Anda di halaman 1dari 8

PAJAK DAN EFISIENSI EKONOMI

Filed under: Uncategorized yulandari @ 6:45 am

Pajak adalah apa yang kita bayarkan untuk suatu masyarakat yang beradab. Pemerintah harus membayar
untuk program-program mereka. Dananya sebagian besar berasal dari perpajakan dan setiap kerugian
merupakandeficit

yang dipinjam dari public. Tetapi dalam ilmu ekonomi kita selalu perlu menembus selubung aliran
moneter untuk memahami alur sumber daya yang riil. Di balik alira perpajakan dolar, yang sesungguhnya
dperlukan pemerintah adalah sumberdaya ekonomi yang langka seperti lahan, tenaga kerja dan modal.

A. Prinsip-Prinsip Perpajakan

1. Prinsip Keuntungan vs Prinsip Kemampuan untuk Membayar

Para ekonom dan filsuf politik telah mengajukan dua prinsip utama untuk mengatur suatu system
pajak.Prinsip tersebut adalah :

Prinsip Keuntungan: Prinsip keuntungan menyatakan bahwa individu harus dibebani pajak
dengan proporsi untuk mereka dapatkan dari program-program pemerintah.

Prinsip Kemampuan untuk Membayar: Prinsip ini menyatakan bahwa jumlah pajak harus dibayar
oleh seseorang harus berkaitan dengan pendapatan atau kesehatan mereka. Semakin tinggi
pendapatan, semakin tinggi pula pajaknya.

2. Pemerataan Horizontal dan Vertikal

Apakah mereka diatur dengan bentuk keuntungan maupun kemampuan untuk membayar, system
perpajakan yang paling modern juga berusaha untuk memasukkan pandangan-pandangan modern tentang
keadilan atau pemerataan. Satu prinsip yang penting adalah dari pemerataan horizontal,yang
menyatakan bahwa mereka yang pada pokoknya sama harus dikenai pajak secara sama.

Gagasan atas perlakuan yang sama dari pemerataan memiliki akar yang kuat di dalam filsafat politis
Negara barat.Jika kita sama di dalam cara, semua prinsip perpajakan akan menyatakan bahwa kita harus
membayar pajak yangsama.Dalam kasus perpajakan keuntungan, jika kita menerima jasa pelayanan yang
sam persis dengan jalan raya, prinsip pemerataan horizontalmenyatakan bahwa kita harus membayar
pajak yang sama.Atau dengan system perpajakan mengikuti pendekatan kemampuan untuk membayar,
pemerataan horizontal memerintahkan bahwa orang yang mempunyai pendapatan yang sama harus
membayar pajak yang sama.

Prinsip yang lebih controversial adalah pemerataan vertical, yang menyangkut perlakuan pajak dari
orang-orang dengan tingkatan pendapatan yang berbeda.Prinsip-prinsip filosofis yang abstrak memberikan
sedikit petunjuk dalam menyelesaikan masalah-masalah keadilan.

3. Kompromi Pragmatis dalam Perpajakan

Pemerintah biasanya mengambil penyelesaian beradasrkan pendekatan keuntungan dan kemampuan untuk
membayar. Sistem perpajakan yang modern merupakan kompromi yang tidak mudah antara prinsip-prinsip
yang tinggi dan pragmatism politik.Seperti yang dituliskan Colbert Menaikkan pajak seperti mencabuti
bulu angsa,; anda ingin mendapatkan jumlah bulu yang sebanyak-banyaknya dengan bunyi erangannya
sesedikit mungkin.

Pajak progresif dan Regresif


Pajak keuntungan atau kepentingan merupakan bagian yang menurun dari penghasilan pemerintah.
Sekarang Negara-negara maju sangat bergantung pada pajak pendapatan progresif. Dengan pajak
progresif, keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi diharuskan membayar pajak pendapatan yang
lebih besar.

Suatu pajak disebut proporsional, progresif, atau regresif bergantung pada apakah pajak mengambil dari
orang-orang dengan pendapatan tinggi dengan bagian yang sama dari pendapatan, bagian yang lebih besar
dari pendapatan, atau bagian yang lebih kecil daripada pendapatan dari orang-orang dengan pandapatan
rendah.

Pajak langsung dan Tidak langsung

B. Perpajakan Dan Efisiensi

Perpajakan mempengaruhi baik efisisensi ekonomi maupun distribusi pendapatan. Dalam tahun-ketahun
terakhir ini, dampak atas efisiensi menjadi keprihatinan yang utama dari kebijakan ekonomi karena para
ekonom dan pembuat kebijakan efek dari insentif atas perilaku individu dan bisnis.

