Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI 28 TAHUN DENGAN ASMA

Disusun oleh :

dr. Febri Qurrota Aini

Pembimbing :

dr. Dian Avianti M.kes

PROGRAM INTERNSHIP

RS MUHAMMADIYAH ROEMANI

SEMARANG

2017

1
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI
Nama Pasien : Tn. ESW

No CM : 487384

Umur : 28 tahun

Alamat : Lamper Krajan Semarang

Masuk RS Tgl : 9 Agustus 2017

B. ANAMNESIS (auto dan alloanamnesis)


1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : Sesak Nafas
Onset : + 2 jam SMRS
Kronologis : ± 2 jam SMRS Pasien sesak nafas, keluhan disertai batuk,
pasien sebelumnya sudah berobat ke klinik diberikan obat sesak dan obat batuk.
Kuantitas : Sesak dirasakan terus menerus
Kualitas : Sesak dirasakan semakin memberat
Faktor yang memperberat : tidak ada
Faktor yang memperingan : tidak ada
Gejala Penyerta : Batuk

2. Riwayat Penyakit Dahulu


⁻ Riwayat Asma (+)
⁻ Riwayat darah tinggi disangkal
⁻ Riwayat kencing manis disangkal
⁻ Riwayat penyakit jantung disangkal
3. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit seperti ini disangkal
- Riwayat penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis pada keluarga disangkal

2
4. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang pekerja Swasta, Biaya pengobatan menggunakan biaya umum karena
belum memiliki asuransi kesehatan .
Kesan sosial ekonomi cukup

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status present
⁻ Keadaan umum : baik
⁻ Kesadaran : compos mentis, GCS E4M6V5 = 15

2. Tanda Vital
- Tekanan darah : 140/90
- Laju nafas : 25 kali/menit
- Nadi : 105 x/menit
- Suhu tubuh : 36,1oC
- Sao2 : 96 %

3. Status Gizi
- Berat Badan : 70 kg
- Tinggi Badan : 165 cm
- BMI : 25,7 (overweight)

4. Status Internus
- Kepala : mesosefal
- Kulit : sianosis (-), turgor kulit baik
- Mata : conjungtiva palpebra pucat (-/-) ; sklera ikterik (-/-) ; pupil isoor,
reflek cahaya (+/+)
- Telinga : discharge (-/-)
- Hidung : discharge (-/-) ; nafas cuping (-/-)

3
- Mulut : sianosis (-), mukosa kering (-)
- Tenggorok : uvula di tengah ; faring hiperemis (+) ; tonsil hiperemis (-) ;
T1-T1
- Leher : trachea di tengah ; pembesaran nnll (-) , JVP meningkat (-)

- Dada : simetris, tidak ada retraksi


- Pulmo
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis ; retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru.
Auskultasi : wheezing +/- ; suara tambahan (-/-)

- Cor
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di 2cm medial linea miclavicularis SIC IV
Perkusi :
Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan : linea parasternalis dextra
Batas kiri : 2 cm medial SIC IV Linea Midclavicularis

- Abdomen
Inspeksi : cembung
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel ; NT (-) defans muskuler (-)

- Genitalia eksterna : tidak diperiksa

- Ekstremitas :
Superior Inferior

4
Sianosis -/- -/-
Oedema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capp.refill <2”/<2” <2”/<2”

D. DIAGNOSIS
1. Asma

E. PENATALAKSANAAN
 Nebulizer ventolin 1 amp + pulmicort 1 ampul

F. PROGNOSIS
⁻ Quo ad vitam : bonam
⁻ Quo ad sanam : dubia ad bonam
⁻ Quo ad functionam : dubia ad bonam

II. Tinjauan Pustaka

5
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-
batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi
jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan.

FAKTOR RESIKO

Faktor risiko terjadinya asma

Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara


faktor pejamu (host factor) dan faktor lingkungan. Interaksi faktor
genetik/ pejamu dengan lingkungan dipikirkan melalui kemungkinan
:

 pajanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma pada


individu dengan genetik asma,

 baik lingkungan maupun genetik masing-masing


meningkatkan risiko penyakit asma.

6
7
DIAGNOSIS

Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik,


gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan
variabiliti yang

berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk


menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan
pengukuran faal paru terutama reversibiliti kelainan faal paru, akan
lebih meningkatkan nilai diagnostik.

Riwayat penyakit / gejala :

 Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa


pengobatan

 Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
 Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
 Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
 Respons terhadap pemberian bronkodilator

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :

 Riwayat keluarga (atopi)


 Riwayat alergi / atopi
 Penyakit lain yang memberatkan
Perkembangan penyakit dan pengobatan

Pemeriksaan Fisik

Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan jasmani dapat normal. Kelainan
pemeriksaan fisik yang paling sering ditemukan adalah mengi pada auskultasi. Pada sebagian
penderita, auskultasi dapat terdengar normal walaupun pada pengukuran objektif (faal paru)
telah terdapat penyempitan jalan napas. Pada keadaan serangan, kontraksi otot polos saluran
napas, edema dan hipersekresi dapat menyumbat saluran napas; maka sebagai kompensasi
penderita bernapas pada volume paru yang lebih besar untuk mengatasi menutupnya saluran
napas. Hal itu meningkatkan kerja pernapasan dan menimbulkan tanda klinis berupa sesak
napas, mengi dan hiperinflasi

8
9
PROGRAM PENATALAKSANAAN ASMA

Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan


dan mempertahankan kualiti hidup agar penderita asma dapat
hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktiviti sehari-hari.

Tujuan penatalaksanaan asma:

1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma


2. Mencegah eksaserbasi akut

3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal


mungkin

10
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
5. Menghindari efek samping obat

6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow


limitation) ireversibel

7. Mencegah kematian karena asma

Penatalaksanaan asma berguna untuk mengontrol penyakit. Asma


dikatakan terkontrol bila :

1. Gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam


2. Tidak ada keterbatasan aktiviti termasuk exercise
3. Kebutuhan bronkodilator (agonis 2 kerja singkat) minimal
(idealnya tidak diperlukan)

4. Variasi harian APE kurang dari 20%


5. Nilai APE normal atau mendekati normal
6. Efek samping obat minimal (tidak ada)
Tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat

11
PENATALAKSANAAN ASMA JANGKA PANJANG.

12
13
PENATALAKANAAN SERANGAN ASMA AKUT

14
15
16

Anda mungkin juga menyukai