Anda di halaman 1dari 8

RESMUME PSIKOSOSIAL

MASYARAKAT RUMAH SAKIT DAN KEBUDAYAAN

DISUSUN OLEH:
RETNO DWI LESTARI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
2020
RESUME
“MASYARAKAT RUMAH SAKIT DAN KEBUDAYAAN”
A. Definisi Mayarakat
Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata
Latin socius yang berarti (kawan). Dalam definisi lain, masyarakat adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat
ciri yaitu interaksi antar warga-warganya, adat istiadat, kontinuitas waktu, dan
rasa identitas kuat yang mengikat semua warga (Koentjaraningrat, 2009)
Menurut Selo Soemardjan (dalam Soerjono Soekanto, 2006) adalah orang-
orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka
mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap,
dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan. Ada beberapa unsur dalam
masyarakat antara lain adalah:
 Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama;
 Bercampur untuk waktu yang cukup lama;
 Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan;
 Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama (Emile Durkheim dalam
Soleman B. Taneko, 1984)
B. Definisi Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization) rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
“Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat ”.
1. Asas Dan Tujuan Rumah Sakit
Dalam pasal 2 Undang Undang No 44 tahun 2009 disebutkan “Rumah Sakit
diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan,
etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi
sosial”. Adapun tujuan penyelenggaraan Rumah Sakit adalah seperti dirumuskan
dalam pasal 3 Undang-Undang kesehatan, dimana disebutkan bahwa:
“Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.” Sedangkan Dalam
pasal 3 Undang Undang No 44 tahun 2009 penyelenggaraan Rumah Sakit
bertujuan:
 Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
 Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.
 Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit
 Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
2. Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit
Pasal 4 Undang Undang No 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
menjelaskan Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
3. Jenis Rumah Sakit
Ada beberapa jenis rumah sakit yang memberikan pelayanan terhadap setiap
pasien diantaranya:
a. Rumah sakit umum
b. Rumah sakit terspesialisasi
c. Rumah sakit penelitian/pendidikan
d. Rumah sakit lembaga/perusahaan
e. Klinik
C. Kebudayaan Rumah Sakit
Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan yang kompleks mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, sosial, hukum, adat istiadat, dan
kemampuanyang lain seperti kebiasaan yang diadakan oleh manusiasebagai
anggota dalam masyarakat (Soekanto,2002). Bronislaw Malinowski mengatakan
ada 4 unsur pokok yang meliputi:
 Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
 Organisasi ekonomi
 Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
 Organisasi (kekuatan) politik
Budaya sendiri memiliki 3 wujud utamya yaitu:
 Gagasan: Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.
 Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan
sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia
yang saling berinteraksi,mengadakan kontak.
 Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan,dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-
benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi
Cateora, yaitu kebudayaan material, nonmaterial, lembaga sosial, sistem
kepercayaan, estetika, dan bahasa. Kebudayaan akan terus mngalami perubahan
yang didorong oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Tekanan kerja dalam masyarakat, penemuan baru
b. Keefektifan komunikasi (kontak dengan budaya lain)
c. Perubahan lingkungan alam, termasuk lingkungan masyarakat
Masuknya suatu kebudayaan baru ke kebudayaanl lain sebagai akibat dari
perubahan sosial budaya dikenal dengan penetrasi budaya. Dimana penetrasi
budaya dapat dilalui dengan dua cara yaitu penetrasi damai (penetration
pasifique) dan penetrasi kekerasan (penetration violante).
Rumah sakit sendiri adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena
ia merupakan institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri serta
fungsi-fungsi yang khusus dalam proses menghasilkan jasa medik dan
mempunyai berbagai kelompok profesi dalam pelayanan penderita. Di samping
melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan masyarakat, rumah sakit juga
mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian (Boekitwetan 1997).
Rumah sakit di Indonesia pada awalnya dibangun oleh dua institusi. Pertama
adalah pemerintah dengan maksud untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat umum terutama yang tidak mampu. Kedua adalah institusi
keagamaan yang membangun rumah sakit nirlaba untuk melayani masyarakat
miskin dalam rangka penyebaran agamanya. Akhir-akhir ini terjadi perubahan
orientasi pemerintah tentang manajemen rumah sakit dimana rumah sakit
pemerintah kini digalakkan untuk mulai berorientasi ekonomis. Untuk itu,
lahirlah konsep Rumah Sakit Swadana dimana investasi dan gaji pegawai
ditanggung pemerintah namun biaya operasional rumah sakit harus ditutupi dari
kegiatan pelayanan kesehatannya (Rijadi 1994). Dengan demikian, kini rumah
sakit mulai memainkan peran ganda, yaitu tetap melakukan pelayanan publik
sekaligus memperoleh penghasilan atas operasionalisasi pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada masyarakat. Karena adanya dinamika internal
(perkembangan peran) dan tuntutan eksternal yang semakin berkembang, rumah
sakit dihadapkan pada upaya penyesuaian diri untuk merespons dinamika
eksternal dan integrasi potensi-potensi internal dalam melaksanakan tugas yang
semakin kompleks.
Seiring dengan membaiknya tingkat pendidikan, meningkatnya keadaan
sosial ekonomi masyarakat, serta adanya kemudahan dibidang transportasi dan
komunikasi, majunya IPTEK serta derasnya arus sistem informasi mengakibatkan
sistem nilai dalam masyarakat berubah. Masyarakat cenderung menuntut
pelayanan umum yang lebih bermutu termasuk pelayanan kesehatan. Pelayanan
rumah sakit yang baik bergantung dari kompetensi dan kemampuan para
pengelola rumah sakit dimana kompetensi tersebut didapat melalui pendidikan,
pelatihan, pengaturan, dan disiplin.
Dalam perkembangan teknologi dan berbagai bidang lainnya tercipta sebuah
istilah yang menandakan sebagai suatu Budaya dalam lingkup kesehatan yang
dikenal dengan Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dimana KERS merupakan
suatu badan resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin ilmu kesehatan
yang bertugas untuk menangani berbagai masalah etik yang timbul dalam rumah
sakit. KERS dapat menjadi sarana efektif dalam mengusahakan saling pengertian
antara berbagai pihak yang terlibat seperti dokter, pasien, keluarga pasien dan
masyarakat tentang berbagai masalah etika hukum kesehatan yang muncul dalam
perawatan kesehatan di rumah sakit. Ada tiga fungsi KERS ini yaitu pendidikan,
penyusun kebijakan dan pembahasan kasus. Jadi salah satu tugas KERS adalah
menjalankan fungsi pendidikan etika. Dalam rumah sakit ada kebutuhan akan
kemampuan memahami masalah etika, melakukan diskusi multidisiplin tentang
kasus mediko legal dan dilema etika biomedis dan proses pengambilan keputusan
yang terkait dengan permasalahan ini.
a. Karakteristik Kebudayaan Rumah Sakit (Organisasi)
Ada berbagai karakteristik kebudayaan rumah sakit:
 Asumsi karyawan tentang keterkaitan lingkungan organisasi yang
menunjukkan bahwa organisasi saat ini telah dipengaruhi oleh pihak
eksternal.
 Tentang pandangan karyawan mengenai bagaimana sesuatu itu
dipandang sebagai fakta atau tidak (kriteria realitas) dan bagaimana
sesuatu itu ditentukan sebagai benar atau tidak (kriteria kebenaran).
 Pandangan yang berkenaan dengan hakikat sifat dasar manusia.
 Asumsi tentang hakikat aktivitas manusia yang menunjukkan bahwa
aktivitas manusia itu harmoni atau selaras dengan aktivitas
organisasi.
 Asumsi hakikat hubungan manusia yang hasilnya menunjukkan
bahwa hubungan antar karyawan lebih bersifat kekeluargaan.
b. Macam-macam budaya rumah sakit
1. Budaya Melayani: Sesuai dengan perkembangan baru dalam
paradigma pelayanan, budaya kerja rumah sakit yang positif adalah
budaya melayani. Dengan mengorientasikan tindakan untuk kepentingan
bersama. Apabila tindakan ini dilakukan secara baik maka pada akhirnya
akan menghasilkan budaya kerja positif.
2. Budaya Mutu: peningkatan mutu menjadi prioritas layanan rumah
sakit
c. Fungsi Budaya Kerja
Ada beberapa fungsi budaya kerja diantaranya identitas organisasi,
kestabilan organisasi, dan alat pendorong mencapai tujuan organisasi
D. Tipe Gemeinschaft (Masyarakat Paguyuban)
Gemeinschaft merupakan tipe masyarakat yang bersifat homogeny, sebagian
besar diikat kekerabatan dan hubungan organic, dan memiliki kohesi moral yang
didasarkan pada sentiment keagamaan yang umum.
Gemeinschaft (masyarakat paguyuban) sendiri terbagi menjadi tiga bagian yaitu,
Gemeinschaft of blood (ikatan-ikatan kekerabatan), Gemeinschaft by place (ikatan
berlandaskan kedekatan letak tempat tinggal serta tempat kerja dan mengacu pada
kehidupan bersama didaerah pedesaan), serta Gemeinschaft of mind (hubungan
persahabatan yang disebabkan karena persamaan keahlian atau pekerjaan).
Gemeinschaft merupakan situasi yang berorientasi pada nilai, aspiratif, memiliki
peran dan terkadang menjadi kebiasaan asal yang mendominasi kekuatan sosial,
Gemeninschaft lahir dari dalam individu, keinginan berhubungan didasarkan atas
kesamaan dalam keinginan dan tindakan. Kesamaan individu dalam hal ini
merupakan faktor penguat hubungan sosial yang kemudia diperkuat dengan adanya
hubungan emosional serta interaksi antar individu.
Perbedaan antara gemeinschaft dengan gesellschaft
Gemeinschaft Gesellschaft
Adanya hubungan perasaan kasih sayang Hubungan antaranggota bersifat formal

Adanya keinginan untuk meningkatkan Memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal
kebersamaan
Tidak suka menonjolkan diri Memperhitungkan nilai guna (utilitarian)

Selalu memegang teguh adat lama yang Lebih didasarkan pada kenyataan sosial
konservatif

Terdapat ikatan batin yang


kuat antaranggota

Hubungan antaranggota bersifat informal

DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua. Balai Pustaka. Jakarta.
Pasal 2,3 dan 4. Undang Undang No 44 tahun 2009
Putri, H. Dkk. 2019. Pengaruh Kebudayaan Dalam Pelayanan Rumah Sakit. STIKES
Yarsi Mataram

Utami, Resti. 2018. Konsep Kebudayaan: Kebudayaan dan Masyarakat Rumah Sakit

Yatulloh, D. 2014. Budaya rumah sakit. Diakses pada 12 Oktober 2020


http://daviqayatulloh.blogspot.com/p/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none_7608.html

Yusniati, N. S. (2013). Manusia Dan Masyarakat. Jakarta: Ganeca Exact.

Anda mungkin juga menyukai