ion terjadi melalui epidermis akar dan
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
baik tedapat pada media tanaman kompos sawit 75%: 25% batu kapur.
3. Berdasarkan uji anova yang dilakukan interaksi jenis tumbuhan air dan
media perlakuan (kompos sawit dan batu kapur) tidak berpengaruh beda
nyata, tetapi dapat dilihat dari rata-rata jumlah daun dan berat basah
tertinggi pada interaksi t2k1 (eceng gondok, komposisi 25% sawit dan :
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan terhadap penelitian ini adalah 3 jenis
berpotensi dari tumbuhan ini bisa dijadikan referensi. Sebaiknya penelitian ini
dilakukan Perlu dilakukan uji lanjutan di lapangan dengan air asam tambang yang
mengalir dan pada tempat yang tertutup (rumah kaca) agar terhindar dari
Kontaminan yang dapat merusak tumbuhan air baik itu cuaca, suhu, dan hewan
32 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. 2011. Unsur Hara Mikro I (Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, Co): Manfaat
Kebutuhan Kahat dan Keracunan, Ed ke-1.
Ariyani, D., Ramlah, S., Umi, B., dan Rd, Indah. 2014. Kajian Absorpsi Logam
Fe dan Mn oleh Tumbuhan Purun Tikus (Eleochris dulcis) pada Air
Asam Tambang Secara Fitoremediasi. Jurnal Sains dan Terapan Kimia.
8(2): 87- 93.
Azwari, F., & Joko, T. (2019). Fitoremediasi Logam Fe dalam Air Asam
Tambang Menggunakan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes). Buletin
Loupe, 15(2),42-45.
Baroroh, F., & Irawanto, R. (2016). Seleksi Tumbuhan Akuatik Berpotensi Dalam
Fitoremediasi Air Limbah Domestik di Kebun Raya Purwodadi. In
Prosiding Seminar Nasional Biologi. Universitas Negeri Malang, Malang.
Caroline, J., & Moa, G. A. (2015, October). Fitoremediasi logam timbal (Pb)
menggunakan tanaman melati air (Echinodorus palaefolius) pada limbah
industri peleburan tembaga dan kuningan. In Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Terapan III (pp. 733-744).
Dewi, T., & Hindersah, R. (2009). Konsentrasi kadmium dan timbal di tanaman
mendong yang ditanam di tanah sawah dengan aplikasi azotobacter dan
arang aktif. Agrikultura, 20(3).
33 Universitas Sriwijaya
Fitra, F. K. (2022). Overview Metode Fitoremediasi Terhadap Penyerapan Logam
Berat Pada Air Terkontaminasi Menggunakan Jenis Tumbuhan Air. ReTII,
247-254.
Hall Jl. 2002. Cellular Mechanism For Heavy Metals Detoxification And
Tolerance. J. Experimental Botany 53 (366): 1-11.
Haryanti, S., Setiari, N., Hastuti, R. B., Hastuti, E. D., & Nurchayati, Y. (2009).
Respon Fisiologi dan Anatomi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart)
Solm) di Berbagai Perairan Tercemar.
Hirliana, N., & Ariati, Z. (2021). Pengaruh BAP dan NAA terhadap Waktu
Pertumbuhan Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) secara
In Vitro. Biocaster: Jurnal Kajian Biologi, 1(1), 10-18.
Khosravihaftkhany, S., Morad, N., Teng, T. T., Abdullah, A. Z., & Norli, I.
2013„Biosorption of Pb(II) and Fe(III) from aqueous solutions using oil
palm biomassesadsorbents‟, Water, Air, and Soil Pollution, 224(3), 1455 –
1468.
34 Universitas Sriwijaya
Koesputri, A. S., Nurjazuli, N., & Dangiran, H. L. (2016). Pengaruh Variasi Lama
Kontak Tanaman Melati Air (Echinodorus Palaefolius) Dengan Sistem
Subsurface Flow Wetlands Terhadap Penurunan Kadar Bod, Cod Dan
Fosfat Dalam Limbah Cair Laundry. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip),
4(4), 771-778.
Mansur, I., Rizkyandana, A., & Priyanto, P. (2022). Ketahanan Bibit Kayu Putih
(Melaleuca cajuputi) pada Berbagai Media Tercemar Air Asam
Tambang. Journal of Tropical Silviculture, 13(03), 208-217.
Moi, A. R. (2015). Pengujian pupuk organik cair dari eceng gondok (Eichhornia
crassipes) terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea). Jurnal
MIPA, 4(1), 15-19.
Musapana, S., Dewi, E. R. S., & Rahayu, R. C. (2020). EFEKTIVITAS
SEMANGGI AIR (Marsilea crenata) TERHADAP KADAR TSS PADA
Fitoremedia. Florea: Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya, 7(2), 92-97.
Nasir, S., Purba, M., Sihombing, O., 2014. Pengolahan Air Asam Tambang
DenganMenggunakan Membran Keramik Berbahan Tanah Liat, Tepung
Jagung dan Serbuk Besi.Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya.
Nassar, M. M., Ewida, K. T., Ebrahiem, E. E., Magdy, Y. H., & Mheaedi, M. H.
(2004) „Adsorption Of Iron And Manganese Using Low Cost Materials As
Adsorbents‟, Journal Of Environmental Science And Health. Part A,
Toxic/Hazardous Substances & Environmental Engineering, Vol. 39, No. 1:
421 – 434.
35 Universitas Sriwijaya
Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Lahan Basah Pantai Timur
Sumatera yang Berwawasan Lingkungan Menyongsong Abad ke (Vol. 21,
pp. 1-10).
Nurisman, E., Cahyadi, R., & Hadriansyah, I. (2012). Studi terhadap Dosis
Penggunaan Kapur Tohor (CaO) pada Proses Pengolahan Air Asam
Tambang pada Kolam Pengendap Lumpur Tambang Air Laya PT. Bukit
Asam (Persero),Tbk. Jurnal Teknik Patra Akademika, 5.
Prasetya, A., Prihutami, P., Warisaura, A. D., Fahrurrozi, M., & Petrus, H. T.
B.M. (2020). Characteristic of Hg removal using zeolite adsorption and
Echinodorus palaefolius phytoremediation in subsurface flow constructed
wetland (SSF-CW) model. Journal of Environmental Chemical Engineering,
8(3), 103781.
Purwanti, P., Elystia, S., & Sasmita, A. (2014). Pengolahan Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit dengan Metode Fitoremediasi Menggunakan Typha latifolia
(Doctoral dissertation, Riau University).
Qomariyah, S., Sobriyah, S., Koosdaryani, K., & Muttaqien, A. Y. (2017). Lahan
Basah Buatan sebagai Pengolah Limbah Cair dan Penyedia Air Non-
Konsumsi. Jurnal Riset Rekayasa Sipil, 1(1), 25-32.
Riwandi Dan Munawar. (2007) Uji Laboratorium Sifat-Sifat Limbah Organik Dan
Mekanisme Remediasi Air Asam Tambang. Program Ilmu Tanah Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Skinner, K., Wright, N., & Porter-Goff, E. (2007). Mercury uptake and
accumulation by four species of aquatic plants. Environmental pollution,
145(1), 234-237.
36 Universitas Sriwijaya
Subagio, A. A., Mansur, I., & Sari, R. K. (2018). Pemanfaatan Kompos Tandan
Kosong Kelapa Sawit untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Kayu
Putih (Melaleuca cajuputi) di Lahan Pasca Tambang Batubara. Journal of
Tropical Silviculture, 9(3), 160-166.
Sulistiyarto, B. (2017). Akumulasi logam besi (Fe) pada tumbuhan air di sungai
Sebangau, Kalimantan Tengah. JURNAL ILMU HEWANI TROPIKA
(JOURNAL OF TROPICAL ANIMAL SCIENCE), 6(2), 85-89.
Suryanto, H., Marsyahyo, E., Irawan, Y. S., & Soenoko, R. (2014). Morphology,
structure, and mechanical properties of natural cellulose fiber from mendong grass
(Fimbristylis globulosa). Journal of Natural Fibers, 11(4), 333-351.
