Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KEGIATAN

MINI PROJECT

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penularan Penyakit Tb Pada


Responden di Perumahan Japan Raya, Kecamatan Sooko, Kabupaten
Mojokerto

Disusun Oleh:
dr. Egy Bagus Prasetya

Dokter Pendamping:
dr. Raudotur Rofiq

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO
2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN MINIPROJECT

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penularan Penyakit Tb Pada Responden Di


Perumahan Japan Raya, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menempuh
Program Dokter Internsip di Puskesmas Sooko kabupaten mojokerto

Disusun Oleh :
dr. Egy Bagus Prasetya

Telah diperiksa dan disetujui

Oleh :

Pendamping Dokter Intersip

dr. Raudotur Rofiq


NIP 1972092820100111005
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali
ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882 dan sering menginfeksi organ paru–paru
dibanding bagian lain tubuh manusia. (Pudjiaji, 2010)
Diagnosis merupakan ujung tombak penatalaksanaan tuberkulosis (TB). Diagnosis
yang akurat akan diikuti oleh penatalaksanaan yang tepat. Penatalaksanaan yang tepat ini
secara bermakna menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat TB serta mencegah
penularan angka TB. Kegagalan diagnosis menyebabkan hilangnya kesempatan deteksi
dini tuberkulosis yang kemudian meningkatkan derajat keparahan penyakit pasien dan
lebih besarnya kemungkinan penularan terhadap keluarga dan komunitas. Diagnosis
terhadap TB paru umumnya dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan klinis (dari
anamnesis terhadap keluhan penderita dan hasil pemeriksaan fisik penderita), hasil
pemeriksaan foto thoraks, hasil pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang
lainnya. (Pudjiaji, 2010)
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata
rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan
tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan
kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga
memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh
masyarakat.
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:
• Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara negara yang sedang
berkembang.
• Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh:
o Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
o Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat,
penemuan kasus /diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak
dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar, dan sebagainya).
o Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang tidak standar,
gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis)
o Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG.
o Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis ekonomi
atau pergolakan masyarakat.
• Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur
umur kependudukan.
• Dampak pandemi HIV.
Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak
berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan
masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO
mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).
Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB. Koinfeksi dengan
HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. Pada saat yang sama,
kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin
menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada
akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani. Di Indonesia, TB
merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia
merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar
10% dari total jumlah pasien TB didunia.
Cara Penularan TB sebagai berikut:
o Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
o Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak.
o Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu
yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam
keadaan yang gelap dan lembab.
o Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut.
o Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Resiko cara penularan TB:
o Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru
dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB
paru dengan BTA negatif.
o Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko Terinfeksi TB selama satu tahun.
ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap
tahun.
o ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.
o Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.
Risiko menjadi sakit TB:
o Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.
o Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000
terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar
50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.
o Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya
tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
o HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB.
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular
immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis, maka
yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila
jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan
demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.
Pasien TB yang tidak diobati, setelah 5 tahun, akan:
o 50% meninggal
o 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi
o 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular (Retno Asti Wardhani, 2011)

