Anda di halaman 1dari 6

Nama Anggota Kelompok : Jalaludin (A1C019111)

Lara Oktavia (A1C019127)

PP NOMOR 1 TAHUN 2020

Pademi Covid-19 telah menjadi wabah nasional, dimana wabah ini telah megancam stabilitas
perekonomian, maka dari itu APBN memiliki peran dalam pembiayaan anggaran dengan tujuan
untuk penanganan Covid-19 dan menghadapi ancaman ancaman yang menganggu perekonomian
nasional. Salah satu kebijakan yang yang diambil pemerintah adalah batasan defisit negara
melampaui 3% dari PDB yang berlaku sampai tahun 2022, tarif pajak penghasilan yang semula
25% karena covid-19 berubah menjadi 22% yang berlaku sejak 2020-2021. Dan akan turun
menjadi 20% pada tahun 2022.

Dalam hal ini pemerintah keuangan berfungsi mengambil kebijakan kebijakan untuk menangani
masalah masalah yang uncul karena covid-19, pergerakan kebijakan PMK mulai dari PMK
23/2020, PMK 44/2020, PMK 86/2020 dan PMK 110/2020 yang terakhir disahkan pada bulan
agustus. Maka secara lenih lanjut insentif pajak terakhir menurut PMK 110/2020 TERKAIT
INSENTIF PAJAK adalah sebagai berikut:

Insentif pajak

*Pasal 8 PP NOMOR 1 TAHUN 2020

Dalam UU KUP No.6 Tahun 1983 yang diubah menjadi UU KUP No.16 Tahun 2009
pengajuan keberatan pasal 25 ayat (3)& pasal 26 ayat (1),permohonanan pengembalian
pasal 36 ayat (1),kelebihan pembayaran dan permohonan pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi pasal 36 (1) terdapat intensif berupa perpanjangan waktu paling lama
jatuh tempo penerbitan surat keputusan maupun surat ketetapan paling lama 6 bulan .
tetapi khusus untuk pengembalian kelebihan pembayaran pajak pasal 11 ayat (2) jatuh
tempo diperpanjang hanya 1 bulan.

Insentif pajak 110./PMK.03/2020 pengganti PMK


86/2020
INSENTIF PPh

*PPh Pasal 21

Pemberian insentif pajak dberlaku untuk PPh pasal 21, dimana PPh pasal 21 ini ditanggung oleh
pemerintah (DTP). Namun, pemberian insentif ini hanya diberikan kepada mereka yang
memiliki NPWP, serta menerima dan memperoleh penghasilan dari orang yang memberikannya
pekerjaan yang memiliki KLU dan ditetapkan sebagai KITE dan telah mendapat izin
penyelenggaraan kawasan berikat (PDKB). Kemudan ia memperoleh penghasilan Bruto dalam
masa pajak tahunan tidak lebih dari Rp.200.000.000.

-Pemanfaatan Insentif

Pemanfaatan insentif ini disampaikan melalui sarana elektronik/ secara online www.pajak.go.id ,
pemanfaatan insentif PPh pasal 21 DTP baik pusat maupun cabang sama sama dilakukan oleh
wajib pajak pusat dimana keduanya mempunyai krteria yang memenuhi. Sehingga akan muncul
apakah berhak memanfaatkan PPh pasal 21 atau tidak berhak memanfaatkan PPh pasal 21. PPh
ini akan bisa dimanfaatkan setelah pemberitahuan berhak atau tidaknya memanfaatkan insentif
pajak ini, sampai dengan masa pajak Desember 2020. Untuk masa pajak juli 2020 pemanfaatan
insentif PPh pasal 21 paling lambat 10 Agustus 2020.

-Surat Setoran Pajak

Setelah wp pusat/ cabang menyampaikan pemberitahuan pemanfaatan, maka pemberi kerja harus
membuat SSP dengan tulisan yang dilengkapi dengan cap stampel “PPh PASAL 21
DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK NOMOR 86/PMK.03/2020”, setelah itu
menyampaikan SPT Masa dengan e-SPT atau secara online dimana perekan kode NTPN diganti
Kode billing yaitu penambahan angka 9 diawal kode NTPN. Diana SSP yang dibuat akan
disimpan oleh pemberi kerja.

-pembetulan SPT

Pembetulan SPT bisa dilakukan oleh pemberi kerja jika sebelumnya telah melakukan
pemotongan PPh pasal 21 kepada gaji/penghasilan yang diperoleh pegawai, kelebihan
pembayaran pajak bisa menjadi 2 kemungkinan yaitu dikompensasikan ke masa pajak
berikutnya jika ada PPh terutang di masa pajak berikutnya minimal sebesar kelebihan
pembayaran pajak tersebut yang tidak diberikan insentif PPh pasal 21 DTP. Namun bisa juga
memindahbukukan ke masa pajak berikutnya jika tidak ada PPh terutang di masa pajak
berikutnya yang tidak diberikan insentif PPh pasal 21 DTP.

jika terdapat pemotongan yang terlanjur, maka pemberi kerja harus membayar sebesar yang
dipotong kepada pegawai.penetapan pengusaha KITE sampai desember 2020 tentang semua
izinnya akan dicabut setelah desember 2020/ masa pajak berakhir. Pemberian insentif ini tidak
berlaku kepadapegawai yang menerima penghasilan dari APBN atau APBD.jika terdapat
pegawai yang menerima insentif PPh Pasal 21 ini menyampaikan SPT Tahunan OP terdapat
kelebihan pembayaran, maka kelebihan itu tidak dapat dikembalaikan.

*PPh Pasal 22

Insentif PPh pasal 22 adalah pembebasan impor, dimana pebebasan impor hanya berlaku kepada
WP yang punya kode KLU, sudah menjadi perusahaan KITE dan memiliki izin PDKB,Izin
pengusaha kawasan berikat pada saat masuknya barang yang berasal dari kawasan berikat ke
daerah yang berada dalam kawasan pabean. Dimana pembebasan ini diberikan melalui SKB
pemngut PPh pasal 22 Impor.

-SKB

Permohonana SKB ini dilakukan melalui online www.pajak.go.id , dimana akan ada
pemberitahuan apakah SKB memnuhi atau mendapat surat penolakan karena wp tidak
memenuhi. Pemanfaatan intensif PPh Pasal 22 berlaku jika SKB sudah diterbitkan dan berakhir
sampai Desember 2020.Pengecekan SKB bisa dilakukan di oleh Direktorat Jendral Bea dan
Cukai (DJBC) tentang pemanfaatan insentif pemungutan PPh Pasal 22 Impor.

-Pencabutan SKB

Pencabutan SKB terdapat KMK tentang pencabutan KITE dan pencabutan Izin kawasan berikat
dan lainnya. Hal ini dilakukan setelah masa insentif pajak berakhir yaitu sampai desember 2020

 PPh Final
PPh Final adalah pajak yang diberikan kepada para pengusaha UMKM yang memiliki omzet
dibawah 4,8 Miliar yang dimana tarifnya berdasarkan PP 46/2013 yakni sebesar 1% dan
dilakukan pembaharuan berdasarkan PP No 23 Tahun 2018 Tarif yang diberikan yakni
sebesar 0,5% akan tetapi di dalam kondisi pandemi Covid 19 pemerintah memberikan
insentif berupa pembebasan pembayaran PPh final dimana hal ini tertuang didalam PMK No
44 dimana cara mendapatkan nya yakni WP harus membuat surat keterangan dan
menyampaikan surat laporan realisasi untuk memamfaatkan insentif dan laporan tersebut
harus dilaporkan tiap bulan tanggal 20 bulan berikutnya di dalama PMK no 44 insentif
diberikan Sampai bulan September akan tetapi semakin berlanjutnya keterpurukan ekonomi
akibat pandemi Covid 19 pemerintah mengeluarkan PMK baru yakni PMK No 86 di PMK
ini juga dijelaskan mengenai pemberian insentif pembebasan PPh Final akan tetapi di PMK
WP cukup menyampaikan Laporan Realisasi tanpa membuat surat keterangan yang
dilaporkan yakni tiap bulan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dan Insentif ini
diberikan sampai bulan Desember dan semakin lanjut masa pandemi ini pemerintah membuat
PMK terbaru yakni PMK No 110 yang isinya sama dengan PMK No 86 akan tetapi di PMK
No 110 itu terdapat penambahan WP yang menerima insentif ini yakni WP penerima P3-
TGAI program percepatan peningkatan irigasi.