Udoetok, I. A. (2012). Characterization of ash made from oil palm empty fruit
bunches (oefb). International Journal of Environmental Sciences, 3(1), 518-
524.
Wang, J., Fu, G., Li, W., Shi, Y., Pang, J., Wang, Q., ... & Liu, J. (2018). The
effects of two free-floating plants (Eichhornia crassipes and Pistia
stratiotes) on the burrow morphology and water quality characteristics of
pond loach (Misgurnus anguillicaudatus) habitat. Aquaculture and
Fisheries, 3(1), 22- 29.
Widodo, A., Suharti, P., & Listiana, L. (2016). PENGARUH FILTRAT ECENG
GONDOK (Eichornia crassipes) PADA MEDIA AB MIX TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans, Poir)
DENGAN HidroponikWick SystemDAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI
MEDIA INFORMASI BAGI PENDIDIKAN KE MASYARAKAT (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).
Yonathan, A., Prasetya, A. R., & Pramudono, B. (2013). Produksi Biogas dari
Eceng Gondok (Eicchornia crassipes): Kajian Konsistensi dan pH Terhadap
Biogas Dihasilkan. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 211-215.
Yunus, R., dan Nopi, S. 2018. Fitoremediasi Fe dan Mn Air Asam Tambang
Batubara dengan Eceng Gondok (Eichornia crasssipes) dan Purun Tikus
(Eleocharis dulcis) pada Sistem LBB di PT. JBG Kalimantan Selatan.
Jurnal Sainsmat. 7(1): 73-85.
37 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Tabel Data Rerata Jumlah Tunas/Daun Pada hari-1 sampai Hari-30
Nama Hari Hari Hari Hari ke Pertambahan
Sampel ke-1 ke-10 ke-20 30 jumlah daun
t1k1 36 39 42 45 9
t1k2 39 42 42 42 3
t1k3 40 44 46 51 11
t1k1(1) 38 44 44 50 12
t1k2(1) 42 46 52 54 12
t1k3(1) 47 50 50 56 9
t1k1(2) 26 29 30 32 6
t1k2(2) 24 29 30 31 7
t1k3(2) 20 22 24 25 5
t1k1(3) 14 20 21 23 9
t1k2(3) 18 23 23 25 7
t1k3(3) 12 16 17 20 8
t2k1 38 43 45 45 7
t2k2 40 44 48 52 3
t2k3 34 38 44 47 11
t2k1(1) 37 40 41 46 12
t2k2(1) 40 42 47 50 12
t2k3(1) 47 50 50 53 9
t2k1(2) 47 53 49 50 6
t2k2(2) 43 50 48 45 7
t2k3(2) 46 49 48 46 5
t2k1(3) 50 56 54 54 9
t2k2(3) 8 10 12 14 7
t2k3(3) 4 6 10 11 8
t3k1 4 4 6 9 5
t3k2 6 9 9 5 0
t3k3 8 8 6 4 0
t3k1(1) 6 7 8 11 5
t3k2(1) 4 4 6 7 3
t3k3(1) 4 7 4 2 0
t3k1(2) 4 5 7 8 4
t3k2(2) 6 8 8 9 3
t3k3(2) 4 5 8 12 9
t3k1(3) 3 7 9 11 8
t3k2(3) 4 4 6 10 10
t3k3(3) 8 10 8 5 0
Keterangan: K= Komposisi media perlakuan
T= 3 Jenis Tumbuhan (Melati Air, Eceng Gondok, dan Mendong). Pengamatan 1,2,3.4= Minggu ke
1, 10, 20, dan 30.
38 Universitas Sriwijaya
Tabel Rerata Berat Basah Awal dan Akhir Tumbuhan
39 Universitas Sriwijaya
Nilai perubahan pH disajikan pada tabel berikut:
pH pH
Sebelum Sesudah Nilai Perubahan
No. Perlakuan
Perlakuan Perlakuan pH (mg/L)
(Unit) (Unit)
1. t1k1 4 7 +3
2. t1k2 4 7 +3
3. t1k3 4 7 +3
4. t1k1 (1) 4 6 +2
5. t1k2 (1) 4 6 +2
6. t1k3 (1) 4 6 +2
7. t1k1 (2) 4 6 +2
8. t1k2 (2) 4 6 +2
9. t1k3 (2) 4 7 +3
10. t1k1 (3) 4 5 +1
11. t1k2 (3) 4 6 +2
12. t1k3 (3) 4 6 +2
13. t2k1 4 6 +2
14. t2k2 4 6 +2
15. t2k3 4 6 +2
16. t2k1 (1) 4 6 +2
17. t2k2 (1) 4 6 +2
18. t2k3 (1) 4 6 +2
19. t2k1 (2) 4 6 +2
20. t2k2 (2) 4 5 +1
21. t2k3 (2) 4 6 +2
22. t2k1 (3) 4 6 +2
23. t2k2 (3) 4 6 +2
24. t2k3 (3) 4 6 +2
25. t3k1 4 7 +3
26. t3k2 4 7 +3
27. t3k3 4 7 +3
28. t3k1 (1) 4 6 +2
29. t3k2 (1) 4 6 +2
30. t3k3 (1) 4 6 +2
31. t3k1 (2) 4 7 +3
32. t3k2 (2) 4 7 +3
33. t3k3 (2) 4 7 +3
34. t3k1 (3) 4 6 +2
35. t3k2 (3) 4 6 +2
36. t3k3 (3) 4 6 +2
40 Universitas Sriwijaya
Lampiran 2
Analisis Jumlah Daun dan Komposisi Media Perlakuan
Between-Subjects Factors
Value Label N
JenisTumbuhan 1 melati air 12
2 eceng gondok 12
3 mendong 12
Komposisi 1 25%:75% 12
2 50%:50% 12
3 75%:25% 12
Descriptive Statistics
Dependent Variable: JumlahDaun
Std.
JenisTumbuhan Komposisi Mean Deviation N
melati air 25%:75% 5,75 2,754 4
50%:50% 8,75 4,573 4
75%:25% 8,50 6,856 4
Total 7,67 4,755 12
eceng gondok 25%:75% 9,00 2,449 4
50%:50% 7,25 3,686 4
75%:25% 8,25 2,500 4
Total 8,17 2,758 12
mendong 25%:75% 5,50 1,732 4
50%:50% 4,00 4,243 4
75%:25% 2,25 4,500 4
Total 3,92 3,630 12
Total 25%:75% 6,75 2,701 12
50%:50% 6,67 4,313 12
75%:25% 6,33 5,399 12
Total 6,58 4,164 36
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Berat
JenisTumbuhan komposisi Mean Std. Deviation N
melati air 25%:75% 143,75 64,210 4
50%:50% 197,50 193,972 4
75%:25% 150,00 90,185 4
41 Universitas Sriwijaya
Total 163,75 119,300 12
eceng gondok 25%:75% 286,25 103,068 4
50%:50% 282,50 74,554 4
75%:25% 235,00 97,468 4
Total 267,92 87,164 12
mendong 25%:75% 27,50 20,616 4
50%:50% 52,50 34,034 4
75%:25% 27,50 17,078 4
Total 35,83 25,746 12
Total 25%:75% 152,50 127,876 12
50%:50% 177,50 148,086 12
75%:25% 137,50 113,147 12
42 Universitas Sriwijaya
mendong melati air -3,75* 1,625 ,029 -7,08
eceng gondok -4,25* 1,625 ,014 -7,58
JumlahDaun
Duncana,b
Subset
JenisTumbuhan N 1 2
mendong 12 3,92
melati air 12 7,67
eceng gondok 12 8,17
Sig. 1,000 ,761
b. Alpha = ,05.
Grafik Kenampakan Rata- rata jumlah daun
43 Universitas Sriwijaya
Grafik kombinasi jumlah daun dan komposisi media
44 Universitas Sriwijaya
Lampiran 3
45 Universitas Sriwijaya