Dalam bidang tabungan dan investasi, pajak secara jelas memiliki dampak utama atas aktivitas ekonomi.
Ketika pajak tinggi di satu sector, sumberdaya akan bergerak mengalir ke bidang-bidang yang dikenai
pajak lebih ringan. Jika investasi yang berisiko dikenai pajak secara tidak menguntungkan, para investor
mungkin memilih investasi yang lebih aman. Inefisisensi muncul sebanyak dari perbedaan pajak lintas
sector seperti dari adanya pajak yang tinggi.

Efisiensi dan Keadilan

Para ekonom telah khawatir mengenai dampak perpajakan atas efisiensi ekonomi. Teori modern dari
perpajakan yang efisien mengusahakan hokum pajak Ramsey, yang menyatakan bahwa pemerintah harus
memungut pajak-pajak yang terberat atas input-input dan output-output yang sangat tidak elastic dalam
harga baik penawaran maupun permintaan.

Pemikiran atas hokum pajak Ramsey adalah bahwa jika suatu komodotas sangat tidak elastic dalam harga
baik penawaran maupun permintaan, pajak atas komoditas itu akan memiliki dampak yang lebih kecil
pada konsumsi danproduksi.Dalam beberapa keadaan, pajak ramsey mungkin mengganti cara
meningkatakan pendapatan denga kerugian minimum dari efisiensi ekonomi

C. Permasalahan Yang Sulit Dari Insiden Pajak

Siapakah yang akhirnya membayar semua pajak yang dipungut oleh pemerintah ini ? Kita seharusnya tidak
menganggap bahwa orang atau perusahaan yang mengirimkan penghasilan pajak kepada pemerintah yang
akhirnya akan membayar pajak itu. Hanya krena suatu perusahaan mengirimkan penerimaan pajak kepada
kantor bendahara Negara tidak berarti bahwa pajak berasal dari perusahaan tersebut.

Ilmu mikro ekonomi memberikan beberapa alat penting untuk menganalisa insiden pajak. Dalam beberapa
kasus yang hanya melibatkan permintaan dan penawaran untuk komoditas tunggal, analisis untuk insiden
pajaknya adalah terus terang. Dalam kasus yang lain, efek-efeknya mengalir melalui ekonomi, yang
membuat analisis nya menjadi sangat kompleks dan kadang-kadang membutuhkan pendekatan
keseimbangan umum.

Sumber : http://ehsablog.com/pajak-dan-efisiensi-ekonomi.html

MAKRO
Dana Aditiasari
Kamis, 21 November 2013 11:51 WIB
Foto : Ist
Sindonews.com - Lemahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, dipandang sebagai biang keladi masih minimnya
pembangun infrastruktur di Tanah Air. Akibatnya, daya saing Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara lainnya.

"Masih banyak yang tidak bayar pajak. Akibatnyan untuk bangun fasilitas umum untuk kepentingan ekonomi nasional, kita nggak tersedia
uangnya, sehinggaenggak punya daya saing," ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Fuad Rahmany dalam seminar Penguatan Politik
Perpajakan untuk Mendukung Daya Saing Nasional di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (21/11/2013).

Kondisi nyata yang menunjukkan masih lemahnya daya saing Indonesia akibat kurangnya kesadaran sebagian besar masyarakatnya,
misalnya masih ditemuinya pemadaman listrik tanpa pemberitahuan sebelumnya. Hal itu pada akhirnya justru memberikan dampak negatif
bagi masyarakat.

"Utama karena masih banyak yang belum bayar pajak. Kita listrik masih susah, makanya saya apresiasi yang bayar pajak," ujar Fuad.

(rna)
http://seagames.sindonews.com/read/2013/11/21/33/808410/daya-saing-lemah-karena-
kesadaran-bayar-pajak-minim

Pajak 1% Bakal Tingkatkan Daya Saing UKM


Posted by Omega Accounting
01 Aug 2013 No Comments
Posted in Others
Tagged: Bankable, KADIN,Pajak, UKM

Pengurus KADIN (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia menilai memberlakukan pajak 1% bagi pelaku UMKM
beromzet Rp1 miliar hingga Rp4,8 miliar justru mampu mendorong pelaku UMKM lebih bankable serta berdaya
saing tinggi.

Menurut Wakil Ketua Umum Kadin UKM Erwin Aksa, bahwa selama ini banyak pelaku UMKM yang mengeluhkan
susahnya memperoleh pendanaan dari perbankan.

Perbankan cenderung ketat dalam menyalurkan kredit kepada sektor UKM. Pihak bank hanya memberikan
bantuan kredit kepada pelaku usaha yang bankable dan memiliki laporan keuangan yang rapi dan bagus.

Dengan taat dan disiplin membayar pajak, perusahaan skala kecil dan menengah akan terdorong untuk
membenahi pembukuan sesuai dengan aturan normal secara bertahap. Setelah itu, memperoleh nomor pokok
wajib pajak (NPWP) sehingga dapat mengelola perusahaannya secara profesional dengan tata kelola keuangan
yang bagus.

Hal-hal itu yang membuat UKM menjadi lebih profesional dan bankable sehingga diperhitungkan oleh
perbankan serta lembaga keuangan lainnya untuk mendapatkan akses permodalan, ucapnya.

TEROBOS PASAR
Jika disiplin pelaku usaha kecil dan menengah terhadap perpajakan sudah baik dan di sisi lain ditopang oleh
kemudahan dalam mengakses pembiayaan perbankan dan lembaga keuangan lainnya, daya saing pelaku UKM
terkait secara otomatis akan meningkat.

Dengan kemampuan yang semakin tinggi tersebut, mereka dapat dengan mudah menerobos pasar dan terus
bertumbuh sehingga segmen usahanya yang awalnya mikro bisa meningkat menjadi kecil, dan dari kecil
meningkat menjadi menengah.

Daya saing yang tinggi secara otomatis meningkatkan kemampuan mereka dalam menembus pasar, terutama
pasar global, apalagi di tengah persaingan usaha yang semakin sengit.
Hal senada disampaikan Purnomo, penyedia jasa marketing online bagi para UKM serta pemilik portal berita
news.manycome.com. Dengan disiplin membayar pajak, pelaku usaha akan berusaha untuk mengelola
administrasi keuangan dengan baik sehingga memudahkannya memperoleh akses kredit perbankan.

Skema yang diberlakukan juga juga lebih sederhana karena hanya berlaku bagi UKM yang sudah memiliki
tempat usaha tetap, sistem pembayaran berbasis omset bruto, dengan persentase yang jauh lebih kecil
dibandingkan dengan besaran pajak perusahaan pada umumnya yang mencapai 25%.

Tetapi sikap taat pajak dari pelaku UKM tersebut, menurutnya juga harus diimbangi dengan kemudahan akses
pasar dan permodalan.

Pelaku UKM pasti mengharapkan ada imbal balik dari pembayaran pajak tersebut. Terutama peningkatan akses
permodalan, biaya atau bunga bank yang lebih mudah, serta peningkatan akses transportasi serta penghapusan
pungli.

http://www.omegaakuntansi.com/others/pajak-1-bakal-tingkatkan-daya-saing-ukm/

Pajak ekspor ancam daya saing CPO Indonesia


Kamis, 18 April 2013 17:14 WIB | 3012 Views

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joefly J Bahroeny (FOTO ANTARA)

Berita Terkait
Kementan: El Nino tak turunkan produksi CPO
Turki minta Indonesia tingkatkan ekspor CPO
Daya saing CPO terus ditekan asing
Produksi CPO 2013 diproyeksi 27,5 juta ton
Bibit sawit pun ada yang palsu
Galeri Terkait

IPOC 2012

Penangkapan Pencurian CPO


Bengkulu (ANTARA News) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengingatkan bahwa
tingginya pajak ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oilIndonesia akan mengancam daya saing produk
perkebunan itu di pasar dunia.

"Daya saing produk CPO Indonesia akan terancam, terutama dengan CPO asal Malaysia, padahal kita menjadi
produsen CPO terbesar di dunia," kata Ketua GAPKI Joefly J Bahroeny di Bengkulu saat melantik pengurus
GAPKI Cabang Bengkulu, Kamis.

Ia mengatakan pajak ekspor CPO yang diberlakukan pemerintah Indonesia saat ini mencapai 8 hingga 22 persen,
sedangkan pajak ekspor CPO di Malaysia hanya 4,5 persen.

Tujuan pemerintah meninggikan pajak ekspor CPO, dinilai Joefly, memang baik yakni untuk menjamin
terpenuhinya kebutuhan CPO di dalam negeri.

