BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Puskesmas
Pelayanan Kesehatan
Upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada masyarakat,
mencakup perencanaan, pelaksanaan,evaluasi,pencatatan, pelaporan,
dan dituangkan dalam satu sistem.
Tenaga Kesehatan
Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memilki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.
3. Azas keterpaduan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus
melaksanakan azas keterpaduan. Artinya, berupaya memadukan
kegiatan tersebut bukan saja dengan program kesehatan lain (lintas
program), tetapi juga dengan program dari sektor lain lintas sektoral).
4. Azas rujukan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus
melaksanakan azas rujukan. Artinya, jika tidak mampu menangani
suatu masalah kesehatan harus merujuknya ke sarana kesehatan yang
lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran jalur rujukannya adalah
Rumah Sakit. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat jalur
rujukannya adalah pelbagai ”kantor” kesehatan.
a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala
Puskesmas dalam pengelolaan:
Data dan informasi
Perencanaan dan penilaian
Keuangan
Umum dan kepegawaian
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap
UKMB
Upaya kesehatan perorangan
d. Jaringan Pelayanan Perorangan:
Unit Puskesmas Pembantu
Unit Puskesmas Keliling
Unit Bidan di Desa/Komunitas.
2. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas
disesuaikan dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing unit
6. Dengan Masyarakat
Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas memerlukan dukungan aktif
dari masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan
aktif tersebut diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun
Puskesmas yang menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti
tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, organisasi kemasyarakatan, serta
dunia usaha. BPP tersebut berperan sebagai mitra dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan.
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
1. Sunggal 31.887 43
2. Babura 32.397 43
Analisa Data :
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak
adalah di Kelurahan Babura yaitu sebanyak 32.397 jiwa.
L P Jumlah
1. Sunggal 1.924 2.810 6.044 6.124 9.787 5.977 1.915 805 605
2. Babura 541 858 1.968 1.867 3.565 2.369 595 245 409
3. Tanjung 1.813 2.924 6.406 6.051 10.767 6.979 2.134 798 882
Rejo
Total 4.349 6.687 14.58 14.249 24.487 15.58 4.716 1.574 1.939
7 8
Analisa Data :
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa paling banyak jumlah penduduk
adalah umur 30-44 tahun yaitu 24.487 jiwa.
URUSAN KEUANGAN
Melva. T. H Tobing
URUSAN UMUM URUSAN PERENCANAAN KOORDINATOR I
19672221989032003
PROGRAM & LAPORAN
Maslihardo Purba PERLENGKAPAN
Siti Fatimah Ginting
dr. Devi Setarini
198408051992031006 Elisabeth Saragih NIP. 197207042002122002
1969112411997032002
196812111994032004
Pustusunggal PustuTanjungRejo
D3 Keperawatan :8
D3 Gizi :1
Analis :2
Gizi :1
D3 Perawat gigi :2
D3 Farmasi :3
5 Vit C Tab
6 Antalgin Tab
11 Salep 24 Buah
15 Diazepam 2 mg Tab
17 Digoxin Tab
18 Molevem 5 mg Buah
20 Etilklorida Tab
21 Vit K Tab
22 Furosemide Sachet
23 Garamoralit Tab
24 Glibenclamida 5 mg Tab
25 Graxine Tab
26 GG Tab
27 Griseovulpin Tab
28 Hidrozalf Tube
30 Procalk Tab
31 Kapas Buah
35 Ctm Tab
36 Handscoen Kotak
37 Zink Tab
38 Lidokain Ampul
39 Pularex Tab
40 Backtriacinzalk Tube
42 Bicnat Tab
48 Vit B6 Tab
49 Plaster Buah
50 Prednisone Tab
51 Ciprofloxacin Tab
58 Salbutamol Tab
61 Masker Buah
62 Nichoviton Buah
63 Simvastatin 10 mg Tab
66 Nifedipin Tab
67 B. Complex Tab
68 Amplodipin 5 mg Tab
69 Spuit 3 cc Buah
71 Captopril 25 mg Tab
73 Grazeo Tab
74 Pehacain Ampul
80 Glimipide Tab
88 Loratadine Tab
89 Omeprazole Tab
90 Puralex Tab
92 Kodein Tab
99 Ranitidine Tab
104 TT Ampul
BAB IV
PROGRAM KERJA PUSKESMAS
2 Tanjung Rejo 20
3 Babura 5
4 Simpang Tanjung 1
Kegiatan
a. Pengunaan sumber air bersih dan pembuangan WC yang memenuhi
syarat kesehatan.
