Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DAN PRINSIP-PRINSIP DASAR ETIKA, MORAL,

HUKUM DAN AGAMA


Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Islam

Dosen Pengampu : Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., M.A.

Disusun Oleh:
1. IPUNG SETIANINGSIH 63010180041
2. SITI MURTIYANTI 63010180066
3. ANNISA NUR FEBRIYANTI 63010180
4. SITI MELLYZAVERA 63010180091

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, dan tak lupa shalawat dan salam senantiasa kita panjatkan kepada
panutan alam, Nabi Muhammad SAW, kami merasa bahagia dapat meyelesaikan makalah
“Konsep Dan Prinsip-Prinsip Dasar Etika, Moral, Hukum Dan Agama”. Makalah ini di buat
untuk melengkapi Tugas dari Dosen Pengampu Mata Kuliah Etika Bisnis Islam Bapak Dr.
Nafis Irkhami, M.Ag., M.A.

Penulis menyadari bahwa kami tidak mampu menyelesikan makalah ini tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini izinkan kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang secara materiil maupun moril memberikan bantuan demi
terselesaikannya makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nafis
Irkhami, M.Ag., M.A. selaku dosen Etika Bisnis Islam di IAIN Salatiga, dan tidak lupa
kepada kedua Orang tua yang selalu memberi dukungan.

Akhirnya kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semoga bisa dipergunakan dengan baik. Kami mengharap kritik dan saran yang membangun
dari pembaca.

Salatiga, 25 Februari 2020

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa Hakikat Etika, Moral, Hukum dan Agama?
2. Apa Tujuan Etika, Moral, Hukum dan Agama?
3. Apa Prinsip Etika, Moral, Hukum dan Agama?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Hakikat Etika, Moral, Hukum dan Agama?
2. Untuk Mengetahui Tujuan Etika, Moral, Hukum dan Agama?
3. Untuk Mengetahui Prinsip Etika, Moral, Hukum dan Agama?

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT ETIKA, MORAL, HUKUM DAN AGAMA
Etika
Secara Etimologis, kata etika berasal dari kata Yunani ethos (tunggal) yang berarti
adat, kebiasaan, watak, akhlak, sikap, perasaan, dan cara berpikir. Perilaku kita juga
diarahkan oleh etika. Dalam arti yang lebih khusus, etika adalah tingkah laku filosofi.
Dalam hal ini, etika lebih berkaitan dengan sumber/ pendorong yang menyebabkan
terjadinya tingkah laku/perbuatan ketimbang dengan tingkah laku itu sendiri. Dengan
begitu, etika dapat merujuk pada perihal yang paling abstrak sampai yang paling konkret
dari serangkaian proses terciptanya tingkah laku manusia.
Dalam konteks penggunaan nya yang lebih spesifik, etika dapat mewakili nilai-nilai
dan ide-ide tertentu, dalam perwujudan praktisnya. Etika (ethics) adalah sekumpulan
kepercayaan, standar, atau teladan yang mengarahkan, yang merasuk ke dalam seseorang
atau masyarakat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia :
(1) Etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk serta tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
(2) Moral memiliki arti: a) ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, asusila; b) kondisi mental yang membuat
orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, isi hati atau keadaan perasaan.
Bentuk jamaknya yakni ta etha. Sebagai bentuk jamak dari ethos, ta etha berarti adat-
kebiasaan atau pola pikir yang dianut oleh suatu kelompok orang yang disebut masyarakat
atau pola tindakan yang dijunjung tinggi dan dipertahankan oleh masyarakat tersebut.
Bentuk jamak inilah yang menjadi acuan dengan istilah etika yang dipakai dalam sekarah
eradaban manusia hingga saat ini tercipta. Etika adalah ta etha atau adat-kebiasaan yang
baik yang dipertahankan, dijunjung tinggi, dan diwariskan secara turun temurun.
Dengan demikian Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang mempelajari pandangan
dan persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan yang berisi ketentuan norma-
norma moral dan nilai-nilai yang dapat menentukan prilaku manusia dalam kehidupan
sehari-hari.

4
Moral
Moral berasal dari bahasa latin mos (jamak: mores) yang berarti kebiasaan atau adat.
Dalam bahasa Inggris, kata mores masih dipakai dalam arti yang sama yaitu kebiasaan.
Moral juga mempunyai arti yang sama dengan moralitas yang dalam bahasa latin disebut
dengan moralis.
Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan moral sebagai:
(1) Ajaran baik atau buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban,dan sebagainya,
(2) Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah,
berdisiplin, dan sebagainya atau dengan kata lain isi hati/keadaan perasaan
sebagaimana terungkap diperbuatan,
(3) Ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita (Departemen Pendidikan
Nasional, 2008:929).
Bertens dalam bukunya yang berjudul “Etika” mengatakan bahwa moral merupakan
nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pedoman bagi seseorang maupun kelompok yang
digunakan untuk mengatur suatu perbuatan (Bertens, 2007:4).
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa moral dijadikan sebuah ukuran
seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Misalnya
kelompok organisasi masa yang melakukan demonstrasi disertai dengan tindakan anarkis
maka mereka berpedoman pada nilai dan norma yang tidak baik, atau beberapa anggota
partai politik yang terkena kasus korupsi maka mereka berpedoman pada nilai dan norma
yang tidak baik. Ensiklopedi Nasional Indonesia menjelaskan bahwa moral merupakan
salah satu cabang ilmu filsafat yang secara khusus mempelajari dan berbicara tentang
tingkah laku manusia.
Moral dikatakan sebagai norma maka akan berbicara mengenai bagaimana orang
harus bertindak. Sehingga dapat dikatakan bahwa moral merupakan suatu ciri berperilaku
seseorang yang dihubungkan dengan ukuran yang ada dalam masyarakat, khususnya
mengenai perilaku baik atau buruk, moralitas bukan sesuatu yang diperoleh dari kelahiran
melainkan tumbuh dan berkembang dalam lingkungan hidup (Ensiklopedi Nasional
Indonesia, 1990:371).
Moral adalah tradisi kepercayaan mengenai perilaku yang benar dan yang salah.
Moral adalah institusi sosial dengan sejarah dan seperangkat aturan. Kita mulai belajar
mengenai perilaku moral sejak dahulu kala, sebagaimana pernyataan orang bijak berikut:
“Perlakukan orang lain sebagaimana layaknya kita ingin diperlakukan”, selalu ucapkan,

5
“terima kasih’’. Saat kita tumbuh dewasa secara fisik dan mental, kita belajar mengenai
peraturan-peraturan yang diharapkan masyarakat untuk kita ikuti. Aturan perilaku ini adalah
moral kita. Meskipun masyarakat di sekeliling dunia tidak semuanya mengikuti seperangkat
moral yang sama, terdapat kesamaan diantara semuanya. “melakukan apa yang secara moral
benar,” adalah landasan dasar perilaku sosial kita.
Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu
benar dan salah, atau baik dan jahat. Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita
miliki mengenai jenis-jenis tindakan yang kita yakini benar atau salah secara moral, dan
nilai-nilai yang kita terapkan pada objek-objek yang kita yakini secara moral baik atau
secara moral buruk. Norma moral seperti “selalu katakan kebenaran”, membunuh orang
yang tak berdosa itu salah”. Nilai-nilai moral yang biasanya diekspresikan sebagai
pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atau ciri-ciri objek yang bernilai, semacam
“kejujuran itu baik” dan “ketidakadilan itu buruk”. Standar moral pertama kali terserap
ketika masa kanak-kanak dari keluarga, teman, pengaruh kemasyarakatan seperti sekolah,
televisi, majalah, musik, dan perkumpulan.
Seperti pengertian moralitas diatas, bahwa apabila kita membicarakan sebuah moral
maka era keterkaitannya dengan hukum, agama dan kebudayaan. Dalam kehidupan sehari-
hari koral harus dilakukan sebagai pendorong agar berperilaku baik. Begitu pula dengan
kaitannya etika moral dalam suatu bisnis. Apabila mempunyai sebuah moral yang baik
maka akan memberi dampak yang baik dalam sebuah perkembangan bisnis tersebut serta
dapat menjalani hubungan yang baik dengan relasi yang juga baik dan bermoral. Moral
didapat daris ebuah orang yang mengetahui ajaran agama dan suatu budaya.
Sebuah agama telah mengatur seseorang dalam melakukan segala hal termasuk
berhubungan dengan orang yang mempunyai sebuah pekerjaan dalam bidang bisnis. Sebuah
moral yang dapat diaplikasikan dalam sebuah etika bisnis yaitu kejujuran. Apabila sebuah
bisnis dilandasi dengan sebuah kejujuran dalam setiap transaksi ataupun pengambilan sebuah
keputusan maka akan sangat memberikan kepuasan bagi kedua belah pihak yang saling
terkait dalam sebuah bisnis.

6
Hukum
Sebagaimana didefinisikan dalam oxford english dictionary, hukum adalah kumpulan
aturan, baik sebagai hasil pengundangan formal maupun dari kebiasaan, dimana suatu negara
atau masyarakat tertentu mengaku terikat sebagai anggota atau sebagai subjeknya.
Hukum ada (baik dibuat ataupun lahir dari masyarakat) pada dasarnya berlaku untuk
ditaati, dengan demikian akan tercipta ketentraman dan ketertiban. Pada dasarnya hukum
bertujuan untuk mencapai kepastian hukum, yaitu untuk mengayomi masyarakat secara adil
dan damai sehingga mendatangkan kebahagiaan bagi masyarakat.
Hukum banyak sekali seginya dan luas sekali cakupannya karena hukum mengatur
semua bidang kehidupan masyarakat, tidak hanya masyarakat suatu bangsa tetapi juga
masyarakat dunia yang selalu mengalami perkembangan dan perubahan terus menerus.
Perkembangan sejarah kehidupan umat manusia senantiasa menyebabkan terjadinya
perubahan tentang apa yang di maksud dengan hukum dari masa kemasa, sebelum manusia
mengenal Undang-Undang hukum identik dengan kebiasaan dan tradisi yang menjadi
pedoman dalam kehidupan. Pertanyaan tentang apa itu hukum merupakan pertanyaan yang
memiliki jawaban yang lebih dari satu sesuai dengan pendekatan apa yang dipakai oleh karna
itu hukum pada hakekatnya bersifat abstrak.
Terlepas dari penyebab intern, yaitu keabstrakan hukum dan keinginan hukum untuk
mengatur hampir seluruh kehidupan manusia, kesulitan pendefinisian juga bisa timbul dari
faktor eksteren hukum, yaitu faktor bahasa itu sendiri. Jangankan hukum yang memang
bersifat abstrak sesuatu yang konkritpun sering sulit untuk di defenisikan.

7
Agama
Kata agama berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua perkataan yaitu A dan
Gama. A berarti tidak dan Gama yang berarti kocar-kacir atau berantakan. Sehingga kata
agama dapat diartikan dari gabungan dua suku kata tersebut yaitu tidak kocar-kacir (Bashori,
2002:22).
Berbeda dengan Gazalba yang mengatakan bahwa kata agama berasal dari kata dasar
gam yang memiliki pengertian sama dengan go (bahasa Inggris) yang berarti pergi, dan
setelah mendapatkan awalan dan akhiran a menjadi agama yang berarti jalan. Dengan
demikian pengertian dari kata agama secara etimologis mengandung arti yang bersifat
mendasar yang dimiliki oleh berbagai agama yaitu agama adalah jalan, jalan hidup atau jalan
yang harus ditempuh oleh manusia dalam kehidupannya di dunia (Muhaimin, 2008:5-6).
Selain itu di Indonesia juga sering disebutkan mengenai religi yang berasal dari
bahasa Inggris yang berarti “berhati-hati” dan berpegang teguh pada norma-norma atau
aturan-aturan secara ketat. Dengan demikian religi dapat dikatakan sebagai suatu keyakinan
akan adanya kekuatan gaib yang suci, yang menentukan jalan hidup dan memengaruhi
kehidupan manusia, yang dihadapi secara berhati-hati dan diikuti jalan-jalan dan aturan-
aturan yang ketat sehingga tidak menyimpang dari jalan yang ditetapkan oleh kekuatan gaib
yang suci tersebut (Muhaimin, 2005:6).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Agama adalah ajaran atau
sistem yang mengatur tata keimanan atau kepercayaandan peribadatan yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dengan manusia serta manusia dengan lingkungannya
(Departemen Pendidikan Nasional, 2008:15). Agama dalam agama budha berarti tradisi yang
diwariskan para guru secara turun temuru atau sabda. Agama juga berarti aturan atau tata cara
hidup manusia dalam hubungannya Tuhan dan sesamanya (Ensiklopedi Nasional Indonesia,
1988:125).
Lain lagi dalam bahasa arab yang menyebut agama sebagai din. Salah Satu kata din
dapat dibaca pada QS- Al Kafirun ayat 6 “Lakum diinukum waliyadin”yang berarti “untukmu
agamamu dan untukku agamaku”. Kata din sendiri memiliki arti “hutang” atau sesuatu yang
harus dipenuhi. Dalam bahasa semit kata din diartikan sebagai undang-undang atau hukum
(Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1988:6-7).

8
Dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kata din
adalah undang-undang atau hukum yang harus ditaati oleh manusia, dan ketika manusia itu
tidak taat hukum maka dia berhutang yang akan terus ditagih, serta akan mendapatkan
balasan jika tidak segera dibayar. Dari beberapa pandangan mengenai pengertian agama di
atas maka penulis mendefinisikan kaidah agama sebagai suatu keyakinan yang dimiliki oleh
setiap individu mengenai perintah dan larangan Tuhan (Allah SWT), baik ketika
berhubungan dengan sesuatu yang gaib (Allah),individu dengan dengan individu, serta
individu dengan lingkungannya untuk mencapai sebuah tatanan kehidupan yang baik, dan
jika mereka melanggar perintah dan larangan Allah maka akan menerima sanksi yang bukan
saja di alam dunia akan tetapi juga diterima pada tempat yang berbeda (alam akhirat).
Pengertian agama adalah suatu ajaran dan sistem yang mengatur tata keimanan/
kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, serta tata kaidah terkait
pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya.
Pendapat lain mengatakan arti agama adalah suatu kepercayaan dan penyembahan
terhadap kuasa dan kekuatan sesuatu yang luar biasa di luar diri manusia. Sesuatu yang luar
biasa itu disebutkan dengan beragam istilah sesuai dengan bahasa manusia, misalnya; Aten,
Tuhan, Yahweh, Elohim, Allah, Dewa, God, Syang-ti, dan lain sebagainya.
Kata “Agama” berasal dari bahasa Sansekerta yang secara umum berarti suatu tradisi,
dimana “A” artinya tidak dan “Gama” artinya kacau. Sehingga bila dilihat dari asal katanya,
definisi agama adalah suatu peraturan yang dapat menghindarkan manusia dari kekacauan,
serta mengarahkan manusia menjadi lebih teratur dan tertib.

9
B. TUJUAN ETIKA, MORAL, HUKUM DAN AGAMA

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia itu hakekatnya adalah makhluk sosial, mempunyai keinginan untuk hidup
bermasyarakat dengan manusia-manusia lain. Artinya setiap manusia mempunyai keinginan
untuk berkumpul dan mengadakan hubungan satu sama lain sesamanya.
Etika (Etimologik), berasala dari kata Yunani “Ethos” yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia yang baru, etika dijelaskan dengan
membedakan tiga arti: 1) Ilmu yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak) 2) kumpulMoral berasal dari kata latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya
“Mores” yang berarti adat atau cara hidup.
Moralitas (dari kata sifat latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama
dengan moral. Hanya ada nada lebih abstrak. Kita berbicara tentang moralitas suatu
perbuatan artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya,. Moralitas adalah sifat
moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan burukan asas atau
nilai yang berkenaan dengan akhlak. 3) nilai mengenai dasar dan salah yang di anut suatu
golongan atau masyarakat

10
Kumpulan atau persatuan manusia-manusia yang saling mengadakan hubungan satu
sama lain dinamakan “masyarakat”/ Agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan
menyembah Ilahi [yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan
kehidupan kepada manusia]; upaya tersebut dilakukan dengan berbagai ritus [secara pribadi
dan bersama] yang ditujukan kepada Ilahi.
Hukum adalah kumpulan aturan, baik sebagai hasil pengundangan formal maupun
dari kebiasaan, dimana suatu negara atau masyarakat tertentu mengaku terikat sebagai
anggota atau sebagai subjeknya.
B. SARAN
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh mahasiswa,
khususnya para pembaca agar tergugah untuk terus dapat meningkatkan kualitas pendapatan
dan pengeluaran dalam perekonomian dan dapat menambah pengetahuan bagi rekan-rekan
mahasiswa. Demi penyempurnaan makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif

DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai