Anda di halaman 1dari 117

LAPORAN KEGIATAN

DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara
menyeluruh, berjenjang dan terpadu.Keberhasilan pembangunan kesehatan
berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya
manusia indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu. Puskesmas adalah penanggung jawab penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat dan perorangan jenjang pertama.
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan unit
pelaksana teknis dinas yang selanjutnya disebut UPTD,yakni unit
dilingkungan dinas kota yang melakukan tugas teknis operasional.Puskesmas
berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama.
Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang merupakan
pusat pembangunan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan masyarakat dalam
suatu wilayah kerja dalam bentuk usaha-usaha kegiatan pokok.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 23
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

1.2. Tujuan Kegiatan


1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan KKS di Puskemas Medan Sunggal seluruh
dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati mampu
melaksanakan pelayanan kesehatan primer di puskesmas.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah peserta didik menyelesaikan program praktek puskesmas
diharapkan, seluruh dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati akan:
a. Terampil berkomunikasi dengan pasien dan tim kesehatan lainnya secara
efektif dalam pelayanan primerdi puskesmas.
b. Mampu melakukan pencatatan dan pelaporan puskesmas.
c. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan program-program kerjadi Puskesmas
Medan Sunggal.
1.3. Prosedur Kerja
Kepaniteraan klinik senior yangdilaksanakan di Puskesmas Medan
Sunggal meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Mencatat data geografis dan demografis di wilayah kerja Puskesmas
Medan Sunggal.
b. Pencatatan data dan laporan yang ada di Puskesmas Medan Sunggal.
c. Melakukan pengamatan langsung di lapangan dan ikut serta dalam
pelayanan kesehatan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 24
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Puskesmas

2.1.1 Pengertian Puskesmas


Menurut Keputusan dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 75 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Masyarakat, Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
Yang dimaksud dengan :

 Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah-pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
 Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan
sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat.
 Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
Suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat dan memulihkan
kesehatasn perseorangan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 25
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 Pelayanan Kesehatan
Upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada masyarakat,
mencakup perencanaan, pelaksanaan,evaluasi,pencatatan, pelaporan,
dan dituangkan dalam satu sistem.
 Tenaga Kesehatan
Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memilki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.

2.1.2 Tujuan Puskesmas


Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang :
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan dan kemampuan hidup sehat
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
c. Hidup dalam lingkungan yang sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat

2.1.3 Fungsi Puskesmas


Sesuai dengan Sistem kesehatan Nasional, Puskesmas sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama mempunyai tiga fungsi
sebagai berikut:

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Memiliki makna bahwa Puskesmas harus mampu membantu


menggerakkan (motivator, fasilitator) dan turut serta memantau
pembangunan yang diselenggarakan di tingkat kecamatan agar dalam
pelaksanaannya mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan
sebagai faktor pertimbangan utama. Diharapkan setiap pembangunan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 26
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

yang dilaksanakan setidaknya mendatangkan dampak positif terhadap


kesehatan. Keberhasilan dapat diukur dari Indeks Potensi Tatanan Sehat
(IPTS) Indikatornya adalah :

 Berapa % sekolah yang dinyatakan berpotensi sehat


 Berapa % tempat kerja yang dinyatakan berpotensi sehat
 Berapa tempat-tempat umum yang dinyatakan berpotensi sehat
Indikator Potensi Tatanan Sehat untuk sekolah:

 Tersedianya air bersih


 Tersedianya jamban yang saniter
 Adanya larangan merokok
 Adanya dokter kecil untuk SD atau Palang Merah Remaja (PMR)
untuk SLTP

2. Memberdayakan masyarakat dan keluarga

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang


bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan
melakukan pemecahan dengan memanfaatkan potensi setempat dan
fasilitas yang ada, baik dari intansi lintas sektoral maupun LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat) dan tokoh masyarakat.

Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas yang


bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
keluarga agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan
mengambil keputusan untuk melakukan pemecahannya dengan benar
tanpa atau bantuan pihak lain.
Indikator fungsi pemberdayaan masyarakat, yaitu:

 Tumbuh-kembang UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis


Masyarakat)
 Tumbuh dan berkembangnya LSM di bidang kesehatan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 27
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 Tumbuh dan berfungsinya BPKM (Badan Peduli Kesehatan


Masyarakat) atau BPP (Badan Penyantun Puskesmas)

3. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama


Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan
Puskesmas bersifat holistik, komprehensif/rnenyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah
pelayanan yang bersifat pokok (basic health service), yang sangat
dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta, mempunyai nilai
strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan masyarakat
dan pelayanan medik. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat
pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/out patient
service).
Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya,
Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah
yang wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
bermutu, terjangkau, adil dan merata.
Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:
 Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif, dengan pendekatan kelompok
masyarakat, serta sebagian besar diselenggarakan bersama
masyarakat melalui upaya pelayanan dalam dan luar gedung di
wilayah kerja puskesmas.
 Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif, dengan pendekatan kelompok
masyarakat, serta sebagian besar diselenggarakan bersama
masyarakat melalui upaya pelayanan dalam dan luar gedung di
wilayah kerja puskesmas.
 Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan,
kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 28
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan.


Pada kondisi tertentu dan bila memungkinkan dapat
dipertimbangkan Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap
sebagai rujukan antara sebelum dirujuk ke Rumah Sakit.

Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, Puskesmas dapat


melakukan cara-cara sebagai berikut :
1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melakukan
kegiatan dalam rangka menunjang dirinya sendiri.
2.Memberi petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali
serta menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien.
3. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat
dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan.
3. Memberi pelayanan kesehatan langsung pada masyarakat.
4. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program kerja Puskesmas.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang
bersifat mutlak perlu, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar
masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan
Puskesmas bersifat holistik, komprehensif, terpadu dan
berkesinambungan.
Pelayanan Kesehatan Menyeluruh, yaitu pelayanan kesehatan
yang meliputi :
 kuratif (pengobatan)
 preventif (pencegahan)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 29
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 promotif (peningkatan kesehatan)


 rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Semua jenis pelayanan ini ditujukan kepada semua jenis,
golongan umur dan dimulai sejak dimulainya pembuahan dalam
kandungan hingga tutup usia.

 Pelayanan Kesehatan Terpadu (terintegrasi)


Sebelum adanya pelayanan kesehatan terpadu ini, masing-
masing organisasi yang terkait dalam pelayanan kesehatan
melakukan usaha-usaha kesehatannya secara terpisah dan bekerja
sendiri-sendiri. Mereka langsung melaporkan hasil kegiatannya
kepada KaDinKes sehingga mereka saling tidak mengenal
program apa yang akan dijalankan untuk kemajuan kesehatan di
masyarakat.

Dengan adanya peningkatan sistem pelayanan kesehatan


melalui Puskesmas, maka kegiatan-kegiatan pokok ini dilakukan
bersama dibawah satu koordinasi & satu program. Berbagai jenis
kegiatan pokok Puskesmas dilakukan secara kerja sama, begitu
pula rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pengawasan dan
pengendalian serta evaluasi kegiatan dilakukan bersama di bawah
satu administrator dan satu pimpinan.

Sebagai sarana untuk mempermudah Puskesmas dalam


melakukan tugasnya, maka Puskesmas ditunjang dengan unit
kegiatan yang lebih sederhana dalam bentuk:

1. Puskesmas Pembantu (Pustu)


Puskesmas pembantu merupakan unit pelayanan
kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang serta
membantu melaksanakan kegiatan yang dilakukan Puskesmas
dalam masyarakat lingkungan wilayah yang lebih kecil serta
jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 30
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Dalam Pelita V,


wilayah kerja Puskesmas pembantu diperkirakan meliputi 2-3
desa, dengan sasaran penduduk antara 2500 orang (di luar
Jawa–Bali) hingga 10.000 orang (di perkotaan Jawa–Bali).
Puskesmas pembantu merupakan bagian integral dari
Puskesmas, dengan kata lain Puskesmas juga meliputi
Puskesmas pembantu yang ada di wilayah kerjanya.

Tugas pokok Puskesmas pembantu adalah


menyelenggarakan sebagian program kegiatan Puskesmas
sesuai dengan kompetensi tenaga dan sumberdaya lain yang
tersedia.

2. Puskesmas keliling (Pusling)


Adalah merupakan tim pelayanan kesehatan Puskesmas
keliling, terdiri dari tenaga yang dilengkapi dengan kendaraan
bermotor/roda 4/perhau bermotor, peralatan kesehatan,
peralatan komunikasi yang berasal dari Puskesmas. Puskesmas
keliling berfungsi untuk menunjang dan membantu kegiatan
pelaksanaan program Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang
belum terjangkau atau lokasi yang sulit dijangkau oleh sarana
kesehatan.

Kegiatan Puskesmas keliling adalah :

a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di


daerah terpenil yang tidak terjangkau oleh pelayanan
Puskesmas atau Puskesmas pembantu, 4 hari dalam
seminggu.
b. Melakukan penyelidikan terhadap kasus luar biasa
c. Melakukan rujukan bagi kasus gawat darurat
d. Melakukan penyuluhan dengan menggunakan alat audio
visual.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 31
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

3. Bidan yang bertugas di desa


Bidan desa adalah tenaga bidan yang ditempatkan di
desa dalam rangka meningkatkan mutu dan jangkauan
pelayanan kesehatan Puskesmas, bidan desa mempunyai
wilyah kerja 1-2 desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3000
orang/desa, dan bertanggung jawab kepada kepala Puskesmas.

Tugas utama bidan tersebut adalah membina peran serta


masyarakat dalam Posyandu dan pembinaan kelompok
persepuluhan, membina kelompok kader dasa wisma,
membantu persalinan di rumah-rumah, mengadakan rujukan.
Di samping memberi pelayanan langsung di Posyandu dan
pertolongan persalinan di rumah. Selain itu sebagai tugas
khusus, bidan desa bertanggung jawab atas program Kesehatan
Ibu dan Anak serta program Keluarga Berencana di wilayah
kerjanya.

4. Puskesmas rawat inap


Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas dengan fasilitas
tempat perawatan dan ruang tambahan untuk menolong
penderita gawat darurat baik berupa tindakan operatif terbatas
maupun perawatan sementara. Fungsinya sebagai ”Pusat
Rujukan Antara” yang melayani penderita gawat darurat
sebelum dapat dirujuk ke Rumah Sakit.

Kriteria yang harus dipenuhi oleh Puskesmas rawat inap


adalah sebagai berikut:

 Puskesmas harus terletak kira-kira 20 km dari RS


 Mudah dicapai dengan kendaraan bermotor dari
puskesmas sekitarnya
 Dipimpin oleh seorang dokter disertai tenaga kesehatan
yang memadai

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 32
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 Jumlah kunjungan minimal100 orang per hari


 Penduduk wilayah puskesmas & penduduk 3 puskesmas
sekitarnya minimal 20.000 per puskesmas
 Pemda bersedia menyediakan anggaran rutin yang
mencukupi
Kegiatan :

1. Melakukan tindakan operatif terbatas pada kasus – kasus:


 kecelakaan lalu lintas
 persalinan penyulit
 penyakit gawat darurat
2. Merawat sementara atau melakukan observasi diagnostik
dengan rata-rata hari perawatan 3 hari atau maksimal 7 hari
3. Melakukan pertolongan sementara untuk mempersiapkan
pengiriman penderita ke RS
4. Memberi pertolongan persalinan bagi kehamilan resti
(risiko tinggi)dan persalinan dengan penyulit
5. Melakukan MOP atau MOW(MOP = Metode Operasi pada
Pria, MOW = Metode Operasi pada Wanita )

2.2 Visi dan Misi Puskesmas


2.2.1 Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas adalah tercapainya
Kecamatan sehat menuju Indonesia sehat. Kecamatan sehat merupakan
gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan yang ditandai dengan penduduknya hidup dalam
lingkungan sehat dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kelompok indikator pencapaian Kecamatan sehat yang dipantau
tahunan atau lima tahunan yang terdiri dari :

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 33
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 Indikator lingkungan meliputi :


 Ketersediaan air bersih dan jamban
Sarana pembuangan air besar dibedakan menjadi empat macam,
yaitu memakai jamban leher angsa, jamban plengsengan, jamban
cemplung dan tidak memakai jamban.
 Keadaan tempat pembuangan sampah dan limbah
 Keadaan sanitasi tempat-tempat umum (TTU)

Tempat–tempat umum merupakan sarana yang dikunjungi banyak orang dan


dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran penyakit. TTU meliputi hotel,
terminal, biosko, pasar dan lain-lain. Sedangkan TTU sehat adalah tempat umum
yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai
(luas ruang) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan
ruang yang sesuai.
 Indikator perilaku masvarakat meliputi:
 Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lima tatanan
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan kondisi bagi perorangan, keluarga dan kelompok
dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan edukasi untuk meningkatkan penetahuan, sikap dan
perilaku sehingga membantu masyarakat dalam mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri., dalam tatanan rumah tangga, agar
dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Upaya yang dilakukan
melalui pendekatan pimpinann (advokasi), bina suasana (social
support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment).
 Indikator pelayanan kesehatan, meliputi :
 KEP balita
 Insidens penyakit diare
 Insidens penyakit TBC

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 34
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 Insidens penyakit ISPA pada balita


 Resiko tinggi pada ibu hamil
Kelompok Indikator pelaksanaan fungsi Puskesmas yang dipantau
bulanan atau tahunan yang terdiri dari:
 Indikator penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
 Tatanan sekolah
 Tatanan tempat kerja
 Tatanan tempat-tempat umum
 Tatanan institusi kesehatan
Ukuran penilaian tatanan yang dimaksud adalah perilaku dan
keadaan lingkungan fisik
 Indikator pemberdayaan masyarakat dan keluarga
 Tumbuh kembangnya upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM)
 Tumbuh dan berkembangnya lembaga swadaya masyarakat
(LSM) yang bergerak di bidang kesehatan
 Tumbuh dan fungsi Badan Penyantun Puskesmas (BPP)
 Tumbuh dan berkembangnya keluarga sehat
 Indikator pelayanan kesehatan tingkat pertama
 Kualitas pelayanan
 Cakupan program kegiatan
Selanjutnya Dinas Kesehatan kabupaten/kota bersama dengan
Puskesmas menguraikan indikator diatas lebih operasional sesuai
dengan pelaksanaan kegiatan fungsi Puskesmas dengan pertimbangan
keadaan kesehatan di kabupaten/kota khususnya di daerah wilayah kerja
Puskesmas.

2.2.2 Misi Puskesmas


Pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan
melalui Puskesmas didasarkan pada misi didirikannya Puskesmas sebagai

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 35
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

pusat pengembangan kesehatan (Centre for Health Development) di


wilayah kerja tertentu (biasanya di tingkat Kecamatan). Upaya
pengembangannya dapat dilaksanakan melalui perluasan jangkauan
wilayah sesuai dengan tingkat kemajuan transportasi, peningkatan mutu
pelayanan dan keterampilan staf, peningkatan rujukan, peningkatan
manajemen organisasi, dan peningkatan peran serta masyarakat.

Penjabaran misi Puskesmas sebagai pusat pengembangan


kesehatan dapat dilakukan melalui berbagai upaya seperti:

1. Meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa dengan


membangun Puskesmas yang baru, Puskesmas Pembantu, Pos
Kesehatan, Posyandu dan penempatan bidan di desa yang mengelola
sebuah polindes (poliklinik persalinan desa).
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan di
Puskesmas dapat diwujudkan, baik dengan meningkatkan keterampilan
dan motivasi kerja staf Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat maupuun dengan cara mencukupi berbagai jenis
kebutuhan peralatan dan obat-obatan yang perlu tersedia di Puskesmas.
Ada dua aspek mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas yang perlu
dibedakan yaitu quality of care dan quality of services. Keduanya saling
terkait. Quality of care lebih banyak menyatu aspek profesi dan
penanganannya menjadi tanggung jawab ikatan profesi. Yang termasuk
Quality of services lebih banyak terkait dengan kualitas dan
kelengkapan sarana pelayanan kesehatan termasuk manajemen program
pelayanan kesehatan (management support system).
3. Pengadaan peralatan dan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat. Perencanaan pengadaan obat seharusnya didasarkan pada
analisis epidemiologi penyakit yang berkembang di wilayak kerja
Puskesmas. Tetapi model perencanaan obat dengan menggunakan
pendekatan epidemiologi penyakit masih sulit dilaksanakan di
Puskesmas karena adanya format baku sistem pengadaan dan distribusi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 36
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

obat melalui sistem Inpres sehingga mekanisme perencanaan dari


bawah sukar berkembang.
4. Sistem rujukan di tingkat pelayanan kesehatan dasar lebih diperkuat
dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sampai ke tingkat
desa. Rujukan pelayanan kesehatan akan dapat terlaksana bila
pembangunan sektor lain di tingkat Kecamatan juga mendukung yaitu
tersedianya fasilitas transportasi yang lebih memadai dan peningkatan
pendapatan keluarga. Kegagalan tugas pokjanal (kelompok kerja
fungsional) menunjang pelaksanaan program pelayanan terpadu adalah
salah satu contoh masih lemahnya koordinasi dan kerjasama lintas
sektoral di tingkat Kecamatan sehingga pelaksanaan rujukan program
secara sektoral di tingkat Kecamatan juga terhambat.
5. Peran serta masyarakat melalui pengembangan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Prinsip kerja PKMD adalah
berkembangnya kegiatan masyarakat dalam rangka menolong diri
mereka sendiri. Kegiatannya perlu dilakukan secara gotong-royong dan
swadaya sehingga masyarakat mampu mencapai mutu hidup yang lebih
sehat dan sejahtera. Kegiatan masyarakat tersebut merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan
desa khususnya. Pengembangan program PKMD seharusnya mendapat
dukungan melalui peningkatan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral. Ini berarti kegiatan PKMD harus dikembangkan oleh
masyarakat sendiri dan pembinaannya dilakukan tidak saja oleh
Puskesmas tetapi bekerjasama dengan sektor-sektor lain yang terkait di
tingkat Kecamatan. Lahirnya konsep PKMD di Indonesia merupakan
jawaban atas rekomendasi WHO di Alma Ata (1978) untuk menerapkan
tema pembangunan kesehatan untuk seluruh masyarakat tahun 2000
(Health for all by the year 2000).
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa misi Puskesmas
hanya mencakup 4 hal, yaitu:

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 37
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 Menggerakkan pembangunan Kecamatan yang berwawasan


kesehatan
 Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup
sehat
 Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau
 Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.

2.3 Azas dan Upaya Penyelenggaraan Puskesmas


Pada penyelenggaran upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaran puskesmas secara
terpadu.

2.3.1 Azas Penyelenggaraan Puskesmas


Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia,
pengelolaan program kerja Puskesmas berpedoman pada empat azas pokok
yakni:

1. Azas pertanggung-jawaban wilayah


Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus
melaksanakan azas pertanggung-jawaban wilayah. Artinya, Puskesmas
harus bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di
wilayah kerjanya.

Karena adanya azas yang seperti ini, maka program kerja


Puskesmas tidak dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya
sekedar menanti kunjungan masyarakat ke Puskesmas, melainkan harus
secara aktif memberikan pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan
masyarakat.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 38
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Lebih dari pada itu, karena Puskesmas harus bertanggungjawab


atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya, maka
banyak dilakukan berbagai program pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
masyarakat.

2. Azas peran serta masyarakat


Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus
melaksanakan azas peran serta masyarakat. Artinya, berupaya
melibatkan Bentuk peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan
banyak masyarakat dalam menyelenggarakan program kerja tersebut.
Di Indonesia dikenal dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

3. Azas keterpaduan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus
melaksanakan azas keterpaduan. Artinya, berupaya memadukan
kegiatan tersebut bukan saja dengan program kesehatan lain (lintas
program), tetapi juga dengan program dari sektor lain lintas sektoral).

Dengan dilaksanakannya azas keterpaduan ini, berbagai manfaat


akan dapat diperoleh. Bagi Puskesmas dapat menghemat sumber daya,
sedangkan bagi masyarakat, lebih mudah memperoleh pelayanan
kesehatan.

4. Azas rujukan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus
melaksanakan azas rujukan. Artinya, jika tidak mampu menangani
suatu masalah kesehatan harus merujuknya ke sarana kesehatan yang
lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran jalur rujukannya adalah
Rumah Sakit. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat jalur
rujukannya adalah pelbagai ”kantor” kesehatan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 39
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

2.3.2 Upaya Penyelenggaraan Puskesmas


1.Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta mempunyai
daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dan harus diselenggarakan di setiap Puskesmas. Upaya kesehatan wajib
tersebut adalah :

a. Upaya promosi kesehatan


b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan Ibu dan Anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
g. Upaya pencatatan dan pelaporan
2.Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan
dimasyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas,
yang dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah
ada yakni:

a. Upaya kesehatan sekolah


b. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
c. Upaya kesehatan kerja
d. Upaya kesehatan gigi dan mulut
e. Upaya kesehatan jiwa
f. Upaya kesehatan mata
g. Upaya kesehatan usia lanjut
h. Upaya pembinaan pengobatan
i. Laboratorium sederhana

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 40
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

2.4 Kedudukan, Organisasi, dan Tata Kerja Puskesmas


2.4.1 Kedudukan Puskesmas
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan
Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem
Pemerintah Daerah:

1. Sistem Kesehatan Nasional


Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah
sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota


Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian
tugas pembangunan kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya.

3. Sistem Pemerintah Daerah


Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah
sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
merupakan unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang
kesehatan di tingkat kecamatan.

4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama


Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi
pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta seperti: praktik dokter, praktik dokter gigi,
praktik bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan
puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata
pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja Puskesmas terdapat
pula berbagai upaya-upaya kesehatan berbasis dan bersumber daya
masyarakat seperti: Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 41
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan


berbasis dan bersumber daya masyarakat adalah sebagai Pembina.

2.4.2 Organisasi Puskesmas


1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari beban tugas
masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi
Puskesmas di suatu Kabupaten/Kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan
peraturan daerah. Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur
organisasi Puskesmas sebagai berikut:

a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala
Puskesmas dalam pengelolaan:
 Data dan informasi
 Perencanaan dan penilaian
 Keuangan
 Umum dan kepegawaian
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
 Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap
UKMB
 Upaya kesehatan perorangan
d. Jaringan Pelayanan Perorangan:
 Unit Puskesmas Pembantu
 Unit Puskesmas Keliling
 Unit Bidan di Desa/Komunitas.
2. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas
disesuaikan dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing unit

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 42
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Puskesmas. Khusus untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut


dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang
kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.

3. Eselon Kepala Puskesmas


Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan
kesehatan di tingkat kecamatan, sesuai dengan tanggungjawab tersebut
dan besarnya peran Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan maka jabatan kepala
puskesmas adalah jabatan struktural eselon IV. Apabila tenaga yang
memenuhi syarat untuk menjabat jabatan eselon IV tidak tersedia,
ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan sesuai dengan kriteria
Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan
masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.

2.4.3 Tata Kerja Puskesmas


1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas berkoordinasi dengan
kantor Kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di
tingkat Kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan,
penggerakan pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian serta
penilaian. Dalam hal pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya
masyarakat oleh Puskesmas, koordinasi dengan kantor Kecamatan
mencakup pula kegiatan fasilitasi.

2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Puskesmas ialah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Dengan demikian, secara teknis dari administratif,
Puskesmas bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Sebaliknya, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 43
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

bertanggung jawab membina serta memberikan bantuan administratif


dan teknis kepada Puskesmas.

3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama


Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola
oleh lembaga masyarakat dan swasta, Puskesmas menjalin kerja sama
termasuk penyelenggara rujukan dan memantau kegiatan yang
diselenggarakan. Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat, Puskesmas melaksanakan bimbingan
teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan. Contohnya seperti
Posyandu, Poskeskel, dll.

4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan


Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, Puskesmas menjalin kerja sama yang erat
dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan
perorangan, jalinan kerja sama tersebut diselenggarakan dengan
berbagai sarana pelayanan kesehatan perorangan seperti Rumah Sakit
(Kabupaten/Kota) dan berbagai Balai Kesehatan Masyarakat (Balai
Pengobatan Penyakit Paru, Balai Kesehatan Mata Masyarakat, Balai
Kesehatan Kerja Masyarakat, Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat,
Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat, Balai Kesehatan Indra Masyarakat).
Sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerja sama
diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan
masyarakat rujukan, seperti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta
berbagai Balai Kesehatan Masyarakat. Kerja sama tersebut
diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang menyeluruh
dalam koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

5. Dengan Lintas Sektor

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 44
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Tanggung jawab Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah


menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk hasil yang
optimal, penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus
dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di
tingkat Kecamatan. Diharapkan di satu pihak, penyelenggarakan
pembangunan kesehatan di Kecamatan tersebut mendapat dukungan
dari berbagai sektor terkait, sedangkan di pihak lain pembangunan yang
diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat Kecamatan berdampak
positif terhadap kesehatan.

6. Dengan Masyarakat
Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas memerlukan dukungan aktif
dari masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan
aktif tersebut diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun
Puskesmas yang menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti
tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, organisasi kemasyarakatan, serta
dunia usaha. BPP tersebut berperan sebagai mitra dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 45
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

3.1. Sejarah Singkat Puskesmas Medan Sunggal


Puskesmas Medan Sunggal didirikan pada tahun 1975 dan diresmikan
oleh Gubernur KDH Sumatera Utara. Puskesmas Medan Sunggal adalah
puskesmas rawat jalan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat secara gratis. Puskesmas Medan Sunggal beralamat di Jalan TB.
Simatupang No. 251 Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Kota
Medan, dengan kode pos 20122.

3.2. Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal


Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas Medan Sunggal
memiliki wilayah kerja yang meliputi :
a. Luas Wilayah Kerja : 9,72 Ha
b. Jumlah Penduduk : 74.785 Jiwa
c. 4 (empat) kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Sunggal
2. Kelurahan Tanjung Rejo
3. Kelurahan Babura
4. Kelurahan Simpang Tanjung
d. Dalam melaksanakan kegiatan, Puskesmas Medan Sunggal dibantu oleh 2
(dua) Puskesmas Pembantu, yaitu :
1. Puskesmas Pembantu Sunggal, di Kelurahan Sunggal.
2. Puskesmas Pembantu di Kelurahan Tanjung Rejo.

3.3. Data Wilayah/Data Geografis


Kecamatan Medan Sunggal berbatasan dengan sebagai berikut :
Utara : Kelurahan Kampung Lalang
Selatan : Kelurahan Asam Kumbang
Barat : Kabupaten Deli Serdang

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 46
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Timur : Kelurahan Tanjung Rejo


a. Luas Wilayah : 9,72 Ha
b. Luas Kecamatan : 13,90 Ha
c. Jumlah Kelurahan :4
d. Jumlah Lingkungan : 53
e. Jumlah KK : 22.049 KK

3.4. Data Kependudukan/Data Demografis


Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelurahan di Wilayah
Kerja Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2018
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
No. Kelurahan %

1. Sunggal 31.887 43

2. Babura 32.397 43

3. Tanjung Rejo 9.601 13

4. Simpang Tanjung 900 1

Jumlah 74.785 100

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2018

Analisa Data :
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak
adalah di Kelurahan Babura yaitu sebanyak 32.397 jiwa.

Tabel 3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja


Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2018
No. Kelurahan Jumlah Penduduk

L P Jumlah

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 47
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

1. Sunggal 15.927 15.960 31.887

2. Babura 15.802 16.595 32.397

3. Tanjung Rejo 4.737 4.864 9.601

4. Simpang Tanjung 487 413 900

Jumlah 36.953 37.832 74.785

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2018


Analisa data :
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah penduduk
perempuan adalah sebanyak 37.832 jiwa dibanding dengan laki-laki yaitu 36.953
jiwa dari jumlah total penduduk.

Tabel 3.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja


Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2018
No Kelurahan Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
.
0-4 5-9 10-19 20-29 30-44 45-59 60-69 70-74 >74

1. Sunggal 1.924 2.810 6.044 6.124 9.787 5.977 1.915 805 605

2. Babura 541 858 1.968 1.867 3.565 2.369 595 245 409

3. Tanjung 1.813 2.924 6.406 6.051 10.767 6.979 2.134 798 882
Rejo

4. Simpang 71 95 169 207 371 263 72 32 43


Tanjung

Total 4.349 6.687 14.58 14.249 24.487 15.58 4.716 1.574 1.939
7 8

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2018

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 48
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Analisa Data :
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa paling banyak jumlah penduduk
adalah umur 30-44 tahun yaitu 24.487 jiwa.

3.5. Data Kesehatan


3.5.1. Sarana Fisik
Pada Puskesmas Medan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal terdapat
sarana fisik berupa yaitu :
a. 1 unit Gedung Puskesmas Medan Sunggal
b. Area parkir

3.5.2. Sarana Ibadah


Pada Puskesmas Medan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal terdapat
sarana ibadah sebanyak 1 jenis unit tempat ibadah yaitu :
Jumlah Mushala1 unit

3.5.3. Sarana Kesehatan


Pada Puskesmas Medan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal terdapat
sarana kesehaan yaitu :
a. Ruang rawat jalan 8 ruangan
b. Alat-alat kesehatan yang tersedia disetiap ruangan

3.5.4. Sarana Pendukung Kesehatan


Pada Puskesmas Medan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal terdapat
sarana pendukung kesehatan berupa :
a. Sarana transportasi 5 buah kendaraan roda dua dan 1 buah mobil
pusling.
b. Puskesmas pembantu sebanyak 2 puskesmas

3.5.5. Sarana Fisik Puskesmas

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 49
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Pada Puskesmas Medan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal terdapat


sarana fisik puskesmas berupa ruangan :
a. Polikinik Umum :1
b. Ruang Kepala Puskesmas :1
c. Ruang Pendaftaran/Kartu :1
d. Ruang Tunggu :1
e. Poliklinik Gigi dan Mulut :1
f. Ruang Obat/Apotik :1
g. Ruang KIA/KB :1
h. Ruang Rujukan :1
i. Labolaturium :1
j. Ruang Kamar Mandi :4
k. Ruang Tata Usaha :1
l. Ruang Mushala :1

3.6. Tenaga kesehatan Puskesmas


Tabel 3.4 Data Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sunggal Tahun 2019
No Nama Petugas NIP Gol Keterangan
1 dr. Hj. Efa Fartini, M.K.M 198009142009092001 III C Ka. Puskesmas

2 Fivi Endi Lisa Sembiring, 198506292011012032 III A Ka tata usaha


AMK
3 Drg.Hj. Cutmawati, Nst 195608081994012001 IV C Dokter Gigi
4 De. Lely Parimanda 197507152008012007 III D Dokter Umum
Parapat
5 Dr.Rina Siti K. Harahap 198011142006042006 III D Dokter Umum
6 De. Dina H. Harahap 198104212010012034 III C Dokter Umum
7 Drg.Tri Noviyanti Br 198306122010012024 III C Dokter Umum
Sembiring
8 Dr Enda Leginta Barus 197908102010012022 III C Dokter Umum

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 50
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

9 dr. Yanti Imelda Nst 198404302010012006 III C Dokter Umum


10 Ns.Agustina Karo, S.Kep 197008051992032006 IV A S1 Keperawatan,
Ners
11 Dorlan S Naibaho 196005271981032007 III D Bidan
12 Sukaseh 196309271984022001 III D Perawat
13 Melva TH Tobing 196712221989632003 III D Perawat
14 Siti Fatimah Ginting 196911241997032002 III C Perawat
15 Reni Juwita Siagian 196801319920302003 III D Bidan
16 Murni Zendrato 196612031992032002 III C Amd.Gizi
17 Maylina Manurung 197405091993032002 III C S1 Farmasi
S,Farm
18 Fauziah Hanum Nst.SKM 197102061997032003 III B S1 Kes.
Masyarakat
19 Elizabeth Saragih 196812111994032004 III B Gizi
20 Tetty Muliaty S.Kep 197505062003122004 III B S1 Keperawatan
21 Hanna Putri Fitriani, 198706102010012034 III B S1 Keperawatan
S.Kep
22 Sulasmiati 196809021993092001 III B Analis
23 Rosmaini Raftida, SKM 197305032000032002 III B S1
Kes.masyarakat
24 Rida Wati 198403282010012019 III B DIV Kebidanan
25 Livia Wishara G 197308261998032002 III A Amd.Farmasi
26 Elhanoum Berutu, S.KM 197705182005042001 III A S1
Kes.Masyarakat
27 Floren Renova T 198011122000122001 III A Amd. Gigi
28 Gunawati P 198412162010012013 III A Perawat
29 Sanletika E Pasaribu 198609092010012023 II D Bidan
30 Elvina Mandasari Pane 198502012010012006 II D Bidan
31 Yeti Andayani 198004172010012017 II D Perawat
32 Juniwati Nababan 198406102006042005 II D Amd, Farms

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 51
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

33 Maslihardo Purba 198408142010011020 II D Perawat


34 Tetty Tri Hardina 198501102011012009 II D Amd.Gigi
35 Johan Siahaan 198601312009031001 II D Analis
36 Ika Fransiska 198708172011012010 II D Bidan
37 Ismail Simarmata 19791023200941003 II C Perawat
38 Ayu Liani Piliang Honor - Bidan
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2017

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 52
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL
KEPALA SUB BGN TATA USAHA KEPALA PUSKESMAS
3.7 Struktur Organisasi Puskesmas Medan Sunggal
Fivi Endi Lisa S,AMK dr. Efa Fartini
NIP. 198506292011012009 NIP. 198009142009092001

URUSAN KEUANGAN
Melva. T. H Tobing
URUSAN UMUM URUSAN PERENCANAAN KOORDINATOR I
19672221989032003
PROGRAM & LAPORAN
Maslihardo Purba PERLENGKAPAN
Siti Fatimah Ginting
dr. Devi Setarini
198408051992031006 Elisabeth Saragih NIP. 197207042002122002
1969112411997032002
196812111994032004

Pustusunggal PustuTanjungRejo

Dr. Cutmawati Dr. Hj. ErniJuwita

Kepala Puskesmas Pembantu

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 53
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

3.8 Fasilitas Fisik Puskesmas


Puskesmas Medan
sunggaldalammelaksanakankegiatannyadidukungolehfasilitasfisikyaitu:
1. FasilitasGedungPermanen
2. FasilitasAlat-alat
3. FasilitasObat-obatan
4. FasilitasAdministrasi
5. FasilitasKeuangan
6. FasilitasImunisasi
7. FasilitasSumberDayaManusia
3.8.1 Fasilitas Gedung Puskesmas
 Ruang Kepala Puskesmas : 1 unit
 Ruang Tata Usaha : 1 unit
 Ruang Tunggu : 1 unit
 Ruang Poli Gigi : 1 unit
 Ruang Obat/Apotek : 1 unit
 Ruang KIA/KB/Imunisasi : 1 unit
 RuangRujukam : 1 unit
 Ruang Laboratorium : 1 unit
 Kamar Mandi/ Toilet : 4unit
 Ruang Poli Umum : 1 unit
3.8.2 Sumber Daya Manusia
Bidang Kesehatan
 S2 :3
 Dokter Umum :5
 Dokter Gigi :3
 S1 Kesehatan Masyarakat :3
 S1 keperawatan :3
 D3 Kebidanan :5
 D4 Kebidanan :2

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 54
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 D3 Keperawatan :8
 D3 Gizi :1
 Analis :2
 Gizi :1
 D3 Perawat gigi :2
 D3 Farmasi :3

Bidang Non Kesehatan


Sarjana :1

3.8.3 Fasilitas Administrasi


Dalamrangkamejalankantugas-
tugaspokoknyadalambidangpencatatandanpelaporan data,
makapuskesmas Medan sunggaldidukungfasilitasadministrasi yang
terdiridari:
a. Kartu berobat
b. Bukucatatatanpasien
c. Kartupelaporan
d. Lemari/rakkartu
e. Meja/kursi
f. Stempel

3.8.4 Fasilitas Imunisasi


1. Lemaripendingin
2. Alat-alatimunisasi
3. Vaksin, seperti: BCG, DPT, HB, Polio, Campak, dan Hepatitis B.

3.8.5 Fasilitas alat – alat Kesehatan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 55
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Alat-alat Kesehatan Fasilitas


Stetoskop 3 buah
Tensimeter 3 buah
Thermometer 2 buah
Tongue Spattle 1 buah
Senter 3 buah
Dental unit 1 buah
Timbangan bayi 3 buah

3.8.6 Timbangan dewasa 3 buah Fasilitas Obat –


Meja Ginekologi 1 buah Obatan
NoKomputer Nama Obat 3 buah Satuan
Tape recorder 1 buah
1 Amoxcillin Tab
Kulkas vaksin 2 buah
2 Tempat tidur syr
Novamor 2 buah Syr
Lemari Obat 2 buah
3 Samoxcyline 500 mg Tab
Mobil pusling 1 unit
4 Sepeda motor
Antasida 5 unit Tab

5 Vit C Tab

6 Antalgin Tab

7 Besi II sulfat Tab

8 Dexa inj 5 mg/ml Ampul

9 Dexa tab Tab

10 Samoxcyline syr Syr

11 Salep 24 Buah

12 Dextro syr Syr

13 Dextro tab Tab

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 56
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

14 Diazepam inj Inj

15 Diazepam 2 mg Tab

16 Delladryl inj Inj

17 Digoxin Tab

18 Molevem 5 mg Buah

19 Etanol 100 ml Buah

20 Etilklorida Tab

21 Vit K Tab

22 Furosemide Sachet

23 Garamoralit Tab

24 Glibenclamida 5 mg Tab

25 Graxine Tab

26 GG Tab

27 Griseovulpin Tab

28 Hidrozalf Tube

29 Ibuprofen 400 mg Tab

30 Procalk Tab

31 Kapas Buah

32 Kassa 40x40 Buah

33 Kassa 4x3 Buah

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 57
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

34 Erla salep mata Tube

35 Ctm Tab

36 Handscoen Kotak

37 Zink Tab

38 Lidokain Ampul

39 Pularex Tab

40 Backtriacinzalk Tube

41 Metro 250 mg Tab

42 Bicnat Tab

43 OBH syr Syr

44 Oxytoy linezaf mata Tube

45 Paracetamol syr Syr

46 Omegrib tab 500 mg Tab

47 Omegrib syr Syr

48 Vit B6 Tab

49 Plaster Buah

50 Prednisone Tab

51 Ciprofloxacin Tab

52 Retinol 200.000 Tab

53 Retinol 500.000 Tab

54 Alat gula Buah

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 58
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

55 Stick gula Buah

56 Stick kolestrol Buah

57 Stick asam urat Buah

58 Salbutamol Tab

59 Salicyl talk Buah

60 Vit B12 Tab

61 Masker Buah

62 Nichoviton Buah

63 Simvastatin 10 mg Tab

64 Fuji X gigi Buah

65 Fletcher gigi Buah

66 Nifedipin Tab

67 B. Complex Tab

68 Amplodipin 5 mg Tab

69 Spuit 3 cc Buah

70 Captopril 12,3 mg Tab

71 Captopril 25 mg Tab

72 Natrium diklofenat 20 mg Tab

73 Grazeo Tab

74 Pehacain Ampul

75 Ibuprofen syr Syr

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 59
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

76 Bioneuran inj Ampul

77 Ambroxol tab Tab

78 Metformin 500 mg Tab

79 Allupurinol 300 mg Tab

80 Glimipide Tab

81 Nutrivita syr Syr

82 Fexazol cream (ketokonazol) Tube

83 Fexazol tab Tab

84 Ketokonazol tab Tab

85 Domperidone tab Syr

86 Selesbion tab Tab

87 Gentamycin zalf mata Tube

88 Loratadine Tab

89 Omeprazole Tab

90 Puralex Tab

91 Ibuprofen 200 mg Tab

92 Kodein Tab

93 Kotrimoksazole syr Syr

94 Kotrimoksazole 280 mg Tab

95 Kotrimoksazole pediatik Tab

96 Grabiotic cream Tube

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 60
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

97 Paracetamol drop Syr

98 Acyclovir tab Tab

99 Ranitidine Tab

100 Bevalex cream Tube

101 Tes hamil Buah

102 Ketokonazol cream Tube

103 Erla tetes telinga Buah

104 TT Ampul

105 Novastan Tab

106 Gentalex cream Tube

107 Natrium diklofenak 50 mg Tab

BAB IV
PROGRAM KERJA PUSKESMAS

Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan


fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang juga membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok. Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung
jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Fungsi puskesmas adalah menggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan, memberdayakan kesehatan dan memberdayakan
keluarga serta memberikan pelayanan tingkat pertama.
Puskesmas Sunggal telah melaksanakan upaya kesehatan wajib yaitu :
1. Upaya promosi kesehatan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 61
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

2. Upaya kesehatan lingkungan


3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4. Upaya perbaikan gizi masyarakat
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan
7. Upaya pencatatan dan pelaporan
Serta upaya kesehatan pengembangan yaitu :
1. Upaya kesehatan sekolah
2. Upaya kesehatan olahraga
3. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
4. Upaya kesehatan kerja
5. Upaya kesehatan gigi dan mulut
6. Upaya kesehatan jiwa
7. Upaya kesehatan mata
8. Upaya kesehatan lanjut usia
9. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

4.1. Program Dasar dan Program Pengembangan Puskesmas Medan Sunggal


4.1.1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas Adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang
mempunyai daya tarik yang tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.
Untuk Dinas Kesehatan Kota Medan upaya penyelenggaraan
kesehatan wajib Puskesmas ada 7 program wajib yaitu :
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 62
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan

4.1.2. Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan Adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta
yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya ini terdiri dari:
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Kerja
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Lanjut Usia
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

4.2 Program Prioritas Puskesmas Medan Sunggal


4.2.1. Upaya Promosi kesehatan
Tujuan
a. Agar individu, kelompok masyarakat secara keseluruhan melaksanakan
perilaku hidup sehat.
b. Agar individu, kelompok masyarakat berperan aktif dalam upaya- upaya
kesehatan,ikut dalam perencanaan dan penyelenggaraan posyandu.
Sasaran
a. Tatanan rumah tangga
b. Tatanan institusi pendidikan (sekolah) termasuk madrasah dan pondok
pesantren.
c. Tatanan tempat kerja (kantor, pabrik, dll)
d. Tatanan tempat–tempat umum, pasar, terminal, tepat ibadah, tempat
hiburan, restoran dan lain- lain.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 63
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

e. Tatananinstitusi kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, dll).


Kegiatan
a. Mengadakan penyuluhan mengenai kesehatan pribadi, kesehatan
lingkungan, gizi keluarga, KB, imunisasi, posyandu, dan sebagainya
bertempat di :
 Balai Kelurahan dan Kecamatan
 Sekolah, SD, SMP, SMA.
 Rumah Ibadah
 Posyandu
b. Mengadakan ceramah dan diskusi dengan bantuan poster, pamflet, dan
brosur.
c. Pembinaan generasi muda untuk hidup di dalam kegiatan antara lain
berupa gotong royong dan olahraga.
d. Kegiatan yang dilakukanoleh pihak puskesmas maupun di lapangan yaitu
mewujudkan peran serta masyarakat posyandu dan baktihusada yang
memberikan keterangan penyuluhan terhadap :

 Pencegahan dan pemberantasaan penyakit menular


 Higiene dan sanitasi lingkungan
 Perbaikan gizi.
 Kesehtan dan kunjungan ke rumah- rumah
 Tatanan obat keluarga.
e. Mewujudkan peran serta masyarakat melalui posyandu, kesehatan, dan
kunjungan ke rumah- rumah serta tanaman obat- obatan keluarga (Toga).
Cara–cara yang dilakukan dengan mengadakan penyukuhan perorangan,
perkelompok, dan massal.Metode yang dilaksanakan yaitu, bimbingan
dan konseling, ceramah, diskusi kelompok, dan demonstrasi dan lain-
lain.
Tabel 4.1 Data Posyandu Puskesma Medan Sunggal Tahun 2018
No Kelurahan Jumlah Posyandu
1 Sunggal 17
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 64
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

2 Tanjung Rejo 20
3 Babura 5
4 Simpang Tanjung 1

4.2.2. Upaya Kesehatan Lingkungan


Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit atau gangguan
kesehatan akibat dari lingkungan yang kurang sehat, dilakukan berbagai
upaya peningkatan kualitas lingkungan antara lain dengan pembinaan
kesehatan lingkungan pada institusi yang dilakukan secara berkala. Upaya
yang dilakukan mencakup pemantauan dan pemberian
rekomendasiterhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar.Ada 5
upaya kesehatan dasar kesehatan lingkungan yang sering dan penting
dilakukan yakni:
a. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)
Kegiatan upaya penyehatan air meliputi: surveilans, kualitas air,
infeksi sanitasi sarana air bersih, pemeriksaan kualitas air, pembinaan
kelompok pemakai air.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 65
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

b. Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Pemeriksaan Rumah)


Sarana sanitasi dasar yang dipantau meliputi jamban keluarga,
saluran pembangunan air limbah dan tempat pengolahan sampah.
c. Penyehatan tempat- tempat umum (TTU)
Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat
penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandiaan umum lain,
sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat
hiburan lainnya.
d. Penyehatan tempat Pengelola Makanan (TPM)
Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan
pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan
makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB
keracunan, kewaspaan dini serta penyakit bawaan makanan.
e. Pemeriksaan Jentik Nyamuk
Bersama kader juru pengamatan jentik, petugas sanitasi
puskesmas, melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang
mungkin menjadi perindukan nyamuk dan timbulnya jentik, kemudian
dihitung berapa rumah penduduk yang mengalami bebas nyamuk.
Sasaran
a. Daerah yang rawan air bersih.
b. Daerah yang rawan penyakit menular.
c. Daerah perkotaan dan pemukiman baru.
d. Tempat-tempat umum seperti terminal, pasar swalayan, rumah ibadah,
sekolah dan lain-lain.
e. Masyarakat yang padat penduduknya dan lingkungan yang kotor.

Kegiatan
a. Pengunaan sumber air bersih dan pembuangan WC yang memenuhi
syarat kesehatan.
b. Hygiene dan sanitasi tempat tinggal yang mencakup:
 Mendata tempat pembuangan sampah dan saran jamban keluarga.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 66
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 Mendata saran air minum.


 Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan.
 Mendemontrasikan tentang suur yang baik untuk kesehatan.
c. Hygiene dan sanitasi lingkungan, upaya pengawasan kesehatan dan
tempat-tempat umum serta tempat pengolah dan penyajian.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Puskesmas yaitu:


a. Penyuluhan tentang di Puskemas Medan Sunggal yaitu pembuatan sumur
dan jamban yang memenuhi syarat-syarat kesehatan serta pembuangan
sampah dan limbah yang baik di sekolah, posyandu dan sekolah
puskesmas.
b. Melakukan kunjungan rumah, kantin, instansi, rumah ibadah, untuk
mendata sarana kebersihan lingkungan, perumahan penduduk, kamara
mandi dan menggalakan pengawasan agar bergotong royong
membersihkan desa.
c. Melakukan pengawasan terhadap pabrik-pabrik dan tempat-tempat umum.
d. Kunjungan ke sekolah-sekolah bersama dengan program UKS yang
mencakup pemeriksaan air bersih, jamban sekolah, limbah, warung
sekolah, tempat sampah dan lain-lain.
Tabel 4.2 Penduduk terhadap air minum berkualitas
No Kelurah Penduduk Sumur Gali Terlindungi Perpipaan (PDAM, BPSPAM)
an Jmlh Jmlh Memenuhi Jmlh Jmlh Memenuhi syarat
Sarana Penduduk syarat Sarana Pendudu Jmlh Jmlh
Pengguna k Sarana Penduduk
Penggun Pengguna
a
1 Sunggal 31.379 27 150 0 6.960 30.100 6.960 35.092
2 Tanjung 31.882 24 105 0 6.091 27.941 6.091 27.941
Rejo
3 Babura 9.448 14 152 14/152 1.530 8.700 1.530 14.495
4 Simp 885 0 0 0 357 880 357 1.788
Tanjung

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 67
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Tabel 4.3 Jenis Penggunaan Jamban


No Kelurahan Jumlah Jenis Sarana Jamban
Pendudu Leher angsa Cemplung
k
Jmlh Jmlh % Jmlh Jmlh %
sarana pendudu penduduk saran pendudu penduduk
k pengguna k pengguna
pengguna pengguna
1 Sunggal 31.379 6.807 30.200 100 15 72 100
2 Tanjung 31.882 5.593 31.660 100 34 89 100
Rejo
3 Babura 9.448 357 9.220 100 - - -
4 Simp. 885 1.530 850 100 8 31 100
Tanjung

d.2.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana


Upaya kesehatan ibu dan anak yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hami, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak baita
serta anak prasekolah serta keluarga berencana. Menurut WHO, definisi
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan umur istri,
menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Defisini ini dari keluarga berencana adalah suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi.
Tujuan
a. Untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak,
dan keluarga pada khususnya dan bangsa pada umumnya.
b. Untuk meningkatkan taraf kehidupan rakyat dengan cara menurunkan
angka kelahiran, sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi
kemampuan negara untuk menaikkan produksi dan penyediaan jasa-
jasa.
Dari tujuan diatas disimpulkan program KB bertujuan untuk
menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera bersamaan dengan usaha

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 68
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

penurunan angka kelahiran yang berkaitan dengan penurunan angka


kelahiran (jumlah anak) pekeluarga untuk terciptanya keluarga yang
berbahagia dan sejahtera atau untuk mebudayakan norma untuk keluarga
kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS)
Untuk tercapainya proram KB tersebut, maka dilakukan pelayanan
KB melalui puskesmas dan posyandu. Adapun kegiatan yang dilakukan
meliputi :
a. Memberikan penyuluhan dan penerangan tentang KB kepada pasangan
usia subur.
b. Memberikan pelayanan kontrasepsi kepada peserta KB dalam bentuk
IUD, pil, kondom suntik, dan susuk.
c. Mengenai keluhan akseptor KB serta perujukan.
d. Mencari akseptor-akseptor baru.
Dalam upaya meningkakan jumlah peserta KB telah dilaksanakan
berbagai upaya antara lain :
a. Membentuk kader bina keluarga balita (BKB), bina keluarga remaja
(BKR) dan bina keluarga lanjut usia (BKL).
b. Memberikan pelayanan kontrasepsi kepada peserta KB dalam bentuk
IUD, pil, kondom, suntik dan susuk.
c. Mengatasi keluhan akseptor KB serta perujukan.
d. Mencari akseptor-akseptor baru.
Dalam upaya meningkatkan jumlah peserta KB yang telah
dilaksanakan berbagai upaya antara lain :
a. Membentuk kader bina keluarga balita (BKB), bina keluarga remaja
(BKR) dan bina keluarga lanjut usia (BKL).
b. Melaksanakan pembinaan program kegiatan yang dilaksanakan oleh
kader-kader.
c. Melaksanakan kunjungan dan penyuluhan kepada masyarakat langsung
dari rumah ke rumah oleh petugas yang telah ditunjuk.
d. Membentuk usaha kelompok ekonomi produktif melalui usaha
peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 69
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

e. Melakukan pendataan keluarga sejahtera yang dilakukan setahun sekali.


f. Di Puskesmas Medan Sunggal dilaksanakan dengan cara melakukan
penyuluhan dan menyarankan kepada pasien jenis alat KB yang dapat
digunakan.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Laporan PWS-KIA Tahun 2018


Jan% Fe% Mar% Apr% Me% Jun% Jul% Ags% Sep% Okt% Nov% Des
%
K1 7,9 15,04 23.7 31,62 39,25 47,43 55,40 63,03 71,01 79,05 86,68 95,00

K4 7,00 13,80 21,11 28,91 36,1 43,90 51,50 58,50 65,88 73,30 80,70 88,60

Persalinan 13,80 21,00 28,89 36,6 43,30 50,70 59,5 67,11 79,78 87,84 96,27

KN1 22,41 30,85 39,05 47,41 45,98 55,69 71,65 79,78 87,84 96,27

KN
Lengkap
Bayi 6,3 9,64 15,64 18,75 23,46 32,8 40,8 49,8 58,5 72,5 87,92 95,06

Balita 4,26 10,64 15,09 18,74 22,84 31,84 39,84 43,54 52,24 61,24 69,24 76,67

Tabel 4.5 Laporan KB tahun 2018 Puskesmas Medan Sunggal


BULAN IUD Kondom Implan Suntikan Pil Total
1 Januari 3 10 0 12 18 43
2 Februari 8 10 0 15 17 50
3 Maret 10 4 0 9 13 36
4 April 0 1 0 8 11 20
5 Mei 0 1 10 10 13 25
6 Juni 0 5 0 7 8 20
7 Juli 0 7 11 5 6 29
8 Agustus 1 0 1 9 12 23
9 September 1 0 1 8 14 24
10 Oktober 1 0 13 7 21 42
11 November 3 0 0 6 11 20
12 Desember 1 0 0 2 5 8
Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Sunggal 2018

4.2.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 70
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Usaha perbaikan gizi adalah usaha pokok kesehatan yang ditunjuk


untuk mencegah dan menanggulangi masalah gizi pokok yang ada di
Indonesia dengan jalan menurunkan jumlah penderita kurang gizi serta
untuk meningkatkan status gizi masyarakat secara keseluruhan.
Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan status gizi balita dimana sasaran melakui kegiatan
posyandu, pelayanan di puskesmas pembantu maupun pos kesehatan.
b. Meningkatkan peran serta PKK agar ikut mendukung peran serta
aktif dari ibu-ibu kader posyandu maupun dari tokoh masyarakat
dalam pelakasanaan posyandu.
c. Meningkatkan kerja sama dengan lintas sektoral maupun lintas
program.
2. Tujuan Khusus
a. Menurunkan kadar KEP dan GAKI.
b. Menurunkan penderita anemia gizi terbaru pada ibu hamil.
c. Menurunkan penderita kekurangan vitamin A.

Sasaran
a. Balita.
b. Ibu menyusui.
c. Ibu Hamil.
d. Penerita dari Balai Pengobatan.
Kegiatan Gizi
a. Dalam Gedung
1. Pojok Gizi
2. Pelayanan Gizi.
 Penyuluhan dan konsultasi gizi.
 Penyediaan makanan.

b. Luar Gedung

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 71
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

1. Luar Gedung.
2. Pemberian paket pertolongan gizi.
3. Penyuluhan status gizi.
4. Pemantauan status gizi.

Pelaksanaan Pojok Gizi


a. Kegiatan Pojok Gizi
1. Tenaga 1 orang D1 gizi.
2. Diawali dengan pengenalan program kesemua staf Puskesmas dengan
materi yang sama pada saat pelatihan gizi se-kabupaten.
b. Bentuk Kegiatan Pojok Gizi
1. Penyuluhan perorangan di ruang pojok gizi.
2. Penyuluhan kelompok pada posyandu untuk ibu hamil, bayi, balita.
3. Penyuluhan pada lansia.
c. Sasaran Program Pojok Gizi
d. Metode pelaksanaan
1. Waktu: Tiap hari sesuai dengan jam kerja puskesmas.
2. Sarana:
 Ruang Gizi.
 Peralatan yang digunakan :
 Leaf DM, rendah garam, rendah kolesterol, TKTP, RENDAH
KALORI.
 Satu seat Food Motel.
3. Pelaksanaan 1 orang MADE, 1 orang D1 gizi.
4. Metode:
 Wawancara, Observasi (ruang gizi dan posyandu).
 Membaca kediaman medis.
 Pengamatan langsung di lapangan.
 Cara evaluasi dengan monitor perkembangan BB, keadaan fisik, data
laboratorium dan data klinis.
e. Dana Swadaya Puskesmas dan program.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 72
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

f.Kriteria yang digunakan.


Potensi yang mendukung untuk mengembangkan pokok gizi di Puskesmas:
1. Kebijakan dari kepala Puskesmas.
2. Tersedia sarana dan prasarana dari swadaya Puskesmas meskipun
masihkurang.
3. Adanya tenaga profesional dan bidan yang memonitor sasaran.
4. Keberadaan Polinden sehingga membantu memonitor sasaran.
5. Khusus di kota Medan karena merupakan program rutinitas maka dipandang
perlu untuk ditingkatkan.

Tabel 4.6 hasil penimbangan di Puskesmas Medan Sunggal Mulai


Januari s/d Desember 2018
Bulan S K D N N/S K/S D/S D/K N/D
Januari 6.985 5.98 5.824 3.802 54,4 85,6 83,3 97,3 65,2
2
Februari 6.985 5.98 5.947 4.039 57.8 85.6 85.1 99.4 67.9
2
Maret 6.985 5.98 5.797 3.992 57.1 85.6 82.9 96.9 68.8
2
April 6.985 5.98 5.871 3.888 55.6 85.6 82.9 96.9 68.8
2
Mei 6.985 5.98 5.758 3.809 54.5 85.6 84 98.1 66.2
2
Juni 6.985 5.98 5.832 3.780 54.1 85.6 83.4 97.4 64.8
2
Juli 6.985 5.98 5.873 3.790 54.2 85.6 84 98.1 64.5
2
Agustus 6.985 5.98 5.943 3.813 54.5 85.6 85 99.3 64.1
2
September 6.985 5.98 5.827 3.779 54.1 85.6 83.4 97.3 64.8
2
Oktober 6.985 5.98 5.877 3.805 54.4 85.6 84.1 98.2 64.7
2
November 6.985 5.98 5.787 3.814 54.6 85.6 82.2 96.7 65.9
2
Desember 6.985 5.98 5.940 3.829 54.8 85.6 85 99.2 64.4
2
Jumlah 6.985 5.98 5.856 3.845 55 85.6 83.8 97.8 65.6
2

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 73
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Pencapain setahun : N/S : 55


K/S : 86.6
D/S : 83.8
D/K :97.8
N/D : 65.6
Pencapaian
Vit A
Balita : Sasaran : 7.199
Pencapaian : 6.119 (85%)
Vit A
Nifas : Sasaran : 1.405
Pencapaian : 1.267 (90.1%)

Fe Nifas : Sasaran : 1.405


Pencapaian : 1.267 (901%)

4.2.5 Upaya Pemberantasan Penyakit Menular

Penyakit menular adalah penyakit yang disebab kan benda hidup


seperti virus,bakteri,jamur,protozoa atau cacing.Oleh karena penyakit
dapat atau cacing yang dapat menular dari satu penderita ke orang lain.
Pengendalian penyakit menular ini dimungkinkan karena orang
mengetahui antara lain berbagaicara penularanya.Cara penularan dapat
terjadi secara langsung yaitu kontak langsug antara penderita dengan orang
yang peka ataupun secara tidak langsung,udara, makanan,tanah, pakaian,
serangga,tangan dan seterusnya.
Untuk kepentingan pemberantasan yang menggunakan strategi
menghilangkan cara transmisi penyakit,maka penyakit sering kali
dikelompokkan atas dasar penyebaran nya.Hal ini sangat penting untuk
mencegah menjalarnya penyakit dari satu daerah ke daerah lain.
Sasaran
Seluruh Lapisan Masyarakat

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 74
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Tujuan
a. Mencegah terjadinya penyakit
b. Untuk meningkatkan kesehatan yang optimal
Pemberantasan Penyakit Menular dan P2M di Laksanakan karena :
1. Masih tingginya angka penyakit menular yang dapat di cegah dengan
imunisasi, misalnya: penyakit campak,TB Paru.
2. Masih tingginya penyakit menular yang berhubungan dengan hygine
dan sanitasi misalnya: diare, infeksi mata, infeksi telinga dan mastoid.
3. Masih tingginya angka penyakit penderita menular yang penularannya
melalui vektor, misalnya; demam berdarah.
Untuk mendukung itu semua dilakukan beberapa kegiatan seperti :
1. Mengadakan imunisasi BCG, DPT, Campak, DPT, TT.
2. Memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sunggal
3. mengidentifikasi kasus sedini mungkin dan kemudian dilakukan
perencanaan pengobatan.
4. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
5. Menyembuhkan penderita hingga benar-benar sehat.
Tabel 4.7 Rekap Survelens di Puskesmas Medan Sunggal tahun 2018
Penya Bulan
kit Jan Feb Mar Apr Mei Jun July Aug Sep Okt Nov Des Total
Diare 26 25 37 21 20 26 46 35 46 28 37 25 372
Disen 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 2 6
tri
Tb + 2 2 6 2 4 2 1 1 1 3 2 1 27
Tersa 16 8 24 11 14 11 11 8 16 21 12 13 165
ngka
Tb
DBD 4 6 6 7 7 4 3 9 4 4 8 5 67
Penu 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 22
monia
ISPA 49 256 540 410 458 267 54 15 83 99 91 115 3.186
8
Total 55 599 615 453 506 313 117 68 152 157 152 163 3.845
0

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 75
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

4.2.6 Upaya Pengobatan


Bertujuan untukmemberikan pertolongan segera dengan
menyelesaikan masalah kritis yang ditemukan untuk mengembalikan
fungsi vital tubuh serta meringankan penderita dari sakitnya.
Kegiatan yang dilakukan :
a. Memeriksa dan mendiagnosa serta memberikan obat yang sesuai
(sesuai dengan alur pelayanan).
b. Memberikan penyuluhan kepada pasien
c. Melakukan tindakan P3K
d. Rujukan di berikan atas indikasi medis
Tabel 4.8 Data kunjungan Pasien Puskesmas Medan Sunggal
tahun 2018

Kunjung Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jum
an
pasien
Jamkes 4.218 6.9 7.552 5.839 6.911 3.795 4.875 4.874 3.415 3.895 3.856 3.112 59.273
mas/ 31
KIS/
BPJS
Bayar 580 650 630 700 800 650 1050 850 750 850 550 586 8.646
Gratis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 4.798 7.5 8.182 6.539 7.711 4.445 5.925 5.724 4.165 4.745 4.406 3.698 67.919
81

Analisis data :
Dari tabel diatas diketahui bahwa :
 Jumlah kunjungan terbanyak ada pada bulan Mei yakni sebanyak 7.711
kunjungan.
Tabel 4.9 Data 10 Penyakit Utama Terbesar Di Puskesmas Medan Sunggal
tahun 2018
No Nama Penyakit Jumlah
1 ISPA 3.179

2 Osteo Atritis 1.722

3 Hipertensi 1.713

4 Diabetes Melitus 1.305

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 76
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

5 Gastritis 1.443

6 Ginggivitis 575

7 Diare 360

8 Kulit alergi 162

9 Bronkitis 189

10 Scabies 42

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2018

Dari data diatas dapat diketahui bahwa penyait yang mayoritas


adalah ISPA sebanyak 3.179 orang dan yang minoritas adalah Scabies
sebnyak42 orang.

4.2.7 Upaya pencatatan dan Pelaporan


Tujuan
Untuk menilai hasil kerja yang sudah dilakukan dan dapat
digunakan sebagai bahan didalammenyusun rencana kerja.
1. Pembagian
a. Pencatatan
 Kegiatan Administrasi
 Registrasi Family Folder
 Registrasi kegiatan lain
b. Pelaporan
 Laporan kejadian luar biasa
 Laporan Biasa,yaitu mencatat Jumlah Penyakit dan pengunjung
Puskesmas
 Laporan Mingguan,yaitu mencatat kasus penyakit menular
 Laporan bulanan,yaitu mencatat kegiatan puskesmas dan
posyandu
 Laporan Triwulan,yaitu mencatat semua kegiatan puskesmas dan
rencana kerja selama triwulan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 77
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 Laporan tahunan,yaitu mencatat semua laporan dalam satu tahun


yang diambil.
 Laporan khusus berupa penyakit,kematian dan obat.

4.3 Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Medan Sunggal


4.3.1 Usaha Kesehatan Sekolah atau UKS
Kegiatan UKS di Puskesmas Medan Sunggal :
1. Mendata jumlah murid sekolah.
2. Melakukan pemeriksaan berkala.
3. Memberikan pendidikan kesehatan melalui kegiatan intra atau
ekstrakulikuler atau pelatihan dokter kecil/ remaja.
4. Memberikan pelatihan guru UKS
5. Melaksanakan penyuluhan kesehatan pribadi, kesehatan gigi, kesehatan
lingkungan, P2M, Imunisasi, P3K, dll.
6. Melakukan PSN dan gotong royong
7. Membuat rencana kerja bulanan dan laporan kerja bulanan, triwulan,
dan tahunan.

Tabel 4.10 Data Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal


Laporan Tentang Unit Kesehatan Sekolah
No Keterangan Jumlah Sekolah Total
1 SD 29 Sekolah 29 Sekolah
2 SMP 15 Sekolah 15 Sekolah
3 SMA 15 Sekolah 15 Sekolah
4 Dokter Kecil 135 Siswa 135 Siswa
5 Dokter Remaja 45 Siswa 45 Siswa
Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2018

Analisa data :
Dari data diatas dapat diketahui bahwa sekolah dengan unit kesehatan
terbanyak adlah SD dengan jumlah 29 sekolah.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 78
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

4.3.2 Upaya Kesehatan Olahraga


Kegiatan yang dilakukan memberikan penerangan kepada
pengunjung agar menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dengan berolahraga.
Di Puskesmas Sunggal sendiri , kegiatan olahraga sudah dimulai dengan
kegiatan senam yang dilakukan 1x/ minggu.

4.3.3. Upaya Perawatan Kesehatan


Tujuan Perawatan Kesehatan Masyarakat secara umum adalah
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan
sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
Tujuan lain dari perawatan kesehatan yaitu :
1. Memberikan pelayanan perawatan secara menyeluruh kepada pasien atau
keluarganya di rumah pasien dengan mengikut sertakan masyarakat dan
kelompok masyarakat disekitarnya.
2. Membantu keluarga dan masyrakat, mengenal kebutuhan kesehatannya
sendiri dengan cara-cara penanggulangannya disesuaikan dengan batas-
batas kemampuan mereka.
3. Menunjang program kesehatan lainnya dalam usaha pencegahan
penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan individu, dan
keluarganya,

4.3.4 Upaya Kesehatan Kerja


Upaya Kesehatan Kerja merupakan bentuk upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang memberikan pelayanan
kesehatan dasar (primary health care) bagi masyarakat pekerja, terutama
pekerja informal. Upaya Kesehatan Kerja diperlukan untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit dan pengobatan sederhana bagi masyarakat pekerja yang berisiko
terpajan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja sehingga mereka mampu

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 79
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

menolong dirinya sendiri. Kesehatan kerja sampai sejauh ini berjalan


dengan baik.

4.3.5 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut


Upaya kesehatan gigi dan mulut ( UKGM) adalah upaya pokok yang
menjadi beban puskesmas yang bertujuan untuk mencegah dampak
pengobatan serta dapat diartikan pula kesehatan gigi dasar paripurna yang
ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat berpenghasilan rendah
khususnya masyarakat awam.
Kegiatan- kegiatan upaya kesehatan gigi dan mulut yang dapat
dilaksanakan :
1. Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan, penambalan dan pencabutan
gigi.
2. Membuat rencana kerja dan laporan kegiatan
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
1. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan gigi dan mulut serta rujukan,
pemyuluhan kebersihan gigi pada pasien yang berobat di Puskesmas.
2. Usaha kesehatan gigi dan anak sekolah (UKGS)
3. Usaha kesehatan gigi masyarakat (UKGM).

4.3.6. Upaya Kesehatan Jiwa


Kegiatan yang dilakukan meliputi :
Pengenalan dini gangguan jiwa.
1. Memberikan pertolongan pertama pada penderita gangguan jiwa.
2. Melakukan rujukan kepada unit yang lebih mampu bila diperlukan.

4.3.7. Upaya Kesehatan Mata


Kegiatan yang dilakukan berintegrasi dengan kegiatan puskesmas lain:
1. Kegiatan KIA, pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita,
penyuluhan kesehatan di posyandu.
2. Dengan UKS penyuluhan kesehatan mata disekolah.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 80
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

4.3.8. Upaya Kesehatan Lanjut Usia


Kegiatam-kegiatan lanjut usia di Puskesmas adalah pelayanan
kesehatan lanjut usia antara lain adalah promotif yaitu menggairahkan
semangat hidup usia lanjut agar mereka tetap berguna untuk dirinya
sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan tentang:
1. Kesehatan dan pemeliharaan kesehatan dini.
2. Makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.

Tabel 4.11Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal


Kecamatan Medan Sunggal Bulan Januari sampai Desember 2018

No Nama Kelompok Jumlah Usia Lanjut Bulan Januari


2018
45-59 60-69 ˃70 Total
1. Melati 8 17 18 40
2. Pusk. Sunggal 90 101 108 299
3. Perjuangan 14 14 18 46
4. Mawar Pustu 9 17 13 39
5. As. Kodam 11 10 18 39
6. Pustu T rejo 32 44 17 93
JUMLAH 164 200 192 556

No Nama Kelompok Jumlah Usia Lanjut Bulan Februari


2018
45-59 60-69 ˃70 Total
1. Melati 9 16 8 34
2. Pusk. Sunggal 123 131 102 356
3. Perjuangan 10 15 14 39
4. Mawar Pustu 19 12 9 40
5. As. Kodam 14 12 15 41
6. Pustu T rejo 93 55 66 214
JUMLAH 268 241 215 724

No Nama Kelompok Jumlah Usia Lanjut Bulan Maret


2018
45-59 60-69 ˃70 Total
1. Melati 8 12 20 40

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 81
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

2. Pusk. Sunggal 97 133 141 371


3. Perjuangan 7 10 16 33
4. Mawar Pustu 8 15 7 30
5. As. Kodam 14 12 15 41
6. Pustu T rejo 67 92 28 168
JUMLAH 201 274 257 702

No Nama Kelompok Jumlah Usia Lanjut Bulan April


2018
45-59 60-69 ˃70 Total
1. Melati 15 18 8 41
2. Pusk. Sunggal 70 159 141 370
3. Perjuangan 13 13 15 41
4. Mawar Pustu 12 15 13 40
5. As. Kodam 11 13 15 49
6. Pustu T rejo 53 123 64 240
JUMLAH 174 341 255 781

No Nama Kelompok Jumlah Usia Lanjut Bulan Mei


2018
45-59 60-69 ˃70 Total
1. Melati 7 25 18 50
2. Pusk. Sunggal 93 184 127 404
3. Perjuangan 13 13 15 41
4. Mawar Pustu 12 15 13 40
5. As. Kodam 11 13 15 39
6. Pustu T rejo 59 68 113 240
JUMLAH 195 318 301 814

No Nama Kelompok Jumlah Usia Lanjut Bulan Juni


2018
45-59 60-69 ˃70 Total
1. Melati 10 13 14 37
2. Pusk. Sunggal 32 96 187 315
3. Perjuangan 14 11 13 38
4. Mawar Pustu 13 10 14 37
5. As. Kodam 15 8 12 35
6. Pustu T rejo 98 95 105 298
JUMLAH 182 233 345 760

No Nama Kelompok Jumlah Usia Lanjut Bulan Juli


2018
45-59 60-69 ˃70 Total
1. Melati 15 12 8 35
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 82
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

2. Pusk. Sunggal 205 140 100 445


3. Perjuangan 15 9 10 34
4. Mawar Pustu 16 7 13 36
5. As. Kodam 12 11 9 32
6. Pustu T rejo 160 72 30 262
JUMLAH 423 251 170 844

No Nama Kelompok Jumlah Usia Lanjut Bulan Agustus


2018
45-59 60-69 ˃70 Total
1. Melati 12 9 17 38
2. Pusk. Sunggal 140 125 133 398
3. Perjuangan 13 14 9 36
4. Mawar Pustu 17 16 6 39
5. As. Kodam 8 19 6 33
6. Pustu T rejo 105 67 73 245
JUMLAH 295 250 244 789

No Nama Kelompok Jumlah Usia Lanjut Bulan


September 2018
45-59 60-69 ˃70 Total
1. Melati 11 14 10 35
2. Pusk. Sunggal 125 143 99 367
3. Perjuangan 13 10 16 39
4. Mawar Pustu 16 14 5 35
5. As. Kodam 5 16 16 37
6. Pustu T rejo 78 162 12 252
JUMLAH 248 385 158 765

No Nama Kelompok Jumlah Usia Lanjut Bulan Oktober


2018
45-59 60-69 ˃70 Total
1. Melati 8 12 18 38
2. Pusk. Sunggal 135 89 167 391
3. Perjuangan 9 14 13 36
4. Mawar Pustu 14 11 7 32
5. As. Kodam 10 8 21 39
6. Pustu T rejo 68 136 38 242
JUMLAH 244 270 264 778

No Nama Kelompok Jumlah Usia Lanjut Bulan


November 2018
45-59 60-69 ˃70 Total
1. Melati 11 14 15 40
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 83
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

2. Pusk. Sunggal 136 168 68 372


3. Perjuangan 9 16 8 33
4. Mawar Pustu 13 9 15 37
5. As. Kodam 16 7 8 31
6. Pustu T rejo 68 123 72 263
JUMLAH 253 337 188 776

No Nama Kelompok Jumlah Usia Lanjut Bulan


Desember 2018
45-59 60-69 ˃70 Total
1. Melati 7 18 9 34
2. Pusk. Sunggal 150 127 109 386
3. Perjuangan 16 8 13 37
4. Mawar Pustu 11 17 7 35
5. As. Kodam 124 115 32 271
6. Pustu T rejo 104 132 49 285
JUMLAH 409 417 219 1.048
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Medan Sunggal 2018

Analisis Data :
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa program kesehatan lanjut usia
terbanyak di Puskesmas sunggal yang hampir setiap bulannya terus meningkat.

4.3.9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional


Pengobatan tradisional adalah salah satu pengobatan atau perawatan
cara lain diluar ilmu kedokteran atau keperawatan.

4.3.10. Laboratorium Sederhana


Kegiatan laboratorium sederhana di puskesmas medan sunggal
bertujuan untuk mempermudah mengadakan diagnosa terhadap penyakit,
baik penyakit menular maupun yang akut epidemik dan kronik epidemik.

Tabel 4.12 Laporan Pasien TB dan Tersangka TB


Panyakit Ja Feb Mar Ap Mei Jun Jul Ags Sept Okt No Des Jumlah
n r v
TB (+) 2 2 6 2 4 2 1 1 1 3 2 1 27

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 84
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Tersangka 16 8 24 11 14 11 11 8 16 21 12 13 165
TB
BAB V
LAPORAN KEGIATAN

1.1. Laporan Kegiatan Harian


1.1.1. Selasa, 04 Maret 2019
Hari selasa, 05 Maret 2019 adalah hari pertama kami memulai
kegiatan KKS di Puskesmas Medan Sunggal. Kami mulai kegiatan
hari selasa dikarenakan hari senin tanggal 04 Maret 2019 kami masih
mengikuti bimbingan di Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai
penelitian yang akan dilakukan di Puskesmas yang akan dituju. Oleh
karena itu kami memulai kegiatan dipuskesmas pada hari selasa
tanggal 05 Maret 2019. Setelah sampai, para mahasiswa bertemu
dengan bapak Ramli kemudian memberikan surat masuk, kemudian
para mahasiswa berkenalan dengan dr. Efa selaku Kepala Puskesmas
Medan Sunggal dan pengarahan mengenai kegiatan yang akan
dilakukan selama kegiatan puskesmas. Kegiatan awal kami dimulai
dengan perkenalan ke setiap bagian pelayanan di puskesmas Medan
Sunggal, mahasiswa dibagi peruangan untuk mengikuti kegiatan
puskesmas seperti Poli Umum, Poli Lansia, Poli KIA, Laboratorium,
Apotek, dan Ruang Tindakan.
Kegiatan di Poli Umum, Poli Lansia, Poli KIA adalah memberikan
pelayanan kesehatan dan membantu dokter yang bertugas di Poli
dalam penegakkan diagnosis dan pemberian terapi kepada pasien yang
datang.
Kegiatan di Laboratorium mahasiswa ikut melayani pasien dalam
pemeriksaan Laboratorium sesuai saran dokter.
Kemudian kegiatan di Apotek mahasiswa ikut melayani pasien
dengan memberikan obat sesuai dengan resep dokter.
Kegiatan di Ruang Tindakan mahasiswa ikut melayani
pasien dalam melakukan tindakan medis.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 85
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Kegiatan ini dilakukan mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan


pukul 14.30 WIB.
1.1.2. Rabu, 06 Maret 2019
Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan dipoli masing-masing
dan mengikuti kegiatan penyuluhan mengenai hipertensi dan diabetes
melitus di puskesmas. Kegiatan ini di mulai dari pukul 09.00 WIB
sampai pukul 10.00 WIB.
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan imunisasi di Poli KIA dan
posyandu Ibu hamil di gang famili Kecamatan Medan Sunggal,
kegiatan ini dimulai dari pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00
WIB.
1.1.3. Kamis, 07 Maret 2019
Tanggal merah libur hari Nasional dikarenakan Hari Raya Nyepi
1.1.4. Jum’at, 08 Maret 2019
Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan dipoli
masing-masing.
1.1.5. Sabtu, 09 Maret 2019
Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan dipoli
masing-masing.
1.1.6. Senin, 11 Maret 2019
Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan dipoli
masing-masing, penyuluhan mengenai Demam Berdarah Dengue di
puskesmas pada pukul 08.00 WIB, mengikuti kegiatan Posbindu, dan
mengikuti kegiatan Posyandu Balita dari pukul 10.00 WIB sampai
dengan 12.00 WIB.
1.1.7. Selasa, 12 Maret 2019
Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan dipoli masing-masing.
1.1.8. Rabu, 13 Maret 2019
Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan dipoli masing-masing
dan mengikuti kegiatan imunisasi di Poli KIA, penyuluhan mengenai
asam urat di puskesmas.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 86
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

1.1.9. Kamis, 14 Maret 2019


Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan di poli masing-
masing, mahasiswa mengikuti kegiatan posyandu Lansia untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan mengenai
reumatik dan osteoporosis ini dimulai dari pukul 10.00 sampai dengan
pukul 12.00 wib. Selain kegiatan tersebut kami juga melakukan
kegiatan posyandu balita untuk melakukan pemeriksaan tumbuh
kembang bayi dan balita.
1.1.10. Jum’at, 15 Maret 2019
Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan dipoli masing-
masing, mahasiswa mengikuti kegiatan pemberian tablet Fe di SMP 9
Kota Medan pada pukul 10.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB.
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Program UKS untuk
penyuluhan mengenai pentingnya sarapan pagi dan obesitas pada anak
di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda pada pukul 14.00 WIB
sampai dengan 15.00 WIB.
1.1.11. Sabtu, 16 Maret 2019
Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan dipoli masing-masing.
1.1.12. Senin, 18 Maret 2019
Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan dipoli masing-masing.
1.1.13. Selasa, 19 Maret 2019
Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan dipoli masing-masing.
1.1.14. Rabu, 20 Maret 2019
Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan dipoli masing-masing.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 87
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

BAB VI
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

a. Pembinaan POSYANDU
1.1 Latar Belakang
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar terutama untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2011, p:11). Berbagai hasil telah dicapai sejak dicanangkan
Posyandu pada tahun 1986. Secara kuantitas, jumlah Posyandu tercatat
sebanyak 25.000 Posyandu, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 266.827
Posyandu dengan rasio 3,55 Posyandu per desa/kelurahan. Namun bila
ditinjau dai aspek kualitas, masih ditemukan banyak masalah antara lain
kelengkapan sarana dan ketrampilan kader yang belum memadai.
2.1 Pengertian
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar terutama untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2011, p:11).

2.2 Tujuan
2.2.1 Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di
Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat (Depkes RI, 2011, p:12).
2.2.2 Tujuan Khusus

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 88
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Adapun tujuan khusus dari penyelenggaraan posyandu menurut Depkes RI


(2011, p:12) adalah:
1. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatandasar, terutama yang berkaitan tentang penurunan AKI, AKB
dan AKABA.
2. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan posyandu,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB, dan AKABA.
3. Meningkatnya peran lintas sektoral dalam penyelenggaraan
posyandu,terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
4. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB, dan AKABA.
2.3 Sasaran
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya adalah bayi, anak
balita,ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, Pasangan Usia Subur (PUS), dan
lansia (Depkes, 2011,p:13).
2.4 Fungsi
Fungsi posyandu menurut Depkes RI (2011, p:13) adalah :
1. sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi
danketrampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan
AKABA;
2. sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,
terutamaberkaitan dengan penurunan AKI, AKB, dan AKABA.
2.5 Manfaat
Manfaat posyandu berbeda-beda tergantung dari mana sisi kita melihat
menurut Depkes RI (2006) adalah :
1) Bagi Masyarakat
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan
pelayanankesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI,
AKB dan AKABA;

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 89
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

b. Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan


masalahkesehatan terutama terkait Kesehatan Ibu dan Anak (KIA);
c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan
pelayanan sosial dari sektor lain terkait.
2) Bagi kader, pengurus posyandu dan tokoh masyarakata)
a. Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait
dengan penurunan AKI, AKB, dan AKABA;
b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membentuk
masyarakatdalam menyelesaikan masalh kesehatan terkait dengan
penurunan AKI, AKB, dan AKABA.
3) Bagi Puskesmas
a. Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak
pembangunanberwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,
pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan
masyarakat primer;
b. Dalam lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalahkesehatan sesuai kondisi setempat;
c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
4) Bagi sektor lain
a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan dan social dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya
penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi setempat.
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara
terpadusesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor.

2.6 Kegiatan Posyandu


Kegiatan posyandu meliputi Panca Krida Posyandu dan Sapta Krida
Posyandu.Kegiatan ini tergantung dari kesiapan masing-masing wilayah
(Depkes RI, 2011 dan Niken, 2009).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 90
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

a. Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) yaitu:


1. Kesehatan ibu dan anak, meliputi:
a. Pelayanan ibu hamil, mencakup penimbangan berat badan dan
pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran
LLA), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid
(TT), pemeriksaan Leopold, temu wicara (konseling) termasuk
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB
pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh
kader serta merujuk ke Puskesmas apabila ditemkan adanya kelainan
kehamilan. Selain itu, kegiatan kelas ibu hamil perlu diadakan untuk
meningkatkan kesehatan ibu hamil pada setiap hari buka posyandu
atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan meliputi kegiatan
penyuluhan akan anda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,
persiapan menyusui, KB dan gizi, perawatan payudara dan
pemberian ASI, peragaan pola makan ibu hamil dan peragaan
perawatan bayi baru lahir serta senam ibu hamil.
b. Pelayanan ibu nifas dan menyusui, mencakup:
1) penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif serta gizi;
2) pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul
segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah
pemberian kapsul pertama);
3) perawatan payudara;
4) pemeriksaan kesehatan umun, pemeriksaan tinggi fundus uteri
(rahim) dan pemeriksaan lochea oleh petugas kesehatan. Apabila
ditemukan kelainan segara dirujuk ke Puskesmas.
c. Bayi dan Anak Balita
Pelayanan posyandu untuk bayi dan balita harus dilaksanakan secara
menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya.Jika
ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan,
perlu disediakan saranan permainan yang sesuai dengan umur

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 91
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

balita.Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk


balita mencakup kegiatan penimbangan berat badan, penentuan
status pertumbuhan, penyuluhan dan konseling, serta pemeriksaan
kesehatan dan imunisasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
2. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan.Jika ada tenaga
kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan
konseling KB.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas
kesehatan Puskesmas.Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan
dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.
4. Peningkatan gizi
Pelayanan gizi dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikan
meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan,
penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT)
pemulihan, suplemen vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu
hamil Kurang Energi Kronik (KEK), balita yang berat badannya tidak
naik 2 kali berturut-turut atau berada dibawah garis merah (BGM),
kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas.
5. Pencegahan dan Penanggulangan diare
Pencegahan diare di posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Penanggulangan diare di posyandu
dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan
lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.
d. Tujuh kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu) meliputi:
1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana
3. Imunisasi
4. Peningkatan gizi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 92
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

5. Penanggulangan diare
6. Sanitasi dasar
7. Penyediaan obat esensial
2.7 Penyelenggaraan Posyandu
Kegiatan posyandu diselenggarakan satu kali dalam sebulan selama
kurang lebih 3 jampada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan
ditentukan olehmasyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan Posyandu
dapat dilaksanakan dipos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk, balai
desa, tempat pertemuan RTatau ditempat khusus yang dibangun
masyarakat.Pelaksanaan kegiatan posyandu terdiri dari 5 progran utama yaitu
KIA, KB, Imunisasi, Gizi, dan penanggulangan Diare yang dilakukan dengan
”Sistem limaMeja” antara lain :
1. Meja I : Pendaftaran
2. Meja II : Penimbangan bayi dan Balita
3. Meja III : Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)
4. Meja IV : Penyuluhan peorangan meliputi :
a. balita berdasar hasil penimbangan berat badannya naik atau tidak naik,
diikuti dengan pemberian makanan tambahan, oralit dan vitamin A;
b. ibu hamil dengan resiko tinggi diikuti dengan pemberian tablet besi.
c. PUS agar menjadi peserta KB mandiri.
5. Meja V : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan KIA,
Imunisasi dan pengobatan serta pelayanan lain sesuai dengankebutuhan
setempat.
Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk
meja Vdilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya : dokter, bidan,
perawat, juruimunisasi dan sebagainya (Depkes RI, 2011).
2.8 Tingkatan Perkembangan Posyandu
Menurut Depkes (2011), semuabentuk UKBM diharapkan mampu
mengembangkan posyandu melalui telaah kemandirian posyandu yang secara
umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut:
1. Posyandu Pratama

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 93
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap,


kegiatan posyandu belum terlaksana secara rutin setiap bulan dan jumlah
kader yang terbatas yakni urang dari 5 (lima orang) dan kader aktifnya
terbatas. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah
memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.
2. Posyandu Madya
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau
lebih.Akantetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan
Imunisasi) masihrendah, yaitu kurang dari 50%.Intervensi yang dapat
dilakukan adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh
masyarakat sebagai motivator dan lebih menggiatkan kader dalam
mengelolan kegiatan posyandu.
3. Posyandu Purnama
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader
tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5program utamanya (KB, KIA, Gizi
dan Imunisasi) lebih dari 50% serta sudah adaprogram tambahan, bahkan
mungkin sudah ada dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang
pesertanya masih terbatas yakni kurag dari 50% KK di wilayah kerja
posyandu.Intervensi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan cakupan
dengan sosialisasi program dana sehat untuk memantapkan pemahaman
masyarakat tentang dana sehat, dan pelatihan dana sehat.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,
cakupan5 (lima) program utama lebih dari 50%, terdapat program
tambahan dan dana sehattelah menjangkau lebih 50% KK.Intervensi yang
dapat dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana
sehat.
2.9 Indikator Tingkatan Perkembangan Posyandu

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 94
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Indikator pemberdayaan masyarakat adalah tumbuh dan


berkembangyaberbagai bentuk UKBM, khususnya posyandu. Menurut
Depkes (2011), semuabentuk UKBM diharapkan mengembangkan indikator
untuk menentukantingkatan perkembangan kemandirian posyanduyang secara
umum sebagai berikut :
No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
Frekuensi <8 >8 >8 >8
1
penimbangan
2 Rerata kader tugas <5 ≥5 ≥5 ≥5
3 Rerata cakupan D/S <50% <50% ≥50% ≥50%
Cakupan kumulatif <50% <50% ≥50% ≥50%
4
KIA
Cakupan kumulatif <50% <50% ≥50% ≥50%
5
KB
Cakupan kumulatif <50% <50% ≥50% ≥50%
6
Imunisasi
7 Program tambahan - - - -
8 Cakupan dana sehat <50% <50% <50% ≥50%
Jenis indikator yang digunakan untuk setiap program disesuaikan
denganprioritas program tersebut.

LAPORAN KEGIATAN POSYANDU

3.1 Metode
Mengikuti kegiatan posyandu dengan prinsip 5 meja
3.2 Media dan Alat
1. Meja dan kursi -
2. Timbangan
3. Timbangan dacin
4. KMS
5. Tensimeter
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 95
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

6. Stetoskop
7. Poster/leaflet/booklet
8. Obat-obatan sederhana
3.3 Waktu dan tempat
a. Tanggal : 4 Maret - 21Maret 2018
b. Waktu : 09.00-12.00 wib
c. Tempat : posyandu di wilayah Puskesmas Sunggal.
3.4 Sasaran
1. Bayi/balita
2. Ibu hamil/ibu menyusui
3. Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur
4. Lansia

3.5 Pengorganisasian
1. Meja 1 (pendaftaran) : kader
2. Meja 2 (penimbangan) : kader
3. Meja 3 (pencatatan) : kader
4. Meja 4 (penyuluhan) : kader dibantu dengan mahasiswa
5. Meja 5 (pelayanan kesehatan) : bidan

3.6 Strategi Pelaksanaan


Tahap Kegiatan Kegiatan Perawat Kegiatan Masyarakat

Fase Orientasi 1. Memberi salam 1. Menjawab salam


2. Memberi penjelasan tentang 2. Mendengarkan,
prosedur kegiatan memperhatikan dan
posyandu mengikuti
Fase Kerja Langkah-langkah pelayanan Mengikuti prosedur 5
posyandu 5 meja: meja sesuai dengan
urutan meja 1,2,3,4, dan
1. Meja 1 : pendaftaran
meja 5.
2. Meja 2 : penimbangan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 96
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

balita
3. Meja 3 : pencatatan hasil
penimbangan
4. Meja 4 : penyuluhan hasil
penimbangan , pelayanan
gizi pada ibu balita dan ibu
hamil
5. Meja 5 : pelayanan
kesehatan dan KB oleh
petugas kesehatan
Fase Terminasi Memberikan tindak lanjut Mengikuti sasaran
pemeliharaan kesehatan bayi, petugas kesehatan
balita, dan ibu hamil untuk
bulan berikutnya atau sesuai
dengan keadaan status
kesehatan saat ini.

3.7 Kriteria Evaluasi


a. Evaluasi Struktur
1. Menyiapkan alat bantu/media
2. Sarana dan prasarana tersedia
3. Mahasiswa hadir 100%
4. Persiapan koordinasi dengan PJ lapangan
b. Evaluasi Proses
1. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas masing- masing mahasiswa
2. Semua peserta tertib dalam menjalankan konsep 5 meja
3. Pencacatan pelaporan sesuai dengan standar
4. Pemberian vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan oleh ahlinya
5. Pemberian obat-obatan sederhana diberikan sesuai kebutuhan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 97
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

c. Evaluasi Hasil
1. Terlaksananya Kegiatan Posyandu Bayi/Batita/Balita
2. Terlaksananya Kegiatan PosyanduIbu Hamil/PUS
3. Terlaksananya Kegiatan Posyandu Lansia
4. Terbinanya kerja sama dengan tim pelayanan kesehatan lainnya dan
kader dengan tepat.

4.1 Tingkat Perkembangan Kemandirian Posyandu


Berdasarkan telaah tingkat perkembangan kemandirian posyandu menurut
Depkes RI (2011), tingkat posyandu-posyandu di Kelurahan wilayah kerja
Puskesmas Sunggal adalah sebagai berikut:
1. Posyandu Madya
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari
8kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih.
Akantetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi)
masihrendah, yaitu kurang dari 50%..

2. Posyandu Purnama
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas
5 orang atau lebih dan cakupan 5program utamanya (KB, KIA, Gizi dan
Imunisasi) lebih dari 50% serta sudah adaprogram tambahan, bahkan mungkin
sudah ada dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih
terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja posyandu.Posyand yang
termasuk dalam tingkatan Posyandu Purnama, yaitu Posyandu di kelurahan
Sunggal, Babura, Tanjung Rejo dan Simpang Tanjung.
3. Posyandu Mandiri
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan5
(lima) program utama lebih dari 50%, terdapat program tambahan dan dana
sehattelah menjangkau lebih 50% KK.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 98
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

5.1 Faktor Pendukung dan Penghambat


Adapun faktor-faktor pendukung dari kegiatan posyandu ini antara
lain:
1. Salah satu dari kader posyandu bersedia menyediakan tempat untuk
melakukan kegiatan posyadu.
2. Kader di posyandu tersebut adalah ibu-ibu yang cukup disegani dan
dihormati warga yang terdiri dari ibu RT dan ibu RW.
3. Posyandu dilakukan rutin sebulan satu kali
Selain faktor pendukung ada juga faktor penghambat pada kegiatan posyandu
ini, antara lain:
1. Kegiatan posyandu lima meja tidak dapat dijalankan dengan maksimal
karena fasilitas yang kurang mendukung. Kegiatan posyandu sistem 5
meja masih belum maksimal karena kurangnya fasilitas meja dalam
posyandu.

2. Sebagian besar warga memiliki kesadaran yang masih rendah akan


pentingnya membawa balita atau bayinya ke posyandu dan warga tidak
membawa bayi/balita ke posyandu apabila bayinya sudah melakukan
imunisasi dasar sehingga kader masih harus menjemput ibu dengan
bayi/balita untuk datang ke posyandu.

5.2 Rencana Tindak Lanjut


 Rencana tindak lanjut dari kegiatan ini adalah melakukan promosi
kesehatan tentang pentingnya memeriksakan bayi atau balita ke
posyandu yang harapannya adalah kesadaran ibu-ibu yang memiliki
balita atau bayi akan pentingya memeriksakan balita dan bayinya ke
posyandu semakin meningkat, sehingga ibu-ibu tersebut tidak segan
lagi membawa balitanya ke posyandu.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 99
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 Mengusulkan ke pihak lurah agar memfasilitasi 5 meja yang ada


disetiap posyandu agar fungsi 5 meja terpenuhi dan tugas dari setiap
meja dapat terpenuhi.

6.2 TB Paru
Tabel 6.3 Data Pasien TB Paru tahun 2017-2018
N Angka Kejadian
Pasien TB
O 2018
1 Jumlah total kasus TB 78
2 Jumlah kasus TB Baru 28
3 Suspek TB 139
4 Sembuh TB 7
4 TB Putus obat 14
5 Kematian akibat TB 2
Sumber: Laporan Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2018
Tabel 6.4 Data Pasien Pada Bulan Januari – Maret 2019
Kasus TB TB Positif RO + BTA
Januari 16 6 10
Februari 7 2 5
Maret 3 1 2
Sumber : Laporan Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2019
Permasalahan :
1. Kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk memeriksakan dahaknya
ke puskesmas jika mengalami batuk >2 minggu,
2. Pencapaian suspek untuk pasien TB masih kurang di tahun 2018.
3. Masih ada pasien TB Paru yang putus berobat.

Pemecahan masalah :
1. Meningkatkan sosialisasi tentang penyakit TB melalui media leaflet dan
home visit.
2. Melatih kader TB Paru karena merupakan faktor penting dalam
penemuan suspek TB Paru dilingkungan, sehingga akan meningkatkan
penemuan kasus TB Paru dengan BTA positif.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 100
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

3. Memantau kepatuhan konsumsi obat pasien TB paru dengan cara


adanya Pengawas Minum Obat (PMO) satu orang satu pasien yaitu
keluarga terdekat pasien dan melakukan home visite terhadap pasien
TB yang dalam satu bulan tidak berobat sehingga dengan pengawasan
tersebut mampu mengurangi pasien TB yang putus berobat.

A. Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization
(WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai « Global
Emergency ».Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat
8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus
BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHOjumlah
terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus
TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182
kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari
Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk, seperti terlihat pada
tabel 1
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari
dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan
bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara
yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000
penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per
100.000 penduduk, prevalens HIV yang cukup tinggi mengakibatkan
peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah
kasus TB setelah India dan Cina.Setiap tahun terdapat 250.000 kasus
baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia
tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 101
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung


dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.

Tabel 6.4 Tabel Epidemiologi kasus TB tertinggi di 30 negara menurut WHO


tahun 2017

B. Definisi
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 102
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi


Mycobacterium tuberculosis complex.
C. Biomolekuler M.Tuberculosis
Morfologi dan Struktur Bakteri
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit
melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran
lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm. Dinding M. tuberculosis
sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%).
Penyusun utama dinding sel M.tuberculosis ialah asam mikolat, lilin
kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord
factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi.
Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90)
yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan
dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang
terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti
arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks
tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam,
yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya
penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam – alkohol.
Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu
komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M.
tuberculosis dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi
monoklonal . Saat ini telah dikenal purified antigens dengan berat
molekul 14 kDa (kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65 kDa yang
memberikan sensitiviti dan spesifisiti yang bervariasi dalam
mendiagnosis TB. Ada juga yang menggolongkan antigen M.
tuberculosis dalam kelompok antigen yang disekresi dan yang tidak
disekresi (somatik).Antigen yang disekresi hanya dihasilkan oleh basil
yang hidup, contohnya antigen 30.000 a, protein MTP 40 dan lain lain.
Biomolekuler

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 103
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Genom M. tuberculosis mempunyai ukuran 4,4 Mb (mega base)


dengan kandungan guanin (G) dan sitosin (C) terbanyak. Dari hasil
pemetaan gen, telah diketahui lebih dari 165 gen dan penanda genetik
yang dibagi dalam 3 kelompok. Kelompok 1 gen yang merupakan
sikuen DNA mikobakteria yang selalu ada (conserved) sebagai DNA
target, kelompok II merupakan sikuen DNA yang menyandi antigen
protein, sedangkan kelompok III adalah sikuen DNA ulangan seperti
elemen sisipan.
Gen pab dan gen groEL masing masing menyandi protein
berikatan posfat misalnya protein 38 kDa dan protein kejut panas (heat
shock protein) seperti protein 65 kDa, gen katG menyandi katalase-
peroksidase dan gen 16SrRNA (rrs) menyandi protein ribosomal S12
sedangkan gen rpoB menyandi RNA polimerase.
Sikuen sisipan DNA (IS) adalah elemen genetik yang mobile.
Lebih dari 16 IS ada dalam mikobakteria antara lain IS6110, IS1081
dan elemen seperti IS (IS-like element). Deteksi gen tersebut dapat
dilakukan dengan teknik PCR dan RFLP.

D. Patogenesis
Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan
bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang
pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer
ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan
sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran
getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut
diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis
regional).Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami
salah satu nasib sebagai berikut :

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 104
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution


ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang
Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya
Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian
penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh
kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan
obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat
atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang
bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan
menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut,
yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan
maupun ke paru sebelahnya atau tertelan
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini
berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi
kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara
spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat,
penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat
seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis,
typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat
menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya
tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya.
Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
4. Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya
pertumbuhan terbelakang pada anak setelah mendapat
ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
5. Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan
tuberkulosis primer.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 105
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Tuberkulosis Postprimer
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian
setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun.
Tuberkulosis postprimer mempunyai nama yang bermacam-macam
yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis
menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama
menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber
penularan.Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini, yang
umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus
inferior.Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil.
Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses
penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya
akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan
keju dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan
kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju
keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan
menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi:
6. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru.
Sarang pneumoni ini akan mengikuti pola perjalanan
seperti yang disebutkan di atas
7. Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan
menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair
lagi dan menjadi kaviti lagi
8. Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity,
atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri dan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 106
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti


yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti
bintang (stellate shaped).

Gambar 6.2 Skema perkembangan sarang tuberkulosis postprimer dan


perjalanan penyembuhannya

E. Klasifikasi
Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura.
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
9. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
menunjukkan hasil BTA positif

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 107
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

10. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan


BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan
gambaran tuberkulosis aktif
11. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan
BTA positif dan biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA
negatif, gambaran klinis dan kelainan radiologi
menunjukkan tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif
dan biakan M. tuberculosis
2. Berdasarkan tipe pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu :
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan.
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi
dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka
harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur,
keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis
yang berkompeten menangani kasus tuberkulosis
c. Kasus defaulted atau drop out

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 108
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan


tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatannya selesai.
d. Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan
sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2
dengan pengawasan yang baik
f. Kasus Bekas TB:
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila
ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB
yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran
yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan
lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan
telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto
toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi
Tuberkulosis Ekstra Paru
- Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak,
tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain.
- Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi
anatomi dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat
dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis
yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 109
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Gambar 6.3. Skema klasifikasi tuberkulosis


F. Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisis/jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan
pemeriksaan penunjang lainnya
Gejala klinik

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 110
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu


gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah
paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai
organ yang terlibat)
1. Gejala respiratorik
- batuk > 2 minggu
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada
gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.
Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila
bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien
mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi
karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk
membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
- Demam
- Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam,
anoreksia dan berat badan menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang
terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi
pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah
bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala
meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat
gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang
rongga pleuranya terdapat cairan.

Pemeriksaan Fisik

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 111
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

- Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai


tergantung dari organ yang terlibat.
- Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan
penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan
kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah
lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1
dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada
pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas
bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-
tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
- Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis
tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada
perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang
melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
- Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar
getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan
metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak.
Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”

Gambar 6.4 Paru : apeks lobus superior dan apeks lobus inferior
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 112
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman


tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam
menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi
ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces
dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
1. Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
- Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
- Pagi ( keesokan harinya )
- Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
atau setiap pagi 3 hari berturut-turut.
2. Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan
dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar,
berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak
mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti,
spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas
objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.
3. Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus
kering di gelas objek, atau untuk kepentingan biakan dan
uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml
sebelum dikirim ke laboratorium.
4. Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek
dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke
laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identiti pasien
yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan
laboratorium.
5. Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh dari
klinik/tempat pelayanan pasien, spesimen dahak dapat
dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 113
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

6. Cara pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas


saring:
 Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat
empat agar terlihat bagian tengahnya
 Dahak yang representatif diambil dengan lidi,
diletakkan di bagian tengah dari kertas saring
sebanyak + 1 ml
 Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan
melubangi pada satu ujung yang tidak mengandung
bahan dahak|
 Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu
kamar di tempat yang aman, misal di dalam dus
 Bahan dahak dalam kertas saring yang kering
dimasukkan dalam kantong plastik kecil
 Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara)
dengan melidahapikan sisi kantong yang terbuka
dengan menggunakan lidi
 Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan
tanggal pengambilan dahak
 Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui
jasa pos ke alamat laboratorium.
c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.
Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain
(cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan
lambung, kurasan bronkoalveolar /BAL, urin, faeces dan
jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara
- Pemeriksaan mikroskopik:
 Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
 Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-
rhodamin (khususnya untuk screening)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 114
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali


pemeriksaan ialah bila :
o kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif ®
BTA positif
o 1 kali positif, 2 kali negatif ® ulang BTA 3
kali, kemudian
o bila 1 kali positif, 2 kali negatif ® BTA
positif
o bila 3 kali negatif ® BTA negatif
 Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan
skala IUATLD (rekomendasi WHO).
Skala IUATLD (International Union Against
Tuberculosis and Lung Disease) :
o Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang
pandang, disebut negative
o Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang
pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
o Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang
pandang disebut + (1+)
o Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang
pandang, disebut ++ (2+)
o Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang,
disebut +++ (3+)

- Pemeriksaan biakan kuman:


 Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode
konvensional ialah dengan cara :
o Egg base media: Lowenstein-Jensen
(dianjurkan), Ogawa, Kudoh

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 115
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

o Agar base media : Middle brook


 Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan
diagnosis pasti, dan dapat mendeteksi Mycobacterium
tuberculosis dan juga Mycobacterium other than
tuberculosis (MOTT). Untuk mendeteksi MOTT
dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat
cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid,
uji niasin maupun pencampuran dengan cyanogen
bromide serta melihat pigmen yang timbul
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas
indikasi: foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada
pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran
bermacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior
lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah
- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
- Fibrotik
- Kalsifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura
- Luluh paru (destroyed Lung ) :
 Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan
jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut
luluh paru . Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari
atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 116
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya


berdasarkan gambaran radiologi tersebut.
 Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk
memastikan aktiviti proses penyakit
- Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan
pengobatan dapat dinyatakan sebagai berikut (terutama pada
kasus BTA negatif) :
 Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu
atau dua paru dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan
(volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction
dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra
torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak
dijumpai kaviti
 Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi minimal.
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman
tuberkulosis secara konvensional.Dalam perkembangan kini ada
beberapa teknik yang lebih baru yang dapat mengidentifikasi
kuman tuberkulosis secara lebih cepat.
1. Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah
metode radiometrik. M tuberculosis memetabolisme asam
lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi
growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk
membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji
kepekaan.Bentuk lain teknik ini adalah dengan menggunakan
Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT).
2. Polymerase chain reaction (PCR):

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 117
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat


mendeteksi DNA, termasuk DNA M.tuberculosis.Salah satu
masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan
kontaminasi.Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak dipakai,
kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya.
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan
diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan
cara yang benar dan sesuai standar internasional.
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain
tidak ada yang menunjang ke arah diagnosis TB, maka hasil
tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis
TB.
Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan /
spesimen pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun
ekstraparu sesuai dengan organ yang terlibat.
3. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:
a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat
mendeteksi respons humoral berupa proses antigen-
antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini
antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam
waktu yang cukup lama.
b. ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT
tuberculosis) adalah uji serologi untuk mendeteksi
antibodi M.tuberculosis dalam serum. Uji ICT merupakan
uji diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik
yang berasal dari membran sitoplasma M.tuberculosis,
diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5 antigen tersebut
diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada
membran immunokromatografik (2 antigen diantaranya

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 118
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

digabung dalam 1 garis) disamping garis kontrol. Serum


yang akan diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan ke
bantalan warna biru, kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen. Apabila serum mengandung
antibodi IgG terhadap M.tuberculosis, maka antibodi akan
berikatan dengan antigen dan membentuk garis warna
merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit
terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis
antigen pada membran.
c. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam
tubuh manusia.Uji ini menggunakan antigen
lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu
alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan ke dalam serum pasien, dan bila di dalam
serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam
jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti penyakit,
maka akan timbul perubahan warna pada sisir dan dapat
dideteksi dengan mudah
d. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi
reaksi serologi yang terjadi. Dalam menginterpretasi hasil
pemeriksaan serologi yang diperoleh, para klinisi harus
hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi
kadar antibodi yang terdeteksi.
e. Uji serologi yang baru / IgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan
cara mendeteksi antibodi IgG dengan antigen spesifik
untuk Mycobacterium tuberculosis. Uji IgG berdasarkan
antigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan 16
kDa dan kombinasi lainnya akan menberikan tingkat

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 119
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

sensitiviti dan spesifisiti yang dapat diterima untuk


diagnosis. Di luar negeri, metode imunodiagnosis ini lebih
sering digunakan untuk mendiagnosis TB ekstraparu,
tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak.
Saat ini pemeriksaan serologi belum dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis.
Pemeriksaan Penunjang lain
1. Analisis Cairan Pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura
perlu dilakukan pada pasien efusi pleura untuk membantu
menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil analisis yang
mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta positif
dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura
terdapat sel limfosit dominan dan glukosa rendah
2. Pemeriksaan histopatologi jaringan
Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis TB.Pemeriksaan yang dilakukan ialah
pemeriksaan histopatologi. Bahan jaringan dapat diperoleh
melalui biopsi atau otopsi, yaitu :
 Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah
bening (KGB)
 Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum
abram, Cope dan Veen Silverman
 Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB)
dengan bronkoskopi, trans thoracal needle
aspiration/TTNA, biopsi paru terbuka).
 Otopsi
Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu
sediaan dimasukkan ke dalam larutan salin dan dikirim ke
laboratorium mikrobiologi untuk dikultur serta sediaan
yang kedua difiksasi untuk pemeriksaan histologi.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 120
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

3. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator
yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED)
jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai indikator
penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif,
tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan
tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik.
4. Uji tuberkulin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi
tuberkulosis. Di Indonesia dengan prevalens tuberkulosis yang
tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit
kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai
makna bila didapatkan konversi, bula atau apabila kepositivan
dari uji yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi
HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif.

Gambar 6.5 Skema alur diagnosis TB paru pada orang dewasa

G. Penatalaksanaan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 121
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3


bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.Paduan obat yang digunakan
terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
a. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
- INH
- Rifampisin
- Pirazinamid
- Streptomisin
- Etambutol
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
- Kanamisin
- Amikasin
- Kuinolon
- Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan
amoksilin + asam klavulanat
- Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia
antara lain :
 Kapreomisin
 Sikloserino
 PAS (dulu tersedia)
 Derivat rifampisin dan INH
 Thioamides (ethionamide dan prothionamide)
Kemasan
- Obat tunggal,Obat disajikan secara terpisah, masing-
masing INH, rifampisin, pirazinamid dan etambutol.
- Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination –
FDC)Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat
dalam satu tablet.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 122
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Dosis OAT
Tabel 6.5 Jenis dan dosis OAT
Oba Dosis Dosis yg dianjurkan DosisMak Dosis (mg) / berat
t (Mg/Kg s (mg) badan (kg)
BB/ Harian(mg Intermitten < 40 40- >60
Hari) / kgBB (mg/Kg/BB/kali 60
/hari) )
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 150 300 450
100 150
Z 20-30 25 35 750
0 0
100 150
E 15-20 15 30 750
0 0
Sesua 100
S 15-18 15 15 1000 750
i BB 0

Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal


yang penting untuk menyembuhkan pasien dan menghindari MDR
TB (multidrug resistant tuberculosis).Pengembangan strategi
DOTS untuk mengontrol epidemi TB merupakan prioriti utama
WHO. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease
(IUALTD) dan WHO menyarakan untuk menggantikan paduan
obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB
primer pada tahun 1998. Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis
tetap berdasarkan WHO seperti terlihat pada tabel 3. Keuntungan
kombinasi dosis tetap antara lain:
1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep
minimal
2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan
penurunan kesalahan pengobatan yang tidak disengaja
3. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap
penatalaksanaan yang benar dan standar
4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit
5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR
akibat penurunan penggunaan monoterapi
Tabel 6.6 Dosis Obat berdasarkan berat badan
Fase intensif Fase lanjutan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 123
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

2 bulan 4 bulan
BB Harian Harian 3x/minggu Haria 3x/minggu
n
RHZE RHZ RHZ RH RH
150/75/400/27 150/75/40 150/150/50 150/75 150/150
5 0 0
30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5

Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan


rentang dosis yang telah ditentukan oleh WHO merupakan dosis
yang efektif atau masih termasuk dalam batas dosis terapi dan non
toksik.Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap
tersebut, bila mengalami efek samping serius harus dirujuk ke
rumah sakit / dokter spesialis paru / fasiliti yang mampu
menanganinya.
b. Paduan Obat Anti Tuberkulosis
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:
- TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi
luas.
Paduan obat yang dianjurkan :
2 RHZE / 4 RH
atau
2 RHZE/ 6HE
atau
2 RHZE / 4R3H3
Paduan ini dianjurkan untuk
a. TB paru BTA (+), kasus baru
b. TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas
(termasuk luluh paru)
Bila ada fasiliti biakan dan uji resistensi, pengobatan
disesuaikan dengan hasil uji resistensi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 124
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

- TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi


minimal
Paduan obat yang dianjurkan :
2 RHZE / 4 RH atau6 RHE atau2 RHZE/ 4R3H3
- TB paru kasus kambuh
Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES / 1
RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila
tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan obat RHE
selama 5 bulan.
- TB Paru kasus gagal pengobatan
Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya diberikan obat lini
2 (contoh paduan: 3-6 bulan kanamisin, ofloksasin, etionamid,
sikloserin dilanjutkan 15-18 bulan ofloksasin, etionamid,
sikloserin). Dalam keadaan tidak memungkinkan pada fase
awal dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan sesuai
dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji
resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.
 Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk
mendapatkan hasil yang optimal
 Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke dokter
spesialis paru
- TB Paru kasus putus berobat
Pasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan
kembali sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
a. Berobat > 4 bulan
1. BTA saat ini negative
Klinis dan radiologi tidak aktif atau ada perbaikan
maka pengobatan OAT dihentikan. Bila gambaran
radiologi aktif, lakukan analisis lebih lanjut untuk
memastikan diagnosis TB dengan mempertimbangkan
juga kemungkinan penyakit paru lain. Bila terbukti

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 125
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

TB maka pengobatan dimulai dari awal dengan


paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu
pengobatan yang lebih lama.
2. BTA saat ini positif
Pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat
yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang
lebih lama
b. Berobat < 4 bulan
1. Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal
dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu
pengobatan yang lebih lama
2. Bila BTA negatif, gambaran foto toraks positif TB
aktif pengobatan diteruskan, Jika memungkinkan
seharusnya diperiksa uji resistensi terhadap OAT.
- TB Paru kasus kronik
 Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil
uji resistensi, berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji
resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi
(minimal terdapat 4 macam OAT yang masih sensitif)
ditambah dengan obat lini 2 seperti kuinolon,
betalaktam, makrolid dll. Pengobatan minimal 18
bulan.
 Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup
 Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan
kemungkinan penyembuhan
 Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke dokter spesialis
paru

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 126
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

c. Efek Samping

Gambar 6.6 Efek Samping Obat


Terapi pembedahan
lndikasi operasi
1. Indikasi mutlak
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetetapi
dahak tetap positif
b. Pasien batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan
cara konservatif
c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak
dapat diatasi secara konservatif
2. lndikasi relative
a. Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 127
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan


c. Sisa kaviti yang menetap.
Tindakan Invasif (Selain Pembedahan)
- Bronkoskopi
- Punksi pleura
- Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)
d. Evaluasi Pengobatan
Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi,
dan efek samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.
 Evaluasi klinik
- Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama
pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan
- Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek
samping obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit
- Evaluasi klinis meliputi keluhan , berat badan,
pemeriksaan fisis.
 Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9 bulan pengobatan)
- Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
- Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik
o Sebelum pengobatan dimulai
o Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
o Pada akhir pengobatan
- Bila ada fasiliti biakan : dilakukan pemeriksaan biakan
dan uji resistensi
 Evaluasi radiologik (0 - 2 – 6/9 bulan pengobatan)
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
- Sebelum pengobatan
- Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus yang
juga dipikirkan kemungkinan keganasan dapat
dilakukan 1 bulan pengobatan)
- Pada akhir pengobatan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 128
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 129
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 Evaluasi efek samping secara klinik


- Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati,
fungsi ginjal dan darah lengkap
- Fungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal :
ureum, kreatinin, dan gula darah , serta asam urat untuk
data dasar penyakit penyerta atau efeksamping
pengobatan
- Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid
- Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila
menggunakan etambutol (bila ada keluhan)
- Pasien yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji
keseimbangan dan audiometri (bila ada keluhan)
- Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak
diperlukan pemeriksaan awal tersebut. Yang paling
pentingadalah evaluasi klinis kemungkinan terjadi efek
samping obat. Bila pada evaluasi klinis dicurigai
terdapatefek samping, maka dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk memastikannya dan penanganan
efeksamping obat sesuai pedoman
 Evalusi keteraturan berobat
- Yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi
keteraturan berobat dan diminum / tidaknya obat
tersebut. Dalam hal ini maka sangat penting
penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan
keteraturan berobat. Penyuluhan atau pendidikan dapat
diberikan kepada pasien, keluarga dan lingkungannya.
- Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya
masalah resistensi.
Kriteria Sembuh

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 130
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

- BTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase


intensif dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan
pengobatan yang adekuat
- Pada foto toraks, gambaran radiologi serial tetap sama/
perbaikan
- Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan
negatif
Evaluasi pasien yang telah sembuh
Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya tetap
dievaluasi minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh,
hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan. Hal
yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan foto
toraks.Mikroskopis BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan (sesuai
indikasi/bila ada gejala) setelah dinyatakan
sembuh.Evaluasi foto toraks 6, 12, 24 bulan setelah
dinyatakan sembuh (bila ada kecurigaan TB kambuh).
H. Pengobatan TB Pada Keadaaan Khusus
TB MILIER
 Rawat inap
 Paduan obat: 2 RHZE/ 4 RH
 Pada keadaan khusus (sakit berat), tergantung keadaan klinis,
radiologi dan evaluasi pengobatan, maka pengobatan lanjutan
dapat diperpanjang
 Pemberian kortikosteroid tidak rutin, hanya diberikan pada
keadaan
- Tanda / gejala meningitis
- Sesak napas
- Tanda / gejala toksik
- Demam tinggi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 131
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

PLEURITIS EKSUDATIVA TB (EFUSI PLEURA TB)


Paduan obat: 2RHZE/4RH.
 Evakuasi cairan, dikeluarkan seoptimal mungkin, sesuai keadaan
pasien dan dapat diberikan kortikosteroid
 Hati-hati pemberian kortikosteroid pada TB dengan lesi luas dan
DM.
 Evakuasi cairan dapat diulang bila diperlukan
TB PARU DENGAN DIABETES MELITUS (DM)
 Paduan OAT pada prinsipnya sama dengan TB tanpa DM, dengan
syarat kadar gula darah terkontrol
 Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama pengobatan
dapat dilanjutkan sampai 9 bulan
 Hati-hati dengan penggunaan etambutol, karena efek samping
etambutol pada mata; sedangkan pasien DM sering mengalami
komplikasi kelainan pada mata
 Perlu diperhatikan penggunaan rifampisin karena akan
mengurangi efektiviti obat oral antidiabetes (sulfonil urea),
sehingga dosisnya perlu ditingkatkan
 Perlu kontrol / pengawasan sesudah pengobatan selesai, untuk
mengontrol / mendeteksi dini bila terjadi kekambuhan
TB PARU DENGAN HIV / AIDS
 Pada daerah dengan angka prevalens HIV yang tinggi di populasi
dengan kemungkinan koinfeksi TB-HIV, maka konseling dan
pemeriksaan HIV diindikasikan untuk seluruh TB pasien sebagai
bagian dari penatalaksanaan rutin. Pada daerah dengan prevalens
HIV yang rendah, konseling dan pemeriksaan HIV hanya
diindikasi pada pasien TB dengan keluhan dan tanda tanda yang
diduga berhubungan dengan HIV dan pada pasien TB dengan
riwayat risiko tinggi terpajan HIV.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 132
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 Jadi tidak semua pasien TB paru perlu diuji HIV. Hanya pasien TB
paru tertentu saja yang memerlukan uji HIV, misalnya:
a. Ada riwayat perilaku risiko tinggi tertular HIV
b. Hasil pengobatan OAT tidak memuaskan
c. MDR TB / TB kronik
 Pemeriksaan minimal yang perlu dilakukan untuk memastikan
diagnosis TB paru adalah pemeriksaan BTA dahak, foto toraks dan
jika memungkinkan dilakukan pemeriksaan CD4. Gambaran
penderita HIV-TB dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
Tabel 6.7 Pemeriksaan pada pasien Tb Paru
Infeksi dini Infeksi lanjut
(CD4>200/mm3) (CD4<200/mm3)
Sputum mikroskopis Sering positif Sering negatif
TB ekstra pulmonal Jarang Umum/ banyak
Mikobakterimia Tidak ada Ada
Tuberkulin Positif Negatif
Foto toraks Reaktivasi TB, kaviti Tipikal primer TB milier
di puncak / interstisial
Adenopati hilus/ Tidak ada Ada
mediastinum
Efusi pleura Tidak ada Ada

Pengobatan OAT pada TB-HIV:


- Pada dasarnya pengobatannya sama dengan pengobatan TB
tanpa HIV/AIDS.
- Prinsip pengobatan adalah menggunakan kombinasi beberapa
jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis serta jangka waktu
yang tepa
- Pemberian tiasetazon pada pasien HIV/AIDS sangat berbahaya
karena akan menyebabkan efek toksik berat pada kulit
- Injeksi streptomisin hanya boleh diberikan jika tersedia alat
suntik sekali pakai yang steril.
- Desensitisasi obat (INH, rifampisin) tidak boleh dilakukan
karena mengakibatkan toksik yang serius pada hati

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 133
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

- Pada pasien TB dengan HIV/AIDS yang tidak memberi respons


terhadap pengobatan, selain dipikirkan terdapat resistensi
terhadap obat juga harus dipikirkan terdapatnya malabsorpsi
obat. Pada pasien HIV/AIDS terdapat korelasi antara
imunosupresi yang berat dengan derajat penyerapan, karenanya
dosis standar OAT yang diterima suboptimal sehingga
konsentrasi obat rendah dalam serum
- Saat pemberian obat pada koinfeksi TB-HIV harus
memperhatikan jumlah limfosit CD4 dan sesuai dengan
rekomendasi yang ada (seperti terlihat pada tabel 8)
Tabel 6.8 Cara Pemberian Obat berdasarkan kadar CD 4
Jumlah sel CD4 Rejimen yang Keterangan
dianjurkan
CD4 < 200/mm3 Mulai terapi TB Dianjurkan ART:
Mulai ART segera EFV merupakan kontra indikasi untuk
setelah terapi TB ibu hamil atau perempuan usia subur
dapat ditoleransi tanpa kontrasepsi efektif.
(antara 2 minggu EFV dapat diganti dengan:
hingga 2 bulan) - SQV/RTV 400/400 mg 2
Paduan yang kali sehari
mengandung - SQV/ r 1600/200 4 kali
EFVb,c.d sehari (dalam formula soft
gel-sgc) atau
- LPV/RTV 400/400 mg 2
kali sehari
ABC
CD4 Mulai terapi TB Pertimbangan ART
200-350/mm3 - Mulai salah satu paduan di bawah
ini setelah selesai fase intensif
(mulai lebih dini dan bila penyakit
berat):
Paduan yang mengandung EFV:b
(AZT atau d4T) + 3TC + EFV (600
atau 800 mg/hari) atau
- Paduan yang mengandung NVP bila
paduan TB fase lanjutan tidak
menggunakan rifampisin (AZT atau
d4T) + 3TC+NVP
CD4>350 mm3 Mulai terapi TB Tunda ART
CD4 tidak Mulai terapi TB Perimbangan ART
mungkin
diperiksa

Keterangan:

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 134
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

a. Saat mengawali ART harus didasarkan atas pertimbangan


klinis sehubungan dengan adanya tanda lain dari
imunodefisiensi. Untuk TB ekstraparu, ART harus diberikan
secepatnya setelah terapi TB dapat ditoleransi, tanpa
memandang CD4
b. Sebagai alternatif untuk EFV adalah: SQV/r (400/400 mg 2
kali sehari atau cgc 1600/200 1 kali sehari), LPV/r (400/400
mg 2 kali sehari) dan ABC (300 mg 2 kali sehari)
c. NVP (200 mg sehari selama 2 minggu diikuti dengan 200 mg
2 kali sehari) sebagai pengganti EFV bila tidak ada pilihan
lain. Rejimen yang mengandung NVP adalah d4T/3TC/NVP
atau ZDV/3TC/NVP
d. Paduan yang mengandung EFV adalah d4T/3TC/EFV dan
ZDV / 3TC / EFV
e. Kecuali pada HIV stadium IV, mulai ART setelah terapi TB
selesai
f. Bila tidak ada tanda lain dari imunodefisiensi dan penderita
menunjukkan perbaikan setelah pemberian terapi TB, ART
diberikan setelah terapi TB diselesaikan
Interaksi obat TB dengan ARV (Anti Retrovirus)
- Pemakaian obat HIV/AIDS misalnya zidovudin akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya efek toksik OAT
- Tidak ada interaksi bermakna antara OAT dengan ARV
golongan nukleosida, kecuali Didanosin (ddI) yang harus
diberikan selang 1 jam dengan OAT karena bersifat sebagai
buffer antasida
- Interaksi dengan OAT terutama terjadi dengan ART
golongan nonnukleotida dan inhibitor protease. Rifampisin
jangan diberikan bersama dengan nelfinavir karena
rifampisin dapat menurunkan kadar nelfinavir sampai 82%.
Rifampisin dapat menurunkan kadar nevirapin sampai 37%,

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 135
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

tetapi sampai saat ini belum ada peningkatan dosis nevirapin


yang direkomendasikan
Tabel 6.9Jenis ARV
Golongan Obat Dosis
Nukleosida RTI (NsRTI)
· Abakavir (ABC) 300 mg 2x/hari atau 400 mg 1x/hari
· Didanosin (ddl) 250 mg 1x/hari (BB<60 Kg)
· Lamivudin (3TC) 150 mg 2x/hari atau 300 mg 1x/hari
· Stavudin (d4T) 40 mg 2x/hari (30 mg 2x/hari bila BB<60
· Zidovudin (ZDV) Kg)
300 mg 2x/hari
Nukleotida RTI
· TDF 300 mg 1x/hari
Non nukleosid RTI (NNRTI)
· Efavirenz (EFV) 600 mg 1x/hari
· Nevirapine (NVP) 200 mg 1x/hari untuk 14 hari kemudian 200
mg 2x/hari
Protease inhibitor (PI)
· Indinavir/ritonavir (IDV/r) 800 mg/100 mg 2x/hari
· Lopinavir/ritonavir (LPV/r) 400 mg/100 mg 2x/hari
· Nelfinavir (NFV) 1250 mg 2x/hari
· Saquinavir/ritonavir 1000mg/ 100 mg 2x/hari atau 1600 mg/200
(SQV/r) mg 1x/hari
· Ritonavir (RTV/r) Kapsul 100 mg, larutan oral 400 mg/5 ml.

TB PARU PADA KEHAMILAN DAN MENYUSUI


 Obat antituberkulosis harus tetap diberikan kecuali streptomisin,
karena efek samping streptomisin pada gangguan pendengaran
janin
 Pada pasien TB yang menyusui, OAT dan ASI tetap dapat
diberikan, walaupun beberapa OAT dapat masuk ke dalam ASI,
akan tetetapi konsentrasinya kecil dan tidak menyebabkan toksik
pada bayi
 Pada perempuan usia produktif yang mendapat pengobatan TB
dengan rifampisin, dianjurkan untuk tidak menggunakan
kontrasepsi hormonal, karena dapat terjadi interaksi obat yang
menyebabkan efektiviti obat kontrasepsi hormonal berkurang.
 Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilan
TB PARU PADA GAGAL GINJAL
 Jangan menggunakan streptomisin, kanamisin dan kapreomisin
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 136
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

 Sebaiknya hindari penggunaan etambutol, karena waktu paruhnya


memanjang dan terjadi akumulasi etambutol. Dalam keadaan
sangat diperlukan, etambutol dapat diberikan dengan pengawasan
kreatinin
 Sedapat mungkin dosis disesuaikan dengan faal ginjal (CCT,
ureum, kreatinin)
 Rujuk ke ahli Paru

TB PARU DENGAN KELAINAN HATI


 Bila ada kecurigaan penyakit hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati
sebelum pengobatan
 Pada kelainan hati, pirazinamid tidak boleh diberikan
 Paduan obat yang dianjurkan (rekomendasi WHO) ialah 2 SHRE/6
RH atau 2 SHE/10 HE
 Pada pasien hepatitis akut dan atau klinis ikterik , sebaiknya OAT
ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada
keadaan sangat diperlukan dapat diberikan S dan E maksimal 3
bulan sampai hepatitis menyembuh dan dilanjutkan dengan 6 RH
 Sebaiknya rujuk ke dokter spesialis paru

HEPATITIS IMBAS OBAT


 Adalah kelainan fungsi hati akibat penggunaan obat-obat
hepatotoksik (drug induced hepatitis)
 Penatalaksanaan
- Bila klinis (+) (Ikterik [+], gejala mual, muntah [+]) ® OAT
Stop
- Bila gejala (+) dan SGOT, SGPT > 3 kali,: OAT stop
- Bila gejal klinis (-), Laboratorium terdapat kelainan:
Bilirubin > 2 ® OAT Stop
SGOT, SGPT > 5 kali : OAT stop

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 137
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

SGOT, SGPT > 3 kali ® teruskan pengobatan, dengan


pengawasan
 Paduan OAT yang dianjurkan :
- Stop OAT yang bersifat hepatotoksik (RHZ)
- Setelah itu, monitor klinis dan laboratorium. Bila klinis dan
laboratorium kembali normal (bilirubin, SGOT, SGPT), maka
tambahkan H (INH) desensitisasi sampai dengan dosis penuh
(300 mg). Selama itu perhatikan klinis dan periksa
laboratorium saat INH dosis penuh , bila klinis dan
laboratorium kembali normal, tambahkan rifampisin,
desensitisasi sampai dengan dosis penuh (sesuai berat badan).
Sehingga paduan obat menjadi RHES
- Pirazinamid tidak boleh diberikan lagi
TUBERKULOSIS PADA ORGAN LAIN
 Paduan OAT untuk pengobatan tuberkulosis di berbagai organ
tubuh sama dengan TB paru menurut ATS, misalnya pengobatan
untuk TB tulang, TB sendi dan TB kelenjar lama pengobatan OAT
dapat diberikan 9 – 12 bulan. Paduan OAT yang diberikan adalah :
2RHZE / 7-10 RH.
 Pemberian kortikosteroid pada perikarditis TB untuk menurunkan
kebutuhan intervensi operasi dan menurunkan kematian, pada
meningitis TB untuk menurunkan gejala sisa neurologis. Dosis
yang dianjurkan ialah 0,5 mg/kgBB/ hari selama 3-6 minggu.
I. Komplikasi
Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik
sebelum pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah
selesai pengobatan.
Beberapa komplikasi yang mungikin timbul adalah :
- Batuk darah
- Pneumotoraks
- Luluh paru

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 138
LAPORAN KEGIATAN
DI PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

- Gagal napas
- Gagal jantung
- Efusi pleura
BAB VII
PENUTUP

7. 1 Kesimpulan

1. Pelayanan posyandu yang diberikan puskesmas medan sunggal saat ini sudah
cukup baik dalam memberikan pelayanan kepada pasien namun tetap masih
banyak ibu yang kurang paham maupun peduli tentang manfaat posyandu.
Sehingga diperlukan adanya peningkatan edukasi tentang pentingnya
posyandu.
2. Pelayanan kasus TB di puskesmas Medan Sunggal sudah cukup baik, namun
masih kurangnya pencapaian suspek untuk pasien TB akibat kurangnya
kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang TB, dan juga masih ada pasien
TB paru yang putus berobat.

1.2 Saran

1. Meningkatkan upaya promotif tentang manfaat pentingnya posyandu kepada


masyarakat, terutama sebagai pemantauan kesehatan ibu hamil, tumbuh
kembang anak dan program kesehatan lansia. Juga perlunya meningkatkan
pembinaan kader posyandu agar pelayanan makin optimal.
2. Meningkatkan sosialisasi tentang penyakit TB melalui penyuluhan dan media
leaflet. Serta melatih kader TB paru karena merupakan faktor penting dalam
penemuan suspek.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
04 MARET – 21 MARET 2019 139

Anda mungkin juga menyukai