Anda di halaman 1dari 4

Manajemen Kas

Pengertian Manajemen Kas


Di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, manajemen kas tidak menjadi perhatian
utama dalam manajemen keuangan daerah seperti halnya penganggaran. Hal ini mungkin karena
penganggaran bersinggungan langsung dengan politik di pemerintahan, sementara manajemen kas
merupakan pekerjaan administratif belaka yang dilakukan oleh pemerintah daerah (eksekutif).
Selain itu ada anggapan bahwa manajemen kas dapat dilakukan apabila proses penyusunan dan
pelaksanaan anggaran sudah dilaksanakan. Manajemen kas dengan sendirinya akan berjalan jika
anggaran sudah ditetapkan. Padahal penganggaran dan manajemen kas dua hal yang berbeda, baik
secara teknis maupun risiko yang melekat di dalamnya.
Manajemen kas di pemerintahan didefinisikan sebagai strategi dan proses terkait untuk mengelola
aliran kas jangka pendek dan saldo kas secara efektif biaya,baik secara internal maupun dalam
hubungan pemerintah dengan pihak luar. Manajemen kas adalah praktik dan teknik yang dirancang
untuk mempercepat dan mengontrol penerimaan kas, menjamin keamanan penerimaan, meningkatkan
kontrol atas cara-cara pembayaran, dan menghilangkan saldo kas menganggur. Dalam buku
Managing Publik Expenditure,disebutkan bahwa fungsi perbendaharaan di pemerintahan mencakup
aktivitas-aktivitas berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Manajemen kas,
Manajemen rekening-rekening bank yang dimiliki pemerintah (daerah),
Perencanaan keuangan dan peramalan aliran kas,
Manajemen hutang publik,
Administrasi batuan luar negeri dan dana bantuan internasional,
Manajemen aset finansial.

Aktivitas manajemen kas pada posisi pertama mengisyaratkan bahwa pemerintah, termasuk
pemerintah daerah, semestinya memprioritaskan pengelolaan kas daerah dalam manajemen keuangan
pemerintah. Meskipun di negara berbeda digunakan pendekatan yang berbeda dalam merumuskan
fungsi perbendaharaan, namun pengelolaan kas merupakan fungsi utama yang berlaku di negara
manapun.
Tujuan Manajemen Kas
Terdapat beberapa tujuan manajemen kas, yaitu;
1. Keamanan kas,
2. Menjaga likuiditas keuangan,
3. Memperoleh keuntungan investasi.

Manajemen kas bertujuan untuk menjaga manajemen kas dalam arti melindungi kas dari
kehilangan yang diakibatkan oleh keputusan manajemen yang buruk atua karena tidak kurupsi
dalam praktik pengumpulan, pengeluaran, dan pemamfaatan. Tujuan kedua adalah menjaga
likuiditas keuangan, yaitu menjaga jumlah kas yang memadai dan mencukupi untuk memenuhi
kewajiban pinansial, seperti membayarkan kembali uang jangka pendek yang jatuh tempo,
membayar kewajiban kepada pihak ketiga, membiayai kegiatan yang sudah dianggarkan, dan
membayar belanja rutin. Manajemen kas juga bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari
pemamfaatan kas dalam investasi jangka pendek.
Tujuan menjaga likuiditas dan memperoleh keuntungan investasi bersifat kontradiktif.
Likuiditas yang tinggi membutuhkan ketersediaan kas yang lebih besar. Namun kondisi keuangan
yang mengalami likuiditas tinggi bisa berarti mengorbankan kesempatan memperoleh keuntungan
investasi sehingga menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, mengimvestasikan kas yang terlalu besar
dalam instrumen investasi jangka pendek juga berarti menurunkan likuiditas,
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh menejer keuangan sektor publik adalah bagaimana
menentukan likuiditas. Tantangan terbesar yang dihadapi oleh manejer keuangan sektor publik
adalah bagaimana menentukan jumlah kas yang paling optimal, yaitu menetukan jumlah kas di
tangan yang mencakupi untuk mendanai kegiatan operasional dan mengimpestasikan kas yang
masih menganggur.
Anggaran Kas
Dalam rangka optimalisasi manajemen kas, pemda perlu memiliki instrument pendukung berupa
anggaran kas. Anggaran kas tersebut penting untuk membantu kelancaran pelaksanaan anggaran,
khususnya dalam pelaksanaan anggaran belanja dan pengeluaran pembiayaan daerah serta anggaran
pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah. Pemasukan pendapatan daerah dalam pelaksanaan
anggaran pendapatan tidak terjadi pada saat awal tahun anggaran yang bersangkutan dan pendapatan
tersebut tidaksama besarnya tiap bulan atau triwulannya sehingga perlu diadakan sarana pengatur yaitu
anggaran kas. Anggaran kas bertujuan untuk mengharmonisasikan pemasukan pendapatan daerah disatu
pihak dan kebutuhan dana untuk belanja dan pembiayaan di pihak lain.
Anggaran kas pada dasarnya meliputi dua bagian yaitu:
a) Anggaran pendapatan dan penerimaan pembiayaan. Anggaran ini memuat perkiraan realisasi
pendapatan yang diharapkan diterima untuk setiap bulan dan triwulan selama 1 tahun anggaran.

b) Anggaran belanja dan pengeluaran pembiayaan. Anggaran ini memuat perkiraan kebutuha dana
untuk belanja dan pengeluaran pembiayaan untuk setiap bulan dan triwulan selama 1 tahun
anggaran.

Penyusunan Anggaran Kas


Penyusunan anggaran kas di pemerintah daerah pada dasarnya mengikuti pedoman dan struktur
organisasi yang berlaku di daerah tersebut. Karena anggaran kas berhubungan erat dengan fungsi
bendahara, yakni satuan yang bertugas menerima, menyimpan, dan membayarkan uang, maka
pelaksana fungsi tersebut bertugas menyusun rencana aliran kas ke depan. Berdasarkan struktur
organisasi pengelolaan keuangan daerah, unit kerja yang menangani perbendaharaan adalah subbagian perbendaharaan di bagian keuangan atau bidang perbendaharaan di badan pengelolaan
keuangan daerah. Tujuan penyusunan anggaran kas secara umum adalah untuk:
1. Menyediakan dana bagi kebutuhan transaksi secara harian.
2. Memanfaatkan kesempatan, terutama memperoleh pendapatan dari bunga, dari kelebihan kas
yang dimiliki.
3. Meningkatkan kontrol melalui bank dan mengurangi biaya transaksi dengan melakukan
sentralisasi.
4. Mengurangi mitigasi bank.
5. Meningkatkan kualitas kontrol terhadap sumber informasi kas.
6. Menjaga likuiditas organisasi, terutama dalam hal pemenuhan kewajiban jangka pendek.
(Schulman & Adams, 1999).
Terdapat empat konsep dasar dalam penyusunan anggaran kas yakni:
1. Adanya pola pengeluaran (expenditure pattern), tidak hanya dalam bentuk kas, tetapi lebih
penting lagi dalam hal kapan kas harus dibayarkan.
2. Adanya pola pendapatan (income pattern), tidak hanya dalam bentuk kas, tetapi lebih
penting lagi dalam hal kapan kas akan diterima.
3. Ketika kedua pola di atas dapat disusun, maka dapat dibuat skedul yang mencakup
pendapatan dan belanja.
4. Dari skedul tersebut dapat dibuat prakiraan anggaran kas (cash budget forecast)
Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah di Indonesia, anggaran kas disusun oleh
bendahara umum daerah (BUD) untuk pelaksanaan APBD dan oleh pengguna anggaran di SKPD
untuk pelaksanaan anggaran di SKPD (lihat Permendagri 13/2006). Oleh karena anggaran
pengeluaran kas di SKPD mencakup belanja langsung dan belanja tidak langsung, maka anggaran
kas juga dapat disusun mengikuti anggaran belanja tersebut. Sementara untuk pendapatan, bagi

SKPD yang memungut PAD dan dana perimbangan, disusun anggaran kas masuk sesuai dengan
kebijakan dan estimasi waktu penerimaan kas tersebut.

Anda mungkin juga menyukai