Anda di halaman 1dari 213

LAPORAN KEGIATAN

DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan
oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan
antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang
telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan merupakan
periode pembangunan jangka menengah yang sangat penting dan strategis.
RPJMN 2020-2024 akan memengaruhi pencapaian target pembangunan dalam
RPJPN, dimana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat
kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas (Upper-
Middle Income Country) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber
daya manusia, pelayanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-
2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan
makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di berbagai bidang yang didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing.
Isu-isu strategis yang dilaksanakan dalam bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2020,
antara lain pengendalian penyakit menular, khususnya tuberculosis, HIV/AIDS,
dan malaria, serta pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) khususnya difteria, pertussis; pengendalian penyakit yang menyebabkan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
1
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
kedarutan kesehatan masyarakat (PIE) khususnya penyakit akibat Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19), dan penyakit-penyakit tropis yang terabaikan
(neglected tropical diseases).
Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat yang ditandai oleh penduduk yang
hidup dalam lingkungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat dan memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh
wilayah Republik Indonesia. Gambaran keadaan kesehatan masyarakat Indonesia
di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan
tersebut dirumuskan Visi dan Misi Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024
mengikuti Visi dan Misi Presiden Republik Indonesia yaitu “TERWUJUDNYA
INDONESIA MAJU YANG BERDAULAT, MANDIRI dan
BERKEPRIBADIAN
BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG”. Upaya untuk mewujudkan visi ini
dilaksanakan melalui 9 misi pembangunan yaitu:
1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia
2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan
4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.
5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.
6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan tepercaya.
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh
warga.
8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan tepercaya.
9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.
10. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan

Visi Provinsi Sumatera Utara adalah : ” Sumatera Utara Yang Maju, Aman
dan Bermartabat”

Misi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara adalah :


KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
2
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
1. Mewujudkan Masyarakat Sumatera Utara Yang Bermartabat Dalam

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
3
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Kehidupan karena memiliki iman dan taqwa, tersedianya sandang pangan yang
cukup, rumah yang layak, pendidikan yang baik, kesehatan yang prima, mata
pencaharian yang menyenangkan, serta harga-harga yang terjangkau.
2. Mewujudkan Masyarakat Sumatera Utara Yang Bermartabat Dalam
Politik dengan adanya pemerintahan yang bersih dan dicintai, tata kelola
pemerintah yang baik, adil, terpercaya, politik yang beretika, masyarakat yang
berwawasan kebangsaan, dan memiliki kohesi sosial yang kuat serta
harmonis.
3. Mewujudkan Masyarakat Sumatera Utara Yang Bermartabat Dalam
Pendidikan karena masyarakatnya yang terpelajar, berkarakter, cerdas,
kolaboratif, berdaya saing, dan mandiri.
4. Mewujudkan Masyarakat Sumatera Utara Yang
Bermartabat Dalam Pergaulan karena terbebas dari judi, narkoba, prostitusi,
dan penyeludupan, sehingga menjadi teladan di Asia Tenggara dan Dunia.
5. Mewujudkan Masyarakat Sumatera Utara Yang
Bermartabat Dalam Lingkungan karena ekologinya yang terjaga, alamnya
yang bersih dan indah, penduduknya yang ramah, berbudaya,
berperikemanusiaan, dan beradab.

Berdasarkan Visi dan Misi tersebut, maka telah ditetapkan pula prioritas
Pembangunan yang ditujukan pada :
1. Peningkatan kesempatan kerja dan berusahan melalui penyediaan
lapangan pekerjaan.
2. Peningkatan dan pemenuhan akses Pendidikan
3. Pembangunan infrastruktur yang baik dan berwawasan lingkungan.
4. Penyediaan layanan Kesehatan yang berkualitas.
5. Peningkatan daya saing melalui sector agraris dan pariwisata.

Di Provinsi Sumatera Utara, pelaksanaan pembangunan kesehatan dari


tahun ketahun semakin meningkat, hal ini antara lain ditunjukkan dengan
penambahan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, penambahan tenaga kerja,

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
4
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
dan juga penambahan fasilitas kesehatan lingkungan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
5
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
B. TUJUAN UMUM
Sebagai penjabaran dari Visi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,
maka tujuan yang akan dicapai adalah terselanggaranya pembangunan kesehatan
yang berkesinambungan, berhasil guna dan berdaya guna serta serasi dan
seimbang dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-
tingginya.

C. TUJUAN KHUSUS
Mampu bekerja sebagai dokter di Puskesmas, mampu melakukan
penyuluhan, mampu bekerja sebagai tim kerja, dan mampu mengetahui struktur
organisasi.

D. MANFAAT
Sebagai proses pembelajaran untuk menambah pengalaman dalam
melakukan sebuah penelitian dan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi peserta Kepaniteraan Klinik Senior tentang Program Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
6
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB II
SITUASI DAN KEADAAN DINAS KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA

I. Demografi
1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis
Secara geografis, Provinsi Sumatera Utara terletak di bagian Barat
wilayah Indonesia, berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah Barat, Provinsi
Aceh di sebelah Utara, Provinsi Riau dan dan Provinsi Sumatera Barat di sebelah
Selatan,serta Malaysia disebelah Timur. Secara astronomis, Provinsi Sumatera
Utara terletak pada garis 10° – 40° Lintang Utara, dan 980° – 1000° Bujur Timur.
Luas daratan Provinsi Sumatera Utara sebesar 72.981,23 km2, terdiri dari daratan
Pulau Sumatera dan Kepulauan Nias, Pulau-Pulau Batu, serta pulau-pulau kecil
yang berada dibagian Barat maupun bagian Timur pantai Pulau Sumatera.
Kabupaten Langkat diketahui memiliki luas wilayah terbesar yaitu 6.262,00 km2
atau sekitar 8,58% dari total luas wilayah Sumatera Utara, dan Kota Tebing Tinggi
diketahui memiliki luas wilayah paling kecil yaitu sebesar 31,00 km2 atau sekitar
0,04% dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak dan
kondisi alam, wilayah Provinsi Sumatera Utara dikelompokkan dalam 3 (tiga)
kelompok wilayah/kawasan yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan Pantai Timur.
Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 33 Pemerintahan Kabupaten/Kota, yang terbagi
menjadi 8 kota dan 25 Kabupaten, dengan jumlah kecamatan sebanyak 450 dan
jumlah desa/kelurahan sebanyak 6.132.

Tabel 1.1
Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
LUAS / AREA RASIO
NO NAMA KAB/KOTA
(KM2) (%)
1 Nias 1.842,51 2,50
2 Mandailing Natal 6.134,00 8,40

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
7
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
3 Tapanuli Selatan 6.030,47 8,26
4 Tapanuli Tengah 2.188,00 3,00
5 Tapanuli Utara 3.791,64 5,20
6 Toba Samosir 2.328,89 3,19
7 Labuhan Batu 2.156,02 2,95
8 Asahan 3.702,21 5,07
9 Simalungun 4.369,00 5,99
10 Dairi 1.927,80 2,64
11 Karo 2.127,00 2,91
12 Deli Serdang 2.241,68 3,07
13 Langkat 6.262,00 8,58
14 Nias Selatan 1.825,20 2,50
15 Humbang Hasundutan 2.335,33 3,20
16 Pakpak Bharat 1.218,30 1,67
17 Samosir 2.069,05 2,84
18 Serdang Bedagai 1.900,22 2,60
19 Batu Bara 922,20 1,26
20 Padang Lawas Utara 3.918,05 5,37
21 Padang Lawas 3.892,74 5,33
22 Labuhan Batu Selatan 3.596,00 4,93
23 Labuhan Batu Utara 3.570,98 4,89
24 Nias Utara 1.202,78 1,65
25 Nias Barat 473,73 0,65
71 Sibolga 41,31 0,06
72 Tanjung Balai 107,83 0,15
73 Pematang Siantar 55,66 0,08
74 Tebing Tinggi 31,00 0,04
75 Medan 265,00 0,36
76 Binjai 59,19 0,08
77 Padang Sidempuan 114,66 0,16
78 Gunung Sitoli 280,78 0,38
79 Sumatera Utara 72.981,23 100,00
Sumber : BPS Sumatera Utara 2020

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
8
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

1.2 Keadaan Penduduk


Sumatera Utara merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk terbesar
keempat di Indonesia setelah Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Timur dan
Provinsi Jawa Tengah. Hasil estimasi jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara
pada tahun 2019 sebesar 14.562.549 jiwa, terdiri dari 7.266.207 jiwa penduduk
laki-laki dan
7.296.342 jiwa penduduk perempuan. Angka tersebut merupakan hasil perhitungan
yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan metode
geometrik, yaitu metode yang menggunakan prinsip bahwa parameter dasar
demografi (yaitu parameter fertilitas, mortalitas, dan migrasi) tumbuh konstan per
tahunnya. Pada tahun 2019, sex ratio penduduk Provinsi Sumatera Utara sebesar
99,59. Penduduk yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 7,28 juta jiwa (49,99%),
hampir sama banyaknya dengan penduduk yang tinggal di daerah pedesaan (sebesar
7,281 jiwa atau 50,01%).
Gambar 1.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2020


Pada Gambar 1.2 berdasarkan hasil estimasi, jumlah penduduk paling
banyak di Provinsi Sumatera Utara terdapat di Kota Medan dengan jumlah
penduduk sebesar 2.279.894 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit
terdapat di Kabupaten Pakpak Bharat dengan jumlah penduduk sebesar 48.935

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
9
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
jiwa.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
10
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Konsentrasi penduduk di suatu wilayah dapat dipelajari dengan
menggunakan ukuran kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk menunjukkan
rata- rata jumlah penduduk per 1 kilo meter persegi. Semakin besar angka
kepadatan penduduk menunjukkan bahwa semakin banyak penduduk yang
mendiami wilayah tersebut. Rata-rata kepadatan penduduk di Provinsi Sumatera
Utara tahun 2019 berdasarkan hasil estimasi sebesar 199,5 jiwa per km2, keadaan
ini meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 197,00 jiwa per km2. Kepadatan
penduduk berguna sebagai acuan dalam rangka mewujudkan pemerataan dan
persebaran penduduk. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi umumnya terdapat
di wilayah perkotaan. Wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi
2
Sumatera Utara adalah Kota Medan yakni sebesar 8.603,37 jiwa per km ,
sedangkan wilayah dengan
kepadatan penduduk tergolong rendah adalah Kabupaten Pakpak Bharat yakni
2
sebesar 40,17 jiwa per km .

Rata-rata jumlah anggota keluarga di Sumatera Utara pada tahun 2019


adalah sebesar 4,3 per KK yang berarti bahwa setiap keluarga rata-rata memiliki 4-5
anggota keluarga. Kabupaten Nias Barat merupakan wilayah dengan rata-rata
jumlah anggota keluarga terbanyak yaitu 5,1 dan Kabupaten Karo merupakan
wilayah dengan rata- rata jumlah anggota keluarga paling sedikit yaitu 3,7 orang.
Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan
untuk mengetahui produktivitas penduduk yaitu Angka Beban Tanggungan (ABT)
atau Dependency Ratio (DR). Angka Beban Tanggungan (ABT) adalah angka yang
menyatakan perbandingan antara banyaknya orang berumur tidak produktif (belum
produktif/umur di bawah 15 tahun dan tidak produktif lagi/umur 65 tahun ke atas)
dengan yang berumur produktif (umur 15-64 tahun). Angka ini dapat digunakan
sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu
negara. Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan semakin tinggi
beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase
dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban
yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
11
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
produktif dan tidak produktif lagi.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
12
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Angka Beban Tanggungan penduduk Sumatera Utara pada tahun 2019
sebesar 55,51%, mengalami penurunan sebesar 0,18 % bila dibandingkan dengan
DR tahun 2018 sebesar 55,69%. Hal ini berarti bahwa dengan DR 55,51%, maka
100 penduduk Sumatera Utara yang produktif, di samping menanggung dirinya
sendiri, juga menanggung 56 orang yang tidak produktif.
Penduduk sebagai determinan pembangunan perlu mendapat perhatian yang
serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus
didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan
tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang
optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun
sektor terkait lainnya seperti sektor pendidikan, ekonomi, sosial dan pemerintahan
juga memiliki peranan yang cukup besar. Kesehatan merupakan hak semua
penduduk, sehingga ditetapkan target dan sasaran pembangunan kesehatan.
Data penduduk sasaran program pembangunan kesehatan diperlukan bagi
pengelola program terutama untuk menyusun perencanaan serta evaluasi hasil
pencapaian upaya kesehatan yang telah dilaksanakan.
1.3 Keadaan Ekonomi
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam
menentukan keberhasilan pembangunan suatu daerah. Berdasarkan data BPS
Provinsi Sumatera Utara, besaran pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2019 atas dasar harga berlaku sebesar
Rp. 801,73 triliun. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, PDRB per kapita atas
dasar harga berlaku mengalami peningkatan, dari Rp. 51,46 juta Pada tahun 2018
menjadi Rp. 55,05 juta pada tahun 2019.
Gambar 1.3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Sumatera Utara tahun 2018 sebesar 5,18%, sedikit meningkat jika dibandingkan
dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 5,12%.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
13
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Gambar 1.3
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018
(dalam persen)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2020


Permasalahan kesehatan umumnya sangat dipengaruhi oleh tingkat sosial
ekonomi masyarakat, salah satunya terkait dengan penduduk miskin. BPS
melakukan pengukuran kemiskinan menggunakan konsep pemenuhan kebutuhan
dasar (basic need approach). Kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana
seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan
juga dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi penduduk untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan maupun non makanan yang diukur dari pengeluaran.
Distribusi pendapatan merupakan ukuran kemiskinan relatif. Namun karena data
pendapatan sulit diperoleh, pengukuran distribusi pendapatan menggunakan
pendekatan data pengeluaran.
Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai standar
kebutuhan minimum, baik untuk makanan maupun untuk non makanan yang harus
dipenuhi seseorang untuk hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan minimum
tersebut digunakan sebagai garis pembatas untuk memisahkan antara penduduk
miskin dan tidak miskin. Garis pembatas tersebut yang sering disebut dengan garis
kemiskinan. Penduduk dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan kurang dari
atau di bawah garis kemiskinan dikategorikan miskin.
Pada bulan Maret 2019, jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara sebanyak
1.282.040 (8,83%) mengalami penurunan sebesar 1,7% (181.630 orang) bila
dibandingkan dengan tahun 2018 sebanyak 1.463.670 (10,53 %). Namun bila

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
14
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
dilihat

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
15
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
pada bulan September 2019, angka kemiskinan Sumatera Utara mengalami
penurunan sebesar 0,20 persen poin yaitu dari 8,83 persen pada Maret 2019
menjadi 8,63 persen pada September 2019. Angka kemiskinan ini setara dengan
1,282 juta jiwa pada September 2019, atau berkurang sekitar 21 ribu jiwa dalam
satu semester terakhir. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada
September 2019 sebesar 8,39 persen, mengalami penurunan dibanding Maret 2019
yang sebesar 8,56 persen. Demikian juga penduduk miskin di daerah pedesaan,
turun dari 9,14 persen pada Maret 2019 menjadi 8,93 persen pada September 2019.
Pada bulan September 2019, garis kemiskinan Sumatera Utara secara total
sebesar Rp. 466.122,- per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis
kemiskinannya sebesar Rp. 506.538,- per kapita per bulan, sedangkan untuk daerah
pedesaan sebesar Rp. 470.545,- per kapita per bulan. Persebaran penduduk miskin
per kabupaten/kota tahun 2019 dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Gambar 1.4
Persebaran Penduduk Miskin Berdasarkan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2019

Sumber: BPS Sumatera Utara, 2020


Gambar 1.4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin terbesar ada di
Kota Medan yaitu 183.790 jiwa, sedangkan jumlah penduduk miskin terkecil ada di
Kabupaten Pakpak Bharat yaitu sebesar 4.520 jiwa. Persentase penduduk miskin
terbesar di Provinsi Sumatera Utara tahun 2019 diketahui ada di Kabupaten Nias
Barat (25,51%), Kabupaten Nias Utara (24,99%) dan Kabupaten Nias Selatan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
16
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
(16,45%). Sedangkan wilayah dengan persentase penduduk miskin terendah adalah
Kabupaten Deli Serdang (3,89%), Kota Binjai (5,66%), dan Kota Padangsidimpuan
(7,26%).
Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan
bersifat multi dimensional, oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus
dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat,
dan dilaksanakan secara terpadu.
Masalah kemiskinan juga perlu memperhatikan tingkat kedalaman dan
keparahan kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index)
merupakan ukuran rata- rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin besar nilai indeks semakin jauh rata-
rata pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan. Indeks Kedalaman
Kemiskinan Provinsi Sumatera Utara tahun 2019 sebesar 1,48. Indeks Keparahan
Kemiskinan (Poverty Severity Index) memberikan gambaran mengenai penyebaran
pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks semakin tinggi
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Indeks Keparahan
Kemiskinan Provinsi Sumatera Utara tahun 2019 sebesar 0,37.
Ukuran yang dapat menggambarkan ketimpangan pendapatan yaitu
Koefisien Gini/Indeks Gini (Gini Ratio). Indeks Gini adalah suatu koefisien yang
menunjukkan tingkat ketimpangan atau kemerataan distribusi pendapatan secara
menyeluruh. Nilai Indeks Gini ada di antara 0 dan 1. Semakin tinggi nilai Indeks
Gini menunjukkan ketidakmerataan pendapatan yang semakin tinggi. Apabila nilai
Indeks Gini 0 artinya terdapat kemerataan yang sempurna pada distribusi
pendapatan, sedangkan jika bernilai 1 berarti terjadi ketidakmerataan pendapatan
yang sempurna. Indeks Gini Provinsi Sumatera Utara tahun 2019 sebesar 0,317.
Pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan tingkat
kesejahteraan rumah tangga tersebut. Mengingat sulitnya memperoleh informasi
pendapatan rumah tangga yang akurat, maka dilakukan pendekatan melalui data
pengeluaran rumah tangga yang dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan
makanan. Kedua kelompok tersebut dapat menggambarkan bagaimana rumah
tangga mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Menurut hukum ekonomi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
17
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
(Ernest

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
18
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Engel, 1857) bila selera tidak berbeda maka persentase pengeluaran untuk makanan
akan menurun seiring dengan meningkatnya pendapatan. Dengan demikian, secara
umum semakin meningkat pendapatan (kesejahteraan), semakin berkurang
persentase pengeluaran untuk makanan.
Gambar 1.6
Persentase Rata-rata Pengeluaran Perkapita Perbulan tahun 2019

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2020

Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan kesempatan kerja di


Sumatera Utara. Penduduk dilihat dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi
pasar tenaga kerja, namun hanya penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) yang
dapat menawarkan tenaganya di pasar kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi
dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Kelompok angkatan
kerja terdiri dari penduduk yang bekerja (aktif bekerja atau punya pekerjaan
namun sementara tidak bekerja) dan pengangguran (penduduk yang sedang
mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan suatu usaha, sudah memiliki pekerjaan
tetapi belum mulai bekerja, merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan/putus asa).
Sedangkan kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk sedang
bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.
Tabel 1.4 menunjukkan keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera
Utara pada tahun 2016 – 2019. Terdapat peningkatan jumlah angkatan kerja dan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
19
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
penduduk yang bekerja selama periode 2016 – 2019, dimana jumlah pengangguran
terbuka ditemukan berfluktuasi.
Tabel 1.4
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama 2016-2019

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2020


Tabel 1.4 menunjukkan keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera
Utara pada tahun 2016 – 2019. Terdapat peningkatan jumlah angkatan kerja dan
penduduk yang bekerja selama periode 2016 – 2019, dimana jumlah pengangguran
terbuka ditemukan berfluktuasi.
Angkatan kerja di Sumatera Utara adalah tamatan SD/Tidak Tamat SD
(28,55%), SMP (20,15%), tamatan SMA sebesar 38,44%, serta angkatan kerja
berpendidikan Diploma I, II, III & IV/Perguruan Tinggi (12,85%). Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) meningkat dari 65,99% pada tahun 2016
menjadi 70,19% pada tahun 2019. TPAK merupakan persentase jumlah angkatan
kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini mengindikasikan besarnya
penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah dan menunjukkan
besaran relatif suplai tenaga kerja yang tersedia untuk produksi barang dan jasa
dalam suatu perekonomian.
Jika dilihat dari status pekerjaan utama, lebih dari sepertiga penduduk
berusia 15 tahun ke atas (41,54%), bekerja menjadi buruh/karyawan atau pegawai.
Adapun yang lainnya berusaha sendiri sebesar 19,82%, berusaha dibantu buruh
tidak tetap/buruh tidak dibayar sebesar 14,25% dan pekerja keluarga/tidak dibayar
sebesar 13,94%, pekerja bebas sebesar 7,13% serta sebagian kecil yang menjadi
pengusaha dengan mempekerjakan buruh/karyawan tetap yaitu sebesar 3,30%.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
20
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Dari sisi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
21
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
lapangan usaha, sebagian besar penduduk Sumatera Utara bekerja di sektor jasa
sebesar 47,76%, sektor pertanian (perkebunan, kehutanan dan perikanan), yaitu
sebanyak 35,53%, kemudian diikuti sektor industri pengolahan sekitar 16,69%.
Gambar 1.7
Persentase Angkatan Kerja 15 Tahun keatas Berdasarkan Pendidikan Tertinggi
Yang Ditamatkan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2020

Gambar 1.8
Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2020


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun dari 5,56% pada tahun 2018
menjadi 5,41% pada tahun 2019. TPT menggambarkan proporsi angkatan kerja
yang tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif mencari dan bersedia untuk bekerja,
atau perbandingan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
22
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Gambar 1.9
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2019

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2020


Dari gambar di atas tampak Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
berdasarkan kabupaten/kota tahun 2019 yang paling tinggi adalah Kota
Pematangsiantar (11,09%), Kota Tebing Tinggi (8,60%) dan Kota Medan (8,53%).
Sedangkan TPT yang paling rendah adalah Kabupaten Pakpak Bharat (0,19%),
Kabupaten Humbang Hasundutan (0,33%) dan Kabupaten Nias (1,09%). Tingginya
Tingkat Pengangguran Terbuka biasanya seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk serta tidak didukung oleh tersedianya lapangan kerja baru atau
keengganan untuk menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk dirinya sendiri atau
memang tidak memungkinkan untuk mendapatkan lapangan kerja atau tidak
memungkinkan untuk menciptakan lapangan kerja.
1.4 Keadaan Pendidikan
Komponen pengukuran tingkat pembangunan manusia suatu negara yang
cukup berpengaruh yaitu komponen pendidikan. Perubahan yang terjadi secara
terus menerus pada perilaku masyarakat disebabkan oleh semakin meningkatnya
tingkat pendidikan. Pendidikan juga merupakan salah satu syarat mutlak
pencapaian tujuan pembangunan manusia, dan merupakan target pembangunan
sekaligus sarana pembangunan nasional.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
23
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Pendidikan masyarakat dapat diukur dengan berbagai indikator, salah satu


indikator yang secara sensitif dapat mengukur tingkat Pendidikan masyarakat yaitu
Rata-rata Lama Sekolah (RLS).
Gambar 1.10
Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas (dalam tahun)
Tahun 2014 – 2019

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2014 – 2020


Rata-rata Lama Sekolah penduduk berumur 15 tahun ke atas cenderung
meningkat, yaitu 8,93 tahun pada tahun 2014 menjadi 9,45 tahun pada tahun 2019.
Dengan capaian ini, Provinsi Sumatera Utara termasuk dalam kategori provinsi
telah mencapai program wajib belajar 9 tahun.
Hal mendasar yang dibutuhkan oleh penduduk untuk menuju kehidupan
yang lebih sejahtera yaitu kemampuan membaca dan menulis. Penduduk yang bisa
membaca dan menulis secara umum memiliki akses ke berbagai hal yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan penduduk yang tidak memiliki kemampuan tersebut,
sehingga peluang untuk hidup lebih sejahtera dimiliki oleh penduduk yang bisa
membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari Angka
Melek Huruf (AMH) dan Angka Buta Huruf (ABH). Berdasarkan hasil Susenas
2019, AMH penduduk Sumatera Utara sebesar 99,15, dimana untuk daerah
perkotaan sebesar 99,65% sedangkan untuk daerah perdesaan sebesar 98,51%.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
24
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Tingkat partisipasi sekolah penduduk menurut kelompok umur sekolah atau
jenjang pendidikan tertentu diukur dengan indikator angka partisipasi. Terdapat tiga
jenis indikator yang memberikan gambaran mengenai partisipasi sekolah, yaitu
Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), dan Angka
Partisipasi Murni (APM). APS merupakan persentase jumlah murid kelompok usia
sekolah tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang Pendidikan dibagi dengan
penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai. Indikator ini digunakan untuk
mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang masih bersekolah di semua jenjang
Pendidikan. APS secara umum dikategorikan menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7 –
12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13 – 15 tahun mewakili umur setingkat
SMP/MTs, 16 – 18 tahun mewakili umur setingkat SMA/SMK dan 19 – 24 tahun
mewakili umur setingkat perguruan tinggi. Semakin tinggi APS berarti semakin
banyak anak usia sekolah yang bersekolah.

Gambar 1.11
Persentase Angka Partisipasi Sekolah di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 – 2019

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2020


Gambar 1.11 memperlihatkan APS tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
untuk tiap kelompok umur sekolah. APS pada kelompok umur sekolah 7–12 tahun
terjadi penurunan sebesar 0,09% dibandingkan pada tahun 2018, sedangkan
kelompok umur 13–15 tahun cenderung meningkat. APS pada kelompok umur
sekolah 16–18 tahun dan kelompok umur 19–24 tahun ditemukan cenderung
fluktuatif. Semakin tinggi kelompok umur maka tingkat partisipasi sekolahnya

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
25
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
semakin kecil. Hal ini dimungkinkan pada kelompok umur 16–18 tahun dan 19–24
tahun telah masuk dalam angkatan kerja dan bekerja.
APK merupakan indikator yang dapat memberikan gambaran mengenai
partisipasi sekolah penduduk yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu
tanpa memperhatikan umur. APK adalah rasio jumlah siswa, berapa pun usianya,
yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk
kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu, dinyatakan
dalam persen. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di
suatu jenjang pendidikan. Hasil perhitungan APK ini digunakan untuk mengetahui
banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah
tertentu. Semakin tinggi APK menunjukkan semakin banyak anak usia sekolah
yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Berikut ini akan
digambarkan APK di Provinsi Sumatera Utara tahun 2017 - 2019.

Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018

N ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM)


NAMA KAB/KOTA
o SD SMP SMA PT
1 Nias 98,78 78,11 62,52 5,85
2 Mandailing Natal 99,22 83,14 62,57 13,09
3 Tapanuli Selatan 98,57 82,07 66,93 15,34
4 Tapanuli Tengah 99,07 88,26 70,66 15,63
5 Tapanuli Utara 99,35 88,20 78,23 17,17
6 Toba Samosir 98,52 89,22 82,07 2,57
7 Labuhan Batu 99,37 86,94 68,22 10,82
8 Asahan 99,82 81,91 60,93 15,20
9 Simalungun 98,64 77,48 63,70 20,07
10 Dairi 99,36 90,53 80,65 9,48
11 Karo 98,64 83,15 73,18 10,53
12 Deli Serdang 95,03 70,82 67,81 19,77
13 Langkat 98,93 78,86 64,43 13,13
14 Nias Selatan 95,91 70,74 66,73 10,86
15 Humbang Hasundutan 99,29 92,94 86,51 10,30

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
26
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
16 Pakpak Bharat 99,05 88,02 80,01 8,27
17 Samosir 99,57 91,58 81,78 3,60
18 Serdang Bedagai 99,14 77,67 67,95 9,67
19 Batu Bara 99,2 74,37 60,19 10,89
20 Padang Lawas Utara 98,78 83,28 69,18 7,10
21 Padang Lawas 98,95 82,82 62,62 10,93
22 Labuhan Batu Selatan 98,8 84,44 71,75 11,02
23 Labuhan Batu Utara 99,8 74,57 64,27 12,51
24 Nias Utara 98,61 80,79 74,03 7,81
25 Nias Barat 99,52 82,58 78,85 5,94
71 Sibolga 99,14 87,90 74,27 9,23
72 Tanjung Balai 98,38 81,82 71,75 10,04
73 Pematang Siantar 99,58 81,55 75,78 23,11
74 Tebing Tinggi 98,04 82,62 67,17 11,81
75 Medan 93,47 80,00 61,43 33,54
76 Binjai 99,26 83,43 72,62 20,40
77 Padang Sidempuan 99,64 84,38 77,46 29,64
78 Gunung Sitoli 98,83 82,87 75,07 19,75
Sumatera Utara 97,67 80,26 67,53 18,76
Sumber : BPS Sumatera Utara-Susenas 2020

APM Kabupaten/Kota untuk tingkat SD rata-rata sudah mencapai 97,67,


ini menunjukkan tingkat partisipasi sekolah sudah cukup baik, namun untuk
tingkat SMP, masih ada sekitar 19,74% lagi usia sekolah namun tidak sekolah.
Demikian juga tingkat SMA, masih ada 32,47% lagi usia sekolah yang tidak
sekolah. Untuk tingkat PT sebesar 18,76%, kemungkinan sisanya sudah bekerja
sehingga tidak kuliah lagi.
Pada tingkat pendidikan dasar, jumlah Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah pada tahun 2019 ada sebanyak 10.746 unit dengan jumlah guru 117.768
orang dan murid sebanyak 1.851.501 orang. Sementara jumlah Sekolah Menengah
Pertama dan Madrasah Tsanawiyah ada sebanyak 3.700 sekolah dengan jumlah
guru 59.300 orang dan jumlah murid ada sebanyak 868.562 orang. Pada tahun
yang sama jumlah Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah serta Sekolah

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
27
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Menengah Kejuruan (SMK) ada sebanyak 2.604 sekolah dengan jumlah guru dan
murid masing-masing 50.427 orang dan 774.752 siswa termasuk didalamnya.
Rasio murid SD/sederajat terhadap sekolah di Sumatera Utara secara rata-
rata pada tahun 2019 sebesar 173. Rasio tertinggi terdapat di Kota Medan
sebanyak 274 murid per sekolah. Sedangkan rasio terkecil terdapat di Kabupaten
Samosir yaitu sebesar 96 murid per sekolah. Pada tingkat pendidikan
SMP/sederajat, rasio murid terhadap sekolah adalah sebesar 235 murid per
sekolah. Rasio tertinggi terdapat di Kota Pematangsiantar yaitu 401 murid untuk
setiap sekolah dan yang terendah terdapat di Kabupaten Pakpak Bharat yaitu 109
murid untuk setiap sekolah. Sementara itu rasio murid SMA/sederajat terhadap
sekolah sebesar 298 murid per sekolah. Rasio yang tertinggi terdapat di Kota
Tanjung Balai yaitu 386 murid per sekolah dan terendah di Kabupaten Nias
Selatan yaitu 174 murid untuk setiap sekolah. Jumlah perguruan tinggi swasta
pada tahun 2019 sebanyak 264 PTS, yang terdiri dari 36 universitas, 92 sekolah
tinggi, 9 institut, 112 akademi, dan 15 politeknik.
1.5 Indeks Pembangunan Manusia
Menurut United Nations Development Program (UNDP), Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis
sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dibangun melalui pendekatan tiga
dimensi dasar, sebagai ukuran kualitas hidup, yaitu umur panjang dan sehat,
pengetahuan, dan standar hidup layak.
Untuk mengukur dimensi umur Panjang dan sehat (dimensi kesehatan)
digunakan Angka Harapan Hidup (AHH) waktu lahir. Untuk mengukur dimensi
pengetahuan digunakan gabungan Indikator Angka Melek Huruf dan Rata-rata
Lama Sekolah. Sedangkan untuk mengukur dimensi kehidupan yang layak,
digunakan Indikator Kemampuan Daya Beli (purchasing power parity)
masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata
besarnya pengeluaran per kapita (PDB).
Pada tahun 2014 terjadi perubahan metodologi IPM. Angka Melek Huruf
pada metode lama diganti dengan angka harapan lama sekolah. Produk Domestik
Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita.
Metode agregasi dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
28
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Pembangunan manusia Provinsi Sumatera Utara terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Dalam enam tahun terakhir, nilai IPM Provinsi
Sumatera Utara telah meningkat 2,87 poin, yaitu dari 68,31 pada tahun 2013
menjadi 71,18 pada tahun 2018. Selama periode tersebut, IPM Provinsi Sumatera
Utara rata-rata tumbuh sebesar 0,57% per tahun dan meningkat dari level ‘sedang’
menjadi ‘tinggi’.
Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat melalui
pengelompokan IPM ke dalam beberapa kategori, yaitu :
IPM < 60 : IPM rendah
60≤IPM<70 : IPM sedang
70≤IPM<80 : IPM tinggi
≥ 80 : IPM sangat tinggi
Gambar 1.14 menunjukkan nilai IPM menurut kabupaten/kota di Provinsi
Sumatera Utara tahun 2019. Berdasarkan pembagian tersebut, belum ada
kabupaten/kota yang mempunyai nilai IPM kategori sangat tinggi. Wilayah
dengan peringkat IPM tertinggi adalah Kota Pematangsiantar. Ketersediaan sarana
kesehatan, Pendidikan dan perekonomian serta kemudahan akses terhadap semua
sarana tersebut membuat Kota Pematangsiantar lebih unggul dibandingkan dengan
kabupaten/kota lain di Provinsi Sumatera Utara.
Gambar 1.14
Indeks pembangunan manusia menurut kabupaten/kota tahun 2019

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2020

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
29
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

II. Sarana Kesehatan


Derajat kesehatan masyarakat suatu wilayah dipengaruhi oleh keberadaan
sarana kesehatan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Sarana kesehatan yang akan dibahas pada bagian ini terdiri dari fasilitas
pelayanan kesehatan serta sarana kefarmasian dan alat kesehatan. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, jenis fasilitas terdiri atas: (a) tempat praktik mandiri tenaga kesehatan,
(b) pusat kesehatan masyarakat, (c) klinik, (d) rumah sakit, (e) apotek, (f) unit
transfusi darah, (g) laboratorium kesehatan. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
dibahas pada bagian ini terdiri dari FKTP/ Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(Puskesmas, klinik pratama, praktik dokter/dokter gigi perseorangan), dan
FKRTL/Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (rumah sakit umum dan
rumah sakit khusus).
2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas
menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya Kecamatan
Sehat. Selain melaksanakan tugas tersebut, Puskesmas memiliki fungsi sebagai
penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama
serta sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.
Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
30
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
31
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan
perseorangan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, dan memulihkan kesehatan perseorangan.
Jumlah Puskesmas di Sumatera Utara sampai dengan Desember 2019 adalah
601 unit, yang terdiri dari 171 unit Puskesmas rawat inap dan 430 unit Puskesmas
non rawat inap. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2018 yaitu sebanyak 580
unit, dengan jumlah Puskesmas rawat inap sebanyak 170 unit dan Puskesmas non
rawat inap sebanyak 410 unit. Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, terjadi
peningkatan jumlah Puskesmas yang dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.1
Jumlah Puskesmas Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 s/d 2019

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota 2019


Dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017, hanya ada penambahan 1
Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara. Namun pada tahun 2018, terdapat
penambahan 9 Puskesmas baru, dan di tahun 2019 bertambah lagi sebanyak 21
Puskesmas baru. Peningkatan jumlah Puskesmas tidak secara langsung
menggambarkan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan primer di suatu
wilayah. Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan primer dapat dilihat secara
umum dari rasio Puskesmas terhadap kecamatan. Rasio Puskesmas terhadap
kecamatan pada tahun 2019 sebesar 1,33. Hal ini menggambarkan bahwa rasio

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
32
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
ideal

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
33
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Puskesmas terhadap kecamatan, yaitu minimal 1 Puskesmas di 1 kecamatan, sudah
terpenuhi di Provinsi Sumatera Utara, tetapi perlu diperhatikan distribusi dari
Puskesmas tersebut di seluruh kecamatan.
Gambar 2.2
Rasio Puskesmas Per Kecamatan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019

Sumber: Bidang Yankes Dinkes Provsu 2019


Kabupaten dengan rasio tertinggi Puskesmas terhadap kecamatan adalah
Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebesar 3 ,40 Puskesmas per kecamatan. Terdapat
lima kabupaten/kota yang memiliki rasio terendah sebesar 1,0 puskesmas per
kecamatan yaitu: Nias Selatan, Pakpak Bharat, Nias Utara, Nias Barat dan
Gunungsitoli.
Rasio Puskesmas per kecamatan tersebut dapat menggambarkan kondisi
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan primer. Aksesibilitas
masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya kondisi geografis, luas
wilayah, ketersediaan sarana dan prasarana dasar, dan kemajuan suatu daerah.
Sebagai contoh, seluruh kabupaten/kota di kepulauan Nias memiliki rasio
Puskesmas per kecamatan terendah. Hal ini dapat disebabkan karena wilayah kerja
yang luas dengan medan yang sulit serta keterbatasan sistem transportasi untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
34
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

2.1.1 Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas Non Rawat Inap


Berikut disajikan perkembangan jumlah Puskesmas rawat inap dan non
rawat inap dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 di Provinsi Sumatera Utara.
Gambar 2.3
Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas Non Rawat Inap di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2014 – 2019

Sumber: Bidang Yankes Dinkes Provsu 2019


Jumlah Puskesmas rawat inap selama lima tahun terakhir mengalami
penurunan, yaitu dari sebanyak 176 unit pada tahun 2014, turun menjadi 170 unit
pada tahun 2018, dan turun lagi di tahun 2019 menjadi 171 unit. Jumlah
Puskesmas non rawat inap cenderung naik, yaitu dari 394 pada tahun 2014
menjadi 430 pada tahun 2019.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM), Puskesmas harus menyelenggarakan UKM esensial dalam
rangka mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) kabupaten/kota
bidang kesehatan. UKM esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan,
pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, keluarga
berencana, pelayanan gizi, dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Selain melaksanakan UKM esensial, Puskesmas juga melaksanakan UKM
pengembangan yang disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing
Puskesmas. Sebagai contoh UKM pengembangan yaitu Pelayanan Kesehatan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
35
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Kerja, Pelayanan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
36
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Kesehatan Olahraga, dan Pelayanan Kesehatan Tradisional.

2.1.2. Puskesmas yang Memberikan Pelayanan Sesuai Standar


Merujuk pada Peraturan Menkes Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas,
diharapkan Puskesmas dapat memberikan pelayanan sesuai standar. Dari hasil
pengisian instrumen self assessment oleh Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara,
pada tahun 2019 terdapat 506 Puskesmas (84,33%) yang telah memberikan
pelayanan sesuai standar dari 600 puskesmas yang telah melaporkan ke provinsi.
Gambar 2.4
Persentase Puskesmas Yang Memberikan Pelayanan Sesuai Standar
Di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019

Sumber : Bidang Yankes Dinkes Provsu 2019


Berdasarkan Gambar 2.4 diketahui bahwa terdapat 10 kabupaten/kota yang
seluruh Puskesmas di wilayahnya telah memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar yaitu; Sibolga, Pakpak Bharat, Nias Barat, Tanjung Balai, Binjai, Tebing
Tinggi, Padangsidempuan, Tapanuli Utara, Langkat dan Deli Serdang. Sedangkan
kabupaten dengan persentase Puskesmas yang telah memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar paling sedikit adalah Kabupaten Nias, yaitu hanya 1
puskesmas atau 10 persen dari total Puskesmas yang ada di wilayahnya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
37
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

2.1.3. Puskesmas Yang Bekerjasama Dengan UTD Dan RS Dalam


Pelayanan Darah untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
Pada tahun 2019, terdapat 278 Puskesmas yang bekerja sama melalui Dinas
Kesehatan dengan UTD dan RS. Terdapat 13 kabupaten/kota yang melaksanakan
pelayanan kerjasama seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Jumlah Puskesmas yang Bekerjasama dengan UTD dan RS dalam Pelayanan Darah Untuk
Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019

No. Provinsi Jumlah Puskesmas

1 Medan 41

2 Deli Serdang 34

3 Langkat 30

4 Asahan 26

5 Mandailing Natal 26

6 Serdang Bedagai 20

7 Pematang Siantar 19

8 Karo 19

9 Labuhanbatu Selatan 17

10 Tapanuli Selatan 16

11 Labuhanbatu 15

12 Padangsidempuan 10

13 Sibolga 5

Total 278

2.1.4. Puskesmas Dengan Upaya Kesehatan Kerja


Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Bab XII
Kesehatan Kerja, Pasal 164-166 menyebutkan bahwa upaya kesehatan kerja

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
38
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Selain itu,
pemerintah harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap masyarakat dan
setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di
bidang kesehatan dan upaya kesehatan baik pada sektor formal (usaha besar dan
menengah) maupun sektor informal (usaha mandiri/individu, rumah tangga, mikro
dan kecil).
Puskesmas memiliki peran strategis dalam upaya kesehatan kerja kedua
sektor tersebut, utamanya pada sektor informal. Upaya kesehatan kerja di
Puskesmas diselenggarakan sesuai dengan keadaan dan permasalahan yang ada di
wilayah Puskesmas atau lokal spesifik. Dengan demikian sampai saat ini upaya
kesehatan kerja di Puskesmas lebih dititikberatkan pada wilayah industry atau
perkotaan sehingga dapat menjangkau pekerja yang ada di Sumatera Utara.
Sesuai dengan indikator kinerja upaya kesehatan masyarakat bahwa
diharapkan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara memiliki minimal 3
puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan kerja. Sampai dengan tahun
2019, jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utarayang telah memiliki
minimal 3 Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga ada
sebanyak 22 Kabupaten/Kota.
Dari 22 kabupaten/kota tersebut jumlah puskesmas terbanyak melakukan
kegiatan kesehatan olahraga adalah Kota Medan sebanyak 31 Puskesmas, diikuti
Kota Pematangsiantar sebanyak 16 puskesmas dan Kabupaten Labuhanbatu
sebanyak 13 puskesmas. Dilaporkan ada 3 kabupaten yang tidak satupun
Puskesmas di wilayahnya melakukan kesehatan olahraga, yaitu Nias Utara, Nias
Barat dan Samosir. Jumlah puskesmas yang melakukan pelayanan kesehatan kerja
per- kabupaten/kota akan ditunjukkan pada grafik berikut ini.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
39
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Gambar 2.5
Jumlah Puskesmas Yang Memberikan Pelayanan Kesehatan Kerja
Di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019

Sumber: Bidang Kesmas Dinkes Prov.Sumut Tahun 2019


Gambaran persentase puskesmas yang melakukan pelayanan kesehatan
kerja perkabupaten/kota akan ditunjukkan pada grafik berikut ini.
Gambar 2.6
Persentase Puskesmas Yang Memberikan Pelayanan Kesehatan Kerja Di Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019

Sumber: Bidang Kesmas Dinkes Prov.Sumut Tahun 2019


Dari Gambar 2.6 di atas, diketahui ada 3 Kota yang menyatakan semua
Puskesmas di wilayahnya telah melakukan pelayanan kesehatan kerja dasar, yaitu
Sibolga, Tebing Tinggi dan Binjai.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
40
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
III. Sumber Daya Kesehatan
Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) merupakan salah satu
subsistem dalam Sistem Kesehatan Nasional yang mempunyai peranan penting
dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan sebagai pelaksana upaya dan
pelayanan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012
tentang Sistem Kesehatan Nasional, sumber daya manusia kesehatan adalah
tenaga kesehatan (termasuk tenaga kesehatan strategis) dan tenaga
pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan
dirinya dalam upaya dan manajemen kesehatan. Penyelenggaraan subsistem
sumber daya manusia kesehatan terdiri dari perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu sumber daya manusia
kesehatan.
Tenaga kesehatan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang berkualitas
harus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas pula, disamping
sumber daya-sumber daya yang lain. Hal yang penting diperhatikan dalam
pengadaan sumber daya manusia kesehatan adalah jumlah, jenis, distribusi dan
rasionya terhadap jumlah penduduk.
Definisi operasional untuk data ketenagaan dibedakan atas 2 (dua)
kategori, yaitu tenaga kesehatan yang melayani masyarakat/pasien dan tenaga
kesehatan yang melaksanakan kegiatan pengelolaan program/
managemen/administrasi/ struktural. Pada bab ini, akan dibahas mengenai SDMK
terutama fokus kepada jumlah, rasio dan registrasi, tenaga kesehatan.
3.1 Jumlah Tenaga Kesehatan
Tenaga di bidang kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan dan asisten
tenaga kesehatan. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan asisten tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
41
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan di
bawah jenjang Diploma III.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
42
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi beberapa rumpun dan
subrumpun. Rumpun tenaga kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 11 adalah tenaga medis, tenaga
psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian,
tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga

keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga


kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara setiap tahunnya mengumpulkan data


SDMK berdasarkan tugas dan fungsinya. Total SDMK di Sumatera Utara
pada tahun 2019 sebanyak 72.381 orang yang terdiri dari 62.596 orang tenaga
kesehatan (86,48%) dan 9.785 orang tenaga penunjang/pendukung kesehatan
(13,51%). Proporsi tenaga kesehatan terbanyak yaitu tenaga keperawatan
sebanyak 30,29% dari total tenaga kesehatan, sedangkan proporsi tenaga
kesehatan yang paling sedikit yaitu tenaga keterapian fisik sebesar 0,54% dari
total tenaga kesehatan. Rincian lengkap mengenai rekapitulasi SDMK di
Sumatera Utara dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Tenaga medis berdasarkan fungsi yaitu tenaga medis yang memberikan pelayanan
di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai fungsinya. Proporsi tenaga dis terbanyak

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
43
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

yaitu dokter umum sebanyak 52,13%. Berikut ini akan disajikan gambar jumlah
tenaga medis di Provinsi Sumatera Utara
3.2 Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya. Untuk mendukung fungsi dan tujuan Puskesmas diperlukan
sumber daya manusia kesehatan baik tenaga kesehatan maupun tenaga penunjang
kesehatan.
Pada peraturan yang sama di Pasal 17 Ayat 1, 2 dan 3 disebutkan bahwa
tenaga kesehatan di Puskesmas minimal terdiri dari dokter atau dokter layanan
primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga
kefarmasian. Sedangkan tenaga penunjang kesehatan harus dapat mendukung
kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan
operasional lainnya. Gambaran distribusi tenaga kesehatan minimal di puskesmas
di Provinsi Sumatera Utara akan digambarkan pada grafik berikut ini:

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
44
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Total SDMK di Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara tahun 2019 adalah


31.011 orang, terdiri dari 29.275 orang tenaga kesehatan (94,40%) dan 1.736
orang tenaga penunjang/pendukung kesehatan (5,60%). Proporsi tenaga kesehatan
di Puskesmas terbanyak yaitu bidan sebanyak 49,87% (15.464 orang), sedangkan
proporsi tenaga kesehatan di Puskesmas yang paling sedikit yaitu keterafian fisik
sebesar 0,06% (20 orang).
3.2.1 Kecukupan Dokter Di Puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 juga mengatur
kecukupan tenaga kesehatan di Puskesmas. Pada Puskesmas non rawat inap,
minimal jumlah dokter adalah satu orang, sedangkan pada Puskesmas rawat inap
minimal jumlah dokter adalah dua orang, baik pada wilayah perkotaan, perdesaan,
maupun kawasan terpencil dan sangat terpencil.
Pada tahun 2019, terdapat 73% (438) Puskesmas yang memiliki dokter
melebihi jumlah standar yang ditetapkan, 22% (132) Puskesmas sudah cukup
dokter, dan 5% (30) Puskesmas kekurangan dokter. Kabupaten / kota dengan
jumlah dokter umum melebihi standar yaitu Binjai, Medan, Gunungsitoli,
Labuhanbatu, Deli Serdang, Langkat, Karo, Serdang Bedagai, Labuhanbatu Utara,

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
45
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Sibolga, Tanjungbalai, Padangsidempuan, dan Asahan. Sedangkan kabupaten
yang kekurangan tenaga dokter umum yaitu Nias dan Dairi.
3.2.2 Kecukupan Dokter Gigi di Puskesmas
Pada setiap Puskesmas, harus tersedia minimal satu orang dokter gigi, baik
di Puskesmas rawat inap maupun di Puskesmas non rawat inap, baik di wilayah
perkotaan, perdesaan, maupun kawasan terpencil dan sangat terpencil.
Pada tahun 2019, terdapat 22,17% (133) Puskesmas di Provinsi Sumatera
Utara dengan jumlah dokter gigi melebihi standar, 47,33% (284) Puskesmas
dengan jumlah dokter gigi cukup, dan 30,50% (183) Puskesmas dengan jumlah
dokter gigi kurang dari standar. Data profil kesehatan menunjukkan bahwa dokter
gigi yang bekerja di Puskesmas berjumlah 604 orang, namun penyebarannya
belum merata sehingga ada kelompok puskesmas yang berlebih, disisi lain ada
kelompok puskesmas yang kekurangan.
Beberapa kabupaten/kota diketahui memiliki dokter gigi dengan jumlah
melebihi standar, yaitu Binjai, Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Langkat,
Karo, Asahan dan Sibolga. Kabupaten Labuhanbatu, Samosir dan Labuhanbatu
Selatan memiliki dokter gigi dalam jumlah cukup, dan 22 kabupaten/kota lainnya
memiliki dokter gigi dengan jumlah kurang dari standar.
3.2.3 Kecukupan Perawat Di Puskesmas
Perawat pada Puskesmas non rawat inap minimal berjumlah lima orang,
sedangkan pada Puskesmas rawat inap minimal berjumlah delapan orang. Kondisi
ini merupakan standar minimal di wilayah perkotaan, perdesaan, kawasan
terpencil dan sangat terpencil. Pada tahun 2019, diketahui hanya 1 kabupaten di
Provinsi Sumatera Utara yang melaporkan kekurangan tenaga perawat, yaitu
Tapanuli Selatan. Adapun 32 kabupaten/kota lainnya melaporkan telah memiliki
jumlah perawat di Puskesmas lebih dari standar yang ditetapkan.
3.2.4. Kecukupan Bidan di Puskesmas
Jumlah bidan di Puskesmas non rawat inap minimal empat orang, dan di
Puskesmas rawat inap minimal tujuh orang. Kondisi ini merupakan standar
minimal di wilayah perkotaan, perdesaan, dan kawasan terpencil dan sangat
terpencil. Pada tahun 2019, semua Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara
diketahui telah memiliki
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
46
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
bidan melebihi jumlah standar yang ditetapkan.
3.2.5. Jumlah Puskesmas yang Memiliki Lima Jenis Tenaga Kesehatan
Promotif dan Preventif
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas tidak
hanya tenaga medis tetapi juga tenaga promotif dan preventif untuk mendukung
tugas Puskesmas dalam melaksanakan upaya kesehatan masyarakat.
Dalam Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019, salah satu
indikator dalam meningkatkan ketersediaan dan mutu SDMK sesuai dengan
standar pelayanan kesehatan yaitu jumlah Puskesmas yang memiliki lima jenis
tenaga kesehatan promotif dan preventif. Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah
tenaga kesehatan lingkungan, tenaga kefarmasian, tenaga gizi, tenaga kesehatan
masyarakat, dan ahli teknologi laboratorium medik/analis kesehatan. Berikut ini
disajikan jumlah Puskesmas yang memiliki 5 jenis tenaga kesehatan promotif dan
preventif per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2019.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
47
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Pada tahun 2019 terdapat Sumatera Utara (31,67%) yang memiliki lima
jenis tenaga kesehatan promotif dan preventif. Kabupaten 190 Puskesmas dari 600
Puskesmas yang ada di Provinsi /kota dengan jumlah tertinggi Puskesmas yang
memiliki lima jenis tenaga kesehatan promotif dan preventif adalah Medan (20
Puskesmas), Deli Serdang (18 Puskesmas) dan Langkat (15 Puskesmas). Terdapat
4 Kabupaten/Kota yang melaporkan semua Puskesmas di wilayahnya belum
memiliki lima jenis tenaga kesehatan promotif dan preventif, yaitu Tapanuli
Selatan, Padang Lawas Utara, Tanjung Balai, dan Gunungsitoli.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
48
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

BAB III
PENGORGANISASIAN DAN PROGRAM DINAS KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
49
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

3.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara


Mengacu pada Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 49 Tahun 2017
tentang Tugas, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara dan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 38 Tahun 2016
tentang Susunan Organisasi Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara, maka
Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan UPT Dinas
adalah sebagai berikut :
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
2. Sekretariat, membawahi 3 Sub Bagian yaitu :
- Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
- Sub Bagian Keuangan
- Sub Bagian Program, Akuntabilitas dan Informasi Publik
3. Bidang Kesehatan Masyarakat, membawahi 3 Seksi yaitu :
- Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
- Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
- Seksi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja
4. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, membawahi 3 Seksi yaitu :
- Seksi Surveilans dan Imunisasi
- Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
- Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
5. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahi 3 Seksi, yaitu :
- Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional
- Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
- Seksi Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
6. Bidang Sumber Daya Kesehatan, membawahi 3 seksi yaitu :
- Seksi Kefarmasian
- Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
- Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
a. UPT Rumah Sakit Khusus Mata
b. UPT Rumah Sakit Khusus Paru

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
50
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

c. UPT Rumah Sakit Kusta Lao Simomo


d. UPT Laboratorium Kesehatan
e. UPT Pelatihan Kesehatan
f. UPT Rumah Sakit Indrapura
8. Kelompok Jabatan Fungsional

3.1.1 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara


1) Dinas kesehatan mempunyai tugas :
Membantu Gubernur melaksanakan urusan kesehatan yang menjadi
kewenangan dan tugas pembantuan .
2) Dinas kesehatan menyelenggarakan fungsi :
1. Penyelenggaran perumusan kebijakan upaya kesehatan, sumber daya
kesehatan sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan minuman,
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan sesuai dengan bidang lingkup
2. Penyelenggaraan kebijakan upaya kesehatan, sumber daya kesehatan,
sumber daya kesehatan sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan minuman,
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan sesuai dengan bidang
lingkupnya.
3. Penyelenggaraan monitoring evaluasi dan pelaporan upaya kesehatan,
sumber daya kesehatan sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan minuman,
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan sesuai dengan bidang
lingkupnya.
4. Penyelenggaraan admistrasi upaya kesehatan, sumber daya kesehatan
sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan minuman, pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan sesuai dengan bidang lingkupnya.
5. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait dengan
tugas dan fungsinya.
3) Kepala dinas mempunyai uraian tugas :
1. Menyelenggarakan perumusan, penyusunan dan penyempurnaan penetapan,
pengaturan, pembinaan, pengkoordinasian, pelaksanaan, pengendalian,
fasilitasi, advokasi, pengawasan dan evaluasi kebijakan teknis pembangunan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
51
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

kesehatan tingkat provinsi di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan


pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, serta sumber daya kesehatan
tingkat provinsi.
2. Menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian,
pembinaan pembangunan kesehatan jangka menengah dan tahunan tingkat
provinsi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan kesehatan
Kabupaten/kota terhadap perencanaan pembangunan kesehatan tingkat
Provinsi.
3. Menyelenggarakan koordinasi lintas sekitar, lintas program dan kerjasama
kemitraan dengan pihak terkait dalam pembangunan kesehatan tingkat
Provinsi.
4. Menyelenggarakan pembinaan, koordinasi, pengawasan evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan pembangunan kesehatan di
Kabupaten/Kota.
5. Menyelenggarakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi
jabatan struktural dan jabatan fungsional, serta standar teknis tata hubungan
kerja organisasi dan indikator kinerja Dinas.
6. Menyelenggarakan penataan pembinaan dan pengkoordinasian Dinas dan
Unit Pelaksana Teknis Dinas.
7. Menyelenggarakan pelayanan administrasi internal dan eksternal. dinas dan
pelaksanaan penegakan hukum/ hukum kesehatan.
8. Menyelenggarakan pembinaan, peningkatan partisipasi dan pemberdayaan
kesehatan masyarakat, lembaga non pemerintah dan swasta dalam
pengelolaan dan pembangunan kesehatan tingkat provinsi.
9. Menyelenggarakan penetapan program kerja dan rencana kerja Dinas.
10. Menyelenggarakan pengendalian Tugas dan Fungsi Dinas serta
pengkoordinasian penyusunan tugas-tugas teknis.
11. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur melalui
Sekretaris Daerah sesuai bidang tugas dan fungsinya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
52
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

12. Menyelenggarakan pemberian masukan yang perlu kepada Gubernurmelalui


Sekretaris Daerah sesuai bidang tugas dan fungsinya.
13. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggungiawaban atas pelaksanaan
tugas dan fungsinya kepada Gubernur melalui Sekretaris daerah, sesuai
ketentuan yang ditetapkan.

3.1.2 Sekretaris
1) Sekretariat Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam
penyelenggaraan urusan koordinasi, pelaksanaan dan pemberian dukungan
administrasi, keuangan dan program.
2) Sekretaris Menyelenggarakan Fungsi :
1. Penyelenggaraan perumusan kebijakan operasional tugas administrasi di
lingkungan Dinas Kesehatan Daerah Provinsi.
2. Penyelenggaraan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan
Daerah.
3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas
administrasi di lingkungan Dinas Kesehatan Daerah
4. Penyelenggaraan pengelolaan menjadi tanggungjawab Dinas Kesehatan
provinsi.
5. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian. pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap penyusunan,
penyempurnaan dan penerapan/pelaksanaan Pedoman, petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, tata laksana, standar, standard operating
Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma, kriteria
ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan kesekretariatan
6. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi
jabatan struktural dan staf, serta truktural standar teknis tata hubungan kerja
organisasi dan indikator kinerja kesekretariatan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
53
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

7. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi


ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait dalam
penanganan urusan kesekretariatan dan pengintegrasian sistem teknologi
informasi dalam penanganan urusan kesekretariatan,
8. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi pengawasan, evaluasi, dan fasilitasi
peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian Kabupaten/Kota dalam
penanganan urusan kesekretariatan;
9. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah (Rencana
Strategis) dan rencana kerja tahunan (Renja), serta koordinasi penyusunan
program, anggaran, penyediaan data, informasi dan sinkronisasi perencanaan
Kabupaten/kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan
urusan kesekretarian.
10. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah (Rencana
Strategis) dan rencana kerja tahunan (Renja), serta koordinasi penyusunan
program, anggaran, penyediaan data, informasi dan sinkronisasi perencanaan
Kabupaten/kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan
urusan.
11. Penyelanggaraan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas, sesuai bidang
tugas dan fungsinya dan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala
Dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya.
12. Penyelenggaraan pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas
dan fungsinya Kepada Kepala Dinas, sesuai standart yang ditetapkan.
3) Sekretaris mempunyai uraian tugas:
1. Menyelenggarakan koordinasi, pelaksanaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan dinas.
2. Menyelenggarakan pengelolaan administrasi umum perkantoran dan rumah
tangga dinas, managemen organisasi dan hukum/hukum kesehatan.
3. Menyelenggarakan penatausahaan, pelembagaan, pengorganisasian dan
penatalaksanaan.
4. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan naskah dinas, kearsipan,
pertelekomunikasian dan persandian.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
54
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

5. Menyelenggarakan penataan dan pemeliharaan perlengkapan kantor,


peralatan dinas dan inventaris rumah tangga dinas.
6. Menyelenggarakan penyusunan dan penataan standar tata hubungan kerja
dan standart dan standar mekanisme koordinasi antar unit dinas.
7. Penyelenggaraan penyusunan bahan rancangan/ tata konsep, dokumentasi
peraturan perundang-undangan dan pengelolaan perpustakaan.
8. Menyelenggarakan pengelolaan hubungan kemasyarakatan, informasi publik
dan keprotokolan.
9. Menyelenggarakan fasilitas pelayanan umum, pelayanan minimal,
pengaturan keamanan dan kenyamanan kantor.
10. Menyelenggarakan pengelolaan tertib administrasi kepegawaian.
11. Menyelenggarakan pengkoordinasian dan pembinaan jabatan fungsional.
12. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan keuangan dan
pembendaharaan.
13. Menyelenggarakan pengelolaan akuntasi, verifikasi, ganti rugi dan tindak
lanjut laporan hasil pemeriksaan,
14. Menyelenggarakan pengelolaan sarana dan prasarana perlengkapan dan aset
dinas.
15. Menyelenggarakan pengkoordinasian penyusunan program, anggaran dan
pelaporan dinas.
16. Menyelenggarakan pengkajian anggaran belanja dan pengendalian
administrasi anggaran belanja.
17. Menyelenggarakan pengkajian, pemetaan dan evaluasi peruntukan anggaran
belanja dan aset dinas serta melaksanakan penghitungan belanja kesehatan
dari seluruh sumber pembiayaan dan dari seluruh sektor terkait kesehatan
tingkat provinsi.
18. Menyelenggarakan koordinasi penyusunan rencana kerja sekretariat, bidang-
bidang dan unit pelaksana teknis dinas.
19. Menyelenggarakan pengkajian dan koordinasi perencanaan program bidang,
sekretariat dan unit pelaksana teknis dinas.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
55
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

20. Menyelenggarakan penyusunan perencanaan tahunan dan perencanaan


jangka menengah, sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP),
laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) dan Laporan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) dinas.
21. Menyelenggarakan pengkoordinasian pelaporan, monitoring dan evaluasi
kegiatan sekretariat dan bidang-bidang serta unit pelaksana teknis dinas.
22. Menyelenggaraan koordinasi penyusunan program, anggaran, penyediaan
data, informasi dan sinkronisasi perencanaan Kabupaten/Kota terhadap
perencanaan tingkat provinsi.
23. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan kesehatan yang
mendukung perumusan kebijkan provinsi dan melaksanakan Survei
Kesehatan Daerah (Surkesda).
24. Menyelenggarakan Pemantauan dan Pemanfaatan dan Pemanfaatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) kesehatan.
25. Menyelenggarakan penyelenggaraan kerjasama luar negeri dan
melaksanakan peningkatan pengawasan dan akuntabilitas.
26. Menyelenggarakan penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan.
27. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait, mengatur rapat-
rapat internal dinas dan melaksanakan telaahaan staf sebagai bahan
pertimbangan pengembilan kebijakan.
4) Untuk melaksanakan tugas, fungsi dan uraian tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), (2) dan ayat (3) Sekretaris dibantu:
a. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
b. Kepala Sub Bagian Keuangan;
c. Kepala Sub Bagian Program, Akuntabilitas dan Informasi Publik.

3.1.3 Kepala Sub Bagian Umum


Kepala Sub Bagian Umum mempunyai uraian tugas:
1. Melaksanakanurusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi
administrasi umum perkantoran dan rumah tangga dinas, manajemen

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
56
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

organisasidan Hukum-Hukum Kesehatan, hubungan kemasyarakatan


dan informasi publik dan administrasi kepegawaian tingkat Provinsi.
2. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana standar, Standard Operating Prosedure (SOP),
kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan
lainnya dalam penanganan urusan Sub Bagiannya.
3. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi dalam
penyempurnaan dan menyusun pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis tata laksana standar, Standard Operating Procedure
(SOP), kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun
ketentuan lainnya dalam penanganan urusan Sub Bagiannya.
4. Melaksanaan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi
staf, standar teknis tata hubungan kerja organsasi dan indikator kinerja
Sub Bagiannya.
5. Melaksanakan pembimbingan, pengendalian, sosialisasi, publikasi,
konsultasi, mediasi hukum, eksaminasi, pengkajian terhadap produk
norma-norma, kriteria, rancangan peraturan daerah (Ranperda),
peraturan daerah dan sejenisnya terkait Bidang kesehatan serta
implementasinya di tingkat Provinsi.
6. Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan Sub Bagiannya.
7. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan Sub Bagiannya.
8. Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan rencana
tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran, penyediaan
data, informasi dan mensinkronisasi perencanaan Kabupaten/Kota

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
57
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganaan urusan Sub


Bagiannya.
9. Melaksanakan pengolahan administrasi umum perkantoran dan rumah
tangga Dinas, manajemen organisasi dan Hukum-Hukum Kesehatan.
10. Melaksanakan penatausahaan, pelembagaan, pengorganisasian dan
pelaksanaan.
11. Melaksanakan penataan dan pemeliharaan perlengkapan kantor,
peralatan dinas dan inventaris rumah tangga Dinas.
12. Melaksanakan penyusunan bahan rancangan/tata konsep, dokumentasi
peraturan perundang-undangan dan pengelolaan Perpustakaan.
13. Melaksanakan pengelolaan hubungan kemasyarakatan, informasi
publik dan keprotokolan.
14. Melaksanakan fasilitas pelayanan umum, pelayanan minimal,
pengaturan keamanan dan kenyamanan kantor.
15. Melaksanakan penyusunan perencanaan program kerja Sekretariat dan
Sub Bagian Umum.
16. Melaksanakan pengelolaan tertib adminitrasi kepegawaian dan
melaksanakan koordinasi dengan Bidang terkait serta memberikan
dukungan teknis administrasi terhadap Bidang terkait serta unit kerja
lainnya.
17. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan disiplin pegawai.
18. Melaksanakan penyiapan bahan pengembangan karir dan mutasi serta
pemberhentian pegawai.
19. Melaksanakan pengusulan gaji berkala dan peningkatan kesejahteraan
pegawai dan Jabatan di lingkungan Dinas.
20. Pelaksanaan pengkoordinasian dan pembinaan Jabatan fungsional,
penyusunan mekanisme standar koordinasi dan tata hubungan kerja
Pejabat fungsional dan Pejabat Struktural.
21. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kelembagaan dan tata
laksana kepada unit di lingkungan Dinas.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
58
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

22. Melaksanakan administrasi/penatausahaan, penerimaan,surat-surat,


pendistribusian, naskah Dinas dan arsip.
23. Melaksanakan urusan keprotokolan, penyiapan rapat-rapat, penyiapan
upacara dan acara-acara protokoler lainnya.
24. Melaksanakan pengolahan hubungan masyarakat, pelayanan
umum,pelayanan minimal dan pendokumentasian surat-surat, barang
bergerak dan barang tidak bergerak.
25. Melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan sarana dan prasarana
rumah tangga Dinas.
26. Melaksanakan pemeliharaan/perawatan lingkungan kantor, kendaraan
dinas, perlengkapan/aset/inventaris kantor, serta ketertiban, keindahan,
keamanan dan kenyamanan pelayanan kantor.
27. Melaksanakan pendokumentasian dan penyusunan mekanisme standar
tertib administrasi penggunaan kendaraan Dinas.
28. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
29. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris sesuai dengan
Bidang tugas dan fungsinya.
30. Pemberian masukan yang perlu kepada Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
31. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya
kepada Sekretaris sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

3.1.4 Kepala Sub Bagian Keuangan


Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai uraian tugas:
1. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi
Keuangan dan Perbendaharaan, verifikasi, ganti rugi dan tindak lanjut
laporan hasil pemeriksaan tingkat Provinsi.
2. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakkan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana standar, Standard Operating Procedure (SOP),

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
59
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan


lainnya dalam penanganan urusan Sub Bagiannya.
3. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi dalam
penyempurnaan dan penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis, tata laksana standar, Standard Operating Procedure
(SOP), kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun
ketentuan lainnya dalam penanganan urusan Sub Bagiannya.
4. Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi
staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
Sub Bagiannya.
5. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompentensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan Sub Bagiannya.
6. Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan rencana
tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran, penyediaan
data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan Kabupaten/Kota
terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan urusan Sub
Bagiannya.
7. Melaksanakan pembinaan, koordinasi pengawasan dan evaluasi dalam
penyempurnaan dan penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis, tata laksana standar, Standard Operating
Procedure(SOP) pengkajian anggaran belanja dan pengendalian
administrasi anggaran belanja.
8. Melaksanakan pengkajian, pemetaan dan evaluasi peruntukan anggaran
belanja dan aset Dinas serta melaksanakan penghitungan belanja
kesehatan dari seluruh sumber pembiayaan dan seluruh sektor terkait
kesehatan tingkat Provinsi.
9. Melaksanakan verifikasi keuangan.
10. Melaksanakan penyusunan bahan dan penyiapan anggaran Dinas.
11. Melaksanakan pengadministrasian dan pembukaan keuangan Dinas.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
60
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

12. Melaksanakan penyusunan daftar gaji dan tunjangan.


13. Melaksanakan pembinaan perbendaharaan keuangan.
14. Melaksanakan penyiapan bahan dan pembinaan pengelolaan teknis
administrasi keuangan.
15. Melaksanakan pembayaran gaji pegawai dan penghasilan
tambahanlainnya.
16. Melaksanakan penatausahaan belanja langsung dan belanja tidak
langsung dinas dan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
17. Melaksanakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan penyiapan bahan
pertanggungjawaban keuangan.
18. Melaksanakan koordinasi penyusunan bahan evaluasi dan pelaporan
administrasi keuangan.
19. Melaksanakan pengendalian administrasi perjalanan dinas pegawai.
20. Melaksanakan penyiapan bahan atas pengawasan keuangan.
21. Melaksanakan penyusunan daftar dan penilaian
aset/perlengkapan/inventaris dinas dan Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD).
22. Pemberian masukan yang perlu kepada Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
23. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada
Sekretaris sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

3.1.5 Kepala Sub Bagian Program


Kepala Sub Bagian Program mempunyai uraian tugas:
1. Membantu Sekretaris dalam melaksanakan urusan-urusan dalam ruang
lingkup yang meliputi perencanaan, penyusunan program, anggaran
dan pelaporan, penyelenggaran penelitian dan pengembangan
kesehatan yang mendukung perumusan kebijakan Provinsi,
pengelolaanSurvei Kesehatan Daerah (Surkesda), Pemantauan
Pemanfaatan Ilmu
Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK) Kesehatan, Penyelenggaraan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
61
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
kerjasama luar negeri, Peningkatan Pengawasan dan Akuntabitas,

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
62
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK), Promosi Kesehatan,


pendampingan dan fasilitasi masyarakat dalam pemberdayaan dan
peran serta masyarakattingkat Provinsi.
2. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan
lainnya dalam penanganan urusan Sub Bagiannya.
3. Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi
staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
Sub Bagiannya.
4. Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebajikan kesehatan terkait
dalam penanganan urusan Sub Bagiannya.
5. Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan Sub Bagiannya..
6. Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan rencana
tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran, penyediaan
data, informasi dan mensinkronisasi perencanaan Kabupaten/Kota
terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan urusan Sub
Bagiannya.
7. Melaksanakan pengkajian dan koordinasi penyusunan rencana kerja
Sekretariat, perencanaan program Bidang, Sekretariat dan Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
8. Melaksanakan pengkoordinasian pelaporan, monitoring dan evaluasi
kegiatan Sekretariat dan Bidang-Bidang serta Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
63
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris sesuai dengan


Bidang tugas serta Pemberian masukan yang perlu kepada Sekretaris
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
10. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya
kepada Sekretaris sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

3.1.6 Bidang Kesehatan Masyarakat


1. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas membantu
Kepala Dinas dalam menangani urusan yang meliputi Pengendalian dan
Pemberantasan Penyakit, Wabah dan Bencana serta Kesehatan
Lingkungan Tingkat Provinsi.
2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini,
Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan menyelenggarakan
fungsi:
1. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi,
terhadap penyusunan, penyempurnaan dan penerapan/pelaksanaan
pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tata laksana
standar, Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam
penanganan urusan Bidangnya.
2. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi Jabatan struktural dan staf, standar teknis tata hubungan kerja
organisasi dan indikator kinerja Bidangnya.
3. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan
terkait urusan Bidangnya dan pengintegrasian sistem teknologi
informasi dalam penanganan urusan Bidangnya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
64
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

4. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi dan


fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan Bidangnya.
5. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan Bidangnya.
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan
Bidang tugas dan fungsinya serta pemberian masukan yang perlu
kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
7. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya
kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
- Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai uraian tugas:
a. Pelaksanaan pengendalian, pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular, penyakit bersumber binatang dan penyakit tidak menular.
b. Pelaksanaan imunisasi dan pencapaian UCI (Universal Child
Immunization).
c. Penyelengaraan surveilans epidemiologi dan penyelidikan Kejadian
Luar Biasa.
d. Penyelengaraan pengendalian wabah dan bencana yang meliputi
kesiapan, kesiagaan, mitigasi dan kesiap-siagaan, tanggap darurat
dan pemulihan.
e. Pelaksanaan pengendalian operasional penanggulangan masalah
kesehatan akibat Bencana dan Wabah.
f. Penyelenggaraan upaya kesehatan matra dan kesehatan haji.
g. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
h. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan Bidang tugasnya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
65
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

3.1.7 Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi


Kepala Seksi Kesehatanmempunyai uraian tugas:
1. Penyusunan perencanaan program kesehatan maternal, neonatal, balita,
anak prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksi dan keluarga
berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi masyarakat;
2. Penyiapan bahan rumusan kebijakan program kesehatan maternal,
neonatal, balita, anak prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksi
dan keluarga berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi
masyarakat;
3. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan program kesehatan maternal,
neonatal, balita, anak prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksi
dan keluarga berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi
masyarakat;
4. Penyiapan bahan rumusan pedoman umum, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis serta prosedur tetap program kesehatan maternal,
neonatal, balita, anak prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksi
dan keluarga berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi
masyarakat;
5. Penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan sosialisasi pedoman
umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap di
bidang kesehatan maternal, neonatal, balita, anak prasekolah, usia
sekolah, remaja, usia reproduksi dan keluarga berencana, lanjut usia,
perlindungan keluarga serta gizi masyarakat;
6. Penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan bimbingan teknis dan
supervisi di bidang kesehatan maternal, neonatal, balita, anak
prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksi dan keluarga
berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi masyarakat;

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
66
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

7. Penyiapan bahan koordinasi tentang kesehatan maternal, neonatal,


balita, anak prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksi dan
keluarga berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi
masyarakat; menyiapkan bahan pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan program kesehatan maternal, neonatal, balita, anak
prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksi dan keluarga
berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi masyarakat;
dan
8. Pelaksanakan fungsi lain yang diberikan Kepala Bidang.

3.1.8 Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat


Kepala Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakatmempunyai uraian
tugas:
- Melaksanakan arahan dan bimbingan kepada pegawai pada lingkup
Seksi Bina Pengendalian dan Pemberantsan Penyakit.
- Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi
urusan pengendalian, pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular langsung, penyakit bersumber binatang dan penyakit tidak
menular, upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit nenular
yang cenderung menimbulkan epidemi, urusan imunisasi dan
percapain UCI (Universal Child Immunization), urusan promosi
kesehatan masyarakat dengan penggunaan metode, sarana dan
teknologi promosi kesehatan, urusan peningkatan pertisipasi
masyarakat dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
kesehatan serta peningkatan upaya fasilitasi dan pendampingan
masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat tingkat
provinsi.
- Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian pengawasan,
evaluasi, koordinasi advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana, standar, Standard Operating Procedure (SOP),

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
67
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma, kreteria ataupun ketentuan
lainnya dalam penanganan urusan seksinya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
68
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

- Melaksanakan pembianan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi dalam


penyempurnaan dan penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis, tata laksana, standar, Standard Operating Procedure
(SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma, kreteria ataupun
ketentuan lainnya dalam penganan urusan seksinya.
- Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi
staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
seksinya.
- Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
dalam penanganan urusan seksinya.
- Mengkoordinatori perusahaan dan penyusunan penggunaan media,
teknologi dan sarana promosi kesehatan, partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat yang dibutuhkan oleh sub bagian/ sekretariat, seksi/bidang
dinas UTP Dinas.
- Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan seksinya.
- Melaksanakan pembinaan koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
kabupaten/kota dalam penanganan urusan seksinya.
- Melaksanakan peyusunaan perecanaan jangka menengah dan rencana
tahunan dan koordinasi penyusunaan program, anggaran, penyediaan
data informasi dan mansinkronisasikan perencanaan kabupaten/kota
terhadap perencanaan tingkat provinsi dalam penanganan urusan
seksinya.
- Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya.
- Melaksanakan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
69
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

- Melaksanakan pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan


tugas kepada Kepala Bidang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

3.1.9 Seksi Kesehatan Lingkungan dan Lingkungan Kerja


Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan dan Lingkungan Kerjamempunyai uraian
tugas:
● Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi
pencegahan dan penanggulangan pencemaran, penyehatan air,
pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan kawasan dan sanitasi
darurat, sanitasi makanan dan bahan pangan serta pengamanan limbah
tingkat Provinsi.
● Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan
lainnya dalam penanganan urusan seksinya.
● Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi
staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
seksinya.
● Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
dalam penanganan urusan seksinya.
● Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan seksinya.
● Perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan urusan seksinya.
● Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan
Bidang tugas dan fungsinya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
70
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

● Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang sesuai dengan


tugas dan fungsinya.
● Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada Kepala
Bidang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

3.1.10 Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit memiliki uraian tugas:
- Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi urusan
pengendalian, pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan
penyakit yang bersumber dari binatang pada tingkat Provinsi.
- Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pendoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan
lainnya dalam penanganan urusan seksinya.
- Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi
staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
seksinya.
- Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait dalam
penanganan urusan seksinya.
- Mengkoordinatori perumusan dan penyusunan penggunaan media,
teknologi dan sarana Promosi Kesehatan, partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat yang dibutuhkan oleh Sub Bagian/Sekretariat,
Seksi/BidangDinas dan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
- Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan seksinya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
71
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

- Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan


fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan seksinya.
- Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan rencana
tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran, penyediaan
data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan Kabupaten/Kota
terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan urusan
seksinya.
- Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan
Bidang tugas dan fungsinya.
- Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
- Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada Kepala
Bidang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

3.1.11 Seksi Surveilans dan Imunisasi


Kepala Seksi Bidang Kesehatan Dasar mempunyai uraian tugas:
1. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi
penyelenggaraan surveilans epidemiologi penyakit, pengendalian
penyakit tidak menular, imunisasi, urusan upaya kesehatan mata,
kesehatan haji, penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB), pengendalian
operasional penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan
wabah tingkat Provinsi.
2. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan
lainnya dalam penanganan urusan seksinya.
3. Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
72
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
seksinya.
4. Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait dalam
penanganan urusan seksinya.
5. Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan seksinya.
6. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan seksinya.
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan
Bidang tugas dan fungsinya.
8. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
9. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada Kepala
Bidang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

3.1.12 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular


Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular mempunyai
uraian tugas:
1. Melaksanakan arahan dan bimbingan kepada pegawai pada lingkup
Seksi Bina Pengendalian dan Pemberantsan Penyakit;
2. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi
urusan pengendalian, pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular langsung, penyakit bersumber binatang dan penyakit tidak
menular, upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit nenular
yang cenderung menimbulkan epidemi, urusan imunisasi dan
percapain UCI (Universal Child Immunization), urusan promosi
kesehatan masyarakat dengan penggunaan metode, sarana dan
teknologi promosi kesehatan, urusan peningkatan pertisipasi
masyarakat dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
73
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
kesehatan serta peningkatan upaya

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
74
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

fasilitasi dan pendampingan masyarakat dalam peningkatan derajat


kesehatan masyarakat tingkat provinsi;
3. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian pengawasan,
evaluasi, koordinasi advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana, standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma, kreteria ataupun ketentuan
lainnya dalam penanganan urusan seksinya ;
4. Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi
staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
seksinya;
5. Melaksanakan analisas, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
dalam penanganan urusan seksinya;
6. Mengkoordinatori perusahaan dan penyusunan penggunaan media,
teknologi dan sarana promosi kesehatan, partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat yang dibutuhkan oleh sub bagian/ sekretariat, seksi/bidang
dinas UTP Dinas;
7. Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan seksinya;
8. Melaksanakan pembinaan koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
kabupaten/kota dalam penanganan urusan seksinya;
9. Melaksanakan peyusunaan perecanaan jangka menengah dan rencana
tahunan dan koordinasi penyusunaan program, anggaran, penyediaan
data informasi dan mansinkronisasikan perencanaan kabupaten/kota
terhadap perencanaan tingkat provinsi dalam penanganan urusan
seksinya;
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya ;

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
75
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

11. Melaksanakan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang


sesuai dengan tugas dan fungsinya;
12. Melaksanakan pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas kepada Kepala Bidang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

3.1.13 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
mempunyai uraian tugas:
1. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi upaya
kesehatan khusus berupa kesehatan jiwa, kesehatan mata, kesehatan
kerja, kesehatan indera, kesehatan gigi mulut, kesehatan usia lanjut,
penunjang medik dan keperawatan, upaya kesehatan pada daerah
perbatasan, terpencil, rawan, kepulauan, dan kerjasama lintas batas
Kabupaten/Kota, dan pemenuhan standar pelayanan kesehatan khusus
tingkat Provinsi.
2. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi
pencegahan dan penanggulangan penemaran, penyehatan air,
pengasawasn kualitas lingkungan, penyehatan kawasan dan sanitasi
darurat, sanitasi makanan dan bahan pangan serta pengamanan limbah
tingkat provinsi;
3. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana, standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan
lainnya dalam penanganan urusan seksinya;
4. Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi
staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
seksinya;

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
76
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

5. Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi


ilmiah, manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkaitdalam
penanganan urusan seksinya;
6. Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan seksinya;
7. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi dan
fasilitasi pengingkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
kabupaten/kota dalam penanganan urusan seksinya;
8. Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan rencana
tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran, penyediaan
data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan kabupaten/kota
terhadap perencanaan tingkat provinsi dalam penanganan urusan
seksinya;
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya;
10. Melaksanakan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala
Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya;
11. Melaksanakan pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas kepada Kepala Bidang sesuai standar yang ditetapkan.

3.1.14 Bidang Pelayanan Kesehatan


Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai uraian tugas:
1. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas membantu
Kepala Dinas dalam menangani urusan yang meliputi upaya kesehatan
dasar, upaya kesehatan rujukan, dan upaya kesehatan khusus tingkat
Provinsi.
2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini,
Bidang Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi;
a. Inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan, evaluasi,
koordinasi, advokasi dan penanganan sanksi, terhadap penyusun,
penyempurnaan dan penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
77
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
pelaksanaan, petunjuk teknis, tata laksana standar, Standard

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
78
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda,


norma, kriteria, ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan
Bidangnya.
b. Penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi Jabatan struktural dan staf, standar teknis tata hubungan kerja
organisasi dan indikator kinerja Bidangnya.
c. Pembinaan, pengendalian, pengawasan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta sesuai dengan standar
mutu yang ditetapkan.
d. Melakukan analisa pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
Bidangnya dan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan Bidangnya.
e. Pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan fasilitasi
peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian Kabupaten/ Kota
dalam penanganan urusan Bidangnya.
f. Penyusunan perencanaan jangka menengah dan rencana tahunan, dan
koordinasi penyusunan program, anggaran, penyediaan data,
informasi dan mensinkronisasiksn perencanaan Kabupaten/Kota
terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan urusan
Bidangnya.
g. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup Bidangnya dan
penyelenggaraan arahan dan bimbingan kepada Pejabat struktural di
Bidangnya.
h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan
Bidang tugas dan fungsinya serta pemberian masukan yang perlu
kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
i. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya
kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
79
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

3. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai uraian tugas:


1. Melaksanakan upaya kesehatan dasar, upaya kesehatan komunitas,
upaya kesehatan dasar perkotaan.
2. Melaksanakan upaya kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak tingkat
pelayanan kesehatan dasar.
3. Melaksanakan surveilans gizi buruk dan pemantauan
penanggulangan gizi buruk tingkat pelayanan kesehatan dasar.
4. Melaksanakan upaya pemenuhan standar pelayanan kesehatan dasar.
5. Melaksanakan upaya kesehatan rujukan/spesialistik dan pengelolaan
sistem rujukan, upaya kesehatan rujukan perkotaan.
6. Melaksanakan upaya kesehatan ibu,bayi baru lahir, dan anak tingkat
pelayanan kesehatan rujukan.
7. Melaksanakan surveilan gizi buruk dan pemantauan penanggulangan
gizi buruk tingkat pelayanan kesehatan rujukan.
8. Melaksanakan upaya pemenuhan standar pelayanan kesehatan
rujukan.
9. Melaksanakan penanganan penunjang medik dan keperawatan.
10.Melaksanakan upaya kesehatan pada daerah perbatasan,
terpencil, rawan, kepulauan, dan kerjasama lintas batas
Kabupaten/Kota.
11.Melaksanakan upaya pemenuhan standar pelayanan kesehatan khusus.
4. Untuk melaksanakan tugas, fungsi dan uraian tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat 1, 2, dan 3 pasal ini, Kepala Bidang Pelayanan
Kesehatan dibantu oleh:
1. Kepala Seksi Kesehatan Dasar
2. Kepala Seksi Kesehatan Rujukan
3. Kepala Seksi Kesehatan Khusus

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
80
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
3.1.15 Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional
Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional mempunyaiuraian
tugas:
a. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi upaya
kesehatan dasar, upaya kesehatan komunitas, upaya kesehatan dasar
perkotaan, upaya kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak tingkat
pelayanan kesehatan dasar; surveilans gizi buruk dan pemantauan
penanggulangan gizi buruk tingkat pelayanan kesehatan dasar dan
pemenuhan standar pelayanan kesehatan dasar tingkat Provinsi.
b. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan
lainnya dalam penanganan urusan seksinya.
c. Melaksanakan pembinaan, pengendalian, pengawasan, peningkatan
mutu pelayanan kesehatan dasar Pemerintah dan Swasta sesuai dengan
standar mutu yang ditetapkan.
d. Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan standar
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
dalam penanganan urusan seksinya.
e. Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan seksinya.
f. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan seksinya.
g. Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan rencana
tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran, penyediaan
data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan Kabupaten/Kota
terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan urusan
seksinya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
81
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

h. Melaksanakan pengembangan District Team Problem Solving (Tim


Pemecah Masalah Kabupaten/Kota) Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir
dan Anak (DTPSKIBBLA).
i. Melaksanakan pengembangan manajemen Puskesmas berbasis
sertivikasi ISO (International Sertivication Organization).
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan
Bidang tugas dan fungsi seksinya.
k. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsi seksinya.
l. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada Kepala
Bidang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

3.1.16 Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan


Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan mempunyai uraian tugas:
a. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi upaya
kesehatan rujukan/spesialistik, sistem rujukan, upaya kesehatan
rujukan perkotaan, upaya kesehatan Ibu, bayi baru lahir, dan anak
tingkat pelayanan kesehatan, surveilans gizi buruk dan pemantauan
penangulangan gizi buruk tingkat pelayanan kesehatan rujukan, dan
pemenuhan standar pelayanan kesehatan rujukan tingkat Provinsi.
b. Inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan, evaluasi,
koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda, norma, kriteria apapun ketentuan
lainnya dalam penanganan urusan seksi lainnya.
c. Penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian penerapan/pelaksanaan
dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi staf, standar teknis tata
hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja seksinya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
82
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

d. Melakukan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi


ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
dalam penanganan urusan seksinya.
e. Pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam penanganan urusan
seksinya.
f. Pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan fasilitas
peningkatan kapasitas kompetensi dan kemandirian Kabupaten/Kota
dalam penanganan urusan seksinya.
g. Penyusunan perencanaan jangka menengah dan rencana tahunan dan
koordinasi penyusunan program, anggaran, penyedian data, informasi
dan mensinkronisasikan perencanaan Kabupaten/Kota terhadap
perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan urusan seksinya.
h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan
Bidang tugas dan fungsi seksinya.
i. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsi seksinya.
j. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada Kepala
Bidang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

3.1.17 Seksi Akreditasi dan Jaminan Kesehatan


Kepala Seksi Akreditasi dan Jaminan Kesehatanmempunyai uraian tugas:
1. Kepala Bidang Seksi Akreditasi dan Jaminan Kesehatanmempunyai
tugas membantu Kepala Dinas dalam mengenai urusan yang meliputi
Jaminan Kesehatan, Sarana dan Peralatan Kesehatan serta Kefarmasian
tingkat Provinsi.
2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal
ini, Bidang Akreditasi dan Jaminan Kesehatan menyelenggarakan
fungsi:
● Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi,
terhadap penyusunan, penyempurnaan dan penerapan/pelaksanaan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
83
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tata laksana

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
84
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

standar, Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi


Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam
penanganan urusan Bidangnya.
● Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi Jabatan struktural dan staf, standar teknis tata hubungan kerja
organisasi dan indikator kinerja Bidangnya.
● Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan
terkait dalam penanganan urusan Bidangnya.
● Penyelenggaran pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan Bidangnya.
● Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan Bidangnya.
● Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
Kabupaten/Kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam
penanganan urusan Bidangnya.
● Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup Bidangnya dan
penyelenggaraan arahan dan bimbingan kepada Pejabat Struktural di
Bidangnya.
● Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan Bidang tugas dan fungsinya dan pemberian masukan yang
perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
● Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan
fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.
3. Kepala Bidang Seksi Akreditasi dan Jaminan Kesehatan mempunyai
uraian tugas:

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
85
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

1. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi


registrasi, akreditasi, sertifikasi dan uji kompetensi Pejabat struktural,
fungsional dan Sumber Daya Manusia Kesehatan pemerintah/swasta;
registrasi, akreditasi, sertifikasi dan perizinan tenaga medis,
paramedis, tenaga non medis/tradisional terlatih, tenaga kesehatan
asing dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/Non Government
Organization) lokal dan asing yang bergerak terkait Bidang
Kesehatan tingkat Provinsi.
2. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun
ketentuan lainnya dalam penanganan urusan seksinya.
3. Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan
indikator kinerja seksinya.
4. Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
dalam penanganan urusan seksinya.
5. Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan seksinya.
6. Melaksanakan penyelenggaraan jaminan kesehatan berupa
keperansertaan, memelihara kesehatan dan pembiayaan.
7. Melaksanakan registrasi, akreditasi dan sertifikasi sarana kesehatan
dan perizinan sarana kesehatan.
8. Melaksanakan bimbingan dan pengendalian sarana kesehatan.
9. Melaksanakan bimbingan pra dan pasca akreditasi dan persiapan
pelaksanaan akreditasi sarana kesehatan.
10. Melaksanakan bimbingan pra dan pasca audit dan persiapan
pelaksanaan audit sarana kesehatan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
86
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

11. Melaksanakan pemberian izin sarana kesehatan dan rekomendasi izin


sarana kesehatan tertentu.
12. Melaksanakan penyediaan dan pengelolaan Bufferstockobat Provinsi,
reagensia, vaksin dan ketersediaan obat.
13. Melaksanakan penanganan urusan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT), dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT),
Industri Komoditi Kesehatan, Industri Pedagang Besar Farmasi
(PBF), Pedagang Besar Farmasi Cabang, Obat Tradisional,
Kosmetika, Makanan, Minuman, Narkotika, Psikotropika.

3.1.18 Bidang Sumber Daya Kesehatan


Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai uraian tugas:
1. Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas membantu
Kepala Dinas dalam menangani urusan yang meliputi perencanaan,
pemberdayagunaan, pendidikan dan pelatihan, registrasi dan akreditasi
Sumber Daya Manusia Kesehatan tingkat Provinsi.
2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal
ini, Bidang Sumber Daya Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
● Inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan, evalusi,
koordinasi, advokasi dan penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk
pelaksanaan petunjuk teknis, tata laksana standar, Standard
Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda,
norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan
Bidangnya.
● Penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi Jabatan struktural dan staf, standar teknis tata hubungan kerja
organisasi dan indikator kinerja Bidangnya.
● Melakukan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
87
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

dalam penanganan urusan Bidangnya dan pengintegrasian sistem


teknologi informasi dalam penanganan urusan Bidangnya.
● Pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan fasilitasi
peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian Kabupaten/ Kota
dalam penanganan urusan Bidangnya.
● Penyelengaraan pembinaan pegawai pada lingkup Bidangnya dan
penyelenggaraan arahan dan bimbingan kepada Pejabat struktural di
Bidangnya.
● Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan
Bidang tugas dan fungsinya.
● Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
● Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya
kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
3. Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai uraian tugas:
a. Melaksanakan perencanaan, pendayagunaan dan rekomendasi tenaga
kesehatan strategis dan pembinaan tenaga tertentu antar
Kabupaten/Kota.
b. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia
Kesehatan ataupun kegiatan sejenis lainnya yang bersifat
peningkatan dan pengembangan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik.
c. Melaksanakan registrasi dan akreditasi penyelenggaraan pendidikan
pelatihan Sumber Daya Kesehatan.
d. Melaksanakan pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan Sumber Daya Kesehatan.
e. Melaksanakan registrasi, akreditasi, sertifikasi dan uji kompetensi
Pejabat struktural, fungsional dan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Pemerintah/Swasta.
f. Melaksanakan registrasi dan perizinan tenaga kesehatan asing dan
melaksanakan registrasi, pemantauan dan pembinaaan Lembaga

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
88
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Swadaya Masyarakat (LSM/Non Government Organization) lokal

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
89
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

dan asing (Luar Negeri) yang bergerak terkait Bidang Kesehatan


tingkat Provinsi.
g. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan perizinan kepada
tenaga kesehatan asing.

3.1.19 Seksi Kefarmasian


Kepala Seksi Kefarmasianmempunyai uraian tugas:
a. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi
penyediaan dan pengelolaan bufferstock obat Provinsi, reagensia,
vaksin, ketersediaan obat, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT), dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Industri
Komoditi Kesehatan, industri komoditi Pedagang Besar Farmasi
(PBF), Pedagang Besar Farmasi Cabang, Obat Tradisional, Kosmetika,
Makanan, Minuman, Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif tingkat
Provinsi.
b. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan
lainnya dalam penanganan urusan seksinya.
c. Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi
staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
seksinya.
d. Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
dalam penanganan urusan seksinya.
e. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
90
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
penanganan urusan seksinya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
91
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

f. Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan rencana


tahunan dan koordinasi penyusunan program anggaran, penyediaan
data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan Kabupaten/Kota
dalam penanganan urusan seksinya.
g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan
Bidang tugas dan fungsinya.
h. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang sesuai dengan
Bidang tugas dan fungsinya.
i. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada Kepala
Bidang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

3.1.20 Seksi Alat Kesehatan dan PKRT


Kepala Seksi Alat Kesehatan dan PKRTmempunyai uraian tugas:
● Menyelenggarakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi
registrasi, akreditasi dan sertifikasi sarana kesehatan dan perizinan
sarana kesehatan, bimbingan dan pengendalian sarana dan persiapan
pelaksanaan akreditasi sarana kesehatan, bimbingan pra dan pasca
audit dan persiapan pelaksanaan audit sarana kesehatan, pemberian
izin sarana kesehatan dan rekomendasi izin sarana kesehatan tertentu
tingkat Provinsi.
● Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, Perda/non Perda, norma, kriteria, ataupun
ketentuan lainnya dalam penanganan urusan seksinya.
● Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan, dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi
staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
seksinya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
92
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

● Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, pembinaan kajian-kajian


dan studi ilmiah manajamen pembangunan dan kebijakan kesehatan
terkait dalam penanganan urusan seksinya.
● Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan seksinya.
● Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan rencana
tahunan dan koordinasi penyusunan program, anggaran, penyediaan
data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan Kabupaten/Kota
terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan urusan
seksinya.
● Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
● Pemberiaan masukan yang perlu kepada Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
● Pelaporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas kepada Kepala
Bidang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

3.1.21 Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan


Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai uraian tugas:
1. Kepala Bidang Bina Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam menangani urusan
yang meliputi perencanaan, pemberdayagunaan, pendidikan dan
pelatihan, registrasi dan akreditasi Sumber Daya Manusia Kesehatan
tingkat Provinsi.
2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal
ini, Bidang Bina Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
menyelenggarakan fungsi:
a. Inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan, evalusi,
koordinasi, advokasi dan penerapan/pelaksanaan pedoman,
petunjuk pelaksanaan petunjuk teknis, tata laksana standar,
Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
93
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam


penanganan urusan Bidangnya.
b. Penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi Jabatan struktural dan staf, standar teknis tata hubungan
kerja organisasi dan indikator kinerja Bidangnya.
c. Melakukan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
dalam penanganan urusan Bidangnya dan pengintegrasian sistem
teknologi informasi dalam penanganan urusan Bidangnya.
d. Pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan fasilitasi
peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian Kabupaten/
Kota dalam penanganan urusan Bidangnya.
e. Penyelengaraan pembinaan pegawai pada lingkup Bidangnya dan
penyelenggaraan arahan dan bimbingan kepada Pejabat struktural
di Bidangnya.
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan Bidang tugas dan fungsinya.
g. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
h. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan
fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.

3.2 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pada Dinas Kesehatan Provinsi


Sumatera Utara
3.2.1 UPT Rumah Sakit Khusus Mata
UPT Rumah Sakit Khusus Mata Mempunyai Fungsi:
1. Penyelenggarann inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan,evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
94
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

sanksi, terhadap penyusunan, penyempurnaan dan


penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
2. teknis tatalaksana, standar, standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma, kriteria ataupun
ketentuan lainnya dalam penanganan urusan UPT-nya
3. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi
dalam penyempurnaan dan penyusunan pedoman, petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, tata laksana, standar, Standard
operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda,
norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan
UPT-nya.
4. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi jabatan struktural dan staf, standar teknis tata hubungan kerja
organisasi dari indikator kinerja UPT-nya.
5. Penyelenggaraan pelayanan publik yang bersifat langsung maupun
tidak langsung sesuai standar mutu pelayanan yang ditetapkan
6. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan
terkait urusan UPT-nya dan pengintegrasian sistem teknologi
informasi dalam penanganan urusan UPT-nya berbasis sistem
informasi pelayanan dan kesehatan
7. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan UPT-nya
8. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
UPT-nya dengan perencanaan Kabupaten yang terkait dengan urusan
UPT-nya terhadap perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi
9. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup UPT-nya dan
penyelenggaran arahan dan bimbingan kepada pejabat di

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
95
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
seksi/subbagnya

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
96
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

10. Penyelenggaraan koordinasi, konsultasi dan sinkronisani dengan


Bidang terkait pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera dalam
penanganan urusan UPT-nya
11. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya serta pemberianmasukan yang
perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya
12. Penyelenggaraan pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan
Kepala UPT Rumah Sakit Khusus Mata mempunyai uraian tugas:
1. Menyelenggarakan urusan pelayanan pengobatan, perawatan dan
pemulihan kesehatan mata sesuai standar yang ditentukan,
pemenuhan standar mutu fasilitas penunjang medik dan keperawatan
rumah sakit
2. Menyelenggarakan upaya-upaya peningkatan kesehatan mata
berbasis pembinaan, pencegahan, pengendalian dan promosi
kesehatan yang terkoordinasi dengan bidang terkait pada dinas
kesehatan provinsi dan terkoordinasi dengan bidang terkait pada
tingkat Kabupaten/Kota
3. Menyelenggarakan upaya pencegahan, pengendalian dan
penanggulangan penyakit terkait kesehatan rnata masyarakat tingkat
provinsi
4. Menyelenggarakan upaya peningkatan partisipasi masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan kualitas kesehatan
mata masyarakat tingkat provinsi
5. Menyelenggarakan pengobatan mata spesialistik secara massal dan
pemulihan fungsi mata melalui koreksi optik dan rehabilitasi
6. Menyelenggarakan pengembangan laboratorium kesehatan mata dan
pelaksanaan rujukan kesehatan mata
7. Menyelenggarakan surveilans penyakit mata, gangguan fungsi
penglihatan dan kebutaan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
97
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

8. Menyelenggarakan pengembangan mutu sumber daya manusia


kesehatan di bidang kesehatan mata masyarakat;
9. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan teknologi tepat
guna dalam bidang kesehatan mata
10. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakan
disiplin pegawai pada lingkup UPT-nya.
11. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja, bidang, program
dan sektor terkait
12. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya
13. Menyelenggarakan pembinaan dan fasilitasi kelompok jabatan
fungsional
14. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian administrasi
keuangan, kepegawaian perlengkapan dan urusan rumah tangga UPT
sesuai ketentuan peraturan
15. Menyelenggarakan kerjasama, kemitraan dan hubungan antara
lembaga pembangunan/pengembangan Kesehatan mnta dengan
instansi terkait, sesuai standar yang ditetapkan
16. Menyelenggarakan pemberian masukan kepada Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya
17. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya
18. Menyelenggarakan dan pertanggung jawaban atas pelaksanaan
tugasnya sesuai dengan standar yang ditetapkan.

3.2.2 UPT Rumah Sakit Kesehatan Khusus Paru


UPT Rumah Sakit Kesehatan Khusus Paru
Mempunyai Fungsi :
1. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi,
terhadap penyusunan, penyempurnaan dan penerapan/ pelaksanaan
pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana,

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
98
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
standar,

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
99
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

standard operating Procedure (SOP), kebijakan regulasi,


perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam
penanganan urusan UPT-nya
2. Penyelenggaraan pembinaan koordinasi pengawasan dan evaluasi
dalam penyempurnaan dan penyusunan Pedoman, petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana, standar, Standard
operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda,
norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan
UPT-nya
3. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi jabatan struktural dan staf, standar teknis tata hubungan kerja
organisasi dan indikator kinerja UPT-nya
4. Penyelenggaraan pelayanan publik yang bersifat langsung maupun
tidak langsung sesuai standar mutu pelayanan yang ditetapkan
5. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan
terkait urusan UPT-nya dan pengintegrasian sistem teknologi
informasi dalam penanganan urusan UPT-nya berbasis sistem
informasi pelayanan dan kesehatan
6. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan UPT-nya
7. Penyelenggaraan penyusunan Perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkroninasikan perencanaan
UPT nya dengan perencanaan Kabupaten/kota yang terkait dengan
urusan UPT-nya terhadap perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi
8. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup UPT-nya dun
penyelenggaran arahan dan bimbingan kepada pejabat di
seksi/subbag-nya

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
100
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

9. Penyelenggaraan koordinasi, konsultasi dan sinkronisasi dengan


Bidang terkait pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera dalam
penanganan urusan UPT-nya.
10. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya serta pemberian masukan yang
perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya
11. Penyelenggaraan pelaporan Pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan

Kepala UPT Rumah Sakit Khusus Paru mempunyai uraian tugas:


1. Menyelenggarakan urusan pelayanan pengobatan, perawatan dan
pemulihan kesehatan paru sesuai standar yang ditentukan,
pemenuhan standar mutu fasilitas penunjang medis dan keperawatan
rumah sakit
2. Menyelenggarakan upaya-upaya peningkatan kesehatan paru
berbasis pembinaan, pencegahan, pengendalian dan promosi
kesehatan yang terkoordinasi dengan bidang terkait pada dinas
kesehatan provinsi dan terkoordinasi dengan bidang terkait pada
tingkat Kabupaten/Kota
3. Menyelenggarakan upaya pencegahan, pengendalian dan
penanggulangan penyakit terkait kesehatan paru tingkat provinsi
4. Menyelenggarakan upaya peningkatan partisipasi masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan kualitas kesehatan
pada tingkat provinsi
5. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan arahan dan penegakan
disiplin pegawai pada lingkup UPT-nya.
6. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja, bidang, program
dan sektor terkait
7. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya;
8. Menyelenggarakan pembinaan dan fasilitasi kelompok jabatan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
101
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
fungsional

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
102
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

9. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian administrasi


keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan urusan rumah tangga
UPT sesuai ketentuan peraturan
10. Menyelenggarakan kerjasama, kemitraan dan hubungan antara
lembaga dalam pembangunan/pengembangan kesehatan paru
masyarakat dengan instansi terkait sesuai standar yang ditetapkan
11. Menyelenggarakan pemberian masukan kepada Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya
12. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya
13. Menyelenggarakan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugasnya sesuai dengan standar yang ditetapkan.

3.2.3 UPT Rumah Sakit Umum Kusta Lau Simomo


UPT Rumah Sakit UmumKusta Lau Simomo Mempunyai
Fungsi:
1. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi,
terhadap penyusunan, penyempurnaan dan penerapan/pelaksanaan
pedoman, petunjuk pelaksanann, petunjuk teknis, tatalaksana,
standar, standard operating Procedure (SOP), kebijakan regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam
penanganan urusan UPT-nya
2. Penyelenggaraan pembinaan koordinasi, pengawasan dan evaluasi
dalam penyempurnaan dan penyusunan Pedoman, petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana, standar, Standard
operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda,
norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan
UPT-nya
3. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
103
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

fungsi jabatan struktural dan staf, standar teknis tata hubungan kerja
organisasi dan indikator kinerja UPT-nya
4. Penyelenggaraan pelayanan publik yang bersifat langsung maupun
tidak langsung sesuai standar mutu pelayanan yang ditetapkan
5. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan
terkait urusan dan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan UPT-nya berbasis sistem informasi pelayanan
dan kesehatan
6. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi dan
fasilitasi Kabupaten/Kota dalam penanganan urus UPT-nya
7. Penyelenggaraan Penyusunan jangka menengah, perencanaan dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
UPT-nya dengan perencanaan Kabupaten/kota yang terkait dengan
urusan UPT-nya terhadap perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi
8. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup UPT-nya dan
penyelenggaran arahan dan bimbingan kepada pejabat di
seksi/subbag-nya
9. Penyelenggaraan koordinasi, konsultasi dan sinkronisasi dengan
Bidang terkait pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera dalam
penanganan urusan UPT-nya
10. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya serta pemberian masukan yang
perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya
11. Penyelenggaraan pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
104
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Kepala UPT Rumah Sakit Umum Kusta Lau Simomo mempunyai


uraian tugas:
1. Menyelenggarakan urusan pelayanan pengobatan, perawatan dan
pemulihan penyakit kusta dan kesehatan masyarakat sesuai standar
yang ditentukan, pemenuhan standarmutu fasilitas penunjang medis
dan keperawatan rumah sakit
2. Menyelengarakan upaya-upaya peningkatan masyarakat berbasis
pembinaan, pencegahan, pengendalian dan promosi kesehatan
terkoordinasi dengan bidang terkait yang pada dinas kesehatan
provinsi dan terkoordinasi dengan bidang terkait pada tingkat
Kabupaten/Kota
3. Menyelenggarakan upaya pencegahan, pengendalian dan
penanggulangan penyakit terkait kusta dan kesehatan masyarakat
tingkat provinsi
4. Menyelenggarakan upaya peningkatan partisipasi masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat tingkat provinsi.
5. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan arahan dan penegakan
disiplin pegawai pada lingkup UPT-nya
6. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja, bidang, program
dan sektor terkait
7. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya
8. Menyelenggarakan pembinaan dan fasilitasi kelompok jabatan
fungsional
9. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian administrasi
keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan urusan rumah tangga
UPT sesuai ketentuan peraturan
10. Menyelenggarakan kerjasama, kemitraan dan hubungan antara
lembaga dalam pembangunan/pengembangan kesehatan masyarakat
dengan instansi terkait sesuai standar yang ditetapkan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
105
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

11. Menyelenggarakan pemberian masukan kepada Kepala Dinas sesuai


dengan tugas dan fungsinya
12. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya
13. Menyelenggarakan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugasnya sesuai dengan standart yang ditetapkan

3.2.4 UPT Laboratorium Kesehatan


UPT Laboratorium Kesehatan Mempunyai Fungsi:
1. Penyelenggaraan inventarisasi pembinaan pengendalian pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penyusunan, penyempurnaan dan penerapan/pelaksanaan pedoman,
petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis tata laksana, standar, standard
operating Procedure (SOP), kebijakan regulasi, perda/ranperda,
norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan
UPT-nya
2. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi
dalam penyempurnaan dan penyusunan Pedoman, petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, tata laksana, standar, Standard
Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda,
norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan
UPT
3. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan tugas penerapan
pelaksanaan dokumen teknis rincian teknis pokok dan fungsi jabatan
struktural dan staff, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan
indikator kinerja UPT-nya
4. Penyelenggaraan dan pelatihan kesehatan yang pendidikan bersifat
langsung maupun tidak langsung sesuai standar mutu pelayanan yang
ditetapkan, terkait urusan UPT-nya
5. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
106
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

terkait urusan UPT nya dan pengintegrasian sistem teknologi


informasi dalam penanganan urusan UPT nya berbasis sistem
informasi pelayanan dan kesehatan
6. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi Kabupaten/Kota dalam penangnnan urusan UPT-nya
7. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
UPT-nya dengan perencanaan Kabupaten/kota yang terkait dengan
urusan UPT-nya terhadap perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi
8. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup UPT-nya dan
penyelenggaran arahan dan bimbingan kepada pejabat di
seksi/subbag-nya
9. Penyelenggaraan koordinasi, konsultasi dan sinkronisasi dengan
Bidang terkait pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera dalam
penanganan urusan UPT-nya.
10. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya serta pemberian masukan yang
perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya
11. Penyelenggaraan pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan.
Kepala UPT Laboratorium kesehatan mempunyai uraian tugas:
1. Menyelenggarakan urusan pelayanan pemeriksaaan laboratorium
kesehatan tingkat Provinsi, serta mendukung bidang terkait pada
Kabupaten/Kota terhadap penyelenggaraan pelayanan, pemeriksaan
dan penelitian laboratorium kesehatan yang memenuhi standar yang
ditetapkan.
2. Menyelenggarakan upaya-upaya peningkatan kesehatan masyarakat
berbasis pembinaan, pencegahan, pengendalian, dan promosi
kesehatan yang terkait dengan bidang urusan UPT-nya, terkoordinasi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
107
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

dengan bidang terkait pada dinas kesehatan provinsi dan terkoordinasi


dengan bidang terkait pada tingkat Kabupaten/Kota.
3. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakan
disiplin pegawai pada lingkup UPT-nya.
4. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja bidang program dan
sektor terkait.
5. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.
6. Menyelenggarakan pembinaan dan fasilitasi kelompok jabatan
fungsional.
7. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian administrasi
keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan urusan rumah tangga
UPT sesuai ketentuan peraturan.
8. Menyelenggarakan kerjasama, kemitraan dan hubungan antara
lembaga/institusi dalam pembangunan/pengembangan pendidikan,
pelatihan, kajian dan penelitian kesehatan dengan instansi terkait
sesuai standar yang ditetapkan.
9. Menyelenggarakan pemberian masukan kepada Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
10. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
11. Menyelenggarakan dan pertanggungjawabanatas pelaksanan
tugasnya sesuai dengan standar yang ditetapkan.
3.2.5 UPT Pelatihan Kesehatan
UPT Pelatihan Kesehatan Mempunyai Fungsi :
1. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan pengendalian
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi
terhadap penyusunan, penyempurnaan dan penerapan/pelaksanaan
pedoman petunjuk pelaksanaan petunjuk teknis, tatalaksana standar,
Standard operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda,
norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
108
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
UPT-nya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
109
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

2. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi


dalam penyempurnaan dan penyusunan Pedoman petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana, standar standard operating
Procedure (SOP), kebijakan, regulasi perda/ranperda, norma, kriteria
ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan UPT-nya.
3. Penyelenggaraan penyusunan penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi jabatan struktural dan staf, standar teknis tata hubungan kerja
organisesi dan indikator kinerja. UPT-nya.
4. Penyelenggaraan teknis pelatihan kesehatan yang bersifat langsung
maupun tidak langsung, yang melibatkan tenaga kesehatan
pemerintah, swasta dan unsur masyarakat lainnya sesuai standar
mutu pelayanan yang ditetapkan.
5. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan
terkait urusan UPT-nya dan pengintegrasian sistem teknologi
informasi dalam penanganan urusan UPT-nya berbasis sistem
informasi pelayanan dan kesehatan.
6. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
UPT-nya dengan perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi.
7. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup UPT-nya dan
penyelenggaran arahan dan bimbingan kepada pejabat di
seksi/subbag nya.
8. Penyelenggaraan koordinasi, konsultasi dan sinkronisasi dengan
Bidang terkait pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera dalam
penanganan urusan UPT-nya.
9. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya serta pemberian masukan yang
perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
110
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

10. Penyelenggaraan pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan


tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan.

Kepala UPT Pelatihan Kesehatan mempunyai uraian tugas:


1. Menyelenggarakan urusan teknis, pelatihan, kajian dan penelitian
kesehatan tingkat Provinsi, serta mendukung bidang terkait pada
Kabupaten/Kota terhadap penyelenggaraan teknis pendidikan,
pelatihan kajian dan penelitian kesehatan yang memenuhi standar
yang ditetapkan.
2. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakkan
disiplin pegawai pada lingkup UPT-nya.
3. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja, bidang, program
dan sektor terkait.
4. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.
5. Menyelenggarakan pembinaan dan fasilitasi kelompok jabatan
fungsional.
6. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian administrasi
keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan urusan rumah tangga
UPT sesuai ketentuan peraturan.
7. Menyelenggarakan kerjasama, kemitraan dan hubungan
antaralembaga/institusi dalam pembangunan/ pengembangan
pendidikan, pelatihan, kajian dan penelitian kesehatan dengan
instansi terkait sesuai standar yang ditetapkan.
8. Menyelenggarakan pemberian masukan kepada Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
9. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
10. Menyelenggarakan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugasnya sesuai dengan standar yang ditetapkan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
111
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

3.2.6 UPT Rumah Sakit Indrapura


UPT Rumah Sakit Indrapura Mempunyai Fungsi :
1. Penyelenggaraan inventarisasi pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi
terhadap penyusunan, penyempurnaan penerapan pelaksanaan
pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana,
standar, Standard operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam
penanganan urusan UPT-nya
2. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan evaluasi dalam
penyempurnaan dan penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis, tata laksana, standar, Standard Operating Procedure
(SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma, kriteria ataupun
ketentuan lainnya dalam penanganan urusan UPT-nya
3. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi jabatan struktural dan staff, standar teknis tata hubungan kerja
organisasi dan indikator kinerja UPT-nya
4. Penyelenggaraan pelayanan, publik yang bersifat langsung maupun
tidak langsung sesuai standar mutu pelayanan yang ditetapkan
5. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan
terkait urusan UPT-nya dan pengintegrasian sistem teknologi
informasi dalam penanganan urusan UPT-nya berbasis sistem
informasi pelayanan dan kesehatan.
6. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan UPT-nya.
7. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program penyediaan
data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan UPT-nya

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
112
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Dengan perencanaan Kabupaten/kota yang terkait dengan urusan


UPT- nya terhadap perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi.
8. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup UPT-nya dan
penyelenggaran arahan dan bimbingan kepada pejabat di
seksi/subbag nya.
9. Penyelenggaraan koordinasi, konsultasi dan sinkronisasi dengan
Bidang terkait pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera dalam
penanganan urusan UPT-nya.
10. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya serta pemberian masukan yang
perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
11. Penyelenggaraan pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan.

Uraian tugas Kepala UPT Rumah Sakit Indra Pura adalah:


1. Menyelenggarakan urusan pelayanan pengobatan, perawatan dan
pemulihan kesehatan masyarakat sesuai standar yang ditentukan,
pemenuhan standar mutu fasilitas penunjang medis dan keperawatan
rumah sakit.
2. Menyelenggarakan pembinaan bimbingan, arahan dan penegakan
disiplin pegawai pada lingkup UPT-nya.
3. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja, bidang, program
dan sektor terkait.
4. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.
5. Menyelenggarakan pembinaan dan fasilitasi kelompok jabatan
fungsional.
6. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian administrasi
keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan urusan rumah tangga
UPT sesuai ketentuan peraturan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
113
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

7. Menyelenggarakan kerjasama, kemitraan dan hubungan antara


lembaga dalam pembangunan/pengembangan kesehatan masyarakat
dengan instansi terkait sesuai standar yang ditetapkan.
8. Menyelenggarakan pemberian masukan kepada Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
9. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
10. Menyelenggarakan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugasnya sesuai dengan standar yang ditetapkan.

3.2.7 Kelompok Jabatan Fungsional


1. Pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dapat dibentuk Kelompok
Jabatan Fungsional yang mempunyai tugas membantu dan melaksanakan
sebagian tugas dan fungsi Dinas sesuai dengan keahlian masing-masing.
2. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang
diatur dan ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

3.2.8 Tata Kerja


1. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas, sekretaris, Kepala Bidang,
Kepala UPT, Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian wajib menerapkan
prinsip koordinasi, integrasi, simplikasi, dan sinkronisasi baik intern
maupun antar satuan Kerja/Unit organisasi lainnya sesuai tugas dan
mekanisme yang ditetapkan
2. Kepala Dinas wajib melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap
bawahannya masing-masing
3. Dalam hal Kepala Dinas berhalangan dalam melaksanakan tugas karena
sesuatu hal, Sekretaris melaksanakan tugas-tugas Kepala Dinas, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
114
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

4. Apabila sekretaris Dinas berhalangan melaksanakan tugasnya karena


sesuatu hal, maka Kepala Dinas menghunjuk pejabat yang telah memenuhi
persyaratan untuk melaksanakan tugas Sekretaris
5. Apabila Kepala Bidang berhalangan dalam melaksanakan tugasnya karena
sesuatu hal, Kepala Dinas menghunjuk pejabat yang telah memenuhi
persyaratan untuk melaksanakan tugas Kepala Bidang
6. Apabila Kepala UPT berhalangan dalam melaksanakan tugasnya karena
sesuatu hal, Kepala Sub Bagian Tata Usaha melaksanakan tugas-tugas
Unit Pelaksana Teknis sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
7. Apabila Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan/atau Kepala Seksi
berhalangan dalam melaksanakan tugas karena sesuatu hal, Kepala Unit
Pelaksana Teknis menghunjuk pejabat yang telahmemenuhi persyaratan
untuk melaksanakan tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan/atau Kepala
Seksi
8. Atas dasar pertimbangan dayaguna dan hasil guna, dalam hal berhalangan
melaksanakan tugasnya, masing-masing pejabat dapat menghunjuk dan
mendelegasikan tugasnya kepada pejabat setingkat di bawahnya yang
dapat bertanggungiawab sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
115
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

BAB IV
MATERI BIMBINGAN

4.1 PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN


Pembimbing : Elisa S. Depari, SKM, M.Kes
Hari/Tanggal : Senin/ 04 Oktober 2021
Pukul : 09.00 – 10.30 WIB

A. PEMBANGUNAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA


Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan
kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta
kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sehingga merupakan periode
pembangunan jangka menengah yang sangat penting dan strategis. RPJMN 2020-2024
akan memengaruhi pencapaian target pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan
perkapita Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara
berpenghasilan menengah atas (Upper-Middle Income Country) yang memiliki kondisi
infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, pelayanan publik, serta kesejahteraan rakyat
yang lebih baik. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka
menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di berbagai bidang yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas
dan berdaya saing.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
11
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Visi dan Misi Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 mengikuti Visi dan Misi
Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat,
mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong”. Upaya untuk
mewujudkan visi ini dilaksanakan melalui 9 misi pembangunan yaitu:
1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia;
2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing.
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan
4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.
5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.
6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan tepercaya.
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga.
8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan tepercaya.
9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.
10. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Visi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara adalah


“Mewujudkan Sumatera Utara Yang Bermartabat “
Dalam Kehidupan Dengan Memiliki Kesehatan Yang Prima

Misi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara adalah :


1) Mewujudkan Masyarakat Sumatera Utara Yang Bermartabat Dalam Kehidupan
karena memiliki iman dan taqwa, tersedianya sandang pangan yang cukup,
rumah yang layak, pendidikan yang baik, kesehatan yang prima, mata
pencaharian yang menyenangkan, serta harga-harga yang terjangkau.
2) Mewujudkan Masyarakat Sumatera Utara Yang Bermartabat Dalam
Politik dengan adanya pemerintahan yang bersih dan dicintai, tata kelola
pemerintah yang baik, adil, terpercaya, politik yang beretika, masyarakat yang
berwawasan kebangsaan, dan memiliki kohesi sosial yang kuat serta harmonis.
3) Mewujudkan Masyarakat Sumatera Utara Yang Bermartabat Dalam
Pendidikan karena masyarakatnya yang terpelajar, berkarakter, cerdas,
kolaboratif, berdaya saing, dan mandiri.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
11
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
4) Mewujudkan Masyarakat Sumatera Utara Yang
Bermartabat Dalam Pergaulan karena terbebas dari judi, narkoba, prostitusi, dan
penyeludupan, sehingga menjadi teladan di Asia Tenggara dan Dunia.
5) Mewujudkan Masyarakat Sumatera Utara Yang
Bermartabat Dalam Lingkungan karena ekologinya yang terjaga, alamnya yang
bersih dan indah, penduduknya yang ramah, berbudaya, berperikemanusiaan,
dan beradab.
Berdasarkan Visi dan Misi tersebut, maka telah ditetapkan pula prioritas
Pembangunan yang ditujukan pada :
1) Peningkatan kesempatan kerja dan berusahan melalui penyediaan lapangan
pekerjaan.
2) Peningkatan dan pemenuhan akses Pendidikan
3) Pembangunan infrastruktur yang baik dan berwawasan lingkungan.
4) Penyediaan layanan Kesehatan yang berkualitas.
5) Peningkatan daya saing melalui sector agraris dan pariwisata.

Maksud Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara:


1. Menyediakan acuan resmi bagi pembuat kebijakan dalam menentukan prioritas
program dan kegiatan pembangunan tahunan yang akan di danai dari berbagai
sumber pendanaan.
2. Menyediakan tolok ukur dalam mengukur dan melakukan evaluasi kinerja tahunan
pembangunan kesehatan di Provinsi Sumut.
3. Menjabarkan gambaran tentang kondisi pembangunan kesehatan di Prov.Sumut
saat ini sekaligus memahami arah dan tujun yang akan dicapai dlm rangka
mewujudkan visi dan misi.
Tujuan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara adalah:
1. Menjabarkan visi, misi, tujuan dan sasaran Gubernur dan wakil ke dalam tujuan,
sasaran, strategi dan arah kebijakan serta program dan kegiatan Dinkes Provinsi
Sumatera Utara yang terarah, terukur dan dapat dilaksanakan selama tahun 2019 –
2023

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
11
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
2. Menjamin keterkaitan dan konsistensi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan
dan pengawasan pd setiap thn anggaran
3. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efektif, efisien dan
berkelanjutan
4. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergisme antar pelaku
pembangunan bidang kesehatan.

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara


Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas membantu Gubernur
Sumatera Utara melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan yang
menjadi kewenangan provinsi/daerah dan tugas pembantuan. yang ditugaskan kepada
daerah provinsi dalam lingkup kebijakan teknis. koordinasi. advokasi. pembinaan.
monitoring. evaluasi. pengendalian. sinkronisasi dan sinergitas dibidang Kesehatan
Masyarakat, bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, bidang Pelayanan
Kesehatan, bidang Sumber Daya Kesehatan dan tugas pembantuan.
Untuk melaksanakan tugas Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
 Perumusan kebijakan teknis, koordinasi, advokasi, pembinaan, monitoring,
evaluasi, pengendalian, sinkronisasi dan sinergitas dibidang Kesehatan Masyarakat,
bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, bidang Pelayanan Kesehatan,
bidang Sumber Daya Kesehatan dan tugas pembantuan tingkat provinsi
 Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kesehatan
masyarakat. bidang pencegahan dan pengendalian penyakit, bidang pelayanan
kesehatan, serta bidang sumber daya kesehatan tingkat provinsi
 Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya
 Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan
 Pelaksanaan tugas pembantuan di bidang kesehatan
 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan
Fungsinya

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
11
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
B. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN
Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019-2023 disusun
dengan menerjemahkan Visi dan Misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara
yang tertuang dalam dokumen Ranwal RPJMD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019-
2023. Pelaksanaan setiap program akan dinilai secara terukur terhadap 1 (satu) atau lebih
indikator kinerja program (outcome) dan pendanaan indikatif setiap tahunnya.
Penjabaran Visi dan Misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara ke dalam
Program dan Kegiatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara kurun waktu 5
(lima) tahun. Program dan Kegiatan yang dirumuskan terdiri dari program generik dan
program prioritas yang menggambarkan upaya Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
dalam mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah Provinsi Sumatera Utara yang
telah diselaraskan dengan Prioritas Nasional. Adapun program generik dan program
prioritas yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
Program Generik
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan
Program Prioritas
1. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
3. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
4. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Program Pengembangan Lingkungan Sehat
6. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
7. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit/Rumah Sakit Khusus/
Laboratorium Kesehatan
8. Program Pengembangan Sumber Daya Kesehatan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
12
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
9. Program Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
10. Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan
11. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pada periode tahun 2018-2023, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara


melakukan transformasi program urusan kesehatan dengan melakukan reorganisasi
program dan penyesuaian nomenklatuur program. Program Lingkungan Sehat menjadi
Program Pengembangan Lingkungan Sehat, Program Upaya Kesehatan Perorangan
menjadi Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit/ Rumah Sakit Khusus/
Laboratorium Kesehatan dan Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan, Program Sumber
Daya Kesehatan menjadi Program Pengembangan Sumber Daya Kesehatan, dan Program
Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan menjadi Program Kebijakan dan
Manajemen Kesehatan. Di samping itu, terdapat penambahan program baru, yaitu
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
Sumber : Elisa Sembiring, SKM, M.Kes
Hari/Tanggal : Senin/ 04 Oktober 2021

Berfoto bersama dengan Bapak Elisa Sembiring, SKM, M.Kes setelah bimbingan
dengan topik “PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN”

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
12
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

4.2 KEBIJAKAN DAN SITUASI TERKINI MASALAH KESEHATAN JIWA


DAN NAPZA
Pembimbing : Sahat Simanjuntak, S.Kep
Hari/Tanggal : Senin/ 04 Oktober 2021
Pukul : 10.30-12.00 WIB
Masalah Kesehatan Jiwa
Di media massa, banyak dilihat kasus ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa),
dimana ODGJ penyebarannya banyak ditelantarkan. Di Indonesia, sudah mendapat
kecaman dari dunia internasional pada tahun 2016 dalam hal penanganan kasus ODGJ
dinilai kurang manusiawi karena kebanyakan penanganan ODGJ di Indonesia ditangani
dengan cara pemasungan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sudah meneliti bahwa dari berbagai
profesi yang paling banyak mengalami masalah kejiwaan adalah supir angkutan umum
dikarenakan dalam masalah kamecetan dan ingin kejar setoran dan guru dikarenakan
menghadapi masalah menghadapi anak murid-muridnya yang nakal di sekolah.
Definisi Kesehatan
Menurut Undang – Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, Kesehatan adalah
keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hal ini merupakan unsur
kesehatan paripurna.

Tujuan Pembangunan Kesehatan


Menurut Undang-Undang Kesehatan Jiwa Nomor 18 Tahun 2014 :
1. Terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
2. Upaya kesehatan jiwa dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
3. Upaya kesehatan jiwa harus diselenggarakan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan / atau Masyarakat.
4. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya dalam upaya kesehatan jiwa.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
12
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

5. Meningkatkan mutu upaya layanan kesehatan jiwa sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
6. Memberikan kesempatan bagi ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan) danODGJ
(Orang Dengan Gangguan Jiwa) melaksanakan kewajibanya sebagai warga negara
RI.

Sektor-sektor masalah kesehatan jiwa harus saling sambung menyambung, pasien


yang sudah diobati di Rumah Sakit Jiwa (RSJ), yang sudah dalam keadaan stabil, harus
diajarkan menjadi produktif dan ini memerlukan kerjasama dengan Dinas Sosial, dari
RSJ/ Dokter memberikan rekomendasi kepada panti-panti rehabilitasi sosial. Untuk
menangani kasus ODGJ yang ada di tepi jalan, Dinas Sosial harus bekerja sama dengan
Satpol PP termasuk Pemerintah Daerah dan juga bekerja sama dengan kepolisian untuk
mengecek ODGJ tersebut memiliki keluarga atau tidak. Setelah ODGJ terjaring, ODGJ
tersebut harus diobati dan dibawa ke Rumah Sakit dan di Rumah Sakit penanganan
ODGJ sudah menjadi tugas dari petugas kesehatan.
Pada tahun 2019 dan 2020, Indonesia memprediksikan dalam penanganan ODGJ
direncanakan program bebas pemasungan. Kasus pemasungan yang diketahui dan
dilaporkan oleh pihak Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara kasus pemasungan ada
berjumlah 429 orang.

Beban Global Penyakit Menurut WHO (Global Burden Of Disease)


NO 1990 2020 2030
1 Infeksi pernafasan Penyakit jantung iskemik HIV/ AIDS
Bawah
2 Diare Depresi Mayor Depresi Mayor
Unipolar Unipolar
3 Keadaan yang timbul Kecelakaan lalu lintas Penyakit jantung
pada periode perinatal iskemik
4 Depresi Mayor Penyakit serebrovaskular
Unipolar

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
12
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

5 Penyakit jantung PPOK


Iskemik
2. Penyakit
Serebrovaskular

Masalah Kesehatan Jiwa Global


1. Bunuh diri merupakan penyebab kematian nomor 2 terbanyak di dunia pada usia 15-
29 tahun. (WHO, Preventing Suicide A Global Imperative, 2014).
2. 350 juta orang di dunia diestimasikan mengalami depresi, dan depresi merupakan
penyebab disabilitas utama di dunia. (WHO, Depression , A Global Crisis, 2012).
3. Estimasi dari penelitian epidemiologi berbasis komunitas di seluruh dunia (tentang
gangguan jiwa) :
 Lifetime prevalence rates of mental disorder 12,2 – 48,6 %.
 12 Month prevalence rates of mental disorders 8,4 -29, %.
(WHO, Mental Health Gap Action Programme, 2008).
Prevalensi Gangguan Jiwa Di Indonesia
Menurut Riskesdas 2013, kasus gangguan jiwa terbanyak di Indonesia ada di provinsi
Aceh, Yogyakarta dan Lampung (2,7 %). Di provinsi Sumatera Utara terdapat kasus
gangguan jiwa dengan prevalensi (0,9 %).
Kasus Pemasungan di Indonesia
Kasus pemasungan yang paling banyak terdapat di:
1. Papua (50 %)
2. Jambi (41,8 %)
3. Maluku (28,6 %)
4. Kalimantan Selatan (28,5 %)
5. Kalimantan Tengah (27,0 %)
Di provinsi Sumatera Utara didapati kasus pasung berjumlah 17,2 %. Pada tahun 2017 total
kasus pemasungan berjumlah 13.528. dan kasus pasung yang didapatkan pelayanan berjumlah
2839 orang.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
12
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Status Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja


 30 % aborsi illegal dan 2,1-2,4 juta remaja perempuan.
 36,9 % AIDS pada usia produktif 20-29 tahun.
 Cedera (Riskesdas 2013) :
o Usia 5-11 tahun 9,7 %
o Usia 15-24 tahun 11,7 %
 Merasa kesepian (Survey Kes. Sekolah, Depok, 2006) :
o Perempuan 11,4 %
o Laki-laki 19,6 %
 Karies usia 12 tahun 29,8 % dan usia > 12 tahun 43,9 % (Riskesdas 2007)
 ASFR 15-19 tahun : 48/1000
 Seks pra nikah : 15-19 tahun dengan laki-laki : 4,5 % dan perempuan 0,7 %(SDKI
2012).
 Umur pertama pacaran :
o Umur 12-14 : ± 26 %
o Umur 13-17 : ± 46 %
 Pengetahuan kesehatab reproduksi rendah
 Merokok / terpapar asap rokok
 PHBS rendah (cuci tangan pakai sabun dengan benar) (Riskesdas 2010)
o Umur 10-14 tahun : 17,2 %
o Umur 15-19 tahun : 23,6 %
 Kurang aktifitas fisik (Riskesdas 2013) :
o Usia 10-14 tahun : 49,6 %
o Usia 15-19 tahun : 35,4 %

Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh tim dari Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara, di daerah Binjai – Langkat ada didapati 51 % remaja pernah
melakukan hubungan seks di luar nikah.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
12
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Fakta Kekerasan Di Lingkungan Pendidikan
 84 % siswa mengaku pernah mengalami kekerasan di sekolah.
 45 % siswa laki-laki menyebutkan bahwa Guru atau Petugas Sekolah merupakan
pelaku kekerasan.
 40 % siswa usia 13-15 tahun melaporkan pernah mengalami kekerasan fisik oleh
teman sebaya nya.
 75 % siswa mengakui pernah melakukan kekerasan di sekolah.
 22 % siswa perempuan menyebutkan bahwa Guru atau Petugas Sekolah
merupakan pelaku kekerasan.
 50 % anak melaporkan mengalami penundangan (bullying) di sekolah.
(Sumber : Kemendikbud)

Penyakit Penyerta Di Kalangan Pecandu


 23 % HIV / AIDS
 11 % Tuberkulosis
 18 % Penyakit Paru Lain
 15 % Hepatitis C
 9 % Depresi dan Gangguan Jiwa
Lainnya (Sumber : Survei BNN, 2014)
Dari hasil survey mengatakan bahwa 4 juta orang pengguna NAPZA / Narkoba, 1,6
juta orang mencoba atau rutin mengkonsumsi narkoba dan 943 ribu orang merupakan
pecandu narkoba. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki yang menggunakan NAPZA ada
74,5 % dan pada perempuan ada 25,5 %. Usia pengguna NAPZA yaitu 10-59 tahun.
Dari segi pekerjaan, yang banyak mengonsumsi NAPZA adalah pekerja swasta, instansi
pemerintah dan wiraswasta.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
12
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Jenis-Jenis NAPZA
1. Putau
Gejala sakau (kecanduan) putau :
a. Gejala emosional
 Kecemasan
 Gelisah
 Mudah marah
 Insomnia
 Sakit kepala
 Sulit konsentrasi
 Depresi
 Pengasingan diri
b. Gejala fisik
 Berkeringat
 Jantung berdebar
 Detak jantung keras
 Otot menegang
 Dada terasa sesak
 Sulit bernapas
 Tremor
 Mual, muntah, dan diare
2. Sabu-Sabu
Gejala kecanduan sabu-sabu akan timbul setelah memakai sabu-sabu selama lebih 5
tahun.
3. Tembakau Gorilla
Komposisi tembakau gorilla :
 Tembakau
 Ekstrak cengkeh
 Ekstrak dagga liar / ekor singa

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
12
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Leonotis leonorus :
 Memiliki kandungan sedative (penenang tinggi)
 Digunakan sebagai substitusi ganja dibeberapa negara
 Sering disebut gors / gori di kalangan pelanggan
AB-Chminaca :
 Zat yang ditemukan sama dengan zat didalam ganja sintesis.
Efek pengonsumsian :
 Badan terasa mengambang (ngefly)
 Berhalusinasi
 Perasaan tenang
 Pergerakan badan terbatas
Pelayanan kesehatan jiwa dimulai dari :
1. Pelayanan PUS dan WUS → konseling pra nikah
2. Pemeriksaan kehamilan :
 Deteksi dini kesehatan jiwa ibu hamil
 Stimulasi janin dalam kandungan
3. Persalinan nifas dan neonatal dengan deteksi dini kesehatan jiwa ibu melahirkan,
ibu masa nifas, ibu menyusui.
4. Pelayanan bagi bayi :
 Pola asuh dan tumbuh kembang anak
 Deteksi dini pada gangguan perkembangan anak
5. Pelayanan bagi balita :
 Pemantauan perkembangan
 Deteksi dini kesehatan jiwa anak
6. Pelayanan bagi anak SD : dengan deteksi dini kesehatan jiwa anak sekolah.
7. Pelayanan bagi anak SMP/SMA dan remaja :
 Kesehatan jiwa remaja
 Konseling : adiksi HIV/AIDS
 Life skill (keterampilan didik) remaja

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
12
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

 Mindfulness
8. Lansia dengan deteksi dini kesehatan jiwa lansia (demensia / depresi, dan lain-
lain).

Upaya Penanggulangan Masalah Napza


 Upaya promotif perlu mengedepankan sosialisasi pencegahan
penyalahgunaan Napza melalui penyuluhan, media elektronik, sosial dan
media KIE lainnya.
 Upaya preventif dengan mencegah seseorang tidak memakai napza dan
mencegah seseorang yang sudah menggunakan agar tidak menjadi
ketergantungan atau masuk ke dlm kelompok berisiko melalui skrining
penyalahgunaan NAPZA di FKTP.
 Pada upaya kuratif dan rehabilitatif:
 Penyediaan layanan rehabilitasi medis melalui Institusi Penerima Wajib
Lapor (IPWL) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
 Pengembangan layanan lainnya melalui sistem rujukan dari deteksi dini
penyalahgunaan Napza termasuk faktor risikonya dari fasyankes yg
bukan IPWL.

Tantangan Penanggulangan Masalah Penyalahgunaan Napza


 Kebijakan lokal setempat dalam mendukung layanan pencegahan dan
rehabilitasi NAPZA
 Stigma yang masih tinggi di masyarakat dan petugas kesehatan
 Pasien menganggap tidak ada masalah terkait kesehatannya akibat
penyalahgunaan NAPZA
 Pengetahuan tenaga kesehatan yang kurang terkait masalah penyalahgunaan
NAPZA
 aksesibilitas yang terbatas

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
12
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Ruang Lingkup Layanan Kesehatan Terkait Gangguan Penggunaan Napza Faskes
Tingkat Pertama:

 Upaya promotif dan preventif melalui KIE dan skrining/deteksi dini dengan
dilanjutkan intervensi singkat sesuai dengan faktor risiko

 Upaya kuratif melakukan rawat jalan simtomatik atau rawat jalan rumatan

Faskes Tingkat Rujukan:

 Upaya kuratif dan rehabilitatif dalam bentuk rawat jalan hingga rawat inap.
Selain itu kegiatan promotif dan preventif seperti sosialisasi, melakukan KIE,
deteksi dini dan intervensi singkat.

Situasi Kesehatan Jiwa Saat Ini


a. Kesehatan jiwa masih belum menjadi agenda prioritas :
 Investasi pemerintah di bidang kesehatan jiwa masih rendah, termasuk SDM
kesehatan jiwa.
 Pembiayaan kesehatan jiwa < 2 % dari anggaran kesehatan.
b. Sumber daya kesehatan jiwa masih terkonsentrasi di RSJ di kota-kota besar
 Mempengaruhi akses dan kontinuitas layanan kesehatan jiwa.
c. Layanan kesehatan jiwa belum secara merata terintegrasi di layanan primer :
 Masih kurangnya dokter dan perawat terlatih jiwa.
 Ketersediaan obat baik jenis dan jumlah masih kurang.
d. Kesadaran masyarakat akan kesehatan jiwa dan pemberdayaan masyarakay belum
adekuat.
e. Otonomi daerah – pemerintah daerah memegang peranan penting dalam
meningkatkan status kesehatan jiwa di wilayahnya.

Tiga strategi dalam menurunkan treatment gap bagi gangguan jiwa berdasarkan
survey yang dilakukan pada WPA di 60 negara (2010) :
1. Meningkatkan jumlah psikiater dan professional kesehatan jiwa lainnya.
2. Meningkatkan keterlibatan penyedia layanan kesehatan jiwa non – spesialis yang

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
13
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
terlatih dengan baik.
3. Keterlibatan aktif orang yang terkena dampak gangguan jiwa secara langsung
(ODMK dan keluarga).

Strategi dalam menurunkan Treatment Gap gangguan jiwa, menurunkan beban


akibat penyakit dan menurunkan prevalensi masalah kesehatan jiwa :
1. Diperlukan investasi dalam penguatan kapasitas kesehatan jiwa masyarakat,
terutama dalam SDM kesehatan jiwa.
2. Integrasi layanan dan program kesehatan jiwa di layanan primer
3. Diperlukan peraturan dan kebijakan yang mendukung integrasi upaya kesehatan
jiwa di layanan primer.
4. Koordinasi lintas sektor dalam penanggulangan masalah kesehatan jiwa.

Sumber : Sahat Simanjuntak, S.Kp


Hari/Tanggal : Senin/ 04 Oktober 2021

Berfoto bersama dengan Bapak Sahat Simanjuntak, S.Kp setelah bimbingan dengan
topik “KEBIJAKAN DAN SITUASI TERKINI MASALAH
KESEHATAN JIWA DAN NAPZA”

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
13
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

4.3 PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK


Pembimbing : dr. Aswan B. Nasution, M. Kes
Hari/Tanggal : Senin / 04 Oktober 2021
Pukul : 13.30-15.00 WIB

KESEHATAN IBU DAN ANAK


1. DEFINISI UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK
Upaya Kesehatan ibu dan anak merupakan suatu upaya dibidang kesehatan
yangmenyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil,ibu bersalin,ibu menyusui,bayi
dan anak balita serta anak prasekolah dan remaja.
2. TUJUAN
Tujuan KIA:
a) Meningkatkan kemampuan ibu dalam mengatasi kesehatan diri dan
keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam pembinaan
kesehatan keluarga dan posyandu.
b) Meningkatnya upaya pembinaan balita dan anak prasekolah secara mandiri di
lingkungan keluarga.
c) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan bayi, balita, dan ibu hamil
d) Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,ibu
menyusui, bayi dan balita.
e) Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat untuk mengatasi
kesehatan ibu, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam
keluarganya.
3. KEGIATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK:
a) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi,anak balita,anak
prasekolah
b) Deteksi dini faktor resiko ibu hamil
c) Pemantauan tumbuh kembang balita
d) Pemberian imunisasi DPT,TT,BCG,Polio,Campak

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
13
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
e) Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan KIA
f) Kunjungan Rumah
g) Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan dukun bayi serta
kader kesehatan.

Antenatal Care (ANC)


1. Definisi
Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksan kehamilan untuk mengoptimalkan
kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan,
kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar.
2. Manfaat
 Memantau pertumbuhan janin dengan menimbang berat badan ibu sebelum
dan setelah hamil
 Mengetahui penyulit apa saja yang bisa timbul, misalnya dengan pengukuran
tekanan darah ibu
3. Gold Standard ANC ( Antenatal Care )
Pada dasarnya ANC sebaiknya dilakukan > 10 kali selama kehamilan, yaitu :
- Trimester I : 1 kali dalam 4 minggu
- Trimester II : 1 kali dalam 2 minggu
- Trimester III : 1 kali dalam 1 minggu
Akan tetapi di Indonesia hanya mewajibkan minimal 4 kali selama kehamilan,
yaitu:
- Trimester I : K1
- Trimester II : K2
- Trimester III : K3 dan K4
4. Program Kesehatan pada Ibu Hamil
Pelayanan atau Asuhan Standar ANC ( 10 T
)
1. Timbang Berat Badan
2. Ukur Tekanan Darah

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
13
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
4. Tentukan Presentase janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
13
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

5. Skrining status imunisasi Tetanus Toksoid (TT)


6. Pemberian tablet zat besi
7. Tes laboratorium ( Hb, Golongan Darah, Hepatitis B, HIV)
8. Tes tata laksana kasus
9. Tentukan status gizi ( ukur Lingkar Lengan Atas )
10. Temu wicara

5. Stiker P4K ( Program Perencanan Persalinan dan Komplikasi )


Tujuan Pemasangan stiker P4K yaitu, sebagai perencanaan persalinan ibu
hamil dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menolong ibu hamil.
Tehnik pengisian stiker P4K :
1. Seorang ibu harus tahu siapa yang menolong persalinannya
2. Dimana ibu akan bersalin
3. Transportasi yang akan digunakan
4. Mencari calon pendonor darah sejak awal kehamilan
5. Stiker di tempel di dinding rumah
Pada stiker terdapat 3 kolom berwarna
yaitu:
1. Merah
2. Kuning
3. Hijau
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian ibu hamil (4T) :
1. Terlalu muda (< 20 tahun)
2. Terlalu tua (>35 tahun)
3. Terlalu banyak anak (>3 anak)
4. Terlalu dekat jarak kelahiran (<2 tahun)

6. Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)


Manfaat buku KIA yaitu, sebagai media penyuluhan dan pencatatan mulai
dari awal kehamilan hingga anak berusia lima tahun.
a. Kegiatan untuk ibu yang bersalin
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
13
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Standard menolong persalinan yaitu APN ( Asuhan Persalinan Normal ).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
13
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Terdapat 60 langkah Asuhan Persalinan Normal, ibu yang mau bersalin harus
lewat 18 penapisan.Ibu dengan previous SC tidak boleh bersalin di
Puskesmas.Petugas kesehatan di Rumah Sakit wajib mengisi Partograf. Di
Puskesmas terdapat PONED ( Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar)
dan di Rumah Sakit terdapat PONEK ( Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif ) .
b. Kunjungan Nifas
Kunjungan Nifas merupakan kunjungan petugas Puskesmas terhadap ibu
selam masa nifas sebanyak 3 kali.Adapun yang diamati dari kunjungan Nifas
yaitu penyuluhan ASI eksklusif, memantau lochia, pelayanan KB pasca
persalinan.
c. Kunjungan Neonatal
Kunjungan Neonatal merupakan kunjungan petugas Puskesmas ke rumah ibu
yang sudah bersalin sebanyak 3 kali bersamaan dengan pelayanan ibu masa
Nifas. Ada 7 standard kunjungan Neonatal yang disebut dengan MTBM (
Management Terpadu Bayi Muda).
d. Kunjungan Bayi ( 1 – 11 bulan )
Kunjungan ini dilakukan di Posyandu dengan tujuan :
1. Pemantauan Pertumbuhan minimal 8 kali dalam 1 tahun
2. Pemantauan Perkembangan 4 kali dalam 1 tahun
3. Pemberian kapsul vitamin A kepada bayi
e. Kunjungan Balita
Kunjungan ini dilakukan di Posyandu dengan tujuan :
1. Pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali dalam 1 tahun
2. Pemantauan Perkembangan 2 kali dalam 1 tahun
f. Kunjungan Anak Sekolah
Kunjungan ini dilakukan dengan :
1. UKS ( Usaha Kesehatan Sekolah )
2. Penjaringan Kesehatan
g. Kunjungan Remaja
Kunjungan ini dapat dilakukan pada Puskesmas PKPR (Pelayanan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
13
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
KesehatanPeduli Remaja).Pada Puskesmas ini dilakukan penyuluhan-

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
13
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
penyuluhan ke sekolah dan terdapat tenaga konselor untuk konseling remaja
yang bermasalah.
Sumber : dr. Aswan B Nasution, M.Kes
Hari/Tanggal : Senin/ 04 Oktober 2021

Berfoto bersama dengan dr. Aswan B. Nasution, M.Kes Setelah bimbingan


dengan topik ” PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK”

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
13
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

4.4 PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MAYARAKAT


Pembimbing : dr. Nico Sitompul
Hari/Tanggal : Selasa / 05 Oktober
2021 Pukul : 09.00-10.30 WIB

VISI dan MISI PRESIDEN


TRISAKTI:
Mandiri di bidang ekonomi; Berdaulat di bidang politik; Berkepribadian dalam budaya.
9 agenda prioritas (NAWA CITA)
Agenda ke 5: Meningkatkan kualitas Hidup Manusia Indonesia
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mengacu pada visi misi
Presiden. Visi Presiden adalah "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong". Upaya untuk mewujudkan visi ini
dilakukan melalui 7 misi pembangunan, dimana pada misi ke-4 adalah mewujudkan
kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
Dalam pembangunan nasional 2015-2019 kita juga ingin membangun
kemandirian di bidang ekonomi, berdaulat di bidang politik dan berkepribadian dalam
budaya yang dikenal dengan Trisakti. Untuk mewujudkan Trisakti tersebut maka
ditetapkan 9 agenda prioritas (NAWACITA), dimana pada agenda ke-5 dimaksudkan
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang akan dicapai melalui
program Indonesia pintar, program Indonesia sehat dan program Indonesia kerja dan
program Indonesia sejahtera.
Program Indonesia sehat terdapat 3 komponen yang akan kita lakukan yaitu: 1)
Mewujudkan paradigma sehat; 2) Penguatan Pelayanan Kesehatan; dan 3) Jaminan
Kesehatan Nasional. Dalam rangka penguatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil
dan perbatasan maka Kemenkes akan menempatkan tenaga kesehatan secara tim yang
kita namakan program “nusantara sehat”.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
14
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

PROGRAM INDONESIA SEHAT


RENSTRA 2015-2019
Rencana Strategis adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
mendapatkan kejelasan arah dan tujuhan suatu dinas/SKPD. Dalam rencana tersebut
dilakukan analis masalah, identifikasi potensi pemecahan masalah, dan menyusun
program dan kegiatan untuk mencapai tujuan. Rencana strategis berfokus pada
pengembangan suatu visi yang luas dan strategis khusus berdasarkan analisis
komprehensif terhadap situasi ( meliputi kekuatan dan kelemahan) serta lingkungan
termasuk peluang dan kecenderungan atau “trends” dan mengembangkan kegiatan yang
memiliki dampak terhadap masyarakat.
Rencana Strategis merupakan suatu proses berkelanjutan untuk memperbaiki
kinerja (performance) sebuah kelompok, komunitas atau organisasi akibat situasi kritis
atau konflik yang dialaminya dengan mengembangkan visi, tujuan, cara atau metode
untuk mencapainya. Memperbaiki sebuah tataan yang telah rapuh akibat konflik sosial
yang berkepanjangan atau berbagai gejolak akibat perebutan kekuatan kekuasaan,
membutuhkan suatu rencana yang memandang perubahan yang lebih baik, positif dan
berkelanjutan. Tuntutan dan kebutuihan untuk perubahan dituangkan dalam bentuk
rencana strategis sebagai arah, kebijakan dan panduan bagi pemangku kepentingan
untuk mewujudkannya. Dalam proses rencana strategis ditentukan arah, tujuan, nilai-
nilai dan keadaan komunitas, serta mengembangkan pendekatan pelaksanaan kegiatan
untuk mencapai target yang telah ditetepkan secara efektif dan efisien.

RENSTRA 2015-2019
Memiliki 3 pilar yaitu:
Pilar 1. Paradigma Sehat
Program - Pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan
- Promotif - Preventif sebagai pilar utama upaya kesehatan
- Pemberdayaan masyarakat
Pilar 2. Penguatan Yankes
Program - Peningkatan Akses terutama pada FKTP

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
14
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

- Optimalisasi Sistem Rujukan


- Peningkatan Mutu
Penerapan pendekatan continuum of care
Intervensi berbasis resiko kesehatan (health risk)
Pilar 3. JKN
Program - Benefit
• Sistem pembiayaan: asuransi – azas gotong royong
• Kendali Mutu & Kendali Biaya
• Sasaran: PBI & Non PBI

ISU STRATEGIS PROVINSI SUMATERA UTARA


1. ISU GLOBAL/INTERNATIONAL
A. Masih berlanjutnya ketidakpastian perekonomian global akibat dinamika
di berbagai negara maju
B. Risiko geopolitik jadi tantangan ekonomi, terutama berasal dari Timur
Tengah, dan Amerika Serikat
C. Rencana lanjutan kenaikan Fed Fund Rate dan Normalisasi neraca bank
sentral Amerika Serikat
D. Suistanable Development Goals SDGs) berisikan 17 tujuan (goals)
transformatif yang disepakati dan berlaku bagi seluruh bangsa
2. ISU NASIONAL
A. Perkembanan ekonomi makro tidak terlepas dari kondisi perekonomian
global
B. Reformasi keuangan Negara bagi peningkatan penerimaan Negara
C. Stabilitas moneter dalam menjaga stabilitas laju inflasi dan nilai tukar
rupiah
D. Menjaga makroprudensial dan keuangan yang inklusif
E. Reindustrial yang berkelanjutan dalam mengantisipasi deindustralisasi
F. Pemberdayaan UMKM dan koperasi
G. Peningkatan pariwisata

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
14
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

H. Peningkatan ekonomi kreatif


I. Penguatan investasi melalui penyebaran investasi
J. Peningkatan produktivitas tenaga kerja dan perluasan pekerjaan
3. ISU DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA
A. Ketimpangan (Wilayah dan Pendapatan) kondisi ketimpangan dilihat dari
indeksi dini Sumatera Utara yang termasuk dalam kategori sedang selama
kurun waktu 2013-2017 dan selalu dibawah nasional
B. Kemiskinan presentase penduduk miskin di SUMUT masih relative tinggi
(8,28%) terhadap total penduduk.
C. Pengangguran masih tingginya tingkat pengangguran terbuka di sumut
sebesar 6,80% pada tahun 2017
D. Kesehatan masih rendahnya derajad kesehatan masyarakat dengan usia
harapan hidup sebesar 88, 37 tahun
E. Pendidikan rata-rata lama sekolah sebesar 9,12 tahun
F. Penataan ruang & lingkungan hidup indeks kualitas lingkungan hidup
sumut yang sebesar 66,02 masuk dalam kategori tidak baik.
G. Infrastruktur belum optimalnya kualitas infrastruktur.
H. Reformasi Birokrasi kurang optimalnya tata kelola pemerintahan yang
baik (good government) dan tata pemerintahan yang bersih
(cleangovernment).

VISI DAN MISI RPJMD PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2018 - 2023

VISI
Sumatera Utara yang maju, aman dan bermartabat
MISI
A. Mewujudkan masyarakat SUMUT yang bermartabat dalam kehidupan karena
memiliki iman dan taqwa, tersedianya sandang pangan yang cukup, rumah yang
layak, pendidikan yang baik , kesehatan yang prima, mata pencaharian yang
menyenangkan, serta harga-harga yang terjangkau

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
14
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

B. Mewujudkan Sumut yang bermartabat dalam politik dengan adanya


pemerintahan yang bersih dan dicintai, tata kelola pemerintah yang baik, adil
dan terpercaya, politik yang beretika, masyarakat yang berwawasan kebangsaan
dan memiliki kohesi social yang kuat serta harmonis
C. Mewujudkan Sumut yang bermartabat dalam pendidikan karena masyarakatnya
yang terpelajar, berkarakter, cerdas, kolaboratif, berdaya saing dan mandiri
D. Mewujudkan Sumut yang bermartabat dalam pergaulan karena terbebas dari
judi, narkoba, prostitusi dan penyeludupan, sehingga menjadi teladan di Asia
Tenggara dan Dunia
E. Mewujudkan SUMUT yang bermartabat dalam lingkungan karena ekologinya
yang terjaga, alamnya yang bersih dan indah, penduduknya yang ramah,
berbudaya, berperikemanusiaan dan beradab.

IMPLIKASI PERENCANAAN
1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan.
2. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatan sendiri.
3. Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat.
4. Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat.

ORIENTASI DAN FOKUS MENYANGKUT:


1. Re-Orientasi Program: - Promotif - Preventif - kuratif - Rehabilitatif
2. Fokus kegiatan lebih diarahkan pencapaian komitmen global (SDGs)
3. Identifikasi dan pemetaan kesehatan menurut daerah
4. Ketersediaan dan distribusi tenaga kesehatan yang bermutu, adil dan merata
5. Pengembangan jaminan kesehatan
6. Revitalisasi program dan reformasi birokrasi serta efisiensi
7. Standarisasi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
8. Pengembangan pelayanan kesehatan lintas wilayah, kegawatdaruratan, bencana

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
14
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

9. Pengintegrasian dana melalui penyerasian program lintas sector melalui


Perumusan Grand Design Pembangunan Kesehatan
10. Kemitraan dan penggalangan kerjasama dengan pihak lain (investor, perguruan
tinggi, dll)

CATATAN TAMBAHAN :
Adanya UU dan peraturan yang perlu mendapat perhatian :
1. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2017 tentang Partisipasi Masyarakat
dalam Penyelenggaraan pemerintahan daerah
3. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs)
4. Permendagri No. 86 tahun 2017 tentang tata cara pengendalian pembangunan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

RPJMP PROVINSI SUMATERA UTARA


1. Menyediakan sarana dan prasarana kesehatan dan jaminan kesehatan hingga ke
pelosok kab/kota.
2. Meningkatan kapasitas tenaga kesehatan
3. Menyelenggarakan sistem pelayanan kesehatan dan sistem jaminan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kesehatan

LANDASAN HUKUM JKN


1. Menurut UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN
Jaminan Kesehatan diselenggarakan dengan tujuan agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
14
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan asuransi social dan


prinsip ekuitas.

2. Menurut UU No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan


- Semua orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan
- Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau
3. Menurut UU No. 24 tahun 2011 tentang BPJS, BPJS menyelenggarakan SJSN

PERMENDAGRI 33/2017
Dalam rangka mewujudkan Universal Health Coverage, Pemerintah Daerah
melakukan Integrasi Jaminan Kesehatan Daerah dengan Jaminan Kesehatan Nasional.
Penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu yang
tidak menjadi cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJS yang
bersumber dari APBN, dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD
yang menangani urusan kesehatan pemberi pelayanan kesehatan.

PERMENDAGRI 134/2017
Dalam rangka mewujudkan Universal Health Coverage, pemerintah daerah
melakukan integrasi jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk terutama bagi fakir
miskin dan orang tidak mampu yang tidak menjadi cakupan penyelenggaraan jaminan
kesehatan melalui BPJS kesehatan yang bersumber dari APBN, yang dianggarkan dalam
bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang menangani urusan kesehatan.

PERMENDAGRI 38/2018
Dalam rangka mewujudkan Universal Health Coverage, pemerintah daerah
melakukan integrasi jaminan kesehatan Daerah dengan Jaminan Kesehatan Nasional,
Penyelenggaran jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama bagi fakir miskin
dan orang tidak mampu sesuai dengan UU Nomor 40 Tahun 2004, UU No 24 Tahun
2011, PP No 101 Tahun 2012 tentang PBI, sebagaimana telah diubah dengan PP tahun

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
14
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

2015 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Perpres No 28 Tahun
2016 tentang perubahan Ketiga atas Perpres No 12 Thn 2013 tentang Jaminan
Kesehatan, yang tidak menjadi cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui
BPJS kesehatan yang bersumber dari APBN, dianggarkan dalam bentuk program dan
kegiatan pada SKPD yang menangani urusan kesehatan pemberi layanan kesehatan.

PERMENDAGRI 33/2019
Dalam rangka mewujudkan Universal Health Coverage (UHC), pemerintah
daerah melakukan integrasi jaminan kesehatan Daerah dengan Jaminan Kesehatan
Nasional, guna terselenggaranya jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk, di luar
peserta penerima bantuan iuran yang bersumber dari apbn dengan mempedomani
Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004, tentang sistem jaminan sosian nasional, uu
nomor 24 tahun 2011 tentang bpjs ,PP No 101 Tahun 2012 tentang Penerima bantuan
Iuran, sebagaimana telah diubah dengan PP nomor 76 tahun 2015 tentang perubahan
atas peraturan pemerintah nomor 101 tahun 2012 tentang penerima bantuan iuran
jaminan kesehatan dan peraturan presiden nomor 82 tahun 2018 tentang jaminan
kesehatan, yang dianggarakan dalam bentuk program dan kegiatan pada skpd yang
menangani urusan kesehatan pemberi pelayanan kesehatan.pemerintah daerah tidak
diperkenankan mengelola sendiri (sebagian atau seluruhnya)jaminan kesehatan
daerahnya dengan manfaat yang sama dengan jaminan kesehatan nasional, termasuk
mengelola sebagian jaminan kesehatan daerahnya dengan skema ganda.

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)


Kepesertaan bersifat Wajib untuk seluruh penduduk Indonesia termasuk orang
asing yang bekerja di Indonesia lebih dari 6 bulan Jaminan Kesehatan Nasional dapat
digunakan di seluruh Indonesia manfaat yang di terima peserta bersifat komperhensif
dengan premi yang terjangkau.
Cara Menjadi Peserta Penerima Bantuan Iuran
• Masyarakat Miskin dan Tidak mampu yang belum memiliki Jaminan lapor
melalui aparat desa atau TSKS dan diteruskan ke Dinas Sosial Kab/kota

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
14
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

• Pendataan, verifikasi dan validasi oleh TKSK


• Hasil pendataan dan verifikasi dilaporkan oleh Dinas sosial Kab/Kota/Prov
kepada kementerian Sosial
• Fakir miskin dan tidak mampu di tetapkan oleh Kementerian Sosial dan
disampaikan Kepada Kemenkes
• Kementerian Kesehatan mendaftarkan dan membayar iuran kepada BPJS
Kesehatan
• Peserta PBI berhak mendapat pelayanan kesehatan

CAKUPAN KEPESERTAAN JKN PROVSU


PESERTA JKN
Total Peserta 9.904.811 jiwa atau 72,24% penduduk Sumatera Utara
1. Peserta non PBI
Merupakan kelompok peserta yang membayar iuran Jaminan Kesehatan, Terdiri dari
peserta Penerima Upah dan Peserta Mandiri. Jumlah peserta Non PBI sebanyak
4.318.381 jiwa.
2. Peserta Penerima Bantuan Iuran
PBI JKN adalah peserta yang terdiri dari masyarakat miskin dan tidak mampu yang
iurannya di bayarkan oleh Pemerintah Pusat. Jumlah PBI JKN sebanyak 4.575,692 jiwa
peserta.
3. PENDUDUK yang DIDAFTARKAN PEMDA
Adalah Peserta yang iurannya di bayar oleh Pemerintah Daerah Sumatera Utara
(Kab/Kota/Provinsi) yang disebut PBI APBD Provsu & Kab/Kota. Jumlah total peserta
yang didaftarkan Pemda sebanyak 1.318,328 jiwa

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
14
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

DALAM RANGKA MEMPERLUAS CAKUPAN KEPESERTAAN UNTUK


MELAKUKAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN JKN MAKA
DIKELUARKANLAH :
INSTRUKSI PRESIDEN NO 8 TAHUN 2017
Instruksi untuk mengambil Langkah- langkah sesuai Tugas, Fungsi, kewenangan
masing-masing dalam rangka menjamin keberlangsungan dan peningkatan kualitas bagi
peserta JKN.
Menteri Kesehatan untuk
1. Melakukan Evaluasi, pengkajian & penyempurnaan regulasi terkait pelayanan
kesehatan dalam program JKN
2. Menyempurnakan sistem tarif pelayanan kesehatan sesuai prinsip kendali mutu &
kendali biaya bagi peserta JKN
3. Menyempurnakan Program Rujuk Balik
4. Menjamin Ketersediaan obat& Alat Kesehatan bagi peserta JKN terutama obat
esensial
5. Mengkaji & menyempurnakan sistem pembiayaan bagi penyakit katastrofik
6. Menjamin ketersedian sarana dan prasarana serta sumber daya manusia pada
Faskes Bersama Pemda, TNI/Polri dan Swasta

Menteri Dalam Negeri :


Memastikan mengalokasikan anggaran untuk mendukung JKN, mendaftarkan seluruh
penduduk dalam JKN , menyediakan data kependudukan berbasis NIK
Menteri Sosial :
Melakukan percepatan verikasi & validasi terhadap penetapan dan perubahan data untuk
meningkatkan kualitas data PBI
Menteri BUMN :
Memastikan BUMN untuk mendaftarkan & memberikan data lengkap dan benar
dalam program JKN serta membayarkan iuran Menteri ketenagakerjaan Meningkatkan
pengawasan & pemeriksaan kepatuhan Pemberi Kerja selain penyelenggara Negara.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
14
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Jaksa Agung
Penegakan kepatuhan & hukum terhadap BU, BUMN, BUMD dan Pemda.

BPJS Kesehatan
1. Memastikan peserta mendapat kartu identitas
2. Meningkatkan kerjasama dengan K/l atau pihak lain dalam rangka sosiaslisasi JKN

Gurbenur/ Bupati/Walikota
Memastikan Seluruh penduduk terdaftar dalam JKN dan mengalokasikan anggaran
dalam pelaksanaan JKN.

PERAN PEMDA DALAM JKN


1. Pendataan penduduk yang berhak menjadi peserta PBI
2. Perubahan data PBI (penghapusan, penggantian dan penambahan)
3. Mendaftarkan fakir miskin dan orang tidak mampu yang belum termasuk ke
dalam PBI sebagai peserta JKN ke BPJS Kesehatan
4. Mengalokasikan iuran bagi peserta PBI yang didaftarkan oleh Pemda
5. Mendorong integrasi Jamkesda ke dalam JKN
6. Memperluas penyediaan faskes dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
(jumlah dan sebarannya) termasuk melibatkan swasta
Instruksi Gubernur Sumatera Utara, NOMOR 188.54/2/INST/2018
Kepada Bupati/Walikota seluruh Sumatera Utara
1. Mengalokasikan anggaran urusan kesehatan minimal 10% dari total anggaran
APBD diluar gaji termasuk didalamnya anggaran bagi iuran Program JKN bagi
masyarakat yang didaftarkan loleh Pemerintah Daerah
2. Memastikan seluruh penduduk dalam Program JKN
3. Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sesuai standar kesehatan
dan sumber daya menusia kesehatan yang berkualitas di wilayahnya masing
masing
4. Memastikan BUMN, BUMD dan Badan Usaha milik Swasta untuk mendaftarkan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
15
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
dan memberikan data yang lengkap dan benar

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
15
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

5. Bagi para pemberi kerja dan pekerja beserta anggota keluarganya dalam Program
JKN
6. Memastikan pembayaran iuran jaminan kesehatan bagi pemberi kerja dan seluruh
pekerjanya pada BUMD dan Badan Usaha Milik Swasta
7. Memberikan sanksi administratif berupa tidak mendapatkan pelayanan publik
tertentu berupa :
1. Perizinan terkait usaha
2. Izin yang diperlukan dalam mengikuti tender Proyek
3. Izin mempekerjakan tenaga kerja asing
4. Izin perusahaan penyedia jasa pekerja /buruh
5. Izin Mendirikan Bangunan(IMB)
Kepada Pemberi Kerja selain penyelenggara Negara yang tidak
patuh dalam pendaftataran dan pembayaran iuran peserta Jaminan
Kesehatan Nasional di wilayahnya masing-masing.
Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota
1. Mendukung implementasi prinsip Kendali Mutu Kendali Biaya serta optimalisasi
pencegahan kecurangan JKN dalam pelayanan kesehatan Pekerja Jaminan
Kesehatan Nasional
2. Melaksanakan Program Rujuk Balik dalam pelayanan kesehatan
3. Menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan bagi Peserta JKN, terutama obat
esensial
4. Menjamin ketersediaan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia pada
Fasilitas Kesehatan

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Sumatera Utara
Mewajibkan kepada setiap Badan Usaha yang membuat dan memperpanjang izin
terkait usaha harus melampirkan tanda bukti kepesertaan Jaminan Kesehatan dan Bukti
pembayaran iuran terakhir

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
15
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Sumatera Utara


Menyediakan data penduduk berbasis Nomor Induk Kependudukan untuk dapat
dimanfaatkan sebagai data kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional

Dinas Sosial
Melakukan percepatan verikasi & validasi terhadap penetapan dan perubahan data untuk
meningkatkan kualitas data PBI
A. Pimpinan BUMN, BUMD dan Badan Usaha Milik Swasta di wilayah Provsu
B. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Provsu
C. Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Provsu
- Memastikan untuk mendaftarkan dan memberikan data yang lengkap dan benar
bagi para Pemberi Kerja dan seluruh Pekerja beserta anggota keluarganya dalam
Program Jaminan Kesehatan Nasional

- Memastikan pembayaran iuran jaminan kesehatan dengan mengalokasikan


anggaran bagi pemberi kerja selain penyelenggara Negara terhadap Program
Jaminan Kesehatan Nasional
BPJS Kesehatan Kedeputian Wilayah Sumut Aceh
- Memastikan peserta JKN mendapatkan akses pelayanan jaminan kesehatan yang
berkualitas melalui pemberian identitas peserta JKN dan perluasan Kerjasama
degan faskes yang telah memenuhi persyaratan
- Meningkatkan kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait dalam rangka
kepatuhan dan terlaksananya program JKN

KESIMPULAN
1. Pemerintah sebagai regulator terus berupaya untuk melakukan perbaikan,
koordinasi dan kontrol yang baik kedepannya dengan para stakeholder terkait
khususnya demi berjalannya program jaminan kesehatan nasional dan UHC di
tahun 2019 ini.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
15
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

2. Pencapaian UHC tahun 2019 bukan hanya meliputi cakupan kepesertaan


masyarakat saja, namun juga terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
perlindungan finansial masyarakat melalui jaminan kesehatan
3. Pencapaian UHC Tahun 2019 membutuhkan dukungan dan kerjasama semua
stake holder baik Pemerintah, Pemerintah Daerah maupun pihak Swasta.
Sumber : dr. Nico Sitompul
Hari/Tanggal : Selasa/ 05 Oktober 2021

Berfoto bersama dengan dr. Nico Sitompul Setelah bimbingan dengan topik
”PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MAYARAKAT ”

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
15
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
4.5 SURVEILANS PENYAKIT BERSUMBER BINATANG
Pembimbing : Frans Yosep Sitepu, SKM, MPH
Hari/Tanggal : Selasa/ 04 Oktober 2021
Pukul : 10.30-12.00 WIB

SURVEILANS
Surveilans adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus dan
sistematis, dimulai dari pengumpulan data kemudian diolah, dianalisis,
diinterpretasikan, dan disebarluaskan yang digunakan untuk tindakan pencegahan dan
penanggulangan.

Data yang dikumpulkan berupa :


● Disease (Data Penyakit)
● Death (Data Kematian)
● Disability (Data Kecacatan)

Perbedaan dan Persamaan Survei dan Surveilans :


✔ Persamaan
Sama – sama mengumpulkan data.
✔ Perbedaan
Terdapat perbedaan dari segi frekuensi pelasksanaannya dimana pada survey
dilakukan hanya sekali saja sedangkan pada surveilans dilakukan secara terus menerus.
Surveilans terbagi dua yaitu surveilans penyakit menular dan surveilans penyakit
tidak menular. Pada surveilans penyakit menular terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
✔ Menular langsung (Human to human)
✔ Menular tidak langsung
Ada 5 Penyakit Bersumber dari Binatang antara lain:
● Arbovirosis
● Zoonosis
● Filariasis
● Helminthiasis

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
15
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
● Malaria

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
15
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

1. Arbovirosis
Arthropode Borne Virus yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan
melalui hewan arthropoda, contohnya seperti Dengue Hemorraghic Fever (DHF),
chikungunya, Zika, Yellow Fever, Japanese Encephalitis.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Ada 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara dan hanya 2 yang belum endemis DHF
yaitu Mandailing Natal dan Nias Barat. Terdapat 4 tingkatan penyebaran DHF, yaitu :

● Bebas
Bebas yaitu tidak adanya kasus dalam 3 tahun berturut-turut dan tidak mempunyai
faktor risiko yang tinggi
● Potensial
Potensial yaitu tidak ada kasus dalam 3 tahun berturut-turut namun mempunyai
faktor risiko yang tinggi seperti daerah tersebut dekat dengan daerah sporadis dan
endemis, transportasi lancer, kepadatan penduduk meningkat dan mobilitas penduduk
tingggi.
● Sporadis
Sporadis yaitu dalam 3 tahun berturut-turut terkadang di daerah tersebut terdapat
kasus dan terkadang tidak ada kasus.
● Endemis
Endemis yaitu selama 3 tahun berturut-turut selalu ada kasus.
Ada 4 serotype virus Dengue menurut WHO yaitu Serotype I, II, III, IV. Di
Propinsi Sumatera Utara urutan kejadian DHF yang terbanyak menurut serotype
virusnya adalah III,I,II,IV. Vector pada DHF adalah nyamuk Aedes Aegypti dan nyamuk
Aedes Albopictus. Yang menularkan virus DHF adalah nyamuk betina karena di darah
kaya akan protein untuk mematangkan telurnya. Nyamuk yang sudah menjadi penular
DBD selamanya akan menjadi penular.
Chikungunya
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili yang artinya melengkung atau
membungkuk (seperti kucing tidur). Cikungunya adalah penyakit virus yang menyerang
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Gejala-gejala
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
15
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
awalnya ialah arthralgia, myalgia sehingga membuat penderita sulit tidur. Di Sumatera

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
15
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Utara belum ada kabupaten yang dilaporkan menjadi daerah endemis penyakit ini.
2. Zoonosis
Zoonosis adalah penyakit yang ditularkan oleh hewan vertebrata ke manusia
dimana hewan tersebut juga sakit. Zoonosis dapat ditularkan dari hewan ke manusia
melalui beberapa cara, yaitu kontak langsung dengan hewan pengidap zoonosis dan
kontak tidak langsung melalui vektor atau mengonsumsi pangan yang berasal dari
ternak sakit, atau melalui aerosol di udara ketika seseorang berada pada lingkungan
yangtercemar. Contohnya seperti: Rabies, Leptospirosis, Ebola, Antrhax, Flu burung,
Flu babi dll.
Rabies
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi yang menyerang susunan
saraf pusat, terutama menular melalui gigitan anjing,kucing dan kelelawar. Penyakit ini
bersifat zoonosik, disebabkan oleh virus Lyssa dari famili Rhabdoviridae. Infeksi pada
manusia biasanya bersifat fatal (mengakibatkan kematian). Gejala dan tanda klinis
utama meliputi:
a. Nyeri dan panas (demam) disertai kesemutan pada bekas luka gigitan
b. Tonus ototaktivitas simpatik meninggi dengan gejala hiperhidrosis (keluar banyak
air liur), hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan dilatasi pupil dan hidrofobia.
Sekali gejala klinis timbul biasanya diakhiri dengan kematian. Masa inkubasi rabies
rata-rata 2-8 minggu, bergantung pada jauh dekatnya tempat gigitan dengan otak. Makin
dekat tempat gigitan dengan otak, maka masa inkubasinya semakin cepat. Bila infeksi
pada manusia telah memperlihatkan gejala klinis, umumnya akan berakhir dengan
kematian. Orang yang mati karana rabies disebut LYSSA. Sebagai penanganan pertama
pada orang yang tergigit hewan yang terinfeksi rabies adalah cuci luka dengan air
mengalir dan sabun selama 10-15 menit dan luka jangan dibalut atau ditutup dengan
perban maupun kain, biarkan luka tetap terbuka karena virus ini bersifat anaerob. Dan
sebagai penanganan selanjutnya adalah memberikan VAR (Vaksin Anti Rabies) dan
SAR (Serum Anti Rabies). Pemberian VAR diberikan pada hari ke 0,7,21, dimana hari
ke 0 adalah saat pertama kali mendapat VAR (2 vial di deltoid kanan dan kiri), hari ke 7
setelah ia mendapat vaksin pertama (1 vial), dan hari ke 21 setelah ia mendapat vaksin

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
15
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
kedua (1

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
16
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
vial). Pemberian SAR dilakukan hanya 1 kali di daerah sekeliling gigitan dan sisanya di
deltoid. VAR dan SAR diberikan pada penderita yang memiliki luka resiko tinggi
(ujung jari-jari, daerah kelamin) sedangkan VAR diberikan pada pederita yang memiliki
luka resiko rendah (lengan, betis). Di Sumatera Utara rabies merupakan kasus kedua
tertinggi di Indonesia dan Sulawesi Utara merupakan kasus pertama tertinggi di
Indonesia.

3. Filariasis
Filariasis adalah penyakit parasit mikrofilaria yang ditularkan melalui darah yaitu
dari vektor arthropoda terutama lalat hitam dan nyamuk atau sering juga disebut dengan
kaki gajah. Filariasis tidak dapat sembuh. Ada 3 mikrofilaria yaitu:
● Brugia malayi, biasanya terdapat di Sumatera dan bagian tubuh yang terkena adalah
ekstremitas bawah.
● Brugia Timori, biasanya terdapat di Indonesia bagian Timur dan bagian tubuh yang
terkena adalah ektremitas atas.
● Wucheria Bancrofti, biasanya terdapat di Jawa dan bagian tubuh yang terkena
skrotum pada laki-laki, payudara pada wanita.
Di Sumatera Utara terdapat 10 Kabupaten yang menjadi daerah endemis Filariasis, yaitu:
1. Deli Serdang
2. Serdang Bedagai
3. Batu Bara
4. Labuhan Batu Utara
5. Labuhan Batu
6. Labuhan Batu Selatan
7. Tapanuli Selatan
8. Nias
9. Nias Barat
10. Gunung Sitoli
Namun dalam rentan 6 tahun terakhir ini dimana dalam 2 tahun sekali diperiksa tidak
adanya kasus filariasis di Labuan Batu, oleh sebab itu Labuan Batu tidak termasuk lagi
dalam daerah endemis.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
16
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Untuk daerah endemis diwajibkan meminum obat Dietil Carbamazin (DEC) dan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
16
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Albendazol 1 tahun sekali selama 5 tahun berturut-turut pada usia 2 - 65 tahun.
Pemerintah memiliki program BELKAGA (Bulan Imunisasi Kaki Gajah) yaitu bulan
Oktober. Dimana petugas puskesmas akan memberikan obat DEC dan Albendazol pada
masyarakat di bulan oktober.
Langkah utama untuk mencegah tertular filariasis adalah dengan menghindari
gigitan nyamuk sebisa mungkin.Hal ini sangat penting, terutama di negara-negara tropis,
seperti Indonesia. Untuk memaksimalisasi perlindungan terhadap gigitan nyamuk, kita
dapat mengambil langkah-langkah sederhana yang meliputi: mengenakan baju dan
celana panjang, mengoleskan losion antinyamuk, tidur dalam kelambu, membersihkan
genangan air di sekitar rumah.
4. Helminthiasis

Penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan. Penyakit ini disebabkan oleh parasit
cacing golongan Nematoda, Cestoda, dan Trematoda. Kasus yang paling sering di
Sumatera Utara adalah cacing Ancylostoma duodenale. Gejala dari penyakit ini yaitu
nafsu makan berkurang, badan kurus, pucat, perut terasa kembung, diare dan dapat
menyebabkan stunting pada anak. Usia 1 – 12 tahun di daerah non endemis filariasis (
23 kabupaten/kota) diwajibkan minum Albendazole minimal 1 kali dalam setahun yaitu
di bulan Februari atau Agustus. Dan maksimal 2 kali dalam setahun yaitu di bulan
Februari dan Agustus.
5. Malaria
Malaria adalah penyakit yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang sudah
terinfeksi parasit.Infeksi malaria bisa terjadi hanya dengan satu gigitan nyamuk.Jika
tidak ditangani dengan benar, penyakit ini bisa menyebabkan kematian.Malaria jarang
sekali menular secara langusng dari satu orang ke orang lainnya.Penyakit ini bisa
menular jika terjadi kontak langsung dengan darah penderita. Janin di dalam kandungan
juga bisa terinfeksi malaria karena tertular dari darah sang ibu.
Gejala malaria biasanya akan muncul antara satu sampai dua minggu setelah
tubuh terinfeksi. Gejala juga bisa muncul setahun setelah gigitan nyamuk, namun kasus
ini jarang terjadi.Gejala-gejala malaria umumnya terdiri dari demam, berkeringat,
menggigil atau kedinginan, muntah-muntah, sakit kepala, diare, dan nyeri otot.Malaria

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
16
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
disebabkan oleh parasit Plasmodium. Sebetulnya ada banyak jenis parasit Plasmodium,
tapi hanya lima jenis yaitu : plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium
ovale, plasmodium malariae dan plasmodium knowlesi yang menyebabkan malaria pada
manusia. Parasit Plasmodium hanya disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina. Dua

jenis parasit yang umum di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax.Kasus terbanyak di Sumatera Utara yaitu Malaria jenis plasmodium falciparum.
Gigitan nyamuk malaria lebih sering terjadi pada malam hari. Setelah terjadinya gigitan,
parasit akan masuk ke dalam aliran darah.
Sumber : Frans Yosep Sitepu, SKM, MPH
Hari/Tanggal : Selasa / 05 Oktober 2021

Berfoto bersama dengan Bapak Frans Yosep Sitepu, SKM, MPH Setelah bimbingan
dengan topik “SURVEILANS PENYAKIT BERSUMBER BINATANG”

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
16
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
4.6 PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO. 43 TAHUN 2019 TENTANG
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
Pembimbing : Ali Khomeini
Hari/Tanggal : Selasa/ 05 Oktober
2021 Pukul : 13.30-15.00 WIB

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas


pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif di wilayah kerjanya.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk


mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat, dengan masyarakat yang:
a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat;
b. mampu menjangkau Pelayanan Kesehatan bermutu;
c. hidup dalam lingkungan sehat; dan
d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.

Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang


Pasal 3
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:
a. paradigma sehat;
b. pertanggungjawaban wilayah;
c. kemandirian masyarakat;
d. ketersediaan akses pelayanan kesehatan;
e. teknologi tepat guna; dan
f. keterpaduan dan kesinambungan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
16
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

(1) Berdasarkan prinsip paradigma sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan berpartisipasi dalam upaya
mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
(2) Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.
(3) Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
(4) Berdasarkan prinsip ketersediaan akses pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat
diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan kepercayaan.
(5) Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
e, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi
yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak berdampak
buruk bagi lingkungan.
(6) Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f, Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan
UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan
yang didukung dengan manajemen Puskesmas.

Pasal 4 :
(1) Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
(2) Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Puskesmas mengintegrasikan program yang dilaksanakannya dengan pendekatan
keluarga.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
16
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Pasal 5
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), Puskesmas
memiliki fungsi:
a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Pasal 6 :
Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, Puskesmas berwenang untuk:
a. menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis masalah kesehatan
masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. melaksanakan advokasi dan sosialisas kebijakan kesehatan
c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan;
d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan
pimpinan wilayah dan sektor lain terkait;
e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan pelayanan Puskesmas
dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat;
f. melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia Puskesmas;
g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h. memberikan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada keluarga, kelompok, dan
masyarakat dengan mempertimbangkan faktor biologis, psikologis, sosial, budaya,
dan spiritual;
i. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayanan Kesehatan;
j. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat kepada dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota, melaksanakan sistem kewaspadaan dini, dan
respon penanggulangan penyakit;
k. melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga; dan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
16
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
l. melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama dan
rumah sakit di wilayah kerjanya,
melalui pengoordinasian sumber daya kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Pasal 7 :
Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, Puskesmas berwenang untuk:
a. menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan, bermutu, dan holistik yang mengintegrasikan faktor biologis,
psikologi, sosial, dan budaya dengan membina hubungan dokter - pasien yang erat
dan setara;

b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan


preventif
c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berpusat pada individu, berfokus
pada keluarga, dan berorientasi pada kelompok dan masyarakat;
d. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan kesehatan,
keamanan, keselamatan pasien, petugas, pengunjung, dan lingkungan kerja;
e. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama
inter dan antar profesi;
f. melaksanakan penyelenggaraan rekam medis;
g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
Pelayanan Kesehatan;
h. melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia Puskesmas;
i. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan;
dan
j. melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di
wilayah kerjanya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
16
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Persyaratan Puskesmas
Pasal 10 :
1) Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.
2) Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu)
Puskesmas.
3) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan
pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, dan aksesibilitas.
4) Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, peralatan, ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium
klinik.

Pasal 11 :
(1) Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) meliputi:
a. geografis;
b. aksesibilitas untuk jalur transportasi;
c. kontur tanah;
d. fasilitas parkir;
e. fasilitas keamanan;
f. ketersediaan utilitas publik;
g. pengelolaan kesehatan lingkungan; dan
h. tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendirian Puskesmas
harus memperhatikan ketentuan teknis pembangunan bangunan gedung negara.
Pasal 12 :
(1) Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) meliputi:
a. persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja serta
persyaratan teknis bangunan;
b. bangunan bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain; dan
c. bangunan didirikan dengan memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan,
perlindungan keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi pelayanan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
16
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus/penyandang disabilitas, anak-

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
17
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
anak, dan lanjut usia.
(2) Persyaratan teknis bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sesuai
dengan pedoman yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan
yang memiliki tugas dan fungsi di bidang pelayanan kesehatan.
Pasal 14 :
(1) Persyaratan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) paling
sedikit terdiri atas:
a. sistem penghawaan (ventilasi);
b. sistem pencahayaan;
c. sistem air bersih, sanitasi, dan hygiene;
d. sistem kelistrikan;
e. sistem komunikasi;
f. sistem gas medik;
g. sistem proteksi petir;
h. sistem proteksi kebakaran;
i. sarana evakuasi;
j. sistem pengendalian kebisingan; dan
k. kendaraan puskesmas keliling.
(2) Selain kendaraan puskesmas keliling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k,
Puskesmas dapat dilengkapi dengan ambulans dan kendaraan lainnya.
Pasal 16 :
(1) Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) meliputi:
a. jumlah dan jenis peralatan sesuai kebutuhan pelayanan;
b. kelengkapan izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. standar mutu, keamanan, dan keselamatan; dan
d. diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang
berwenang.
(2) Jumlah dan jenis peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebijakan,
kebutuhan, kompetensi, dan kewenangan tenaga kesehatan Puskesmas, serta ketentuan
peraturan perundang-undangan.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
17
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
(3) Pada kondisi infrastruktur belum memadai, jumlah dan jenis peralatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat menyesuaikan dengan alat lain yang
memiliki fungsi yang sama.
Pasal 17 :
(1) Persyaratan ketenagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) meliputi
dokter dan/atau dokter layanan primer.
(2) Selain dokter dan/atau dokter layanan primer sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Puskesmas harus memiliki:

a. dokter gigi;
b. Tenaga Kesehatan lainnya;dan
c. tenaga nonkesehatan.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
paling sedikit terdiri atas:
a. perawat;
b. bidan;
c. tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku;
d. tenaga sanitasi lingkungan;
e. nutrisionis;
f. tenaga apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian; dan
g. ahli teknologi laboratorium medik
(4) Dalam kondisi tertentu, Puskesmas dapat menambah jenis tenaga kesehatan
lainnya meliputi terapis gigi dan mulut, epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
perekam medis dan informasi kesehatan, dan tenaga kesehatan lain sesuai dengan
kebutuhan.
(5) Dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan Tenaga Kesehatan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bertugas untuk memberikan
Pelayanan Kesehatan di wilayah kerjanya.
Pasal 21 :
(1) Persyaratan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) berupa
ruang farmasi.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
17
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
(2) Ruang farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan unit pelayanan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
17
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Puskesmas tempat penyelenggaraan pelayanan kefarmasian.
(3) Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus memenuhi kriteria ketenagaan, bangunan, prasarana, perlengkapan dan
peralatan, serta dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan
Pasal 22 :
(1) Persyaratan laboratorium klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4)
berupa ruang laboratorium klinik untuk menunjang upaya diagnosis penyakit,
penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan.

(2) Laboratorium klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi kriteria
ketenagaan, bangunan, prasarana, perlengkapan dan peralatan, serta dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan

Kategori Puskesmas
Pasal 24 :
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan
kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan:
a. karakteristik wilayah kerja; dan
b. kemampuan pelayanan.
Pasal 25 :
(1) Berdasarkan karakteristik wilayah kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
huruf a, Puskesmas dikategorikan menjadi:
a. Puskesmas kawasan perkotaan;
b. Puskesmas kawasan perdesaan;
c. Puskesmas kawasan terpencil; dan
d. Puskesmas kawasan sangat terpencil.
(2) Kategori Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditetapkan oleh
bupati/wali kota.
(3) Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berada di daerah
perbatasan dengan negara lain.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
17
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Pasal 29 :
(1) Berdasarkan kemampuan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf
b, Puskesmas dikategorikan menjadi:
a. Puskesmas nonrawat inap; dan
b. Puskesmas rawat inap.
(2) Puskesmas nonrawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf amerupakan
Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, perawatan di rumah (home
care), dan pelayanan gawat darurat.

(3) Puskesmas nonrawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
menyelenggarakan rawat inap pada pelayanan persalinan normal.
(4) Puskesmas rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya sesuai
pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan rawat inap pada
pelayanan persalinan normal dan pelayanan rawat inap pelayanan kesehatan lainnya.
(5) Pelayanan persalinan normal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Puskesmas yang dapat menjadi Puskesmas rawat inap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b merupakan Puskesmas di kawasan perdesaan, kawasan terpencil
dan kawasan sangat terpencil, yang jauh dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan rujukan
tingkat lanjut.
Perizinan dan Registrasi
Pasal 30 : Setiap Puskesmas harus memiliki izin operasional dan melakukan registrasi
Pasal 31 :
(1) Izin operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 diberikan oleh Pemerintah
Daerah kabupaten/kota setelah Puskesmas memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, peralatan, ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium klinik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 22.
(2) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu
5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
(3) Dikecualikan dari ketentuan persyaratan ketenagaan dan peralatan sebagaimana

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
17
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
dimaksud pada ayat (1), Puskesmas yang baru didirikan dan/atau belum memiliki izin
operasional, untuk mendapatkan izin operasional pertama kali dapat memenuhi paling
sedikit:
a. Persyaratan ketenagaan:
1) dokter dan/atau dokter layanan primer;
2) 75% (tujuh puluh lima persen) jenis tenaga dokter gigi dan Tenaga Kesehatan lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a dan huruf b; dan
3) tenaga nonkesehatan.
b. persyaratan peralatan telah terpenuhi paling sedikit 60 % (enam puluh persen).
(4) Perpanjangan izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dengan mengajukan permohonan perpanjangan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
sebelum habis masa berlakunya izin operasional.
Pasal 32 :
(1) Untuk memperoleh izin operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31,
kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota mengajukan permohonan tertulis kepada
bupati/wali kota melalui Instansi Pemberi Izin pada Pemerintah Daerah kabupaten/kota
dengan melampirkan dokumen:
a. fotokopi sertifikat tanah atau bukti lain kepemilikan tanah yang sah;
b. kajian kelayakan;
c. dokumen pengelolaan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. fotokopi surat keputusan dari bupati/wali kota terkait kategori Puskesmas untuk
Puskesmas yang mengajukan permohonan perpanjangan izin operasional;
e. profil Puskesmas yang meliputi aspek lokasi, bangunan, prasarana, peralatan,
ketenagaan, kefarmasian, laboratorium klinik, pengorganisasian, dan
penyelenggaraan pelayanan untuk Puskesmas yang mengajukan permohonan
perpanjangan izin operasional; dan
f. persyaratan lain sesuai dengan peraturan daerah setempat
(2) Dokumen kajian kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b untuk
Puskesmas yang baru akan didirikan, direlokasi, atau akan dikembangkan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
17
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

(3) Dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) hari kerja sejak berkas permohonan
diterima, Instansi Pemberi Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menerbitkan
bukti penerimaan berkas permohonan yang telah lengkap atau memberikan informasi
apabila berkas permohonan belum lengkap kepada kepala dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota sebagai pemohon.
(4) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah bukti penerimaan berkas
diterbitkan, Instansi Pemberi Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
melakukan penilaian dokumen dan peninjauan lapangan.

(5) Instansi Pemberi Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus menetapkan
untuk memberikan surat izin operasional atau menolak permohonan izin operasional
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah dilakukan penilaian dokumen dan peninjauan
lapangan.
(6) Surat izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling sedikit
mencantumkan nama, alamat, dan kategori Puskesmas berdasarkan karakteristik
wilayah kerja dan kemampuan pelayanan serta masa berlaku izin operasional.
(7) Dalam hal terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kurun waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Instansi Pemberi Izin dapat memperpanjang
jangka waktu pemrosesan izin operasional paling lama 14 (empat belas) hari kerja
dengan menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pemohon.
(8) Dalam hal berkas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum lengkap,
kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota sebagai pemohon harus mengajukan
permohonan ulang.
(9) Dalam hal permohonan izin operasional ditolak, Instansi Pemberi Izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memberikan alasan penolakan yang
disampaikan secara tertulis kepada pemohon.
(10) Apabila pemberi izin tidak menerbitkan izin operasional atau tidak menolak
permohonan hingga berakhirnya batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
permohonan izin operasional dianggap diterima.
Pasal 36 :

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
17
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
(1) Untuk melakukan Registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, kepala dinas

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
17
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
kesehatan daerah kabupaten/kota harus mengajukan surat permohonan Registrasi
kepada Menteri dengan melampirkan persyaratan yang meliputi:
a. fotokopi izin operasional Puskesmas; dan
b. surat rekomendasi dari kepala dinas kesehatan daerah provinsi dan hasil pengisian
formulir verifikasi dan penilaian kelayakan registrasi Puskesmas sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(2) Rekomendasi kepala dinas kesehatan daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, diperoleh setelah kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota

mengajukan surat permohonan rekomendasi registrasi Puskesmas kepada kepala dinas


kesehatan daerah provinsi dengan melampirkan:
a. fotokopi izin operasional Puskesmas;
b. profil Puskesmas; dan.
c. laporan kegiatan bulanan Puskesmas paling sedikit 3 (tiga) bulan terakhir.
(3) Kepala dinas kesehatan daerah provinsi harus melakukan verifikasi dokumen dan
penilaian kelayakan Puskesmas dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas)
hari kerja setelah berkas dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima
lengkap.
(4) Dalam hal Puskesmas memenuhi persyaratan dokumen sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), kepala dinas kesehatan daerah provinsi mengeluarkan surat rekomendasi
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah dilakukan penilaian.
Organisasi
Pasal 41 :
(1) Setiap Puskesmas harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel.
(2) Organisasi Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri
atas:
a. kepala Puskesmas;
b. kepala tata usaha; dan
c. penanggung jawab.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
17
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Tata Hubungan Kerja
Pasal 48 :
(1) Hubungan kerja antara dinas kesehatan daerah kabupaten/kota dengan Puskesmas
bersifat pembinaan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh dinas kesehatan
daerah kabupaten/kota kepada Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis yang memiliki
otonomi dalam rangka sinkronisasi dan harmonisasi pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan daerah.
(3) Pencapaian tujuan pembangunan kesehatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) merupakan bagian dari tugas, fungsi, dan tanggung jawab dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota. sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian dari tugas,
fungsi, dan tanggung jawab dinas kesehatan daerah kabupaten/kota.
Peyelenggaraan
Pasal 53 :
(1) UKM tingkat pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 meliputi UKM
esensial dan UKM pengembangan.
(2) UKM esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pelayanan promosi kesehatan;
b. pelayanan kesehatan lingkungan;
c. pelayanan kesehatan keluarga;
d. pelayanan gizi; dan
e. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
(3) UKM pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan upaya
kesehatan masyarakat yang kegiatannya bersifat inovatif dan/atau disesuaikan dengan
prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja, dan potensi sumber daya yang
tersedia di Puskesmas.
Pasal 54 :
(1) UKP tingkat pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dilaksanakan oleh
dokter, dokter gigi, dan dokter layanan primer, serta Tenaga Kesehatan lainnya sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
18
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
(2) Dokter, dokter gigi, dan dokter layanan primer, serta Tenaga Kesehatan lainnya
dalam memberikan pelayanan kesehatan UKP tingkat pertama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dilakukan sesuai dengan standar pelayanan, standar prosedur
operasional, dan etika profesi.
(3) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan dalam bentuk:
a. rawat jalan, baik kunjungan sehat maupun kunjungan sakit
b. pelayanan gawat darurat
c. pelayanan persalinan normal
d. perawatan di rumah dan/atau
e. rawat inap berdasarkan pertimbingan kebutuhan pelayanan kesehatan
Pasal 55 :
(1) Dalam melaksanakan UKM dan UKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
sampai dengan Pasal 54, Puskesmas harus menyelenggarakan kegiatan:
a. manajemen Puskesmas;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat;
d. pelayanan laboratorium; dan
e. kunjungan keluarga.
(2) Penyelenggaraan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jaringan Pelayanan Puskesamas, Jejaring Puskesman dan Sistem Rujukan
Pasal 58 :
(1) Dalam rangka mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat, Puskesmas
didukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring Puskesmas.
(2) Jaringan pelayanan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan praktik bidan desa.
(3) Jejaring Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat, usaha kesehatan sekolah, klinik, rumah sakit,
apotek, laboratorium, tempat praktik mandiri Tenaga Kesehatan, dan Fasilitas
Pelayanan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
18
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Kesehatan lainnya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
18
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
(4) Puskesmas pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan
pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas.
(5) Puskesmas keliling sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan pelayanan
kesehatan yang sifatnya bergerak (mobile), untuk meningkatkan jangkauan dan mutu
pelayanan bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh
pelayanan dalam gedung Puskesmas.
(6) Praktik Bidan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan praktik bidan
yang memiliki Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) di Puskesmas, dan bertempat tinggal
serta

mendapatkan penugasan untuk melaksanakan praktik kebidanan dari Pemerintah Daerah


pada satu desa/kelurahan dalam wilayah kerja Puskesmas yang bersangkutan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Jejaring Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib melaporkan
kegiatan dan hasil kegiatan pelayanan kesehatan kepada Puskesmas di wilayah kerjanya
sewaktu-waktu dan/atau secara berkala setiap bulan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan
(8) Dalam hal laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) merupakan penemuan
kasus terhadap pasien yang berdomisili di luar wilayah kerjanya, Puskesmas wajib
melaporkan kepada Puskesmas domisili asal pasien atau dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota.
(9) Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang merupakan jejaring Puskesmas yang tidak
melaporkan hasil penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada Puskesmas di wilayah
kerjanya sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dikenakan sanksi administrasi oleh
pejabat yang berwenang berupa teguran lisan, teguran tertulis, penghentian kegiatan
sementara, dan/atau pencabutan izin operasional.
(10) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), ayat (8) dan ayat (9) dikecualikan
untuk apotek dan laboratorium.
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan jaringan pelayanan Puskesmas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
18
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
18
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Pasal 59 :
(1) Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan dapat melaksanakan
rujukan.
(2) Rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi rujukan upaya kesehatan
masyarakat dan rujukan upaya kesehatan perseorangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai dengan standar dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengelolaan Keuangan
Pasal 60 :
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota harus mendorong Puskesmas untuk
menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah.
(2) Pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dalam rangka fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan yang
diselenggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pendanaan
Pasal 61
(1) Pendanaan di Puskesmas bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); dan/atau
c. sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan dengan mengutamakan
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat.
(3) Pengelolaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sistem Informasi Puskesmas
Psaal 62 :
(1) Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan Sistem Informasi Puskesmas.
(2) Sistem Informasi Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bagian dari sistem informasi kesehatan kabupaten/kota.
(3) Sistem Informasi Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diselenggarakan secara elektronik dan/atau nonelektronik.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
18
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
(4) Sistem Informasi Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
mencakup:
a. pencatatan dan pelaporan kegiatan Puskesmas dan jaringannya;
b. pencatatan dan pelaporan keuangan Puskesmas dan jaringannya;
c. survei lapangan;
d. laporan lintas sektor terkait; dan
e. laporan jejaring Puskesmas di wilayah kerjanya.
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 65 :
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota dapat melibatkan organisasi profesi dalam melakukan pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan Puskesmas.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dalam bentuk bantuan teknis, pendidikan, dan pelatihan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Sumber : Ali Khomeini
Hari/Tanggal : Selasa / 05 Oktober 2021

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
18
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Berfoto bersama dengan Bapak Ali Khomeini setelah bimbingan dengan topik
“PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO. 43 TAHUN 2019
TENTANGPUSAT KESEHATAN MASYARAKAT”

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
18
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

4.7 SARANA DAN PRASARANA SERTA ALAT KESEHATAN SEBAGAI


FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Pembimbing : dr. Jhony Siburian
Hari/Tanggal : Rabu/ 06 Oktober
2021 Pukul : 10.30-11.30 WIB

Definisi
1. Sarana
Sarana adalah bangunan yang sebagian atau seluruhnya berada di atas
tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan dan digunakan untuk penyelenggaraan
atau penunjang pelayanan.
2. Prasarana
Prasarana adalah alat, jaringan dan sistem yang membuat suatu sarana dapat
berfungsi.
3. Alat Kesehatan
Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia,
dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat.

Latar Belakang
Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau. Kondisi ini hanya akan terpenuhi bilamana ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan mudah diakses (keterjangkauan tempat, waktu). Pelayanan kesehatan
diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan patuh akan standar serta didukung

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
18
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
oleh

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
18
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

ketersediaan sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan alat penunjang medik yang
aman dan laik pakai serta ketersediaan farmasi yang memenuhi kebutuhan medis.
Ketersediaan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan yang aman dan siap pakai di
fasilitas pelayanan kesehatan tidak saja mendukung pelayanan yang berkualitas tapi juga
akan mengurangi rujukan yang tidak perlu dengan alasan masalah sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan. Kondisi ini hanya akan tercapai bilamana pemangku kepentingan
memperoleh data dan informasi untuk memonitoring dan mempetakan pemenuhan
sarana, prasarana di setiap fasilitas pelayanan kesehatan secara baik.
Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan baik milik pemeritah pusat, pemerintah
daerah, BUMN, TNI, POLRI dan Swasta harus memenuhi persyaratan dan ketersediaan
sarana, prasarana dan alat kesehatan sesuai standar. Adapun diantara pemenuhan dan
ketersediaan, sarana, prasarana dan alat kesehatan merupakan faktor penting di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Hingga saat ini semua fasilitas pelayanan kesehatan belum memiliki gambaran
utuh ketersediaan dan kesiapan sumber daya yang terdiri atas sarana, prasarana dan alat
kesehatan untuk dapat memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Untuk mendapatkan
gambaran kesiapan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan telah
memiliki Aplikasi Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan (ASPAK) yang dapat
memberikan data dan informasi kondisi ketersediaan sarana, prasarana dan alat
kesehatan seutuhnya. Analisa data yang diambil dari ASPAK dapat dimanfaatkan untuk
penyusunan kebutuhan perencanaan pemenuhan standar, izin operasional dan penetapan
klasifikasi fasilitas pelayanan kesehatan, penilaian akreditasi serta pengembangan
pelayanan.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 004/ MENKES/SK/I/2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan disebutkan salah satu tujuan
strategis adalah upaya penataan manajemen kesehatan di era desentralisasi serta sesuai
dengan konsep business strategic yang meliputi consistent national value, coordinated
regional strategy, customize local tactic. Salah satu tujuannya adalah mengembangkan
serta mendekatkan sub sistem data dan informasi yang akuntabel dan mudah diakses
oleh pemangku kepentingan. Hal ini menjadi dasar program pembentukan sistem

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
19
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
informasi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
19
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan berupa Aplikasi
yang disebut ASPAK.
ASPAK adalah suatu aplikasi berbasis web yang menghimpun data dan
menyajikan informasi mengenai sarana, prasarana, dan alat kesehatan pada fasilitas
pelayanan kesehatan. ASPAK dapat memaparkan atau menyajikan informasi
ketersediaan dan pemenuhan terhadap sarana, prasarana dan alat Kesehatan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan sesuai standar yang berlaku.
Prinsip penyelenggaraan ASPAK yaitu;
1. Akuntabilitas.
Akuntabilitas pada penyelenggaraan ASPAK mengandung pengertian bahwa
semua data sarana, prasarana dan alat kesehatan yang diisi harus benar, valid dan
dapat dipertanggungjawabkan. Data harus sesuai dengan kondisi yang ada dan
dapat dibuktikan ketersediaannya.
2. Kontinuitas.
Kontinuitas pada penyelenggaraan ASPAK mengandung pengertian bahwa data
sarana, prasarana dan alat kesehatan yang diisi harus dievaluasi dan di update
secara berkesinambungan. Evaluasi dan update dilakukan apabila terjadi
perubahan berupa penambahan data baru, penghapusan, pemindahan, perubahan
kondisi dari baik menjadi rusak atau sebaliknya.
Tujuan
ASPAK bertujuan untuk menyelenggarakan sistem informasi mengenai sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan guna:
1. Inventarisasi dan pemetaan Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
2. Panduan dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pemenuhan
Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kab/Kota; dan
3. Mendukung akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
19
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Manfaat
ASPAK memiliki manfaat untuk pemetaan sarana, prasarana dan alat kesehatan
pada fasilitas pelayanan kesehatan sebagai dasar penyusunan perencanaan kebutuhan.
Dalam pengembangan pelayanan kesehatan, diperlukan data dasar yang dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga pengambil kebijakan dapat melakukannya dengan
terarah dan terukur. Data dasar dalam pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan
dapat diambil melalui ASPAK.
Sumber : dr. Jhony Siburian
Hari/Tanggal : Rabu / 06 Oktober 2021

Berfoto bersama dengan dr. Jhony Siburian setelah bimbingan dengan topik
“SARANA DAN PRASARANA SERTA ALAT KESEHATAN
SEBAGAI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN”

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
19
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

4.8 PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA


Pembimbing : Darwin Nasution, SKM, MPH
Hari/Tanggal : Rabu/ 06 Oktober 2021
Pukul : 13.30 – 15.00 WIB

Pengertian Lansia
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998, berisi
tentang kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Keberhasilan pembangunan diberbagai
bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan terjadinya peningkatan Usia Harapan
Hidup penduduk di dunia termasuk di Indonesia. Namun dibalik keberhasilan
peningkatan UHH terselip tantangan yang harus dikuasai, yaitu kedepannya Indonesia
akan menghadapi beban tiga (Triple burden) yaitu disamping meningkatnya angka
kelahiran dan beban penyakit (menular dan tidak menular, juga akan terjadi peningkatan
Angka Beban Tanggungan penduduk usia produktif terhadap kelompok usia tidak
produktif.
Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok usia akan mengalami penurunan derajat
kesehatan baik secara alamiah ataupun akibat penyakit. Oleh karena itu sejalan dengan
meningkatnya penduduk lansia maka sejak sekarang kita harus mempersiapkan dan
merencanakan berbagai program kesehatan yang ditujukan bagi kelompok usia. Usia
Harapan Hidup menjadi salah satu indicator keberhasilan Indonesia Sehat.Pembangunan
terutama dibidang kesehatan.Bangsa yang sehat ditandai dengan semakin panjangnya
harapan hidup penduduknya.

Tujuan Program Kesehatan Lansia


1. Mengupayakan agar para lansia menikmati masa tua yang bahagia dan berguna.
2. Memfokuskan pada upaya promotif dan preventif
3. Kegiatan pembinaan sebaiknya dimulai dari usia pra lansia dengan kegiatan
penyuluhan, pelayanan kesehatan, gizi, dan psikososial agar kondisi kesehatan
lansia terjaga sehingga tetap produktif.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
19
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
4. Adanya peran serta aktif dan partisipasi lintas sector

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
19
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

5. Meningkatkan koordinasi lintas sector disetiap tingkat administrasi, seiring


dengan program kerja ini Komisi Daerah Lansia
6. Puskesmas sebagai kunci utama dalam penggerakan masyarakat diharapkan
melakukan upaya pro aktif bekerjasama dengan para tokoh masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia.

Pelayanan Kesehatan Lansia


1. Posyandu Lansia
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lansia adalah suatu wadah pelayanan
kesehatan bersumber daya masyarakat untuk melayani penduduk lansia, yang proses
pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non pemerintah, swasta,
organisasi sosial dan lain- lain, dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan pada upaya
promotif dan preventif. Disamping pelayanan kesehatan, Posyandu lansia juga
memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olahraga, seni budaya,
dan pelayanan lain yang dibutuhkan para lansia dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
2. Puskesmas Santun Lansia
Puskesmas Santun Lansia adalah puskesmas yang menyediakan ruang khusus
untuk melakukan pelayanan bagi kelompok usia lanjut yang meliputi pelayan kesehatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
3. Poliklinik Geriatri di Rumah Sakit
Berdasarkan Rifaskes (Riset Fasilitas Kesehatan) Tahun 2011 ketersediaan klinik
geriatri masih sangat rendah yaitu sekita 5% dari semua RSU Pemerintah.Sebagian
besar Provinsi tidak memiliki RSU Pemerintahyang memberikan pelayanan klini
geriatri. Saat ini baru ada delapan RSU Tipe A dan B yang memili Klinik Geriatri
Terpadu yaitu RSUPN Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RSUP Karyadi (Semarang),
RSUP Sardjito (Jogjakarta), RSUP Sanglah (Denpasar), RSUP Hasan Sadikin
(Bandung), RSUP Wahidin Sudiro Husodo (Makasar), RSUD Dr. Soetomo (Surabaya),
dan RSUD Moewardi (Solo).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
19
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Sumber: Darwin Nasution, SKM, MPH


Hari/Tanggal: Rabu/ 06 Oktober 2021

Berfoto bersama dengan Bapak Darwin Nasution, SKM, MPH setelah bimbingan
dengan topik “PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA”

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
19
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
4.9 FARMASI DAN FORMULARIUM NASIONAL
Pembimbing : Aryati R. Purba S.Si, Apt
Hari/Tanggal : Kamis/ 07 Oktober 2021
Pukul : 10.30 – 12.00 WIB

LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agarterwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.Selain itu kesehatan juga merupakan investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.Salah
satu strategi yang diterapkan oleh Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan
kebijakan pelayanan kesehatan adalah dengan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan pengutamaan
pada upaya promotif dan preventif.

Pengertian Pelayaan Kesehatan Farmasi


Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
Pekerjaan Kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan,
kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien atau
masyarakat yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi yang memenuhi standar dan
persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan.
Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian Pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian berupa:
a. Apotek;
b. Instalasi farmasi rumah sakit;
c. Puskesmas;
d. Klinik;
e. Toko Obat;
f. Praktek bersama.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
19
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

SEDIAAN FARMASI
Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.

PENGERTIAN OBAT, OBAT TRADISIONAL DAN KOSMETIKA


Menurut undang – undang yang dimaksud obat ialah suatu bahan atau bahan-bahan
yang dimaksudkan untuk dipergunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, untuk memperelok badan
atau bagian badan manusia.
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 6 tahun 2016 obat
tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut
yang secara

turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat. Obat tradisional terbagi 3, yaitu :
● Jamu.
Jamu adalah bahan dasar yang belum terstandarisasi atau belum dilakukan uji klinis
maupun pre-klinis.
● Obat Herbal Terstandar (OHT).
Bahan dasar pada obat herbal standar sudah dilakukan uji pre-klinis, namun belum
dilakukan uji klinis.
● Fitofarmaka.
Bahan dasar pada fitofarmaka sudah dilakukan uji klinis dan uji pre-klinis.
Kementerian Kesehatan dalam mendukung pelayanan kesehatan menggunakan
ramuan tradisional, memandang perlu untuk membuat suatu acuan dalam pemilihan
pemanfaatan jenis obat tradisional yang dapat berupa formularium. Formularium ini
akan terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi bidang kesehatan.
Hal ini didukung pula dengan keberadaan Sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional (SP3T), Badan Litbangkes serta Institusi Pendidikan yang
senantiasa melakukan penelitian dan pengembangan di bidang pelayanan kesehatan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
19
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
tradisional.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
20
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 6 tahun 2016 obat


Herbal Terstandar adalah sediaan bahan yang telah distandardisasi bahan baku yang
digunakan dalam produk jadi, harus memenuhi persyaratan aman dan mutu sesuai
dengan persyaratan yang berlaku serta klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/praklinik.
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 6 tahun 2016
fitofarmaka adalah sediaan obat dan obat tradisional yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk
jadinya telah distandardisasi.
Menurut BPOM Republik Indonesia kosmetik adalah bahan atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,
kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan
atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Kosmetik yang diproduksi dan atau diedarkan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1) Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta
persyaratan lain yang ditetapkan;
2) Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetik yang baik;
3) Terdaftar pada dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia,
dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

FORMULARIUM NASIONAL
Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan perlu menjamin
aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan
jumlah yang cukup, dalam rangka pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional perlu
disusun daftar obat dalam bentuk Formularium Nasional.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
20
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Formularium Nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/523/2015 tentang Formularium Nasional
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.02/MENKES/636/2016, perlu disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perkembangan hukum sesuai kajian pola penyakit yang
terjadi di masyarakat.
Formularium Nasional dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/107/2017 tentang Komite Nasional Penyusunan Formularium
Nasional, sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu formularium nasional
merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas pelayanan
kesehatan dalam rangka pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
KRITERIA PEMILIHAN OBAT
Pemilihan obat dalam Fornas didasarkan atas kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki khasiat dan keamanan yang memadai berdasarkan bukti ilmiah terkini
dan sahih.
b. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan
pasien.
c. Memiliki izin edar dan indikasi yang disetujui oleh BPOM.
Sumber : Aryati R. Purba S.Si, Apt
Hari/Tanggal : Kamis/ 07 Oktober 2021

Berfoto bersama dengan Ibu Aryati R. Purba S.Si, Apt setelah bimbingan
dengan topik “”FARMASI DAN FORMULARIUM NASIONAL”

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
20
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
POST-TEST
Oleh : Gustina, SST
Hari/Tanggal : Jumat/ 08 Oktober
2021 Pukul : 09.30-11.00 WIB

PERTANYAAN :

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan posyandu lansia dan program-programnya ?


2. Bagaimana cara penangan Ibu dengan BBLR selama masa pandemic covid-19 ?
3. Jelaskan cara perawatan dan penanganan alkes yang baik !
4. Puskesmas ada UKM dan UKP. Jelaskan !
5. Sebutkan golongan narkotika yang berbahaya bagi anak remaja !

PEMBAHASAN:
1. Posyandu lansia
Posyandu lansia merupakan pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lanjut usia di
suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati dan digerakkan oleh masyarakat agar
lanjut usia mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan merupakan
kebijakan pemerintah untuk pengembangan pelayanan kesehatan yang memadai
melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial. Adapun kegiatan yang dilakukan :
- Latihan fisik (senam lanjut usia, senam osteoporosis)
- Stimulasi kognitif
- Pemberian makanan tambahan
- Penyuluhan kesehatan
- Berinteraksi sosial
- Menggali potensi untuk diberdayakan secara optimal

2. Penangan Ibu dengan BBLR selama masa pandemic covid-19


Prinsip penanganan :
- Dengan mencegah penularan
- Mencegah tertular

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
20
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

- Tumbuh kurang optimal


- Penanganan masalah
Jika bayi >1800 gram
- Tanpa masalah : bisa minum/menyusu, tidak ada gangguan nafas, toleransi
baik, ibu mampu merawat dan menjaga bayi
- Dilakukan pemantauan di rumah
Jika beratnya >1800 gram (>35
minggu)
- Dengan adanya gangguan nafas, gangguan minum, refluks belum bagus,
intoleransi, infeksi
- Butuh tempat rawatan/RS dengan fasilitas dan SDM yang sesuai
Jika beratnya < 1800 gram (35 minggu)
- Adanya system organ belum matang, GIT, hematologic, system imun,
respirasi, kardiovaskular cenderung bermasalah
- Butuh tempat perawatan/RS dengan fasilitas dan SDM yang sesuai
Perawatan BBLR di era pandemic covid-19
- Dirawat di ruangan isolasi, terpisah dengan bayi non covid.
- Dirawat memakai incubator
- Dengan jarak minimal 2 meter (inkubator)
- Gunakan Infant warmer yang ditutupi plastic
- AC tidak sentral, ventilasi memadai

3. Perawatan dan penanganan alat kesehatan yang baik


Untuk alat kesehatan, guna menghindari terjadinya kesalahan pada penggunaan,
maka pada penandaan harus mencantumkan :
1) Tanda peringatan atau efek samping
2) Spesifikasi produk
3) Marking plate
4) Komposisi dan kadar bahan baku
5) Tanggal kadaluarsa

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
20
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Untuk perawatan atau penanganan : melakukan sterilisasi, rakitan, kalibrasi

Untuk alat kesehatan steril, harus menggunakan kualitas steril serta kondisi dan
petunjjuk yang penting pada kondisi kerusakan kemasan steril, jika perlu
sterilisasi ulang. Alat kesehatan yang harus di sterilisasi sebelum digunakan
harus mencantumkan cara pembersihan dan sterilisasi maka alat tersebut
memenuhi ketentuan tentang keamanan alat kesehatan.

Alat kesehatan yang dapat dipakai ulang harus dibersihkan, disinfeksi,


pengemasan dan strerilisasi ulang. Jika alat kesehatan hanya satu kali pakaiharus
mencantumkan lambang hanya untuk sekali pakai.

4. Puskesmas ada UKM dan UKP. Jelaskan !


Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat.
UKM tingkat pertama meliputi :
- UKM Esensial :
1) Pelayanan promosi kesehatan
2) Pelayanan kesehatan lingkungan
3) Pelayanan kesehatan lingkungan’pelayanan kesehatan ibu, anak dan KB
4) Pelayang gizi
5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
- UKM Pengembangan : UKM yang kegiatannya memerlukan upaya yang
sifatnyaInovatif dan atau bersifat ekstentifikasi dan intensifikasi pelayanan,
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan.
Usaha Kesehatan Perseorangan (UKP) adalah suatu kegiatan dan atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit
dan memulihkan kesehatan perorangan. Pelaksanaan : rawat jalan, rawat inap,
one day care, home care.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
20
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

5. Golongan narkotika yang berbahaya bagi anak remaja


1. Narkotika golongan I : Narkotika untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Heroin,
Ganja, Kokain, dsbg
2. Narkotika golongan II : Digunakan sebagai pilihan terakhir terapi, serta
mempunyai potensi hingga mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin,
Petidin, Fentani, Metadon
3. Narkotika golongan III : Narkotika berkhasiat dan banyak digunakan dalam
pengobatan dan mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Kodein, difenoksilat

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
20
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Jadwal Kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
20
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
Jadwal Kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Methodist Indonesia
Di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
Periode 04 Oktober 2021 - 09 Oktober 2021
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
JLN. PROF. HM. YAMIN, SH NO. 41A MEDAN
Hari Tanggal Waktu Kegiatan

Senin 4 Oktober 2021 09.00-10.30 1. Mengikuti bimbingan dengan topik “


Program Pembangunan Kesehatan”
oleh Bapak Elisa S Depari, SKM,
M.Kes
10.30-12.00 2. Mengikuti bimbingan dengan topik
“Kebijakan dan Situasi Terkini
Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA”
oleh Bapak Sahat Simanjuntak, S.Kep
13.30-15.00 3. Mengikuti bimbingan dengan judul
“Program Kesehatan Ibu dan Anak”
oleh dr. Aswan B Nasution, M.Kes
Selasa 5 Oktober 2021 09.45 – 10.30 1. Mengikuti bimbingan dengan judul
“Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Mayarakat” oleh dr. Nico Sitompul
10.30-12.00 2. Mengikuti bimbingan dengan judul
“Surveilans Penyakit Bersumber
Binatang” oleh Bapak Frans Yosep
Sitepu, SKM, MPH

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
20
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

13.30-15.00 3. Mengikuti bimbingan judul


“Peraturan Menteri Kesehatan No.
43 Tahun 2019” oleh Bapak Ali
Khomeini
Rabu 6 Oktober 2021 10.00 – 11.30 1. Mengikuti bimbingan judul “Sarana
Dan Prasarana Serta Alat Kesehatan
Sebagai Fasilitas Pelayanan
Kesehatan” oleh dr. Jhony Siburian
13.30– 15.00 2. Mengikuti bimbingan dengan judul
“Program Pelayanan Kesehatan
Lanjut Usia” oleh Bapak Darwin
Nasution, SKM, MPH

Kamis 7 Oktober 2021 1. Mengikuti bimbingan judul


“Farmasi dan Formularium
Nasional” oleh Ibu Ariaty R Purba,
S.Si, Apt
Jumat 8 Oktober 2021 09.30-11.00 1. Post test

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
20
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
1. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup. Pembangunan kesehatan
sebagai salah satu upaya dan pembangunan nasional diarahkan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat hidup sehat.
2. Dengan adanya Dinas Kesehatan Provinsi, UPT Dinas Kesehatan Provinsi dan
Seksi- Seksi UPT Dinas Kesehatan Provinsi berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota serta tim kesehatan lain mampu mengatasi masalah kesehatan di
Indonesia.
3. Melalui program-program di Dinas Kesehatan membantu untuk kelancaran
pelaksanaan tugas sesuai dengan wewenang masing-masing UPT Seksi Dinas
Kesehatan.
4. Pelaksanaan program menuju TERWUJUDNYA INDONESIA MAJU YANG
BERDAULAT, MANDIRI dan BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-
ROYONG, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara mampu menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat kepada seluruh masyarakat.
5. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah suatu program pemerintah dan
masyarakat/rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang
menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup
sehat, produktif dan sejahtera.
6. Sebagai Mahasiswa Kedokteran dapat mengetahui struktur organisasi dan
management Kesehatan serta mampu bekerja sama sebagai individu dan tim
sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai langkah untuk merealisasikan
perilaku hidup bersih dan sehat untuk TERWUJUDNYA INDONESIA MAJU YANG
BERDAULAT, MANDIRI dan BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-
ROYONG.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
21
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

4.2 SARAN
1. Perlu diadakannya penyuluhan berbasis digital terhadap masyarakat agar dapat
sampai ke masyarakat yang lebih luas di tengah situasi pandemik Covid-19
2. Perlu dilakukan peningkatan kompetensi petugas kesehatan melalui pendidikan dan
pelatihan agar tercapainya program kerja yang direncanakan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
21
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

DAFTAR PUSTAKA

1. Simanjuntak, David. 2008. “Administrasi dan Pelayanan Kesehatan”. Medan.


2. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2015. “Buku Panduan Pelaksanan
Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran
Pencegahan/Ilmu Kedokteran Komunitas”. Medan.
3. Menkes . 2016. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016/III.2
Tentang standar pelayanan kefarmasian di apotik.
4. Soemirat, Juli. 2011. ”Buku Kesehatan Lingkungan”. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
21
LAPORAN
KEGIATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
LAMPIRAN
A. SURAT MASUK KE DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA
UTARA

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA 04 OKTOBER 2021 s/d 09 OKTOBER 2021
21

Anda mungkin juga menyukai