b. Hygiene dan sanitasi tempat tinggal yang mencakup:
Mendata tempat pembuangan sampah dan saran jamban keluarga.
K4 7,00 13,80 21,11 28,91 36,1 43,90 51,50 58,50 65,88 73,30 80,70 88,60
Persalinan 13,80 21,00 28,89 36,6 43,30 50,70 59,5 67,11 79,78 87,84 96,27
KN1 22,41 30,85 39,05 47,41 45,98 55,69 71,65 79,78 87,84 96,27
KN
Lengkap
Bayi 6,3 9,64 15,64 18,75 23,46 32,8 40,8 49,8 58,5 72,5 87,92 95,06
Balita 4,26 10,64 15,09 18,74 22,84 31,84 39,84 43,54 52,24 61,24 69,24 76,67
Sasaran
a. Balita.
b. Ibu menyusui.
c. Ibu Hamil.
d. Penerita dari Balai Pengobatan.
Kegiatan Gizi
a. Dalam Gedung
1. Pojok Gizi
2. Pelayanan Gizi.
Penyuluhan dan konsultasi gizi.
Penyediaan makanan.
b. Luar Gedung
1. Luar Gedung.
2. Pemberian paket pertolongan gizi.
3. Penyuluhan status gizi.
4. Pemantauan status gizi.
Tujuan
a. Mencegah terjadinya penyakit
b. Untuk meningkatkan kesehatan yang optimal
Pemberantasan Penyakit Menular dan P2M di Laksanakan karena :
1. Masih tingginya angka penyakit menular yang dapat di cegah dengan
imunisasi, misalnya: penyakit campak,TB Paru.
2. Masih tingginya penyakit menular yang berhubungan dengan hygine
dan sanitasi misalnya: diare, infeksi mata, infeksi telinga dan mastoid.
3. Masih tingginya angka penyakit penderita menular yang penularannya
melalui vektor, misalnya; demam berdarah.
Untuk mendukung itu semua dilakukan beberapa kegiatan seperti :
1. Mengadakan imunisasi BCG, DPT, Campak, DPT, TT.
2. Memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sunggal
3. mengidentifikasi kasus sedini mungkin dan kemudian dilakukan
perencanaan pengobatan.
4. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
5. Menyembuhkan penderita hingga benar-benar sehat.
Tabel 4.7 Rekap Survelens di Puskesmas Medan Sunggal tahun 2018
Penya Bulan
kit Jan Feb Mar Apr Mei Jun July Aug Sep Okt Nov Des Total
Diare 26 25 37 21 20 26 46 35 46 28 37 25 372
Disen 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 2 6
tri
Tb + 2 2 6 2 4 2 1 1 1 3 2 1 27
Tersa 16 8 24 11 14 11 11 8 16 21 12 13 165
ngka
Tb
DBD 4 6 6 7 7 4 3 9 4 4 8 5 67
Penu 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 22
monia
ISPA 49 256 540 410 458 267 54 15 83 99 91 115 3.186
8
Total 55 599 615 453 506 313 117 68 152 157 152 163 3.845
0
Kunjung Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jum
an
pasien
Jamkes 4.218 6.9 7.552 5.839 6.911 3.795 4.875 4.874 3.415 3.895 3.856 3.112 59.273
mas/ 31
KIS/
BPJS
Bayar 580 650 630 700 800 650 1050 850 750 850 550 586 8.646
Gratis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 4.798 7.5 8.182 6.539 7.711 4.445 5.925 5.724 4.165 4.745 4.406 3.698 67.919
81
Analisis data :
Dari tabel diatas diketahui bahwa :
Jumlah kunjungan terbanyak ada pada bulan Mei yakni sebanyak 7.711
kunjungan.
Tabel 4.9 Data 10 Penyakit Utama Terbesar Di Puskesmas Medan Sunggal
tahun 2018
No Nama Penyakit Jumlah
1 ISPA 3.179
3 Hipertensi 1.713
5 Gastritis 1.443
6 Ginggivitis 575
7 Diare 360
9 Bronkitis 189
10 Scabies 42
Analisa data :
Dari data diatas dapat diketahui bahwa sekolah dengan unit kesehatan
terbanyak adlah SD dengan jumlah 29 sekolah.
Analisis Data :
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa program kesehatan lanjut usia
terbanyak di Puskesmas sunggal yang hampir setiap bulannya terus meningkat.
Tersangka 16 8 24 11 14 11 11 8 16 21 12 13 165
TB
BAB V
LAPORAN KEGIATAN
BAB VI
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH
a. Pembinaan POSYANDU
1.1 Latar Belakang
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar terutama untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2011, p:11). Berbagai hasil telah dicapai sejak dicanangkan
Posyandu pada tahun 1986. Secara kuantitas, jumlah Posyandu tercatat
sebanyak 25.000 Posyandu, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 266.827
Posyandu dengan rasio 3,55 Posyandu per desa/kelurahan. Namun bila
ditinjau dai aspek kualitas, masih ditemukan banyak masalah antara lain
kelengkapan sarana dan ketrampilan kader yang belum memadai.
2.1 Pengertian
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar terutama untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2011, p:11).
2.2 Tujuan
2.2.1 Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di
Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat (Depkes RI, 2011, p:12).
2.2.2 Tujuan Khusus
5. Penanggulangan diare
6. Sanitasi dasar
7. Penyediaan obat esensial
2.7 Penyelenggaraan Posyandu
Kegiatan posyandu diselenggarakan satu kali dalam sebulan selama
kurang lebih 3 jampada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan
ditentukan olehmasyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan Posyandu
dapat dilaksanakan dipos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk, balai
desa, tempat pertemuan RTatau ditempat khusus yang dibangun
masyarakat.Pelaksanaan kegiatan posyandu terdiri dari 5 progran utama yaitu
KIA, KB, Imunisasi, Gizi, dan penanggulangan Diare yang dilakukan dengan
”Sistem limaMeja” antara lain :
1. Meja I : Pendaftaran
2. Meja II : Penimbangan bayi dan Balita
3. Meja III : Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)
4. Meja IV : Penyuluhan peorangan meliputi :
a. balita berdasar hasil penimbangan berat badannya naik atau tidak naik,
diikuti dengan pemberian makanan tambahan, oralit dan vitamin A;
b. ibu hamil dengan resiko tinggi diikuti dengan pemberian tablet besi.
c. PUS agar menjadi peserta KB mandiri.
5. Meja V : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan KIA,
Imunisasi dan pengobatan serta pelayanan lain sesuai dengankebutuhan
setempat.
Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk
meja Vdilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya : dokter, bidan,
perawat, juruimunisasi dan sebagainya (Depkes RI, 2011).
2.8 Tingkatan Perkembangan Posyandu
Menurut Depkes (2011), semuabentuk UKBM diharapkan mampu
mengembangkan posyandu melalui telaah kemandirian posyandu yang secara
umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut:
1. Posyandu Pratama
3.1 Metode
Mengikuti kegiatan posyandu dengan prinsip 5 meja
3.2 Media dan Alat
1. Meja dan kursi -
2. Timbangan
3. Timbangan dacin
4. KMS
5. Tensimeter
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 95
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL
6. Stetoskop
7. Poster/leaflet/booklet
8. Obat-obatan sederhana
3.3 Waktu dan tempat
a. Tanggal : 4 Maret - 21Maret 2018
b. Waktu : 09.00-12.00 wib
c. Tempat : posyandu di wilayah Puskesmas Sunggal.
