Anda di halaman 1dari 13

IMPLEMENTASI BALANCE SCORECARD DALAM MENGUKUR

KINERJA PERUSAHAAN PERCETAKAN PT PRABU HASSA PRIMA

Laporan
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen
yang diampu Dr. Aristanti Widyaningsih, S. Pd., M.Si.

oleh:
Kelompok 3
Neneng Siti Sarah 1701344
Siti Nurjamilah 1703308
Dyahasri Muharima 1704962

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020

1
I. PENDAHULUAN
Dalam menghadapi dunia bisnis yang semakin ketat dan permintaan
konsumen yang semakin tinggi, perusahaan harus mampu bersaing memberikan
pelayanan dan kualitas yang baik. Tingginya persaingan industri membuat
perusahaan harus menyiapkan strategi demi keberlangsungannya dalam dunia
bisnis. Salah satu usaha yang sedang berkembang dan masih terbuka lebar adalah
jasa percetakan digital.
PT Prabu Hassa Prima merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
jasa digital printing, offset, advertising dan perdaganan umum. Pada awal
berdirinya PT Prabu Hassa Prima bernama ISILLO dan hanya melayani bidang
jasa cetak digital untuk pekerjaan teknik, tapi seiring perkembangan teknlogi
cetak digital, perusahaan terpacu untuk mengembangkan usaha dengan bidang
yang lebih luas lagi, dengan memberikan jasa untuk percetakan digital outdoor,
indoor, dan offset. Semakin berkembangnya usaha dan makin kompleksnya
permintaan konsumen, ISILLO akhirnya mengembangkan bisnisnya dengan
membuat sebuah badan usaha dengan nama PT Prabu Hassa Prima, sedangkan
merek dagang tetap dengan nama ISILLO. Saat ini perusahaan memiliki 3
cabang, yaitu: Bandung, Yogyakarta, dan Bali. Untuk cabang Bandung berlokasi
di Jalan Venus Barat Ruko Kav No.19.
Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang
penting dalam perusahaan. Agar kinerja perusahaan lebih efektif dan efisien,
dibutuhkan sebuah informasi akurat yang mewakili sistem kerja yang dilakukan.
Dalam hal ini biasanya perusahaan menggunakan alat yang disebut Balance
Scorecard (BSC) untuk memberikan atau mengukur segala aktivitas perusahaan
untuk memastikan perkembangan bisnisnya. Balanced Scorecard memiliki misi
untuk menjabarkan strategi perusahaan ke dalam tujuan operasional perusahaan
dan parameter kinerja.
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengimplementasikan balance
scorecard pada PT Prabu Hassa Prima guna membantu perusahaan dalam
memberikan pandangan menyeluruh mengenai kinerjanya. Kinerja perusahaan ini
menjadikan perusahaan lebih mengetahui sejauh mana pergerakan dan
perkembangan bisnis yang telah dicapainya. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Balance Scorecard
dalam Mengukur Kinerja Perusahaan Percetakan PT Prabu Hassa Prima”.

II. LANDASAN TEORI

BALANCED SCORECARD
Dalam Jurnal Monika Kussetya Ciptani (2017) Balanced Scorecard atau
BSC merupakan suatu sistem manajemen strategi (Strategic Based Responsibility
Accounting System) yang menjelaskan mengenai misi serta strategi dari suatu
perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolok ukur kinerja perusahaan
tersebut. Dalam persaingan bisnis global ini, perubahan paradigma yang ada
harus dilandasi dengan suatu pemikiran baru bahwa competitiveness dan
efektivitas organisasi dapat dicapai dengan memperluas faktor-faktor yang
dianggap bisa mempengaruhi peningkatan produktivitas dan melakukan
koordinasi dalam menghasilkan keuntungan kompetitif. Kemampuan perusahaan
dalam menciptakan keunggulan kompetitif ini merupakan tanggung jawab yang
kompleks yang harus dipikul oleh setiap perusahaan untuk bisa bertahan dalam
jangka panjang. Konsep Balanced Scorecard telah lama dikembangkan oleh
Robert S.Kaplan dan David P.Norton (HBR, January,1992). Konsep Balanced
Scorecard ini dikembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finansial
(atau dikenal dengan pengukuran kinerja tradisional) dan sebagai alat yang cukup
penting bagi organisasi perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam
era competitiveness dan efektivitas organisasi. Konsep ini memperkenalkan suatu
sistem pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan kriteria-kriteria
tertentu.

PENGUKURAN KINERJA
Dalam Jurnal Indira Tyas dkk (2017) pengukuran kinerja memungkinkan
perusahaan memonitor perkembangan usaha relatif terhadap kinerja masa lalu
dan relative terhadap kinerja kompetitor.

Sistem pengukuran kinerja dikelompokkan menjadi tiga sistem, yaitu:


1. Fully Integrated. Sistem pengukuran kinerja fully integrated merupakan sistem
pengukuran yang paling baik (advanced). Sistem ini mampu menjelaskan
hubungan kausal yang melintasi organisasi dengan berbagai kebutuhan.
Kebutuhan atau kepentingan dari seluruh pihak (stakeholders) dipertimbangkan.
Database dan sistem pelaporan harus terintegrasi satu dengan yang lainnya.

2. Balanced. Sistem yang balanced mampu melihat kinerja dari pandangan yang
multidimensi, dari perspektif dan horizon waktu yang berbeda. Sistem ini
mendukung inovasi dan pembelajaran dan berorientasi pelanggan. Tujuan dari
sistem ini adalah lebih kepada memperbaiki dibandingkan dengan memonitornya.

3. Mostly Financial. Kelompok ketiga merepresentasikan sistem pengukuran


kinerja yang berbasiskan pengukuran kinerja tradisional, seperti ROI, aliran kas,
dan produktifitas pekerja. Sistem ini berorientasi pada profit dan optimasi
berdasarkan efisiensi biaya dan pada umumnya hasilnya berorientasi jangka
pendek.

KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI)


Dalam Jurnal Indra Tyas dkk (2017) faktor keberhasilan kritikal
merupakan tolok ukur aspek kinerja perusahaan yang penting terhadap
keunggulan kompetitifnya dan sebab itu terhadap keberhasilan. Sistem
manajemen biaya strategik mengembangkan informasi strategik yang memasukan
informasi yang bersifat keuangan maupun nonkeuangan. Di masa lalu,
perusahaan cenderung berfokus terutama pada ukuran kinerja keuangan, seperti
pertumbuhan penjualan dan laba, aliran kas, dan nilai persedian.
Sebaliknya, perusahaan dalam lingkungan bisnis yang kontemporer
menggunakan manajemen strategik untuk memfokuskan terutama pada ukuran
operasional yang bersifat nonkeuangan, seperti pangsa pasar, mutu produk,
kepuasan pelanggan, dan peluang pertumbuhan. Ukuran keuangan
menunjukan dampak kebijakan dan prosedur perusahaan pada posisi keuangan
perusahaan jangka pendek. Oleh karena itu, juga memberikan pengembalian
(return) jangka pendek bagi pemegang saham. Sebaliknya, faktor yang
bersifat nonkeuangan menunjukan posisi kompetitif perusahaan untuk saat ini
dan masa yang akan datang yang merupakan ukuran yang dipandang dari
tiga sudut pandang (a) Pelanggan; (b) Proses bisnis internal; dan (c) Inovasi dan
pembelajaran, misalnya sumber daya manusia. Ukuran strategik yang bersifat
keuangan dan nonkeuangan, biasanya disebut dengan kunci keberhasilan
kritikal.

A. Konsep Pengukuran Kinerja BSC


Kaplan dan Norton (2000) dalam Jurnal Indra Tyas dkk (2017)
mengemukakan beberapa manfaat dari konsep pengukuran kinerja Balanced
Scorecard yaitu:

