Anda di halaman 1dari 20

ASET

TAK BERWUJUD
Oleh:
Widya Nur Alisyah 12403173006
Ika Priana 12403173060
Filla Rosida 12403173077
Ruly Asrichi 12403173099

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Ciri utama aset tak
berwujud adalah berupa
benda yang tidak dapat
dilihat dan dipegang

Entitas dapat mengakui aset tak berwujud apabila


a. Kemungkinan entitas akan memperoleh manfaat ekonomis
b. Biaya perolehan aset atau nilai aset dapat diukur

Nilai perolehan aset tak berwujud


a. Harga beli
b. Biaya yang dapat di atribusikan secara langsung
Unsur Manfaat dan Metode Amortisasi

a. Komitmen dari pihak ketiga


b. Adapasar aktif untuk aset
tak berwujud

Contoh aset tak berwujud


a. Goodwill
b. Biaya pra-operasi
Perpajakan

Proses penyusutan aset tak berwujud dalam akuntansi dan perpajakan disebut amortisasi.

Aset tak berwujud menurut perpajakan (Penjelasan pasal 11A ayat (1) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008)
harus diamortisasikan apabila harta itu mempunyai manfaat lebih dari 1 tahun yang digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

Untuk perhitungan amortisasi dalam perpajakan sesuai ketentuan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal
11A, aset tak berwujud dikelompokkan menjadi kelompok 1, 2, 3, dan 4 dengan masa manfaat 4, 8, 16,
dan 20 tahun.
Tarif Amortisasi yang diatur dalam
UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal 11A ayat (2) sebagai berikut:

Tarif Amortisasi Berdasarkan


Kelompok Aset
Masa Manfaat Metode
Tak Berwujud
Garis Lurus Saldo Menurun

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%


Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

Menurut PMK-248/PMK.03/2008, amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh aset tak berwujud dan
pengeluaran lainnya untuk bidang usaha tertentu dimulai pada bulan produksi komersial. Bulan produksi
komersial adalah bulan di mana penjualan mulai dilakukan.
Penentuan masa manfaat dan tarif amortisasi untuk Biaya pendirian dan perluasan modal dapat dibebankan sebagai biaya
aset tak berwujud masa manfaatnya tidak tercantum pada tahun pengeluaran atau diamortisasi berdasarkan metode garis
pada kelmpok masa manfaat yang ada, maka WP lurus atau saldo menurun dengan masa manfaat sesuai dengan Pasal
dapat menggunakan masa manfaat yang terdekat. 11A ayat (1) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.
Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial (biaya
Contoh: aset tak berwujud dengan masa manfaat pendirian) yang mempunyai masa manfaat dan tarif amortisasi dalam
yang sebenarnya adalah 5 tahun, maka aset tak UU PPh. Sedangkan, untuk pengeluaran biaya pendirian yang
berwujud tersebut dapat diamortisasikan dengan memiliki masa manfaat kurang dari 1 tahun, haruslah dibebankan
kelompok masa manfaat 4 tahun. sekaligus pada tahun berjalan yang bersangkutan.
Contoh:
PT. Boki yang baru berdiri tahun 2008 telah menghabiskan biaya sebesar
Rp50.000.000 untuk mendapatkan berbagai izin pengurusan pendirian perusahaan.
Biaya tersebut diperlakukan sebagai aset lainnya dan memiliki masa manfaat 5 tahun
(menurut pertimbangan pihak manajemen), sehingga oleh perusahaan diamortisasi
dengan metode garis lurus.

Jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tersebut pada tahun pertama adalah
sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit

Aset lainnya 50.000.000 -


Kas/Bank - 50.000.000
Beban amortisasi 10.000.000 -
Aset lainnya - 10.000.000
Sementara itu, menurut fiskal beban-beban tersebut dapat dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi dengan masa
manfaat 4 tahun sesuai dengan kelompok 1 sebesar Rp12.500.000
selisih antara akuntansi dengan perpajakan yang ada, maka WP harus melkukan koreksi negatif sebesar
Rp2.500.000 pada rekonsiliasi fiskal tanpa perlu membuat jurnal koreksi.
Cara penyajian biaya praoperasi dalam neracaadalah disajikan dengan nilai bersih (neto) setelah dikurangi dengan
amortisasi.

Contoh:
PT. Hercules pada tanggal 1 Januari 2012 mengeluarkan uang sebesar Rp200.000.000 (belum termasuk PPN dan
PPh 26) untuk memperoleh waralaba dari McDoLPhin selama 4 tahun.
Penghitungan amortisasi untuk setiap metode yang diperbolehkan dipilih sebagai berikut: (dalam rupiah)

Tahun Metode Garis Lurus Metode Saldo Menurun

Amortisasi Nilai sisa buku Amortisasi Nilai sisa buku

2012 25% x 200.000.000 = 150.000.000 50% x 200.000.000 = 150.000.000


50.000.000 50.000.000

2013 25% x 200.000.000 = 100.000.000 50% x 150.000.000 = 75.000.000


50.000.000 75.000.000

2014 25% x 200.000.000 = 50.000.000 50% x 75.000.000 = 37.500.000


50.000.000 37.500.000

2015 25% x 200.000.000 = 0 37.500.000 0


50.000.000
Jurnal untuk transaksi tersebut (apabila PT Hercules menggunakan metode garis lurus) adalah.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


1-Jan-12 Waralaba 200.000.000 -
Pajak masukan 20.000.000 -
Utang PPh 26 - 40.000.000
Kas/Bank - 180.000.000
31-Dec-12 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
31-Dec-13 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
31-Dec-14 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
31-Dec-15 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
Sesuai UU PPN Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 4 huruf d atas BKP takberwujud yang berasal dari luar
Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah Pabean dikenakan PPN. Dan
sesuai UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 26 ayat (1), untuk transaksi dengan WP luar negeri selain
BUT di Indonesia, pajak dipotong sebesar 20% atau dengan tarif lain berdasarkan P3B yang berlaku
dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan.
Untuk pembelian waralaba McDoLPhin, PT Hercules harus memungut pajak berdasarkan P3B antara
Indonesia dengan Taiwan di mana tarifnya adalah sebesar 10%. Utang pajak P3B ataupun PPh 26 yang
telah dipungut akan disetorkan ke kas negara paling lambat tanggal 10 Februari 2012. jurnal untuk
penyetoran pajak yaitu sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Debit Kredit


10-Feb-12 Utang PPh 26 40.000.000 -
Kas/Bank - 40.000.000
Apabila PT Hercules membeli waralaba Keripik Sehat DeDE (WP dalam negeri), maka PT
Hercules harus melakukan pemotongan PPh 23. Misalnya bahwa PT Hercules membeli waralaba
dengan uang kas Rp200.000.000 (belum termasuk PPN dan PPh 23). Perhitungan amortisasi
adalah sebagai berikut.

Tahun Metode Garis Lurus Metode Saldo Menurun


Amortisasi Nilai sisa buku Amortisasi Nilai sisa buku
2012 25% x 200.000.000 = 150.000.000 50% x 200.000.000 = 150.000.000
50.000.000 50.000.000
2013 25% x 200.000.000 = 100.000.000 50% x 150.000.000 = 75.000.000
50.000.000 75.000.000
2014 25% x 200.000.000 = 50.000.000 50% x 75.000.000 = 37.500.000
50.000.000 37.500.000
2015 25% x 200.000.000 = 0 37.500.000 0
50.000.000
Jurnal atas transaksi pembelian waralaba Keripik Sehat DeDE adalah sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


1-Jan-12 Waralaba 200.000.000 -
Pajak masukan 20.000.000 -
Utang PPh 23 - 30.000.000
Kas/Bank - 190.000.000
31-Dec-12 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
31-Dec-13 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
31-Dec-14 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
31-Dec-15 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
Utang PPh 23 akan disetorkan oleh PT Hercules paling lambat tanggal 10 Februari 2012.

Tanggal Keterangan Debit Kredit

10-Feb-12 Utang PPh 23 30.000.000 -


Kas/Bank - 30.000.000

Jurnal untuk pihak Keripik Sehat DeDE adalah sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Debit Kredit

1-Jan-12 Kas/Bank 190.000.000 -


PPh 23 yang dibayar di muka 30.000.000 -
Pajak keluaran - 20.000.000
Pendapatan waralaba - 200.000.000
Akuntansi untuk
Sumber Alam
Deplesi adalah istilah yang digunakan dalam akuntansi untuk

menyatakan alokasi sistematis dan rasional perolehan sumber

alam. Perpajakan mengggunakan istilah lain untuk deplesi,

yaitu amortisasi.

Rumus untuk menghitung deplesi adalah :

(Total perolehan – Nilai residu) / Total unit yang diestimasi = Deplesi per unit

Deplesi per unit x Jumlah unit yang dihasilkan dan dijual = Beban deplesi per tahun
Contoh :

Suatu perusahaan pertambangan melakukan investasi sebesar Rp 5.000.000 pada lahan pertambangan yang diestimasikan
memiiki 10.000.000 ton bahan tambang dan tidak memiliki nilai residu. Pada tahun pertama, perusahaan menghasilkan dan
menjua bahan tambang sebanyak 800.000 ton.

Deplesi per unit = Rp 5.000.000 : 10.000.000 = Rp 0,5 per ton

Beban deplesi tahun ini adalah Rp 0,5 x 800.0000 ton = Rp 400.000

Perusahaan membukukan beban deplesi untuk tahun pertama perusahaan beroperasi, adalah sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Debit kredit

14 Feb 2012 Beban deplesi 400.000 -


Akuntansi depesi - 400.000
Menurut ketentuan perpajakan, hak penambangan dan pengusahaan hutan termasuk aset tak berwujud. Oleh karena
itu, harga perolehannya dapat diamortisasi berdasaekan metode satuan produksi dengan pembatasan sebagai berikut.

1. Biaya untuk memperoleh hak penambangan selain dan minyak dan gas bumu, hak pengusahaan hutan dan hak
pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya seperti hak pengusahaan hasil laut yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun, dapat diamortisasikan dengan menggunakan metode satuan produksi presentase yang
tidak lebih dari 20% setahun. Ketentuan ini dapat dinyatakan dengan rumus :

Amortisasi per tahun = Jumlah penambangan/penebangan x 20%

Taksiran total produksi/deposit

Contoh :

Perusahaan pertambangan batu bara telah mengeuarkan biaya sebesar Rp 1.000.000.000 untuk mendapatkan hak
pengelolaan penambangan tersebut selama 5 tahun. Pada tahun pertama produksinya adalah sebesar Rp
2.000.000.000. besarnya amortisasi atas biaya tersebut dalam tahun bersangkutan adaah sebesar 20% x Rp
1.000.000.000 = Rp 200.000.000.
2. Biaya untuk memperoleh hak dan/atau biayalain-lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dalam
bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi. Ketentun ini
dapat dinyatakan dengan rumus :

Amortisasi per tahun = Jumlah penambangan x tanpa batasan

Taksiran total produksi

Amortisasi menggunakan metode satuan produksi berarti presentase amortisasi dari biaya tersebut dalam setiap tahun
pajak harus sama dengan presentase penambangan atau penebangan yang dihasilkan setiap tahun. Angka ini diperoleh
dengan membandingkan dengan taksiran jumlah hasil produksinya. Amortisasi dengan menggunakan metode satuan
produksi dapat dirumuskan sebagai berikur :

Metode satuan = (Jumlah penambangan/penebangan dihasilkan setahun produksi : Taksiran jumlah seluruh produksi)
x 100%

Suatu konsensi pertambangan ditaksir jumah depositnya 100.000 ton, hasil produkdi satu tahun 10.000 ton. Presentase
hasil satu tahun adalah (10.000 : 100.000) x 100% = 10%.
Dengan demikian, hak penambangan tersebut dalam setahun
diamortisasikan sebesar 10%. Apabila biaya untuk memperoleh hak penambangan dan
hak pengusahaan hutan pada akhir masa produksi belum habis diamortisasikan, maka
sisa biaya tersbut tidak boleh dibebankan sekaligus sebagai biaya dalam tahun pajak
yang bersangkutan. Sisa tadi harus diamortisasikan setinggi-tingginya 20%.
Sebaiknya, apabila ternyata jumlah produksi sebenarnya ebih kecil dari pada jumah
cadangan yang diperkirakan sehingga masih terdapat sisa biaya untuk memperoleh hak
yang belum habis diamortisasikan, maka sisa biaya tersebut boleh dibebankan
sekaligus sebagai biaya dalam tahun pajak yang bersangkutan.

perbedaan utama antara deplesi dan amortisasi adalah nilai residu tidak
dipertimbangkan dalam menghitung presentase amortisasihak penambangan dan
pengusahaan hutan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai