Anda di halaman 1dari 49

PAJAK PENGHASILAN

PASAL 22
PRODI AKUNTANSI
SEKOLAH VOKASI IPB
ASPEK PAJAK PENGHASILAN

SIAPA -SIAPA
SUBJEK YANG BERPERAN

APA-APA
OBJEK YANG DIKENAKAN
PAJAK

TARIF
DPP
DAN
& PERHITUNGAN
TARIF
KEWAJIBAN
ADMINISTRASI MENURUT PERATURAN

30 March 2023
PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN
PAJAK PENGHASILAN

Penghasilan
Dibayarkan kepada Dibayarkan Dibayarkan atas
Dibayarkan atas
atas
ORANG PRIBADI Hadiah (selain OBYEK-OBYE
PEMBELIAN obj.21) K
sehubungan dgn: BARANG Bunga PPh Final
Pekerjaan Deviden
Jabatan Royalti
Jasa Sewa
Kegiatan Jasa (selain obj.21)

PPh PPh
PPh Ps.22 PPh Final
Ps.21/26 Ps.23/26

Dapat Dikreditkan Dalam SPT Tahunan


Skema Pemotongan/Pemungutan Pihak
Lain(Ketiga)
PPN PPnBM

SEWA JASA BARANG

SELAIN SELAIN
TANAH/ KONS
TANAH/ KONSTRUKSI
BGNAN TRUKSI
BGNAN
ORANG
BADAN / ORANG PRIBADI BADAN
PRIBADI
2 3 2 1
PPh PSL 23 PPh FINAL PASAL 4 (2) PPh PSL 23 PPh PSL 21 PPh PSL 22

HANYA
SELURU
PENGALIHAN 30 ORANG
JENIS BADAN H
TANAH/BNGNAN PRIBADI JASA
JASA

PENGHARGAAN UNDIAN ATAU SELAIN UNDIAN HADIAH


DIVIDEN,BUNG
3 PPh FINAL PASAL 4 (2)
A
ROYALTI PPh PASAL 23 2
4
PPh Pasal 22
(1) Menteri Keuangan dapat menetapkan:
a. bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang;
b. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang
melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan
c. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas
penjualan barang yang tergolong sangat mewah
(2) Ketentuan mengenai dasar pemungutan, kriteria, sifat, dan
besarnya pungutan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
(3) Besarnya pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor
Pokok Wajib Pajak
SPT Normal: disampaikan
pertama kali
SPT Pembetulan:
disampaikan setelah SPT
Normal
Masa April 2022:
04/2022

1. Badan Usaha tertentu (BUMN; BUMN yang 4. Industri/badan usaha yang melakukan
telah mengalami restrukturisasi; Badan usaha pembelian komoditas tambang minerba
ttt yang dimiliki BUMN) dari Badan/OP pemegang IUP
2. Badan Usaha Industri (Industri Semen; 5. Badan Usaha yang menjual emas
Industri Kertas; Industri Baja; Industri otomotif; batangan
Industri farmasi) 6. WP Badan yang melakukan penjualan
3. Badan Usaha Industri/Eksportir yang barang sangat mewah
membeli bahan-bahan hasil kehutanan 7. Bendahara Pemerintah (bendahara
perkebunan, pertanian, peternakan, dan Pemerintah dan KPA; Bendahara
perikanan yang belum melalui proses industri Pengeluaran; KPA/Penerbit SPM)
manufaktur, untuk keperluan industrinya atau 8. Bank Devisa/DJBC (Ditjen Bea Cukai)
ekspornya 9. Produsen/Importir BBM/BBG/Pelumas
10. ATPM,APM, Importir umum
kendaraan bermotor
PEMUNGUT PPh PASAL 22 NON N
PMK-224/PMK.011/2012 = 100% PWP
LEB
TINGG IH
PEMUNGUT OBJEK I

- BANK DEVISA
IMPOR BARANG
- DITJEN BEA DAN CUKAI
- BENDAHARA PEMERINTAH
PEMBAYARAN ATAS PEMBELIAN
- BENDAHARA PENGELUARAN
BARANG
- KUASA PENGGUNA ANGGARAN

10 BUMN TERTENTU PEMBAYARAN ATAS PEMBELIAN


BARANG DAN/ATAU BAHAN-BAHAN
BANK-BANK BUMN UNTUK KEPERLUAN USAHANYA

PENJUALAN HASIL PRODUKSI


BADAN USAHA DI BID. INDUSTRI SEMEN,
KEPADA DISTRIBUTOR
KERTAS, BAJA, OTOMOTIF DAN FARMASI
DI DALAM NEGERI

ATPM, APM, DAN IMPORTIR UMUM PENJUALAN KENDARAAN


KENDARAAN BERMOTOR BERMOTOR DI DALAM NEGERI

PRODUSEN ATAU IMPORTIR BAHAN PENJUALAN BBM, BBG DAN


BAKAR MINYAK, GAS, DAN PELUMAS PELUMAS

INDUSTRI ATAU EKSPORTIR DI BID PEMBELIAN BAHAN–BAHAN DARI


PERTANIAN, PERKEBUNAN, PERHU PEDAGANG PENGUMPUL UNTUK
TANAN, PERIKANAN KEPENTINGAN INDUSTRI/EKSPOR
PPh Pasal 22

PPh Pasal 22 adalah Pajak yang dipungut dalam Tahun Pajak yang
bersangkutan oleh :

• Bank devisa dan Ditjen Bea Cukai, atas impor barang;


• Ditjen anggaran, Bendaharawan Pemerintah atas pembelian
barang;
• Badan usaha yang bergerak di industri semen, kertas, baja,
otomotif;
• Pertamina, atas penjualan hasil produksi berupa premium, solar,
pelumas, minyak tanah, dan gas LPG kepada pembeli yang bukan
sebagi penyalur/aden/dealer;
• Bulog, atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu kepada
pembeli yang bukan sebagai penyalur/grosir;

Peraturan Menteri Keuangan No. 224/PMK.011/2012


No Pemungut Objek Tarif
1 Badan usaha dalam bidang Penjualan hasil produksi a. Penj. Kertas: 0.1% x DPP PPN
industry semen, industri kepada distributor dalam b. Penj. Semen:0.25% x DPP PPN
kertas, industri baja, industri negeri c. Penj. Baja:0.3% x DPP PPN
otomotif, dan industri d. Penj. Kend.bermotor: 0.45% x DPP
farmasi PPN
e. Penj. Obat: 0.3% x DPP PPN
2 Industri/Eksportir yang Pembelian bahan-bahan 0.25% x harga pembelian exc. PPN
membeli bahan-bahan hasil hasil kehutanan, erkebunan, (untuk jumlah di atas Rp 20.000.000,
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan selain itu dikecualikan)
pertanian, peternakan, dan perikanan yang belum *Juga berlaku jika pembeli adalah
perikanan yang belum melalui proses industri badan usaha tertentu (tarifnya 0,25%,
melalui proses industri manufaktur, untuk keperluan bukan 1,5%)
manufaktur, untuk industri/ekspor
keperluan industri/ekspor
3 Industri/badan usaha yang Pembelian minerba dari 1.5% x harga pembelian exc. PPN
melakukan pembelian badan/OP
komoditas minerba dari pemegang IUP
Badan /OP pemegang IUP
BADAN USAHA TERTENTU

PENJUALAN HASIL PRODUKSI


KEPADA DISTRIBUTOR DI DALAM NEGERI

INDUSTRI SEMEN 0,25% x DPP PPN TIDAK FINAL

INDUSTRI KERTAS 0,1% x DPP PPN TIDAK FINAL

INDUSTRI BAJA 0,3% x DPP PPN TIDAK FINAL

INDUSTRI OTOMOTIF 0,45% x DPP PPN TIDAK FINAL

INDUSTRI FARMASI 0,3% x DPP PPN TIDAK FINAL

Wajib memungut PPh Pasal 22 dari distributor/penyalurnya pada saat


transaksi penjualan produk-produk tersebut
INDUSTRI ATAU EKSPORTIR DI BIDANG
PERTANIAN, PERKEBUNAN, PERHUTANAN,
DAN PERIKANAN

PEMBELIAN BAHAN – BAHAN UNTUK


KEPENTINGAN INDUSTRI/EKSPOR DARI
PEDAGANG PENGUMPUL

PPh PASAL 22 = 0,25% x NILAI PEMBELIAN

SAAT TERUTANG ADALAH PADA SAAT PEMBELIAN


No Pemungut Objek Tarif
1 WP Badan Penjualan barang sangat mewah: a. 1% dari harga jual untuk
a. Pesawat terbang pribadi dan objek huruf c dan d
helikopter pribadi b. 5% dari harga jual, untuk
b. Kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya objek selain huruf c dan d
c. Rumah dan tanah dengan harga
jual/pengalihan >Rp30M atau luas
bangunan >400m2
d. Apartemen, kondominium, dan
sejenisnya dengan harga jual /
pengalihan >Rp30M atau luas bangunan
>150m2
e. Kendaraan bermotor roda empat
pengangkutan orang < 10 orang berupa
sedan, jeep, SUV, MPV, minibus, dan
sejenisnya dengan harga jual >Rp2M
atau kapasitas silinder >3.000 cc;
dan/atau
f. Kendaraan bermotor roda dua dan
tiga, dengan harga jual >Rp300juta atau
kapasitas silinder >250cc

RUMAH MEWAH APARTEMEN MEWAH MOBIL MEWAH


KAPAL PESIAR 30.000.000.000 LEBIH 5.000.000.000 LEBIH
30.000.000.000 LEBIH
10.000.000.000 LEBIH DAN LUAS BGN DAN KAPASITAS
DAN/ATAU LUAS
400 M2 LEBIH BGN 150 M2 LEBIH 3.000 CC LEBIH
WAJIB PAJAK BADAN YANG MELAKUKAN PENJUALAN
BARANG YANG TERGOLONG SANGAT MEWAH
PMK-253/PMK.03/2008

PEMUNGUT PPH PASAL 22

BARANG SANGAT MEWAH


Pesawat udara pribadi
Kapal Pesiar dan sejenisnya
Rumah Sangat Mewah
Apartemen/Kondominium Sangat Mewah
Kendaraan Bermotor Roda 4 Sangat Mewah
No Pemungut Objek Tarif
1 Badan Usaha ttt Pembayaran atas pembelian 1.5% dari harga beli, kecuali:
a. BUMN barang dan atau bahan/bahan a. Jumlahnya paling banyak Rp10jt dan
b. BUMN restrukturisasi untuk kegiatan usahanya bukan pembayaran yg dipecah dr suatu
c. Badan Usaha yang dimiliki transaksi yg nilai sebenarnya > Rp
BUMN 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
b. Pembayaran untuk pembelian BBM, BBG,
pelumas, benda pos serta pemakaian air
dan listrik
*Jika BU ttt membeli bahan-bahan hasil
kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan yang belum
melalui proses industri manufaktur, untuk
keperluan industri/ekspor, tarif yang
digunakan adalah 0,25%, bukan 1,5%.
2 Bendahara / Kuasa Pengguna Pembayaran atas pembelian 1.5% dari harga beli, kecuali:
Anggaran barang a. Jumlahnya paling banyak Rp2jt dan dan
bukan pembayaran yg dipecah dr suatu
transaksi yg nilai sebenarnya > Rp
2.000.000,00 (dua juta rupiah)
b. Pembayaran dengan kartu kredit
pemerintah atas belanja pemerintah
c. Pembayaran untuk pembelian BBM, BBG,
pelumas, benda pos serta pemakaian air
dan listrik
d. Pembelian barang mengunakan dana BOS
e. Pembelian gabah dan/atau beras
f. Pembayaran kepada WP dengan S.Ket
PP23/2018
g. Pembayaran kepada WP dengan SKB
PotPut
PPh Pasal 22
BENDAHARA
Atas setiap pembelian barang
yang dibebankan kepada
APBN/APBD

Wajib dipungut PPh Pasal 22

Oleh :
- Bendahara Pusat/Daerah
- Bendahara Pengeluaran
- Kuasa Pengguna Anggaran
Bendaharaw
an 1,5 % X Harga pembelian
(tidak termasuk PPN)
PPh Pasal 22 BENDAHARA

Pemungutan atas pembayaran pembelian barang yang


meliputi jumlah di atas Rp 2.000.000 dan bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah

SAAT TERUTANG

SAAT PEMBAYARAN
BUMN TERTENTU DAN BANK-BANK BUMN
1O BUMN TERTENTU
PT Pertamina
PT PLN PEMBAYARAN ATAS
PEMBELIAN
PT PGN BARANG DAN/ATAU
PT TELKOM BAHAN-BAHAN
PT Pembangunan Perumahan UNTUK KEPERLUAN
USAHANYA
PT Wijaya Karya
PT Adhi Karya
PT Hutama Karya
PT Krakatau Steel
dan
Bank-bank BUMN
PPh Pasal 22 BUMN

Pemungutan atas pembayaran pembelian barang yang


meliputi jumlah di atas Rp 10.000.000 dan bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah

SAAT TERUTANG

SAAT PEMBAYARAN
PPh Pasal 22 BENDAHARA

TATA CARA PEMUNGUTAN


DIPUNGUT PADA SETIAP PELAKSANAAN PEMBAYARAN

DISETOR PADA HARI YG SAMA KE BANK PERSEPSI/


KANTOR POS DAN GIRO

SSP / SSE DIISI OLEH DAN ATAS NAMA


REKANAN DAN DITANDATANGANI
OLEH BENDAHARAWAN
(SEBAGAI BUKTI PEMUNGUTAN)

1. WAJIB PAJAK
2. KPP MELALUI KPKN
3. LAMPIRAN SPT MASA
BENDAHARAWAN
4. BANK PERSEPSI/KANTOR
POS DAN GIRO
5. PEMUNGUT
No Pemungut Objek Tarif
1 Bank Devisa dan DJBC a. Impor barang; dan Atas Impor:
b. Ekspor komoditas tambang minerba a. 10% dari nilai impor (Lampiran A PMK
yang dilakukan eksportir, kecuali WP 110/PMK.010/2018) dan barang kiriman
yang terikat dalam perjanjian sampai dengan batas ttt yang dikenai bea
kerjasama pengusanaan masuk dg tariff pembebanan tunggal
pertambangan dan Kontrak Karya b. 7.5% dari nilai impor (Lampiran B PMK
110/PMK.010/2018) dgn/tanpa API
c. 0.5% dari nilai impor atas impor kedelai,
gandum, dan tepung terigu, dgn API
d. 2.5% dari nilai impor (menggunakan API),
selain a,b, c
e. 7.5% dari nilai impor (tanpa API) untuk huruf c
dan d
f. 7.5% dari harga jual lelang atas barang yang
tidak dikuasai Nilai Impor adalah CIF+Bea
Masuk dan pungutan lainnya sesuai ketentuan
Atas ekspor komoditas:
1.5% dari nilai ekspor pada Pemberitahuan
Pabean Ekspor (Lampiran D PMK
110/PMK.010/2018)
Nilai Impor
KURS
MENKEU
COST, INSURANCE, FREIGHT (CIF) = XXXX
BEA MASUK (IMPORT DUTY) = XXXX
NILAI IMPOR = XXXX
PPN = XXXX
PPnBM = XXXX
PPh PASAL 22 = XXXX
EMKL = XXXX
HARGA JUAL IMPORT = XXXX
BANK DEVISA DAN DITJEN BEA CUKAI
PPh Pasal 22 Impor
7,5 % x Nilai 7,5 % x Nilai
Impor Impor
(apabila (Apabila tidak
memiliki memiliki
API) 7,5 % x Harga API)
Lelang

Kedelai, gandum, tepung


PPH PASAL 22 = 0,5% x NILAI
terigu
IMPOR
SAAT PEMBAYARAN BEA MASUK/
SAAT TERUTANG PENYELESAIAN DOKUMEN
No Pemungut Objek Tarif
1 Produsen/Importir Penjualan BBM, BBG, dan BBM:
BBM, BBG, dan pelumas pelumas a. 0.25% dari penjualan tidak termasuk PPN
untuk penjualan kepada SPBU Pertamina;
b. 0.3% dari penjualan tidak termasuk PPN
untuk penjualan kepada SPBU bukan
Pertamina
c. 0.3% dari penjualan tidak termasuk PPN
untuk penjualan kepada pihak selain a dan
b (Tidak Final)
BBG:
0.3% dari penjualan tidak termasuk PPN
Penyalur/Agen: Final
Non Penyalur/Agen: Tidak Final
Pelumas:
0.3% dari penjualan tidak termasuk PPN
TARIF DAN DASAR PEMUNGUTAN

PRODUSEN ATAU IMPORTIR BAHAN


BAKAR MINYAK, GAS, DAN PELUMAS

JENIS SPBU SPBU SWASTA/


PRODUKSI PERTAMINA LAINNYA

BAHAN BAKAR
0,25% X PENJUALAN 0,3% X PENJUALAN
MINYAK

BAHAN BAKAR
0,3% X PENJUALAN 0,3% X PENJUALAN
GAS

PELUMAS 0,3% X PENJUALAN 0,3% X PENJUALAN

NILAI PENJUALAN TIDAK TERMASUK PPN


No Pemungut Objek Tarif
1 ATPM/APM/importir Penjualan kendaraan 0.45% dari dasar pengenaan PPN
umum kendaraan bermotor di dalam negeri *jika kendaraan yang dijual termasuk
bermotor dalam kategori barang sangat mewah
maka menggunakan tarif 5%, bukan
0,45%
2 Badan usaha yang Penjualan emas batangan 0.45% x harga jual emas batangan
menjual emas di dalam negeri (kecuali penjualan kepada Bank
batangan Indonesia)
TATA CARA PEMUNGUTAN/ PELUNASAN

PPh PASAL 22 ATAS PENJUALAN HASIL


PRODUKSI PERTAMINA DAN BADAN USAHA
SELAIN PERTAMINA YANG BERGERAK DI BIDANG
BBM JENIS PREMIX DAN GAS

DILUNASI SENDIRI OLEH WP


SEBELUM DO DITEBUS

BANK PERSEPSI/
KANTOR POS DAN GIRO

PENYALUR/
PEMBELI LAINNYA
AGEN/GROSIR

SSP FINAL SSP


(SEBAGAI
SSPBUKTI (SEBAGAI
SSPBUKTI
SSP
SSP
PEMUNGUTAN) SSP
SSP
PEMUNGUTAN)
SSP SSP
Beri tanda silang “X” pada kolom yang diisi
Nama Wakil Badan

❑Daftar Bukti Pemungutan PPh Pasal 22


❑Daftar SSP Khusus untuk Bank Devisa/Ditjen Bea Cukai/Badan Usaha yang
ditunjuk selain Pertamina
❑Daftar SSP Penjualan Migas Oleh Pertamina dan selain Pertamina
❑Bukti Pemungutan PPh 22
` Tidak dikenakan PPh Pasal 22
• Impor yg tidak terutang PPh atau dibebaskan dari Bea Masuk & PPN

• Impor sementara yg untuk di ekspor kembali


• Impor kembali (re impor) yang meliputi barang-barang yg telah
diekspor kemudian di impor kembali dalam kualitas yg sama atau
barang-barang yg telah diekspor untuk keperluan perbaikan pengerjaan
dan pengujian yg telah memenuhi syarat yg ditentukan BC

• Pembayaran yg jumlahnya maks Rp 2 juta (utk bendahara) dan Rp 10


juta (utk BUMN)
• Pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM
dan benda-benda pos
• Emas batangan yg akan diproses untuk menghasil-kan barang perhiasan
dari emas untuk ekspor
• Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22

Lihat Pasal 3 PMK 34/PMK.010/2017, antara lain:


▪ Impor barang dan/atau penyerahan barang yang tidak terutang Pajak
Penghasilan
▪ Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau Pajak
ertambahan Nilai (lihat perinciannya: barang perwakilan negara asing, untuk
ibadah/amal/bencana, museum, penelitian, penyandang cacat, peti jenazah,
vaksin polio, buku iptek/pelajaran/agama/kitab suci, kapal, pesawat+suku
cadang, kereta api+suku cadang, peralatan pertahanan negara, dll)
▪ Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan
untuk diekspor kembali
▪ Impor kembali
▪ Impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor,
▪ Pembelian gabah dan/atau beras oleh BULOG, dll
Merah= memakai SKB; ungu = diatur lebih lanjut oleh DJBC/DJP; hijau = tidak
memakai SKB
Ketentuan Tambahan

• Bagi WP yang tidak mempunyai NPWP,


dikenakan tariff 100% lebih tinggi (untuk
pungutan yang sifatnya tidak final)
• Sejak 1 Maret 2017, PPh yang dipungut
dibulatkan dalam ribuan penuh ke bawah
Mekanisme Pemungutan
dan Contoh Perhitungan
PPh Pasal 22
Bendahara Pemerintah
Saat SSP masih
Mengisi SSP Menandatangani memakai hardcopy
a.n. WP SSP

Memungut PPh Ps.22

Menjual barang
Bendahara menyetor
WP DN Pemerintah
Membayar atas pembelian

Membayar PPh Ps.22

Terutang dan
dipungut saat
pembayaran
SSP merupakan
bukti pemungutan
PPh Pasal 22

Menjadi kredit
pajak dalam
perhitungan PPh
Pasal 29

Saat SSP masih memakai hardcopy


Contoh 1
Analisis Kasus:
Pada tanggal 1 April 2022,
➢ Pada transaksi di atas, CV XYZ merupakan rekanan
Bendahara Pemerintah Kota Bogor
Pemkot Depok untuk penyediaan meja kursi kantor.
melakukan kontrak dengan CV XYZ
CV XYZ akan mendapatkan penghasilan dari hasil
untuk membeli meja kursi kantor
penjualan tersebut. CV XYZ merupakan Wajib Pajak
seharga Rp400.000.000,00
Dalam Negeri dan atas transaksi tersebut tidak
ditambah PPN sebesar
dikecualikan dari objek PPh dan tidak dikenakan PPh
Rp44.000.000,00.
bersifat final. Karena transaksi merupakan transaksi
Instruksi: jual beli dengan Bendahara Pemerintah, maka
a. Definisikan jenis PPh yang transaksi tersebut merupakan objek PPh Pasal 22.
terutang dalam transaksi tersebut PPh Pasal 22 yang terutang = 1,5 % x DPP
b. Berapa besarnya PPh yang = 1,5% x Rp400.000.000,00
terutang = Rp6.000.000,00 (ber-NPWP)
PPh Pasal 22 yang terutang = 200% x1,5% x DPP
= 200% x 1,5% x Rp400.000.000,00
= Rp12.000.000,00 (tidak ber-NPWP)
Contoh 2

PT BDA adalah perusahaan eksportir bijih Mangan


(sesuai Lampiran Bagian D PMK Nomor
110/PMK.010/2018). Perusahaan tersebut
melakukan ekspor bijih Mangan dengan nilai ekspor
sebesar Rp600.000.000,00.
Tarif Pemungutan PPh Pasal 22:
PPh Pasal 22 atas ekspor =1.5% x Rp600.000.000
= Rp9.000.000
Contoh 3
Analisis Kasus:
PT AT yang merupakan Perusahaan
Angkutan Udara Niaga Nasional ➢ Transaksi Impor
pada bulan Juni 2016 melakukan ➢ Impor Perusahaan Angkutan Udara Nasional,
impor peralatan simulasi yang dikecualikan dari pemungutan:
penerbangan pesawat terbarunya pesawat udara dan suku cadangnya serta alat
untuk keperluan para pilotnya. keselamatan penerbangan dan alat keselamatan
Nilai impor (termasuk Bea Masuk manusia, peralatan untuk perbaikan dan
dan pungutan pabean lainnya) pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh
peralatan simulasi tersebut Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional, dan
sebesar Rp1.200.000.000,00. PT
AT telah memiliki Angka Pengenal suku cadangnya, serta peralatan untuk perbaikan
Impor (API). atau pemeliharaan pesawat udara yang diimpor
Pertanyaan: oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan
Bagaimana kewajiban pemotongan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan
atau pemungutan PPh terkait dalam rangka pemberian jasa perawatan dan
transaksi tersebut? reparasi pesawat udara kepada Perusahaan
Angkutan Udara Niaga Nasional
Bukan merupakan objek yang dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22
Tarif Pemungutan PPh Pasal 22: 2.5%
PPh Pasal 22 yang dipungut =2.5% x Rp1.200.000.000 = = Rp30.000.000
Contoh 4
PT A yang bergerak di bidang impor mempunyai API
meng-impor mesin pabrik dengan total nilai Impor
US$10,000.00, Bea Masuknya 0%. Kurs konversi mata uang
asing untuk menghitung pajak
terutang termasuk PPh Pasal 22 yang ditetapkan Menkeu
adalah US$1 = Rp15,000.00
Hitunglah PPh Pasal 22 impor.
Jawab:
Nilai Impor = US$10,000.00 x Rp15,000.00 =
Rp150.000.000,00
PPh Pasal 22 = 2,5% x Rp150.000.000 =Rp2.500.000,00
Contoh 5
PT A mempunyai API dan melakukan impor 500 unit computer
dengan harga CIF per unit sebesar US$600. Komputer tersebut
dikenai bea masuk sebesar 25%, PPN 10%, dan PPnBM 29%. Kurs
Tengah BI sebesar Rp15.000 dan kurs Menkeu sebesar Rp12.000,00.
Hitunglah PPh Pasal 22 impor.

Jawab:
Nilai CIF 500 x US$600 x Rp15.000,00 = Rp4.500.000.000,00
Bea Masuk 25% x Rp4.500.000.000 = Rp1.125.000.000,00
Nilai Impor = Rp5.625.000.000,00
PPh Pasal 22 = 2,5% x Rp5.625.000.000 =Rp140.625.000
Contoh 6
a. Nilai pembayaran di bawah
Pada April 2022, sebuah bank BUMN Rp10.000.000,00 sehingga bukan merupakan
melakukan transaksi berikut ini:
a. Membeli makanan siap saji dari objek pemungutan.
sebuah restoran secara tunai untuk b. Pembayaran dilakukan untuk pembelian
keperluan rapat seharga bensin dan benda pos yang merupakan objek
Rp4.000.000,00; yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal
b. Membeli bensin dari SPBU 22, meskipun nilai pembayarannya di atas
Pertamina untuk keperluan
kendaraan dinas seharga Rp10.000.000
Rp15.000.000,00 dan membeli c. Pembayaran merupakan obyek
benda-benda pos Rp3.000.000,00 di pemungutan PPh Pasal 22. PPh yang
kantor pos dipungut adalah sebesar:
c. Membeli secara tunai alat tulis 1,5% x Rp20.000.000,00 = Rp300.000
kantor Rp20.000.000,00 (belum
termasuk PPN) PPh Pasal 22 yang dipungut wajib disetorkan
Hitunglah PPh yang harus dipungut. paling lambat tanggal 10 Mei 2022.
PPh Pasal 22 yang dipungut wajib dilaporkan
paling lambat tanggal 20 Mei 2022
Contoh 7

Pada tanggal 15 Mei 2022, distributor kertas koran PT Berita membeli kertas
koran sbb:
a. pada industri kertas PT Kertas seharga Rp22.200.000,00 termasuk PPN.
b. Pada distributor kertas lain PT Papirus seharga Rp22.200.000,00 tidak
termasuk PPN
Hitunglah PPh yang terutang
a. PPh Pasal 22 terutang sebesar 0,1% x Rp20.000.000 = Rp20.000,00
dipungut oleh PT Kertas
b. Bukan objek pemungutan PPh 22.
Contoh 8
PT Petro Industri, bergerak dalam bidang
perdagangan umum berupa penjualan bahan
bakar minyak (BBM) dan bahan bakar gas, sejak
tahun 2014 resmi menjadi penyalur BBM SPBU
non Pertamina. PT Petro Industri adalah penyalur BBM SPBU
Selama bulan Juli 2022 melakukan transaksi non Pertamina. Penjualan BBM oleh
sebagai berikut: Produsen/Importir BBM/BBG/Pelumas
▪ tanggal 4 Juli 2022 membeli BBM Pertamina merupakan objek Pemungutan PPh
senilai Rp400.000.000,00. (Surat Perintah
Pengeluaran Barang atau delivery order tanggalPasal 22.
4 Juli 2022); Transaksi 1➔ Penjualan BBM oleh Pertamina
▪ tanggal 11 Juli 2022 menjual BBM yang dibeli kepada PT Petro Industri (Objek PPh 22)
dari Pertamina kepada PT Fosil Fuel senilai PPh 22 = 0,3% x Rp400.000.000
Rp80.000.000,00 (delivery order tanggal 12 Juli
2022); = Rp1.200.000
Bagaimana kewajiban pemotongan atau Transaksi 2 ➔PT Petro Industri menjual BBM
pemungutan PPh terkait transaksi tersebut? kepada PT Fosil Fuel (tidak ada pemungutan
PPh 22 karena PT Petro Industri bukan
produsen/Importir)
Contoh 9
PT Obat DEF merupakan
perusahaan farmasi yang
mempunyai pangsa pasar terbesar
di Indonesia. PT Obat DEF
mempunyai beberapa distributor
yang tersebar di seluruh Indonesia,
salah satunya adalah PT Jaya. Pada Industri farmasi ditunjuk sebagai pemungut
tanggal 5 September 2022 PT Obat PPh Pasal 22 atas penjualan obat kepada
Waras menjual obat hasil distributor di dalam negeri dengan tariff
produksinya kepada PT Jaya dengan sebesar 0,3% dari Dasar Pengenaan PPN.
nilai sebesar Rp2.000.000.000
tidak termasuk PPN. Dengan demikian atas penjualan obat dari
PT Obat DEF kepada PT Jaya wajib dipungut
Bagaimana perlakuan PPh atas
transaksi penjualan obat tersebut? PPh Pasal 22.
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut
oleh PT Obat DEF adalah:
0,3% x Rp2.000.000.000,00 =
Rp6.000.000,00
Contoh 10
Wajib Pajak badan yang melakukan
PT AP adalah perusahaan pengembang
penjualan barang yang tergolong sangat
properti. Pada tanggal 2 Mei 2022 PT
mewah antara lain apartemen,
AP menjual satu unit apartemen senilai
kondominium, dan sejenisnya dengan
Rp35.000.000.000 (tidak termasuk
harga jual atau pengalihannya lebih dari
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Rp35.000.000.000 dan/atau luas
Penjualan atas Barang Mewah) kepada
bangunan lebih dari 400m2 (empat ratus
Tuan Dudi.
meter persegi), wajib memungut PPh
Bagaimana kewajiban pemotongan Pasal 22 sebesar 1% dari harga jual tidak
atau pemungutan PPh terkait transaksi termasuk PPN dan PPnBM. PT AP
tersebut? memungut PPh Pasal 22 atas penjualan
apartemen tersebut
sebesar: 1% x Rp35.000.000.000,00 =
Rp350.000.000,00.
*) Sebelum terbit PMK 92/PMK.03/2019
pada 19 Juni 2019, tarif PPh Pasal 22
untuk penjualan ini adalah 5%
Contoh 10

Kewajiban PT AP dalam melakukan pemungutan PPh


Pasal 22 adalah:
1. memungut PPh Pasal 22 sebesar Rp350.000.000,00
pada saat penjualan yaitu tanggal 2 Mei 2022 dan
membuat bukti pemungutan PPh Pasal 22;
2. menyetor PPh Pasal 22 yang telah dipungut atas
penjualan apartemen sangat mewah selama bulan Mei
2022 paling lambat 10 Juni 2022;
3. melaporkan PPh Pasal 22 menggunakan SPT Masa PPh
Pasal 22 masa pajak Mei 2022 paling lambat tanggal 20
Juni 2022.
Terima Kasih

49

Anda mungkin juga menyukai