1. Mengklarifikasi dan menghasilkan konsensus mengenai strategi.


Dengan metode Balanced Scorecard, konsensus mengenai strategi dapat
dilakukan karena metode ini mengutamakan keseimbangan antara
perspektif internal-eksternal, masa lalumasa depan, jangka pendek-jangka
panjang, serta perspektif finansial-non finansial.
2. Mengkomunikasikan strategi ke seluruh perusahaan. Kunci sukses
penerapan Balanced Scorecard adalah tidak hanya berfokus pada
perumusan strategi bisnis namun juga pada metode komunikasi strategi
tersebut ke seluruh elemen perusahaan.
3. Menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan strategi
perusahaan. Visi-misi dan strategi perusahaan dapat di cascade-down atau
diterjemahkan ke bawah hingga level departemen dan individu.
Sebaliknya tujuan departemen dan individu dapat pula diselaraskan ke
atas. Dengan demikian terjadi hubungan sinergis antara top management
dan operations.
4. Mengkaitkan berbagai tujuan strategis dengan sasaran jangka panjang
dan pendek Balanced Scorecard memungkinkan penerjemahan visi misi
dan tujuan strategis perusahaan ke dalam targettarget pencapaian, inisiatif
strategis yang akan dijalankan, dan anggaran untuk melaksanakannya.
B. Strategi dalam Mengaplikasikan BSC
Proses penjabaran strategi dalam Jurnal Ita Mariza (2003) dapat
digambarkan sebagai berikut :
Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin menspesifikasi suatu
tujuan (objective) meningkatkan pendapatan dengan memperkenalkan produk
baru. Tolok ukur kinerja (performance measure) mungkin adalah persentase
pendapatan penjualan dari penjualan produk baru. Target atau standar untuk
tahun yang akan datang untuk tolok ukur mungkin 20%, yaitu 20% dari
total pendapatan untuk tahun yang akan datang harus berasal dari penjualan
produk baru. Initiatives mendeskripsikan bagaimana hal itu dicapai. Istilah
“bagaimana” tentunya mencakup ketiga perspektif yang lain. Perusahaan yang
lain harus mengindentifikasikan segmen pelanggan, proses internal, dan
kapabilitas individual dan organisasional yang memungkinkan realisasi
tujuan pertumbuhan pendapatan. Hal itu menunjukan fakta bahwa tujuan
finansial berfungsi sebagai fokus untuk tujuan, tolok ukur, dan initiatives dan
ketiga perspektif yang lain. Strategi menspesifikasi hubungan keinginan
manajemen diantara keempat perspektif. Penjabaran strategi (strategy
translation) berarti menspesifikasi tujuan (objectives), tolok ukur (measures),
target, initiatives untuk setiap perspektif.

C. Persepktif dalam Balanced ScoreCard


Balanced Scorecard System (BSS) merupakan indikator dan ukuran
mengenai berbagai aspek strategi bisnis. BSS membantu para manajer untuk
melihat bisnis dari empat sudut pandang penting, yaitu: financial perspective,
internal business process perspective, customer perspective, learning and
growth perspective (Kaplan and Norton, 1992). Wijaya (2000:16) dalam
Jurnal Rachmad Hidayat (2017) mengelompokkan Balanced Scorecrad dalam 4
sudut pandang yaitu:

(1) Perspektif Keuangan (Financial Perspective)