Di Indonesia pada tahun yang sama, hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT)
menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan penyakit infeksi saluran pernapasan pada semua kelompok
usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. WHO memperkirakan setiap tahun
menjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis dengan kematian sekitar 140.000. secara kasar
diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru tuberkulosis
dengan BTA positif (DEPKES RI, 2007). Sedangkan jumlah kasus baru yang tercatat
terdapat temuan kasus TB BTA+ di wilayah puskesmas sooko pada tahun 2017 sebesar 29
kasus dengan angka keberhasilan pengobatan sebesar 91,07% (Dinkes Kab Mojokerto,
2017).
Untuk mencegah terjadinya konsekuensi tersebut, yang dapat dilakukan adalah
dengan mencegah TB itu sendiri atau dengan menatalaksana secepatnya. Dalam SKDI
(Standar Kompetensi Dokter Indonesia), TB tanpa komplikasi memiliki level kompetensi
4A, maka seorang dokter umum harus dapat mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan
TB tanpa komplikasi secara mandiri dan tuntas (Sigit, 2014).
Makalah ini dibuat untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien TB terkait
penyakitnya, sehingga dapat membantu tenaga medis untuk mengantisipasi dan
mengurangi penyebaran penyakit dan mampu memperoleh hasil pengobatan yang efektif
dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit pada pasien TB di
Perumahan Japan Raya Kecamatan Sooko Kabupaten mojokerto?”
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit pada
pasien TB di Perumahan Japan Raya Kecamatan Sooko Kabupaten mojokerto.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Puskesmas
Mengurangi angka penularan penyakit tuberculosis dan meningkatkan tingkat
kesadaran akan penyakit dan komplikasinya.
2. Bagi Kader Kesehatan
Sebagai bahan informasi dan masukan untuk kader kesehatan sehingga bisa
memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
3. Bagi Penulis
Sebagai penerapan proses berfikir secara ilmiah dalam menganalisa masalah, juga
sebagai media untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
BAB II
PERENCANAAN DAN INTERVENSI

2.1 Subyek Mini Project


Subyek dalam penelitian ini adalah pasien TB yang berada di Perumahan
Japan Raya di wilayah Sooko.

2.2 Ruang Lingkup Mini Project


Ruang lingkup mini project ini adalah pasien, keluarga yang tinggal
serumah dengan pasien, serta lingkungan rumah, dan tempat kerja pasien.

2.3 Metode Pengambilan Data


Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuisioner
kepada pasien saat home visite.
BAB III
PELAKSANAAN

3.1 Waktu Dan Tempat Miniproject


3.3.1 Tempat Peneltian
Lokasi penelitian dilakukan di rumah koresponden Nn. AFF, di
Perumahan Japan Raya, Kecamatan Sooko, Kabupaten mojokerto.

3.3.2 Waktu Penelitian


Waktu peneltian dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2019 sekitar pukul
10.00 sampai 11.00

3.2 Subyek Penelitian


Subyek penelitian berjumlah 1 orang di masing-masing desa yang sudah
ditentukan.

3.2.1 Biodata Pasien


Nama : Nn. AFF
Tanggal lahir : 12-Maret-1998
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Perumahan Japan Raya
Pekerjaan : Mahasiswa
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Lama pengobatan : 2 Bulan pengobatan
Berat saat sakit : 42 Kg
Berat badan saat ini : 44 Kg
3.3 Alur Pelaksanaan

Meminta ketersediaan
responden untuk menjadi subjek
penelitian

Pengumpulan data diri


responden

Melakukan wawancara pretest


tentang tuberculosis untuk
mengukur tingkat pengetahuan
sebelum dilakukan intervensi
dan survey keadaan rumah
serta lingkungan sekitar rumah

Dilakukan diskusi tentang


Tuberculosis

Pembagian dan pengisian


kuisioner posttest tentang
tuberculosis

Evaluasi dan feedback dari hasil


jawaban posttest

3.4 Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan adalah berupa kunjungan ke rumah pasien.
Kegiatan kunjungan dilaksanakan selama 2 kali kunjungan. Kunjungan yang
pertama dilakukan adalah perkenalan, melakukan pretest, wawancara terkait
riwayat penyakit pasien dan intervensi berupa edukasi lebih dalam tentang penyakit
TB. Pada pasien ini keluhan awal pasien adalah sesak dan batuk lebih dari 2 minggu
tanpa disertai darah dan batuk terutama malam hari serta berkeringat dingin juga
menggigil. Pasien sudah berobat ke Klinik 2x tetapi belum sembuh dankemudian
ke dokter spesialis Paru sekali belum sembuh dan kemudian di test dahak baru
mengetahui bahwa pasien terkena TB. Kemungkinan besar pasien terkena TB d
kostnya karena terletak di lingkungan padat penduduk dan kurangnya ventilasi
udara di kamarnya di daerah Lidah Wetan, Surabaya.
Pada kunjungan ke-2, dilakukan pengisian kuesioner post test, dokumentasi,
dan evaluasi hasil intervensi pada kunjungan pertama.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Penilaian upaya pencegahan penyakit tuberkulosis dilakukan dengan cara
memberikan 2 macam kuisioner lalu membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor
yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase.
Selanjutnya presentase jawaban diinterpresentasikan dalam kalimat kualitatif dengan cara
sebagai berikut:
Skor Penilaian Interpretasi Tingkat
Pengetahuan
76-100% Baik
56-75% Cukup
0-55% Kurang

Berikut ini adalah hasil penelitian sebelum dilakukan intervensi dan pada saat
setelah dilakukan intervensi didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1. Hasil Pretest Responden Menurut Pengetahuan tentang Penyakit Tuberkulosis
Berdasarkan data yang didapat dari kuesioner, diketahui jawaban pretest responden
memperoleh skor jawaban benar 80% pada kuisioner 1 dan 70% pada kuisioner 2. Maka
dari itu tingkat pengetahuan responden ini masuk dalam kategori cukup. Responden ini
sudah sedikit memahami kondisi lingkungan yang baik untuk mencegah penyebaran
infeksi TB, kurang memahami apa itu TB, dan juga kurang memahami langkah pengobatan
yang harus dijalani hingga TB yang diderita dinyatakan tuntas.

4.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penularan Penyakit TB Pada Responden


Melakukan anamnesis tentang lingkungan rumah pasien, lingkungan sekitar rumah
pasien (tetangga), dan lingkungan kost pasien untuk mencari apakah pasien tertular dari
lingkungan-lingkungan tersebut dan apakah terdapat faktor yang memperberat kondisi
penyakit pasien.
Dari hasil pengamatan di lingkungan tempat tinggal pasien tidak ditemukan
tetangga atau warga dengan penyakit serupa ataupun warga dengan riwayat terapi TB.
Tetapi ketika dilakukan anamnesis lebih dalam di lingkungan kost pasien di mana tempat
tersebut adalah lingkungan yang padat penduduk, serta pasien juga mengatakan bahwa di
kamar pasien tidak terdpat ventilasi udara.
Selain itu juga dari anamnesis ibu kandung pasien diketahui bahwa pasien
mempunyai daya tahan tubuh yang rentan sejak kecil. Kemudian juga diketahui bahwa
pasien susah makan dan tidak pernah berolahraga.
Setelah kita edukasi kepada pasien dan ibu pasien tentang TB, pasien bakal merubah pola
makan dan berolahraga serta pasien kemungkinan akan mencari tempat kost yang lebih
baik lagi terutama yang terdapat ventilasi udaranya.

4.1.3 Hasil Post test Menurut Pengetahuan Responden tentang Penyakit


Tuberkulosis
Berdasarkan data yang didapat dari kuesioner yang sama seperti saat dilakukan
pretest, diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden memperoleh peningkatan dengan
skor jawaban benar pada kuisioner 1 adalah 80% dan 86,67% pada kuisioner 2. Maka dari
itu tingkat pengetahuan responden ini masuk dalam kategori baik. Responden kini sudah
memahami kondisi lingkungan yang baik untuk mencegah penyebaran infeksi TB,
memahami apa itu TB, dan sudah memahami langkah pengobatan yang harus dijalani
hingga TB yang diderita hingga dinyatakan tuntas.

4.2. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai tingkat pengetahuan
penyakit tuberkulosis pada responden di Perumahan Japan Raya Kec. Mojokerto, dapat
disimpulkan bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan seputar TB yang cukup yaitu
80% jawaban benar pada pertemuan pertama. Dan ketika dilakukan intervensi yang berupa
penyuluhan tentang Tuberculosis, responden memiliki perbaikan tingkat pengetahuan
menjadi 86.67% jawaban benar pada kuesioner, serta perubahan pola hidup yang lebih baik
selama menjalani regimen pengobatan. Dapat disimpulkan juga TB pada pasien ini
ditularkan melalui tempat tinggal kost pasien yang padat penduduk serta tidak ada ventilasi
kemudian diperburuk oleh imunitas dari pasien yang rentan sakit dan pola makan pasien
yang tidak teratur serta susah ditambah kurangnya excersise.

4.3 Saran
1. Kepada pihak pelayanan kesehatan agar senantiasa meningkatkan penyuluhan
kepada masyarakat, sehingga pengetahuan mereka dapat terus meningkat, karena
dengan meningkatnya pengetahuan akan berpengaruh kepada kesadaran
masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan penyakit tuberkulosis.
2. Kepada masyarakat agar dapat menerapkan apa yang telah mereka diketahui dan
pahami tentang upaya pencegahan penyakit tuberkulosis.
3. Kepada peneliti selanjutnya dapat menggunakan jumlah sampel yang lebih besar
dan metode penelitian yang berkelanjutan.
4. Melakukan pemeriksaan dahak khususnya pada keluarga penderita TB yang tinggal
serumah.
5. Memberikan dorongan atau motivasi kepada masyarakat untuk melakukan pengobatan
secara teratur bagi penderita TB.
6. Diharapkan adanya kelonggaran dari dokter maupun pemegang program untuk
memeriksakan pasien yang dicurigai terinfeksi TB sehingga bisa menaikkan angka
CDR (Case detection rate).
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta: Depkes RI;
2007
Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto. 2017. Profil Kesehatan kabupaten mojokerto
tahun 2017.
Kemenkes RI, 2011. Stop TB Terobosan Menuju Akses Universal Statregi Nasional
Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia 2011-2014.
WHO,2007 . 2014 Pedoman Pengendalian Tuberkulosis :01-03
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, etc, eds. Pedoman
pelayanan medis paru. Ed 1. Jakarta: Badan penerbit Ganesha; 2010
Retno Asti Werdhani, 2011. Patofisiologi, Diagnosis, Klasifikasi Tuberculosis.
Departemen Ilmu Kedokteran Okupasi, Komunitas dan Keluarga.
LAMPIRAN :
1. DOKUMENTASI PENYULUHAN
2. KUESIONER
3. LEAFLET

Lampiran 1
DOKUMENTASI PENYULUHAN
Lampiran 2

KUISIONER 1
TINGKAT PENGETAHUAN TUBERKULOSIS (TBC)
A. Karakteristik Responden
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
B. Pengetahuan
Isilah pernyataan dibawah ini dengan memberi tanda chek list (√) pada kotak.Benar
atau Salah sesuai dengan jawaban anda.
No Pertanyaan B S
1. Jika saya mengeluh batuk lama + 1 minggu, saya akan memeriksakan diri
ke puskesmas
2. Jika saya mengenal orang dengan penyakit TB Paru maka saya akan
menjauhi orang tersebut
3. Apabila batuk atau bersin, penderita TB Paru harus menutup mulutnya
untuk mencegah penyebaran kuman TB Paru.
4. Membuka jendela dan masuknya sinar matahari dalam rumah merupakan
hal yang penting dalam pencegahan penyakit TB Paru
5. Orang yang menderita TB Paru harus meminum sebanyak 2 obat selama 6
bulan
6. Penyakit TB dapat ditularkan melalui ASI, oleh sebab itu ibu yang
menyusui harus mengganti ASI dengan susu formula.
7. Penyakit TB merupakan penyakit yang diturunkan dari orang tua, namun
terdapat vaksin untuk mencegahnya.
8. Membuka jendela atau ventilasi setiap hari untuk pertukaran udara.
9. Mengusahakan agar sinar rmatahari dapat masuk ke dalam rumah (melalui
genteng kaca, lubang angin, dll.)
10. Lantai dan tembok rumah di semen atau di keramik.
11. Salah satu penyebab TB adalah polusi udara dalam rumah, seperti asap
dapur dan asap rokok.
12. Keluhan batuk + 1 minggu segera diperiksakan ke pelayanan kesehatan.

13. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah hunian dalam satu kamar tidak boleh
lebih dari 3 orang jika mengalami keluhan batuk.
14. Penyebaran TB dapat melalui hubungan seksual.
15. Gejala TB selain batuk adalah berkeringat di malam hari, penurunan
berat badan + 5kg dalam 3 bulan, sesak, dan batuk mengeluarkan
darah
Keterangan:
B = Benar S = Salah
Kuisioner 2
1. Menurut Anda, apakah pengertian dari penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru)?
a. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis.
b. Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan karena berganti ganti
pasangan.
c. Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan karena keturunan.

2. Menurut Anda, kuman TB Paru itu dapat menyerang bagian tubuh mana?
a. Paru-paru
b. Lambung
c. Jantung

3. Apa penyebab penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru)?


a. Keturunan
b. Kuman atau Bakteri
c. Asap rokok / zat kimia lainnya

4. Dari gejala dibawah ini, mana yang bukan termasuk gejala penyakit TB Paru?
a. Batuk lebih dari 2 minggu
b. Keringat malam dan demam
c. Sering kencing pada malam hari

5. Apa gejala dari penyakit TB Paru yang anda ketahui?


a. Pilek yang tidak sembuh sembuh
b. Kejang otot
c. Batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih

6. Bagaimana cara membuang dahak yang benar?


a. Meludah di pekarangan rumah
b. Ditampung dalam wadah berisi pasir atau alkohol
c. Meludah di tanah

7. Apa yang bisa terjadi apabila TB Paru tidak segera diobati?


a. Paru-paru basah
b. Tidak ada pengaruh
c. Kematian

8. Bagaimana lingkungan rumah yang baik untuk pencegahan penyakit TB?


a. Rumah yang bersih
b. Rumah yang temboknya terbuat dari batu bata
c. Rumah yang ada ventilasi / pencahayaan baik dan tidak padat penghuni
9. Menurut anda, melalui apa penyakit TB Paru dapat menular?
a. Hubungan seksual
b. Air kencing
c. Percikan dahak

10. Bagaimana pengobatan dari penyakit TB Paru?


a. Minum obat dengan teratur sampai batas waktu yang ditentukan
b. Memberikan vaksin anti TB dan obat batuk
c. Obat suntik anti TB

11. Apa yang Anda lakukan ketika batuk dan bersin?


a. Membuang dahaknya di tempat sampah
b. Menutup mulut
c. Batuk dan bersin seperti biasa

12. Salah satu pencegahan dari penyakit TB Paru adalah meningkatkan daya tahan
tubuh dengan makan makanan yang bergizi. Menurut Anda, seperti apa makanan
yang bergizi itu?
a. Makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
b. Makanan yang tidak berminyak
c. Minum air hangat

13. Apakah penyakit TB dapat sembuh total ?


a. Ya
b. Tidak

14. Apakah orang yang tinggal serumah dengan penderita TB Paru bisa tertular?
a. Ya
b. Tidak

15. Apakah penyakit TB Paru dapat dicegah dengan imunisasi?


a. Ya
b. Tidak

16. Apakah penderita yang terkena TB dapat menularkan TB melalui alat makan yang
digunakan sehari-hari yang tidak dicuci bersih ?
a. Ya
b. Tidak

17. Apakah penderitat TB Paru yang sudah selesai pengobatan dan dinyatakan sembuh
dapat terkena TB lagi di kemudian hari?
a. Ya
b. Tidak

19
18. Pada Ibu yang menyusui apakah dapat menularkan TB pada ASInya ?
a. Ya
b. Tidak

19. Jika menemukan gejala seperti kencing berwarna merah, keringat berwarna merah,
dan gangguan penglihatan saat mengonsumsi obat TB apakah yang anda lakukan?
a. Berhenti terapi
b. Melanjutkan terapi dengan berkonsultasi
c. Mengganti dengan obat yang lain

20. Mengapa TB perlu segera diobati?


a. Karena TB dapat menyerang organ selain paru paru dan dapat memperparah
kondisi
b. Karena TB merupakan penyakit yang mengganggu aktivitas sehari hari
c. Karena malu dengan tetangga

20
Lampiran 3
Leaflet

21

Anda mungkin juga menyukai