Namun, yang juga perlu dipertimbangkan bahwa produksi CPO Indonesia sekarang mencapai 27 juta ton per
tahun, dengan luas areal produksi mencapai 9 juta hektare, sementara kebutuhan pasar domestik hanya 4 hingga
5 juta ton saja.

".....sehingga hampir 70 persen harus dijual ke pasar internasional," katanya.

Pengusaha perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam GAPKI, kata dia, sudah mengusulkan penurunan
pajak ekspor menjadi hanya 3 persen.

Joefly meminta pajak ekspor tidak hanya dipandang sebagai pemasukan negara, tapi juga perlu dipertimbangkan
pengaruhnya terhadap pengembangan kebun masyarakat.

Pada 2013, kata Joefly, nilai pajak ekspor CPO mencapai 19 miliar dolar AS dan menjadi penghasil devisa
terbesar setelah sektor minyak dan gas.

Industri kelapa sawit dengan luas 9 juta hektare telah menyerap tenaga kerja hingga 4 juta jiwa.

Masa depan sektor perkebunan kelapa sawit masih cerah sebab penggunaan minyak nabati dari CPO terus
meningkat, sekarang mencapai 38 persen untuk kebutuhan dunia.

"Minyak nabati dari sawit sudah mengalahkan kedelai dan penggunaannya meningkat hingga 20 persen dalam 15
tahun terakhir," katanya.

Sementara Ketua GAPKI Cabang Bengkulu Daniel Manurung mengatakan luas areal perkebunan sawit yang
dikelola sembilan perusahaan yang tergabung dalam organisasi itu mencapai 67.100 hektare dan kebun binaan
30.000 hektare.
"Produksi CPO mencapai 33.000 ton per bulan dengan serapan tenaga kerja sebanyak 16.500 orang," katanya.

Joefly menambahkan, saat ini negara tujuan ekspor CPO Bengkulu antara lain China, India, dan sejumlah negara-
negara di Eropa.

Editor: Suryanto
COPYRIGHT 2013

http://www.antaranews.com/berita/369848/pajak-ekspor-ancam-daya-saing-cpo-
indonesia

Rabu, 26 Oktober 2011


EFISIENSI PAJAK
Pada tahun 2000 pemerintah kembali mengadakan
reformasi perpajakan setelah reformasi perpajakan
tahun 1994. Perubahan tersebut meliputi Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah, Bea Peralihan Hak Atas
Tanah dan Bangunan, serta Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Perubahan yang dilakukan pada
tahun 2000 relatif tidak sebanyak perubahan pada
Peraturan Perpajakan tahun 1994. Meskipun demikian,
reformasi perpajakan tetap membawa dampak bagi
Wajib Pajak. Dilihat dari fungsi pajak
sebagairegurelend, reformasi pajak tahun 2000 telah
memperhitungkan kepentingan dunia bisnis antara
lain dengan peningkatan pelayanan, penyederhanaan
prosedur, kepastian hukum, keadilan, dan pemberian
fasilitas investasi untuk mendorong kegiatan
investasi (Suandi, 2002).
Tujuan dari penyempurnaan undang-undang pajak
adalah dalam rangka ekstensifikasi dan
intensifikasi pengenaan pajak yang dilakukan dengan
cara mencari objek pajak yang potensial dalam
rangka menghimpun dana dan mendorong pemulihan
perekonomian. Salah satu cara yang dilakukan yaitu
dengan pengenaan tarif berbeda pada WP perorangan
dan WP badan. Pendapatan tidak kena pajak (PTKP)
juga mengalami kenaikan dalam Undang-Undang
Perpajakan 2000. Disamping itu, untuk WP badan juga
dikenakan lapisan tarif yang berbeda dengan
Peraturan Pajak tahun 1994. Dengan tarif baru ini,
Wajib Pajak Badan diharapkan dapat lebih
diuntungkan sehingga penerimaan pajak dari Wajib
Pajak Badan juga diharapkan meningkat (Radianto,
2004). Perbandingan lapisan dan tarif pajak antara
Undang-Undang Perpajakan tahun 1994 dengan Undang-
Undang Perpajakan tahun 2000 disajikan dalam tabel
berikut ini. Dengan adanya fasilitas perpajakan
yang diberikan pemerintah berupa kenaikan lapisan
tarif pengenaan pajak WP badan, pengecualian
pemotongan PPh Pasal 23 untuk deviden yang diterima
oleh badan usaha, dan pemberlakuan fasilitas
perpajakan pada daerah tertentu di Kawasan Timur
Indonesia (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu)
sebenarnya adalah untuk mendorong perusahaan/WP
badan agar dapat melakukan operasinya dengan
efisien. Operasi perusahaan yang efisien akan
meningkatkan laba yang diperoleh, sehingga akan
mendorong keinginan perusahaan untuk melakukan
investasi. Efisiensi mutlak harus dilakukan oleh
setiap perusahaan, tidak terkecuali perusahaan
manufaktur dalam rangka menjaga kelangsungan usaha
maupun meningkatkan daya saing. Sampai dengan saat
ini, dari sejumlah 329 perusahaan yang listing di
Bursa Efek Jakarta 154 diantaranya adalah
perusahaan manufaktur (ICMD, 2003). Jadi, tidak
dapat dipungkiri bahwa perusahaan manufaktur
memegang peranan penting dalam perekonomian di
Indonesia.
http://ikaalatief.blogspot.com/2011/10/efisiensi-pajak.html

Seminar Nasional Perpajakan, Diskusi Publik dan


Launching Policy Paper, Musyawarah Nasional
Indonesian Fiscal and Tax Administration
Association (IFTAA)
IFTAA, 18 Nopember 2013
Salah satu leverage untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia sektor perpajakan adalah
pendidikan perpajakan. Perpajakan merupakan salah satu
disiplin ilmu yang sangat dinamis dan terkait dengan
berbagai disiplin ilmu lainnya. Untuk itu, kurikulum
dalam pendidikan perpajakan harus didesain secara cermat
dan komprehensif dengan memperhatikan dinamika yang berkembang dalam khasanah keilmuan dalam bidang perpajakan,
baik di Indonesia maupun di dunia internasional. Selain terkait dengan kurikulum yang didesain di lingkungan perguruan tinggi,
pengembangan ilmu perpajakan juga harus didorong melalui asosiasi yang memiliki fokus pada administrasi fiskal dan
perpajakan di Indonesia, sehingga kontribusi institusi, para sarjana dan ahli perpajakan dapat melingkupi semua aspek
Tri Dharma perguruan tinggi, yaitu lewat pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.

Dilandasi kesadaran tentang pentingnya kedua hal ini, civitas akademika Program Studi Ilmu Administrasi Fiskal,
Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI telah mendirikan IFTAA yang dideklarasikan pada tanggal 11 Desember 2012.
Menindaklanjuti pendeklarasian tersebut, maka pada kesempatan ini, IFTAA, Kluster Politik dan Pemerintahan FISIP UI,
Pusat Kajian Departemen Ilmu Administrasi serta Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI akan menyelenggarakan beberapa
rangkaian acara dengan tema Penguatan Politik Perpajakan untuk Mendukung Daya Saing Nasional, yang terdiri dari
seminar nasional perpajakan, Diskusi Publik dan launching policy paper, serta Kongres pertama IFTAA yang bertempat di
Auditorium Binakarna, Hotel Bidakara, Jakarta.

Seminar nasional perpajakan akan diselenggarakan dengan mengangkat tema Penguatan Politik Perpajakan untuk
Mendukung Daya Saing Nasional: Gagasan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan. Seminar ini diharapkan dapat dihadiri oleh
250 peserta undangan yang meliputi anggota IFTAA, para pejabat dan staf di lingkungan Kementerian Keuangan
(khususnya di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, serta Badan Kebijakan Fiskal), akademisi,
mahasiswa Pascasarjana, asosiasi, pelaku bisnis, konsultan, lawyer dan praktisi dan masyarakat pemerhati pajak.

Kegiatan kedua adalah Diskusi Publik dan Launching Policy Paper. Pada kesempatan ini, IFTAA dan Kluster Politik dan
Pemerintahan FISIP UI akan melaksanakan diskusi publik tentang Politik Perpajakan untuk Mendukung Daya Saing Nasional,
serta publikasi policy paper (dan akan dijadikan buku) dengan judul Politik Kebijakan Perpajakan di Indonesia.

Kegiatan seminar akan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21 November 2013 dimulai pukul 08.00 12.00 setelah itu akan
dilanjutkan dengan diskusi publik dan launching policy paper dari pukul 13.00 15.30.

Kegiatan ketiga adalah Musyawarah Nasional IFTAA dan akan dilaksanakan pada hari Kamis-Jumat, tanggal 21-22 November
2013. Dengan susunan pimpinan kongres yang terdiri dari:

Anda mungkin juga menyukai