Bagi suatu organisasi, tujuan keuangan merupakan tujuan jangka panjang
organisasi, yaitu untuk menghasilkan superior return. Penggunaan
Balanced Scorecard tidak bertentangan dengan tujuan tersebut.
Bahkan Balanced Scorecard dapat membuat tujuan keuangan tersebut
menjadi lebih explisit serta dapat dibedakan sesuai dengan tingkatan
pertumbuhan dan siklus kehidupan organisasi. Tujuan finansial tersebut
berperan sebagai fokus bagi tujuan-tujuan strategis dan ukuran-ukuran
semua perspektif balanced scorecard. Setiap ukuran yang dipilih menjadi
bagian dari suatu keterkaitan hubungan sebab-akibat pada
peningkatan kinerja finansial
(2) Perspektif Pelanggan (Customer Perspective)
Perspektif kedua dianggap penting dewasa ini, mengingat semakin
ketatnya persaingan mempertahankan pelanggan lama dan merebut
pelanggan baru. Bagian ini merupakan sumber pendapatan badan usaha
yang merupakan
salah satu komponen dari sasaran keuangan. Pada masa lalu
badan usaha lebih memfokuskan pada kemampuan internal tanpa
kewajiban untuk mengerti apa keinginan konsumen.
(3) Perspektif Proses Bisnis Internal
Manajer harus mengidentifikasi proses-proses yang paling kritis untuk
mencapai tujuan peningkatan nilai bagi pelanggan (perspektif
pelanggan) dan tujuan peningkatan nilai bagi pemegang saham
(perspektif keuangan). Banyak organisasi memfokuskan untuk
melakukan peningkatan proses-proses operasional. Menurut
Gaspersz (2003: 59), yang biasa digunakan untuk Balanced
Scorecard adalah model rantai nilai proses bisnis internal yang terdiri dari
tiga komponen utama yaitu: (a) Proses inovasi, mengidentifikasi
kebutuhan pelanggan masa kini dan masa mendatang serta
mengembangkan solusi baru untuk kebutuhan pelanggan itu. Proses
inovasi dapat dilakukan melalui riset pasar untuk mengidentifikasi
ukuran pasar dan preferensi/kebutuhan pelanggan secara spesifik,
sehingga organisasi mampu menciptakan dan menawarkan produk
(barang atau jasa) sesuai kebutuhan pelanggan dan pasar. (b) Proses
operasional, mengidentifikasi sumber-sumber pemborosan dalam proses
operasional serta mengembangkan solusi masalah yang terdapat dalam
proses operasional itu demi meningkatkan efisiensi produksi,
meningkatkan kualitas produk dan proses, memperpendek waktu siklus
(cycle time) sehingga meningkatkan penyerahan produk berkualitas
tepat waktu, dan lain-lain. (c) Proses pelayanan, berkaitan dengan
pelayanan kepada pelanggan.
(4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth
Perspective)
Bertujuan untuk mendorong badan usaha menjadi organisasi
belajar (learning organization) sekaligus mendorong pertumbuhannya.
Proses belajar dan perkembangan bersumber dari 3 prinsip, yaitu:
manusia, sistem dan prosedur organisasi. mengungkapkan
kesenjangan (gap) yang besar antara kemampuan yang ada dari
orang, sistem dan prosedur dengan apa yang dibutuhkan untuk
mencapai suatu produktivitas yang handal. Untuk memperkecil gap
ini, perlu dilakukan investasi dalam bentuk reskilling employees,
yaitu meningkatkan kemampuan sistem dan teknologi informasi,
meluruskan prosedur dan perbaikan rutinitas.

III HASIL DAN PEMBAHASAN

1. IDENTIFIKASI KINERJA PERUSAHAAN


Proses indentifikasi perusahaan dilakukan dalam rangka untuk
mengumpulkan faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan maupun
penurunan suatu kineja perusahaan. faktor-faktor yang didapat selanjutnya akan
dilakukan analisis untuk melihat kinerja bisnis suatu perusahaan. Dengan
dilakukanya analisis tersebut, maka perusahaan dapat lebih mudah menentukan
strategi dan keputusan bisinis yang harus dilakukan oleh perusahaan.

2. ANALISIS PEST (POLITICAL, ECONOMIC, SOCIAL,


TECHNOLOGY)
Analisis lingkungan eksternal merupakan gabungan dari beberapa faktor
yang mempengaruhi hubungan antara pertubuhan suatu jenis industri diluar dari
faktor internal perusahaan yaitu berupa faktor Politik, Ekonomi, Sosial, dan
Teknologi. berikut adalah penjelasan lebih lengkapnya.
Politik Ekonomi
o kondisi politik di Indonesia o tingkat ekonomi di
yang cukup relatif stabil Indonesia yang realtif tidak
stabil
o harga tukar US dollar
cenderung fluktuatif
Sosial Teknologi
o pertumbuhan penduduk yang o perkembangan teknologi
menaik tiap tahun nya yang sangat pesat
o semakin banyak kebutuhan o berkembangya alternatif
yang diperlukan oleh manusia baru dalam hal pemasaran
o perubahan gaya hidup produk
o tingginya tingkat masyarakat
dalam menggunakan sosial
media

3. ANALISIS BALANCED SCORECARD


Prespektif Keuangan
Secara perspektif keuangan perusahaan melihat kinerja bisnis dengan
memantau laporan keuangan tahunan dengan menggunakan tools seperti rasio
likiuditas. Berdasarkan analis rasio likuiditas dengan menggunakan data laporan
keungan tahun 2018 dan 2019 pada PT. Prabu Hassa Prima, maka analisis
nyasebagai berikut:

Rasio Tahun 2018 Tahun 2019 % 2019 -2018


2018

Aset Lancar Rp 22.186.306.962,00 Rp 21.703.342.842,00 -2,18%


Kewajiban Rp 9.533.326.505,35 Rp 7.544.313.389,66 -20,86%
Jangka Pendek
Rasio Lancar 2,327 2,876 23,59%
(Current Ratio)

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan


sebesar 23,59% atas rasio lancar dari yang sebelumnya 2,327 pada tahun 2018
menjadi 2,876% pada tahun 2019. Hal ini disebabkan karena perusahaan
menurunkan aset lancarnya sebesar 2,18% pada tahun 2018-2019, dan
menurunkan kewajiban jangka pendeknya sebesar 20,86% pada tahun 2018-
2019. Terjadinya kenaikan tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan
kinerja keuangan dalam pengelolaan aset lancar dan kewajiban jangka
pendeknya.
Prespektif Pelanggan
Secara prespektif pelanggan PT Prabu Hassa Prima ( Isillo ). Melihat
bahwa salah satu indikator keberhasilan suatu strategi perusahaaan adalah melihat
timbal balik (feedback) yang diberikan dari para pelanggan terhadap produk yang
di produksi oleh perusahaan.
1. Tingkat kepuasan pelanggan: Dilihat dari sisi tingkat kepuasan pelanggan toko
Isillo, rata-rata pelanggan memberikan penilaian yang bagus baik melalui google
review atau melalui respon langsung.
2. Jumlah pelanggan baru: Berbagai startegi yang dilakukan oleh perusahaan
dalam mendapatakan jumlah pelanggan baru yang lebih banyak, salah satu nya
dengan mengadakan promo melaui sosial media dan pemesanan melalui online
dengan cara dikirim melalui email lalu melakukan pembayaran melaui transfer
sesudah produk nya jadi dikirim oleh ojek online atau kurir lainya. Strategi ini di
nilai cukup berhasil terlebih lagi sekarang ini sedang terjadi pandemi maka
orang-orang lebih memilih melalui online order.
3. Presepsi pelanggan yang positif terhadap produk yang ditawarkan: Jika dilihat
dari presepsi pelanggan yang positif terhadap produk dan jasa yang ditawarkan,
PT Prabu Hassa Prima (Isillo) saat ini menawarkan produk-produk dan jasa yang
telah dibutuhkan oleh para pelanggan.
Prespektif Proses Bisnis Internal
Dilihat dari prespektif proses bisnis internal, saat ini PT Prabu Hassa
prima (Isillo) dalam mencapai pendapatan maupun efesiensi biaya yang baik.
Maka diperlukan suatu proses yang baik juga. Proses bisnis internal yang
dimaksud disini adalah :
1. Peningkatan efektifitas pemasaran
Dalam pelaksanaanya PT. Prabu Hassa Prima (Isillo) telah menyiapkan
beberapa startegi dalam peningkatan efektifitas pemasaran, yaitu dengan cara
customer facing collateral, demand generation dan sales support training yang
dilakukan baik online maupun offline.
2. Perencanaan dan pelaksaan produk dan jasa yang dihasilkan: PT Prabu Hassa
Prima (Isillo) saat ini menyiapkan perencanaan dan pelaksaan yang baik,
tentunya untuk meningkatkan mutu atas produk dan jasa yang dihasilkan,
seperti:
- Membuat perencaan dengan menggunakan timeline schedule
- Merencanakan startegi pemasaran yang tepat untuk meraih lebih banyak
konsumen
- Meningkatkan mutu dan kualitas produk jasa yang dihasilkan oleh PT Prabu
Hassa Prima (Isillo)
3. Peningkatan tata kelola perusahaan yang baik: Untuk meningkatkan tata kelola
perusahaan yang baik PT Prabu Hassa Prima (Isillo) sudah menjalankan beberapa
proses guna untuk meningkatkan tata kelola perusahaan antara lain : melakukan
rapat dengan seluruh karyawan serta melaksanakan evaluasi kerja secara berkala,
terus mengevaluasi strategi yang dilakukan oleh perusahaan, dan selalu menerima
saran kritik guna untuk membangun peningkatan tata kelola perusahaan.
4. Pelaksanaan product develompement : PT Prabu Hassa Prima (Isillo) saat ini
mampu meluncurkan berbagai produk dan jasa baru dengan mengikuti tren yang
sedangan berlaku dengan seiringnya perkembangan teknologi khususnya di
bidang ekonomi.
Prespektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Berkaitan dengan prespekif pembelajaran dan pertumbuhan PT Prabu
Hassa Prima (Isillo) saat ini dapat melaksanakan melakukan upaya, sebagai
berikut:
1. Peningkatan kinerja dan kompetisi para karyawan: PT Prabu Hassa Prima
(Isillo). Selalu meningkatkan kinerja dan kompetensi karyawan dengan cara
melakukan rapat kerja serta evaluasi secara berkala dan melakukan kegiatan
outing dengan karyawan guna untuk meningkatkan semangat bekerja.
2. Peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja para karyawan: Peningkatan tersebut
dapat dilakukan denfan pelaksanaan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman
tentang kebijakan , peraturan dan prosedur yang telah berlaku saat ini.
3. Peningkatan budaya organisasi: Dilakukan dengan cara pelaksanaan sosialisasi
kepada karyawan tentang budaya organisasi dan nilai- nilai perusahaan.

IV SIMPULAN DAN SARAN


PT Prabu Hassa Prima (Isillo) memiliki kinerja perusahaan yang baik saat
diukur menggunakan alat balance scorecard. Secara perspektif keuangan,
perusahaan mengalami kenaikan kinerja dalam hal keuangan, hal ini dapat dilihat
dari rasio likuiditas perusahaan yang mengalami kenaikan dari tahun 2018 dan
2019. Secara perspektif pelanggan, perusahaan mengetahui benar bahwa
indikator untuk melihat kinerja perusahaan dari sisi perspektif pelanggan ada 3,
yaitu: tingkat kepuasan pelanggan, jumlah pelanggan baru dan persepsi
pelanggan yang positif terhadap produk yang ditawarkan. Secara perspektif
proses bisnis internal perusahaan, perusahaan saat ini fokus pada pembenahan
pada sisi proses bisnis internal perusahaan, antara lain: peningkatan efektifitas
pemasaran, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat waktu,
peningkatan tata kelola perusahaan yang baik dan pelaksanaan product
development. Secara perspektif pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan,
untuk mencapai visi dan misi perusahaan, diperlukan fondasi yang kuat pada
sumber dayanya, fokus perusahaan ada pada: peningkatan kinerja dan kompetensi
para karyawan, peningkatan budaya organisasi, peningkatan efisiensi dan
efektifitas kerja para karyawan.
PT Prabu Hassa Prima (Isillo) perlu melakukan monitoring dan evaluasi
secara berkala dalam menerapkan balance scorecard guna mempermudah dalam
menyusun stategi perusahaan sehingga dapat bertahan bahkan terus
mengembangkan bisnisnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ita Mariza. (2003). Pengukuran Kinerja Dengan Balance Scorecard. Jurnal The
Winners Vol. 4 No. 2

Rachmad Hidayat. (2008). Perspektif Balanced Score-Card Dalam Pengukuran


Produktivitas Organisasi. Jurnal Ekuitas Vol.12 No.2

Monika Kussetya. (2000). Balanced Scorecard Sebagai Pengukuran Kinerja Masa


Depan: Suatu Pengantar. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol.02 No.1

Indira Tyas, Indriana, Abdullah Umar, Adhi Bawono. (2017). Analisis Kinerja
Perusahaan Dengan Metode Balanced Scorecard. Jurnal Administrasi dan
Kesekretarisan Vol.03 No.1

Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton. (1992). The Balanced Scorecard:


Measures that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,
United States of America: Harvard Business School Press.

Kaplan, Robert S. dan Norton David P. (2000). The strategy Focused


Organization: How Balanced Scorecard Companies Thrive in The New
Business Evironment. Boston MA: Harvard Business School Press.

Gaspersz, Vincent, (2003). Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced


Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan
Pemerintah. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wijaya, Amin Tunggal, (2000). Pengukuran Kinerja Dengan Balanced


Scorecard. Harvarindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai