Anda di halaman 1dari 12

Bab 1 : Pendahuluan

Sebagai agent of change, mahasiswa haruslah dididik dengan cara yang benar.
Karena pada usia merekalah jati diri dibentuk dan sikap mereka yang masih labil
membuat mereka meniru apa yang dilakukan oleh orang yang menjadi panutan
mereka.

Mahasiswa baru yang masih memerlukan bimbingan saat baru saja lulus dari
SMA disuguhi masa orientasi pada setiap kampusnya. Semua hal yang masih
berbau SMA dan cara belajar yang belum stabil akan diubah pada semester awal,
tentu saja dengan pengenalan kampus atau orientasi terlebih dahulu. Orientasi
inilah yang seharusnya dapat mengajarkan mahasiswa keseharian selama berada
di kampus baik dalam segi akademik maupun sosialnya. Orientasi dengan nilai
positif melatih mahasiswa baru untuk memiliki jiwa yang mandiri dan lebih
bersemangat dalam menuntut ilmu ke depannya.

Oleh karena itu, dibuatnya makalah ini agar pembaca dapat melihat orientasi di
universitas Indonesia terutama dalam fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, jurusan
imu administrasi. Bagaimana psikologis mahasiswa baru yang tergolong remaja
dalam menerima acara seperti orientasi tersebut.
1.1 Latar Belakang

Ketika tiba tahun ajaran baru, umumnya, para pelajar ataupun mahasiswa
mendapatkan sosialisasi sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kegiatan
orientasi untuk pelajar dan mahasiswa ini dilaksanakan dengan tujuan yang positif
yaitu, mengenalkan lingkungan sekolah ataupun kampusnya berupa ruang kelas,
lapangan, laboratorium dan lainnya. Ataupun mengenalkan pelajar atau
mahasiswa baru dengan lingkungan sosio-psikologis seperti guru ataupun kawan
dan iklim budaya yang dikembangkan di lingkungan sekolah. Sehingga
mahasiswa baru beradaptasi dengan cepat dan dapat menyesuaikan diri.

Pada masa ini pula mahasiswa baru mempelajari sistem pengisian rencana studi,
sistem penilaian akademik serta penggunaan fasilitas umum yang ada dalam
lingkungan kampus. Selain itu, masa orientasi merupakan cara penyesuaian
mahasiswa untuk mengubah pola belajar yang dipakai ketika SMA. Biasanya
ketika menjadi siswa SMA, pelajar cenderung “disuapi” oleh pengajar.
Sedangkan, pada saat kuliah mereka harus mandiri dan kritis dan dosen hanya
sebagai fasilitator yang mengarahkan, di masa orientasi inilah mahasiswa
berinteraksi dengan fasilitator dan mahasiswa lainnya, baik sesama mahasiswa
baru ataupun dengan senior. Efek baik ataupun buruk dapat terbentuk dan terjadi
ketika atau setelah masa orientasi berlangsung. Efek baik bisa berupa link
pekerjaan yang didapatkan dan contoh buruknya senioritas yang diturunkan.

Setiap universitas memiliki kebijakan tersendiri mengenai kegiatan orientasi


mahasiwa baru ini. Di Universitas Indonesia contohnya, orientasi terdiri dari tiga
tingkatan, orientasi studi dan pengenalan kampus universitas, masa orientasi
fakultas atau yang disebut pengenalan sistem akademik fakultas (PSAF) di FISIP
dan yang terakhir adalah masa orientasi jurusan. Masing masing ospekpun
memiliki bobot yang berbeda. Dalam ospek universitas misalnya, mahasiswa baru
diperkenalkan dengan lingkungan kampus dan masing masing fakultas. Kemudian
adanya narasumber yang memperkenalkan tentang prospek kerja setelah kuliah
dan kegiatan selama kuliah tersebut berlangsung, seperti pengalaman organisasi
dan kepanitiaan. Orientasi pada tingkat fakultas berisi tentang pengenalan sistem
akademik fakultas masing-masing dengan fasilitas tersendiri disetiap fakultas,
sedangkan pada orientasi jurusan yang sebenarnya merupakan orientasi yang
dibuat oleh mahasiswa senior yang bertujuan membantu semua mahasiswa baru
untuk berinteraksi dengan sesama ataupun dengan senior dan dosen jurusan. Peran
para senior yang berlaku sebagai panitia cukup signifikan sehingga mahasiswa
baru dapat mengenal senior-senior mereka yang nantinya akan menjadi panutan
mereka selama berkuliah.

Orientasi yang dilakukan setiap mahasiswa terstruktur dan berurutan. Setelah


menyelesaikan orientasi universitas yang merupakan masa orientasi yang sifatnya
formal dari sistem, mahasiswa baru belum bisa bernapas dengan lega karena
masih terdapat orientasi fakultas dan jurusan. Pada umumnya, orientasi jurusan
inilah yang banyak membutuhkan fisik dan mental yang kuat. Orientasi jurusan
dilakukan setelah kegiatan perkuliahan selesai setiap hari. Selain lebih berat tugas
yang diberikan, tentunya terdapat sesi dimana para mahasiswa baru diuji
ketahanan mental terhadap teguran keras senior ketika mereka melakukan
kesalahan, tujuannya agar mereka jera atas kesalahan yang mereka perbuat. Selain
itu orientasi universitas dilakukan selama seminggu, orientasi jurusan lebih
memakan waktu. Di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas Indonesia,
dalam jurusan ilmu Administrasi orientasi dilakukan selama tiga bulan, tepat
ketika orientasi fakultas selesai, dua minggu setelahnya orientasi jurusan ilmu
Administrasi dimulai. Pada masa orientasi ini seluruh mahasiswa baru
Administrasi digabung untuk bersosialisasi dengan ketiga jurusan dari prodi
tersebut (negara, niaga, fiskal). Pada awalnya tugas yang diberikan senior hanya
berupa nametag yang dibuat sebagai identitas diri dan memuat filosofi dari
angkatan itu sendiri. Pada tahun ini, mahasiswa baru ilmu adminiistrasi wajib
membuat nametag berbentuk berlian dengan tiga warna diluarnya, merah, jingga,
dan kuning. Setelah nametag barulah kemudian muncul tugas-tugas lainnya.
Seperti membuat laporan seminar, wawancara, tanda tangan senior dan lainnya
yang bertujuan menyatukan angkatan tersebut juga menggambarkan orientasi
dapat dijadikan ladang mencari ilmu kembali dan menggali potensi mahasiswa
baru.

Sayangnya saat ini banyak sekali masa orientasi mahasiswa baru yang dipandang
sebagai acara yang berbau negatif karena masa orientasi tersebut dibumbuhi oleh
senioritas sehingga bebentuk perpeloncoan dan militer.

Hal tersebutlah yang membuat para mahasiswa baru enggan mengikuti kegiatan
orientasi tersebut. Dalam jurusan Ilmu Administrasi sendiri dari kurang lebih dua
ratus mahasiswa baru hanya seratus delapan puluh yang mengikutinya hingga
akhir. Karena memang bukan perploncoan yang ada di Adminstrasi akan tetapi
tugas yang menumpuk dan ketatnya pengawasan senior.

Dalam psikologi masalah tersebut tergolong dalam kriteria bullying, dan nilai
positif yang seharusnya diidapat dengan mengikuti orientasi tersebut tidak terlihat
karena didominasi oleh senioritas. Bukan hanya lelah secara fisik akan tetapi juga
mental. Rasa was-was ketika mengikuti kegiatan orientasi tersebut seringkali
menjadi masalah dalam kegiatan itu sendiri.
1.2 Perumusan Masalah

Dengan alasan yang logis dan bermutu tentu saja orientasi jurusan diperbolehkan
dilakukan oleh senior dengan izin fakultas. Dengan izin tersebut, fakultas
memberi wewenang kepada panitia orientasi untuk melakukan kegiatan.
Sayangnya, didalam kegiatan tersebutlah disisipkan senioritas yang tentu saja
sangat dihindari oleh mahasiswa baru.

Senioritas ini dapat berbentuk teguran kasar ataupun perploncoan, selain itu
karena orientasi yang dilakukan oleh senior ini rata-rata menuai protes dari
beberapa orangtua karena anak mereka sebagai mahasiswa baru sering pulang
pada jam yang larut. Pada jurusan Administrasi sendiri forum biasanya selesai
pada pukul tujuh atau delapan malam atau pada hari libur, seperti hari sabtu
dimana seharusnya merupakan hari berkumpul dengan keluarga atau hari istirahat.
Mahasiswa baru mau tidak mau harus mengikuti kegiatan ini karena takut terkena
konsekuensi apabila tidak mengikuti forum oleh senior. Sedangkan, tugas
akademik merekapun sebagai mahasiswa baru tidak sedikit, mereka harus
mengadaptasikan cara belajar mereka dan kepandaian mereka dalam mengatur
waktu. Apabila tidak, mereka akan tertinggal dalam kuliah atau hukuman yang
didapatkan dari senior.

Biasanya, mahasiswa baru lebih memilih tertinggal dalam akademik karena


mereka beranggapan dapat mempelajarinya dari teman sekelas daripada
“berurusan” dengan senior. Oleh karena itu, orangtua ataupun dosen tidak semua
mengizinkan kegiatan ospek jurusan berlangsung karena cenderung memberikan
kesan yang buruk. Dengan tulisan ini, dibahasnya salah satu ospek jurusan yang
ada di FISIP UI akan menjelaskan manfaat baik ataupun dampak buruk dari ospek
Administrasi itu sendiri.

Kemudian, adanya senioritas yang termasuk perbuatan bullying pada mahasiswa


baru berdampak negatif pada diri mereka, karena mereka yang masih tergolong
remaja memiliki kondisi psikologi yang labil sehingga perlunya bimbingan.
Bimbingan tersebutlah yang menentukan bagaimana sikap mahasiswa tersebut ke
depannya. Selain masalah psikologi, mahasiswa baru tersebut dikuras tenaga
fisiknya dengan tugas yang diberikan senior baik hanya bentuk tugas essay
ataupun karena hukuman.
Bab 2 : Pembahasan

Pada masa orientasi sendiri di jurusan ilmu administrasi, dinamakan LDMK yang
merupakan akronim dari latihan dasar menejemen kepemimpinan. Pada awalnya
mahasiswa baru diberi tugas awal yaitu dengan nametag sebagai identitas,
nametag tersebut berbentuk berlian yang melambangkan kekuatan dan keindahan
kemudian dipadu dengan tali yang dikepang atas tiga warna, merah yang
menunjukan administrasi sendiri, kuning merupakan lambang dari universitas
indonesia dan orange adalah warna makara fakultas ilmu sosial dan ilmu politik.
Kemudian tugas bertambah dengan adanya buku angkatan dan joget angkatan
sebagai ciri khas masing masing angkatan.

Apabila salah seorang mahasiswa tidak mengerjakan tugas tersebut maka akan
diberikan sanksi kepada angkatan tersebut. Sanksi tidak berupa hukuman secara
fisik melainkan bertambahnya tugas mahasiswa baru. Seperti, tanda tangan
kepada senior atas dengan kuota yang banyak sehingga membuat mahasiswa baru
sulit untuk membagi waktu antara tugas akademik dan tugas orientasi tersebut.
Apabila hukuman tersebut tidak dikerjakan kembali maka ada sanksi yang
menambah. Hal tersebut tentu saja dapat menjadi beban mental para mahasiswa
baru karena adanya tekanan dari senior. Serangan tekanan tersebut dapat
dikatakan bullying. Serangan atau intimidasi dengan maksud untuk menyebabkan
takut, tertekan, atau kerusakan yang baik fisik (memukul, meninju), verbal (nama
panggilan, menggoda), atau psikologis / relasional. Bullying yang dilakukan
senior secara verbal ataupun nonverbal sering masyarakat ketahui dengan nama
senioritas. Dimana hukum senioritas adalah senior selalu benar dan junior harus
patuh terhadap senior. Bullying yang merupakan tekanan kepada mahasiswa baru
inilah yang menyebabkan banyaknya kontroversi mengenai masa orientasi
tersebut. Bullying dapat mengakibatkan cedera fisik, sosial dan emosional
kesusahan, dan bahkan kematian. Pemuda menjadi korban cenderung mersakan
peningkatan risiko untuk masalah kesehatan mental seperti depresi dan
kecemasan, keluhan psikosomatik seperti sakit kepala, dan penyesuaian sekolah
yang buruk. Pemuda yang menggertak para mahasiswa baru berisiko untuk
penggunaan narkoba, masalah akademik, dan kekerasan kemudian pada masa
remaja dan dewasa. Dibandingkan dengan pemuda yang hanya menggertak, atau
yang hanya korban, pengganggu korban (senior tersebut) paling menderita dan
berada pada risiko lebih besar baik untuk mental kesehatan dan masalah
perilakunya.

Bagaimana cara agar bullying ini tidak terjadi disekolah atau kampus? Sekolah
atau kampus dianjurkan untuk Meningkatkan pengawasan siswa, Menggunakan
aturan sekolah dan perilaku atau teknik di dalam kelas dan di seluruh sekolah
untuk mendeteksi dan mengatasi bullying, memberikan konsekuensi untuk
bullying, Memiliki kebijakan anti-intimidasi seluruh sekolah,  Meningkatkan kerja
sama di antara para profesional yang berbeda dan antara staf sekolah dan orang
tua

Oleh sebab itu hendaknya kampus ikut campur dalam masalah orientasi
mahasiswa baru tingkat jurusan tersebut. Tugas tugas tersebut akan dikumpulkan
setiap adanya forum, dalam setiap forum senior memeriksa apa saja kesalahan
mahasiswa baru dalam setiap minggunya. Kesalahan tersebutlah yang dijadikan
senior sebagai bahan untuk menegur mahasiswa baru. Selain itu, akibat forum
yang dilaksanakan diluar jam kuliah hingga larut malam banyak orang tua yang
tidak setuju, karena minimnya manfaat yang dapat diambil juga forum LDMK
memakan waktu mahasiswa baru beristirahat. Forum LDMK biasanya selesai
hingga jam delapan malam dan dilaksanakan seminggu dua kali ditambah hari
sabtu jikalau ada forum tambahan.

Pada acara puncaknya yaitu gathering semua mahasiswa administrasi diwajibkan


hadir meski tidak mengikuti serangkaian forum LDMK. Pada acara tersebut
semua perwakilan alumni hadir untuk meramaikan kegiatan tersebut kemudian
menginap di fisip sehari, pada malam harinya mahasiwa baru ditugaskan untuk
keliling pos yang disetiap pos terdapat senior. Pada saat itulah mahasiswa baru
menampilkan joget angkatannya didepan senior dan mengikuti apa yang senior
katakan. Remaja masih dikatakan dalam proses perkembangan, meskipun setiap
perkembangan bersifat normal, namun pada setiap fase kadang-kadang terdapat
situasi yang membahayakan dan dapat mengganggu proses perkembangan yang
tengah berlangsung.

Beberapa situasi yang membahayakan ini dapat berasal dari lingkungan maupun
dari dalam diri individu sendiri. Kondisi ini dapat mempengaruhi usaha-usaha
penyesuaian fisik, psikologis, dan sosial yang dilakukan seorang anak. Hal ini
juga dapat mengakibatkan terjadinya kemunduran perkembangan ke tahap yang
lebih rendah. Bila ini terjadi, maka penyesuaian anak akan mengalami gangguan.

Orientasi dengan tekanan dapat menyebabkan gangguan psikis pada anak. Dan
senioritas yang ada secara turun temurun dilakukan. Umumnya pada masa remaja
pula emosi remaja bersifat unstable dan masih labil. Remaja cenderung merasakan
tekanan daripada afeksi. Ditambah apabila orientasi yang dilakukan dengan
“memperkenalkan senior” dengan cara tekanan tersebut. Dalam segi pandang para
senior hal tersebut merupakan salah satu cara berinteraksi antara senior dan
mahasiswa baru. Dengan kesalahan yang ada dan keaktifan mahasiswa baru dalam
forum akan mempermudah senior untuk menghafalkan nama dan wajah dari
mahasiswa baru

Kemudian setelah adanya game tersebut mahasiswa baru administrasi dipersilakan


untuk beristirahat, akan tetapi ketika jam tiga layaknya seperti militer
dibangunkan dengan cara penggebrakan pintu pintu kelas yang dijadikan sebagai
kamar para mahasiswa baru. Kemudian dikumpulkan kembali dan forum LDMK
untuk terakhir kalinya berlangsung dengan tambahan seluruh senior ikut dalam
proses tersebut dan turut serta dalam memarahi dan menegur para mahasiswa
administrasi. Senior menganggap hal tersebut sebagai bentuk pendisiplinan para
mahasiswa baru dan begitulah cara mereka mengajarkaannya kepada para
mahasiswa baru di kegiatan orientasi tersebut.
Bab 3 : Penutupan

Adanya orientasi jurusan untuk mahasiswa baru sebenarnya diperlukan, akan


tetapi dengan ikut serta kampus dalam masalah pembatasan. Baik dalam hal
pembatasan teguran, ataupun pembatasan dalam pemberian tugas ataupun
hukuman. Sehingga orientasi tersebut dapat hilang sisi negatifnya dan lebih
menyenangkan bagi para mahasiswa baru. Begitupula dalam segi waktu,
sebaiknya orientasi dilakukan tidak sampai larut malam dan tidak memotong
waktu istirahat para mahasiswa baru.

Dalam segi hukuman mahasiswa sebaiknya diberi hukuman yang masuk akal dan
berkualitas. Tidak dengan penambahan tugas yang banyak ataupun kekerasan
secara verbal dengan bentuk teguran keras berupa kemarahan senior akibat hal
sepele seperti kurangnya kuota mahasiswa baru dalam mengikuti rangkaian
orientasi kemudian dilimpahkan kesalahan tersebut kepada mahasiswa lainnya.
Hal tersebut menyangkut masalah bullying pada remaja dan terganggunya psikis
remaja yang masih labil karena adanya tekanan dari senior yang memiliki
kekuasaan lebih. Orientasi jurusan seharusnya lebih menonjolkan fungsinya yaitu
mengenal mahasiwa baru seangkatan dan dengan senior

Oleh sebab itu peran orang tua dan kampus sendiri diperlukan dalam masa
orientasi mahasiswa baru baik tingkat fakultas ataupun jurusan. Pun dalam setiap
rangkaian forum, harus adanya pengawas agar tidak terjadi bullying yang
berlebihan yang menyebabkan kekerasan fisik.

Semoga makalah ini bermanfaat sebagaimana mestinya. Mohon maaf apabila ada
kesalahan.
Dafar Pustaka

Eaton, D. K. et al. (2010). Youth risk behavior surveillance – United States 2009.
Morbidity and Mortality Weekly Report

Smokowski, P. R., & Kopasz, K. H. Bullying in school: An overview of types,


effects, family characteristics, and intervention strategies. Children and Schools,
27, 101-109; 2005

Mussen, P. H. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta : Erlangga, 1998

Sarwono, S. W. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Press, 2010

Donnellan, Craig. Bullying. England : Educational Publishers, 2006


Daftar Isi

DAFTAR ISI............................................................................................................1

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................2

1.1 Latar Belakang...................................................................................................3


1.2 Perumusan Masalah...........................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................7

BAB 3 PENUTUPAN............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

Anda mungkin juga menyukai