3.4 Sasaran
1. Bayi/balita
2. Ibu hamil/ibu menyusui
3. Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur
4. Lansia
3.5 Pengorganisasian
1. Meja 1 (pendaftaran) : kader
2. Meja 2 (penimbangan) : kader
3. Meja 3 (pencatatan) : kader
4. Meja 4 (penyuluhan) : kader dibantu dengan mahasiswa
5. Meja 5 (pelayanan kesehatan) : bidan
balita
3. Meja 3 : pencatatan hasil
penimbangan
4. Meja 4 : penyuluhan hasil
penimbangan , pelayanan
gizi pada ibu balita dan ibu
hamil
5. Meja 5 : pelayanan
kesehatan dan KB oleh
petugas kesehatan
Fase Terminasi Memberikan tindak lanjut Mengikuti sasaran
pemeliharaan kesehatan bayi, petugas kesehatan
balita, dan ibu hamil untuk
bulan berikutnya atau sesuai
dengan keadaan status
kesehatan saat ini.
c. Evaluasi Hasil
1. Terlaksananya Kegiatan Posyandu Bayi/Batita/Balita
2. Terlaksananya Kegiatan PosyanduIbu Hamil/PUS
3. Terlaksananya Kegiatan Posyandu Lansia
4. Terbinanya kerja sama dengan tim pelayanan kesehatan lainnya dan
kader dengan tepat.
2. Posyandu Purnama
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas
5 orang atau lebih dan cakupan 5program utamanya (KB, KIA, Gizi dan
Imunisasi) lebih dari 50% serta sudah adaprogram tambahan, bahkan mungkin
sudah ada dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih
terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja posyandu.Posyand yang
termasuk dalam tingkatan Posyandu Purnama, yaitu Posyandu di kelurahan
Sunggal, Babura, Tanjung Rejo dan Simpang Tanjung.
3. Posyandu Mandiri
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan5
(lima) program utama lebih dari 50%, terdapat program tambahan dan dana
sehattelah menjangkau lebih 50% KK.
6.2 TB Paru
Tabel 6.3 Data Pasien TB Paru tahun 2017-2018
N Angka Kejadian
Pasien TB
O 2018
1 Jumlah total kasus TB 78
2 Jumlah kasus TB Baru 28
3 Suspek TB 139
4 Sembuh TB 7
4 TB Putus obat 14
5 Kematian akibat TB 2
Sumber: Laporan Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2018
Tabel 6.4 Data Pasien Pada Bulan Januari – Maret 2019
Kasus TB TB Positif RO + BTA
Januari 16 6 10
Februari 7 2 5
Maret 3 1 2
Sumber : Laporan Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2019
Permasalahan :
1. Kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk memeriksakan dahaknya
ke puskesmas jika mengalami batuk >2 minggu,
2. Pencapaian suspek untuk pasien TB masih kurang di tahun 2018.
3. Masih ada pasien TB Paru yang putus berobat.
Pemecahan masalah :
1. Meningkatkan sosialisasi tentang penyakit TB melalui media leaflet dan
home visit.
2. Melatih kader TB Paru karena merupakan faktor penting dalam
penemuan suspek TB Paru dilingkungan, sehingga akan meningkatkan
penemuan kasus TB Paru dengan BTA positif.
A. Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization
(WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai « Global
Emergency ».Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat
8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus
BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHOjumlah
terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus
TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182
kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari
Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk, seperti terlihat pada
tabel 1
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari
dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan
bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara
yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000
penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per
100.000 penduduk, prevalens HIV yang cukup tinggi mengakibatkan
peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah
kasus TB setelah India dan Cina.Setiap tahun terdapat 250.000 kasus
baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia
tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular
B. Definisi
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 102
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL
D. Patogenesis
Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan
bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang
pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer
ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan
sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran
getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut
diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis
regional).Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami
salah satu nasib sebagai berikut :
Tuberkulosis Postprimer
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian
setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun.
Tuberkulosis postprimer mempunyai nama yang bermacam-macam
yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis
menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama
menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber
penularan.Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini, yang
umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus
inferior.Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil.
Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses
penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya
akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan
keju dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan
kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju
keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan
menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi:
6. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru.
Sarang pneumoni ini akan mengikuti pola perjalanan
seperti yang disebutkan di atas
7. Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan
menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair
lagi dan menjadi kaviti lagi
8. Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity,
atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri dan
E. Klasifikasi
Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura.
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
9. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
menunjukkan hasil BTA positif
Pemeriksaan Fisik
Gambar 6.4 Paru : apeks lobus superior dan apeks lobus inferior
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
3. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator
yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED)
jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai indikator
penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif,
tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan
tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik.
4. Uji tuberkulin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi
tuberkulosis. Di Indonesia dengan prevalens tuberkulosis yang
tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit
kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai
makna bila didapatkan konversi, bula atau apabila kepositivan
dari uji yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi
HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif.
G. Penatalaksanaan
Dosis OAT
Tabel 6.5 Jenis dan dosis OAT
Oba Dosis Dosis yg dianjurkan DosisMak Dosis (mg) / berat
t (Mg/Kg s (mg) badan (kg)
BB/ Harian(mg Intermitten < 40 40- >60
Hari) / kgBB (mg/Kg/BB/kali 60
/hari) )
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 150 300 450
100 150
Z 20-30 25 35 750
0 0
100 150
E 15-20 15 30 750
0 0
Sesua 100
S 15-18 15 15 1000 750
i BB 0
2 bulan 4 bulan
BB Harian Harian 3x/minggu Haria 3x/minggu
n
RHZE RHZ RHZ RH RH
150/75/400/27 150/75/40 150/150/50 150/75 150/150
5 0 0
30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5
c. Efek Samping
Jadi tidak semua pasien TB paru perlu diuji HIV. Hanya pasien TB
paru tertentu saja yang memerlukan uji HIV, misalnya:
a. Ada riwayat perilaku risiko tinggi tertular HIV
b. Hasil pengobatan OAT tidak memuaskan
c. MDR TB / TB kronik
Pemeriksaan minimal yang perlu dilakukan untuk memastikan
diagnosis TB paru adalah pemeriksaan BTA dahak, foto toraks dan
jika memungkinkan dilakukan pemeriksaan CD4. Gambaran
penderita HIV-TB dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
Tabel 6.7 Pemeriksaan pada pasien Tb Paru
Infeksi dini Infeksi lanjut
(CD4>200/mm3) (CD4<200/mm3)
Sputum mikroskopis Sering positif Sering negatif
TB ekstra pulmonal Jarang Umum/ banyak
Mikobakterimia Tidak ada Ada
Tuberkulin Positif Negatif
Foto toraks Reaktivasi TB, kaviti Tipikal primer TB milier
di puncak / interstisial
Adenopati hilus/ Tidak ada Ada
mediastinum
Efusi pleura Tidak ada Ada
Keterangan:
- Gagal napas
- Gagal jantung
- Efusi pleura
BAB VII
PENUTUP
7. 1 Kesimpulan
1. Pelayanan posyandu yang diberikan puskesmas medan sunggal saat ini sudah
cukup baik dalam memberikan pelayanan kepada pasien namun tetap masih
banyak ibu yang kurang paham maupun peduli tentang manfaat posyandu.
Sehingga diperlukan adanya peningkatan edukasi tentang pentingnya
posyandu.
2. Pelayanan kasus TB di puskesmas Medan Sunggal sudah cukup baik, namun
masih kurangnya pencapaian suspek untuk pasien TB akibat kurangnya
kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang TB, dan juga masih ada pasien
TB paru yang putus berobat.
1.2 Saran