*PPh Pasal 25

Di dalam pasal PPh pasal 25 menjelaskan tentang besaran angsuran yang dibayar oleh
Wajib pajak atas pajak yang harus dibayar didalam pasal ini dijelaskan mengenai segala hal yang
berkaitan dengan mekanisme pembayaran pajak yang dilakukan secara angsuran yang dimana
untuk nominalnya diatur oleh DirJen pajak kecuali untuk angsurang pajak oleh pihak Wajib
Pajak Baru, BUMD, BUMN, BANK, dan Wajib pajak pribada pengusaha pribadi dengan
tariff0,75% diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan. Di dalam pembayaran angsuran
perpajakan tarif yang diberikan yakni berpariasi mulai dari 5% sampai 30% tergantung omzet
dari pengusaha tersebut dan untuk pengusaha tertentu yang telah diatur UU perpajakan tariff
angsurannya yakni sebesar 0.75% dari omzet bulanannya. Tetapi setelah adanya wabah covid 19
ini pemerintah memberikan insentif yakni pada masa pajak bulan april-juni diberikan potongan
nilai angsuran yakni sebesar 30% dari nilai angsuran pajak hal ini mengacu pada PMK 44/2020
dan mulai dari masa pajak bulan juli samapai masa pajak bulan desember WP mendapatkan
Potongan nilai angsuran yakni sebesar 50% dari nilai angsuran pajak hal ini dijelaskan pada
PMK 110/2020 ada 3 kriteria yang mendapatkan insentif yakni perusahaan yang masuk dalam
kategori KITE, KLU, dan pengusaha PDKB. Bagi pengusaha yang ingin mendapatkan potongan
nilai angsuran ini harus mengajukan permohonan melalui DJP online disana nanti pilih fitur
KSWP dan memilih keperluan untuk mengajukan fasilitas pengurangan PPh pasal 25 terus pilih
ajukan. Pemberian keringanan ini diberikan oleh pemerintah karena kondisi ekonomi masyrakat
yang seakarang ini sangat menurun apalagi untuk para pengusaha yang banyak tedampak
sehingga membuat omzetnya menurun. Sehingga agar tidak omzetnya tidak terbagi lagi ke pajak
sehingga pemerintah memberikan potongan kepada Wajib Pajak.

 Insentif PPN
PPN adalah pajak yang dikenakan atas adanya transaksi penyerahan barang atau jasa kena
pajak di dalam daerah pabean dimana tarif PPN yakni sebesar 10% dari Nilai penyerahan Barang
atau jasa kena pajak tersebut. Dimasa pandemi COVID 19 ini pemerintah memberikan insentif
untuk PPN ini yakni berupa kemudahan proses pemberian restusi kepada PKP yang telah
ditentukan di PMK No 110 yang dimana berlaku sampai bulan desember. Untuk pengusaha
yang bergerak dalam bidang Ekportir tidak ada batasan nominal PPN yang akan dilakukan
restitusi sedangkan untuk bidang Non Ekportir nominal nilai PPN memiliki batasan untuk
dilakukan percepatan restitusi yakni paling banyak 5 Milia. Dan yang mendapatkan Insentif ini
yakni pengusaha beresiko rendah beserta pengusaha KITE

Anda mungkin juga menyukai