Anda di halaman 1dari 7

PANCASILA

SEBAGAI
SISTEM ETIKA
KELOMPOK 5

DEWI MANSUR (032201115)


HARTIN(032201013)
Pancasila sebagai Sistem Etika

Etika merupakan cabang filsafat Pancasila yang dijabarkan melalui sila-sila


Pancasila dalam mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di Indonesia. Etika Pancasila cenderung mendekati pada pengertian
etika kebajikan dalam sistem pemerintahan. Hal ini dikarenakan konsep
deontologis dan teologis terkandung di dalam Pancasila. Deontologi artinya
Pancasila mengandung kewajiban yang harus dilaksanakan oleh warga negara.
Teleologi artinya Pancasila menjadi tujuan dari negara Idonesia. Namun,
Pancasila tetap bersumber pada etika kebajikan. Tidak hanya berorientasi pada
kewajiban dan tujuan. Adapun pemaknaan tersebut di dapatkan dari jenis etika
yang mana senantiasa terkait erat dengan bagaimana manusia bertingkah laku
yang baik. Etika bersifat universal, berbeda dengan etiket yang berlaku pada
tempat tertentu (misal adat bertamu orang Jawa berbeda dengan adat bertamu
orang Batak). Etika mencakup norma moral yang bersumber dari hati nurani
demi kenyamanan bersama.
Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika dalam
Kehidupan
Pancasila sebagai sistem etika memerlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai
moral yang hidup agar tidak terjebak dalam pandangan yang bersifat mitos.
Misalnya korupsi terjadi karena pejabat diberi hadiah oleh seorang yang
membutuhkan sehingga urusannya lancar. Dia menerima hadiah tanpa
memikirkan alasan orang tersebut memberikan bantuan. Sehingga tidak tahu
kalua perbuatannya di kategorikan dalam bentuk suap. Hal yang sangat penting
dalam mengembangkan Pancasila sebagai sistem etika meliputi:

 Menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan penentu sikap,


tindakan serta keputusan yang akan diambil setiap warga negara
 Pancasila memberikan pedoman bagi setiap warga negara agar memiliki
orientasi yang jelas dalam pergaulan regional, nasional dan internasional
 Pancasila menjadi dasar analisis kebijakan yang dibuat penyelenggara
negara sehingga mencerminkan semangat kenegaraan berjiwa Pancasila
 Pancasila menjadi filter terhadap pluralitas nilai yang berkembang dalam
berbagai bidag kehidupan
Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang
Pancasila
Sumber Historis
Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk
sebagai Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai
Pancasila belum ditegaskan ke dalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral
telah terdapat pandangan hidup masyarakat. Masyarakat dalam masa orde
lama telah mengenal nilai-nilai kemandirian bangsa yang oleh Presiden
Soekarno disebut dengan istilah berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).
Mendeskripsikan Esensi Dan Urgensi Pancasila
Sebagai Sistem Etika
Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai system
etika meliputi hal-hal sebagai berikut :
 Meletakkan sila-sila Pancasila sebagai system etika berarti menempatkan
Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap,
tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga negara.
 Pancasila sebagai system etika memberi guidance bagi setiap warga
negara sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan, baik
local, nasional, regional, maupun internasional.
 Pancasila sebagai system etika dapat menjadi dasar analisis bagi
berbagai kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga
tidak keluar dari semangat negara kebangsaan yang berjiwa Pancasila.
 Pancasila sebagai system etika dapat menjadi filter untuk menyaring
pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai
dampak globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga negara.
Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem
Etika
Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam kehidupan politik untuk mengatur sistem
penyelenggaraan negara. Bayangkan apabila dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara
tidak ada sistem etika yang menjadi guidance atau tuntunan bagi para penyelenggara
negara, niscaya negara akan hancur. Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem
etika itu diperlukan dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1) korupsi akan bersimaharajalela karena para penyelenggara negara tidak memiliki
rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara negara tidak
dapat membedakan batasan yang boleh dan tidak, pantas dan tidak, baik dan buruk
(good and bad).
2) dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi muda
sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Contoh antara lain
penyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa hormat kepada orang
tua, menipisnya rasa kejujuran, tawuran di kalangan para pelajar.
3) pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara di Indonesia
ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain. Kasus-
kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan di berbagai media, seperti penganiayaan
terhadap pembantu rumah tangga (PRT), penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-
pihak yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan lain-
lain.
KESIMPULAN

 Pancasila dan etika adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena merupakan
suatu sistem yang membentuk satu kesatuan yang utuh, saling berkaitan satu
dengan yang lain yang dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
 Implementasi Pancasila sebagai sistem etika dapat terwujud apabila pemerintah
dan masyarakat dapat menerapkan nilai-nilai yang ada dalam pancasila dengan
mengedepankan prinsip keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai
tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai