Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PERAN ZAT GIZI MIKRO DALAM MENUNJANG


PRODUKTIVITAS KERJA
Disusun guna memenuhi tugas Gizi Kerja Dosen Pengampu Dr. Sri Sumarmi,
SKM., M.Si

Oleh:

Farhana Syahrotun Nisa S. 101814253008


Ayu Prima Kartika 101814253015
Achmat Kuncoro 101814253024

MAGISTER KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tenaga kerja adalah seseorang yang mempunyai pekerjaan yang berfungsi dan
ikut serta dalam proses produksi serta menghasilkan barang atau jasa. Tenaga kerja
harus memperoleh asupan zat gizi yang baik untuk menunjang produktivitas
(Hendrayati dkk, 2009).
Gizi pada pekerja mempunyai peran penting, baik bagi kesejahteraan maupun
dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas, karena pekerja perlu
mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis atau beban pekerjaan
yang dilakukannya (Langgar dan Setyawati, 2014). Kekurangan nilai gizi pada
makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari dapat berakibat buruk terhadap
tubuh, seperti: pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik
kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat, kurang bersemangat,
kurang motivasi, bereaksi lamban, apatis dan lain sebagainya. Keadaan demikian
tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal.
Produktivitas adalah suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak
barang dan jasa bagi kebutuhan manusia, dengan menggunakan sumber daya yang
serba terbatas. Produktivitas kerja bergantung pada tersedianya zat gizi di dalam
tubuh. Kekurangan konsumsi zat gizi bagi seseorang dari standar minimum umumnya
akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, aktivitas, dan produktivitas kerja
(Ariningsih, 2005).
Produktiftas kerja akan menurun ketika di pengaruhi oleh dua hal yaitu (a)
berkurangnya enzim-enzim yang mengandung besi dan besi sebagai kofaktor enzim-
enzim yang terlibat dalam metabolisme energi, dan (b) menurunnya hemoglobin
darah. Akibatnya metabolise didalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam
laktat yang menyebabkan rasa lelah (Almatsier, 2012).

1.2. Tujuan
Mengetahui peran zat gizi mikro dalam menunjang produktivitas kerja
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.2. Status Gizi


2.2.1. Definisi Status Gizi
Gizi tidak bisa dilepaskan dari makanan sebab masalah gizi timbul akibat
kekurangan atau kelebihan kandungan zat gizi makanan. Bukan hanya masalah
kekurangan gizi, kebiasaan mengonsumsi makanan yang melebihi kecukupan zat gizi
juga dapat menimbulkan masalah gizi lebih. Gaya hidup seseorang dapat
mempengaruhi pola makan, aktifitas fisik serat status gizi (Khasanah, 2012). Status
gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan
(requirement) zat gizi. Untuk menilai status gizi seseorang atau masayarakat dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (Soegianto, et al., 2007). Status
gizi kurang atau lebih sering disebut undernutrition merupakan keadaan gizi
seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang
dikeluarkan.Status gizi dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kecukupan gizi
seimbang dalam hal asupan gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan gizi seseorang
(Irianto, 2007).
Pada klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut referance.
Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes dalam pemantauan status gizi (PSG) anak
balita tahun 1999 menggunakan buku rujukan. Berdasarkan buku harvard status gizi
dapat dibagi menjadi gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, gizi buruk (Supariasa, et al.,
2013). Indeks Massa Tubuh (IMT) kegunaanya untuk memantau status gizi orang
dewasa yang berkaitan dengan kekuran dan kelebihan berat badan hanya untuk usia
diatas 18 tahun dan tidak digunakan pada bayi, anak, ibu hamil. Berikut ini Tabel
kategori IMT :
Tabel. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Klasifikasi BMI (Kg/m2)
Kurus <17,0-18,5 Kurus <17,0-18,5
Normal 18.5-25,0 Normal 18.5-25,0
Gemuk 25,0-27,0 Gemuk 25,0-27,0
Obesitas >27,0 Obesitas >27,0
Supariasa et al, 2013

Rumus perhitungan IMT yaitu :

berat badan (kg)


IMT 
Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)

2.2.2.Kandungan Zat Gizi


Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto (1990:19), “Gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi.” Singkatnya, gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh
untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2001:3). Disamping untuk
kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan
dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja.
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi terbagi menjadi dua, yaitu
zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam
jumlah besar dengan satuan gram. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro
adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Sedang zat gizi mikro adalah zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tetapi ada dalam makanan. Zat gizi
yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro
menggunakan satuan mg (mili gram) untuk sebagian besar mineral dan vitamin.
Tabel. Zat Gizi Esensial yang Dibutuhkan Tubuh
Zat Gizi Makro Zat Gizi Mikro
Karbohiodrat Mineral Vitamin
Glukosa Kalsium A (retinol)
Serat Fosfor D (kolekalsiferol)
Natrium E (tokoferol)
Lemak/lipida Kalium K (menadion)
Asam linoleat (omega-6) Sulfur Vitamin B1 (Tiamin)
Asam linolenat (omega-3) Klor Vitamin B2 (Ribovlafin)
Magnesium Vitamin B3 (Niasin)
Protein Zat besi Vitamin B5 (Asam
Asam-asam amino: Selenium pantotenat)
Leusin Seng Vitamin B6 (piridoksin)
Isoleusin Mangan Vitamin B7 (Biotin)
Lisin Tembaga Vitamin B9 (Folasin/folat)
Triptofan Kobalt Vitamin B12 (kobalamin)
Metionin Iodium Vitamin C (asam askorbat)
Fenilalanin Krom
Treonin Fluor
Valin Timah
Histidin Nikel
Nitrogen nonesensial Silikon, arsen, boron
Vanadium, molibden
Almatsier (2001).

2.2.3 Zat Gizi Mikro


Kandungan vitamin, mineral tidak menghasilkan energi namun dibutuhkan untuk
membantu metabolisme energi. Selain itu zat gizi mikro juga diperlukan tubuh untuk
melaksanakan fungsi fisiologis seperti kontraksi otot (jantung dan anggota gerak),
transmisi syaraf, kesehatan tulang dan lainnya. Vitamin dan mineral memiliki fungsi
untuk membantu melancarkan kinerjatubuh, seperti mengatur dan melindungi proses
dalam tubuh, pembentukan enzim danhormon dan mencapai vitalitas jaringan yang
prima. Vitamin dan mineral banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan (Depkes
RI. 2009)

1. Vitamin
Menurut Dr. Michael B. Sporn, M.D. vitamin adalah mikronutrien organik yang
bekerja dalam tubuh bersama-sama dengan enzim untuk mengatur proses-proses
metabolik dan mengubah protein dan karbohidrat menjadi jaringan dan energi. Vitamin
adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada
umumnya tidak dapat dibentuk sendiri oleh tubuh. Oleh karena itu, vitamin harus
didapatkan dari makanan. Vitamin dibedakan dalam dua kelompok yaitu: vitamin larut
lemak (vitamin A, D, E, K) dan vitamin larut air (vitamin B dan C). Vitamin berperan
dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh.
Sebagian besar vitamin larut lemak diabsorsi bersama lipida lain. Absorsi
membutuhkan cairan empedu dan pankreas. Vitamin larut lemak diangkut ke hati melalui
sistem limfe sebagai bagian dari lipoprotein yang disimpan di berbagai jaringan tubuh dan
biasanya tidak dikeluarkan melalui urin.
a. Vitamin A
Vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh, seperti: penglihatan,
diferensiasi sel, fungsi kekebalan, reproduksi, pencegahan kanker dan penyakit jantung
(Almatsier. 2001:160). Vitamin A banyak terdapat dalam: hati, kuning telur, susu, dan
mentega.
b. Vitamin D
Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit di mana tulang
tidak mampu melakukan klasifikasi. Vitamin D dibentuk dengan bantuan sinar matahari.
Apabila tubuh mendapat cukup sinar matahari konsumsi vitamin D melalui makanan
tidak dibutuhkan. Fungsi utama vitamin D adalah membantu pembentukan dan
pemeliharaan tulang bersama vitamin A dan vitamin C. Vitamin D diperoleh tubuh
melalui sinar matahari dan makanan. Makanan hewani merupakan sumber utama vitamin
D dalam bentuk kolekalsiferol, yaitu kuning telur, hati, krim dan mentega. Karena cukup
sinar matahari, kekurangan vitamin D tidak merupakan masalah di Indonesia.
c. Vitamin E
Fungsi utama vitamin E adalah sebagai antioksidan yang larut dalam lemak.
Beberapa fungsi lainnya adalah: struktural dalam memelihara integritas membran sel,
sebagai sintesis DNA, merangsang reaksi kekebalan, mencegah jantung koroner, mecegah
keguguran dan sterilisasi, dan mencegah gangguan menstruasi. Vitamin E banyak
terdapat dalam bahan makanan, seperti: minyak tumbuh-tumbuhan, terutama minyak
kecambah gandum dan biji-bijian.
d. Vitamin K
Fungsi vitamin K yang diketahui adalah dalam pembekuan darah, vitaman K ternyata
merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu protein berupa asam
glutamat menjadi gama-karboksiglutamat. Sumber utama vitamin K adalah hati, sayuran
daun beewarna hijau, kacang buncis, kacang polong, kol, dan brokoli. Bahan makanan
lain yang mengandung vitamin K dalam jumlah kecil adalah susu, daging, telur, serelia,
buah-buahan dan sayuran lain.
Sebagian vitamin larut air merupakan komponen sistem enzim yang banyak terlibat
dalam membantu metabolisme energi. Vitamin larut air dikelompokkan menjadi vitamin
C dan B-kompleks.
a. Vitamin C
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau
kofaktor, seperti: sintesis kolagen, sintesis karnitin, noradrenalin dan serotonin, absorsi
dan metabolisme besi, absorsi kalsium, mencegah infeksi dan mencegah kanker dan
penyakit jantung. Vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu
sayur dan buah terutama yang asam seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya, dan tomat.
Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol.
b. Vitamin B-kompleks
Vitamin B kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak dapat
diproduksi oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari asupan makanan yang dikonsumsi
untuk mencukupi kebutuhan tubuh terhadap vitamin ini. Selain itu vitamin B kompleks
juga tidak dapat disimpan secara baik didalam tubuh, maka asupan secara reguler sangat
dianjurkan agar tidak kekurangan vitamin B kompleks. Delapan unsur utama pembentuk
vitamin B kompleks adalah:
1) Thiamine (vitamin B1), berfungsi membantu sel tubuh menghasilkan energi, kesehatan
jantung serta metabolisme karbohidrat.
2) Riboflavin (vitamin B2), berfungsi melindungi tubuh dari penyakit kanker, mencegah
migren serta katarak.
3) Niacin (vitamin B3), bermanfaat untuk melepaskan energi dari zat-zat nutrien,
membantu menurunkan kadar kolesterol, mengurangi depresi dan gangguan pada
persendian.
4) Asam pantothenate (vitamin B5), membantu system syaraf dan metabolisme,
mengurangi alergi, kelelahan dan migren. Penting bagi aktifitas kelenjar adrenal, terutama
dalam proses pembentukan hormon.
5) Pyridoxine (vitamin B6), membantu produksi sel darah merah dan meringankan gejala
hipertensi dan asma.
6) Biotin (vitamin B7), bermanfaat dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat,
pembentukan kuku serta rambut.
7) Asam Folat (vitamin B9), membantu perkembangan janin, pengobatan anemia dan
pembentukan hemoglobin.
8) Cobalamine (vitamin B12), membantu merawat system syaraf dan pembentukan sel
darah merah.
Unsur lain yang juga terdapat dalam vitamin B kompleks adalah choline, inositol dan
asam para aminobenzoic. Vitamin B kompleks sangat bermanfaat dalam membantu
mengatasi gejala kelelahan dan kegelisahan (stres). Kelelahan dapat menjadi gejala dari
banyak penyakit dan vitamin B kompleks dapat membantu meringankan kelelahan.
Kecukupan vitamin B-kompleks membantu mencegah kelambatan pertumbuhan, anemia,
gangguan penglihatan, kerusakan syaraf serta gangguan jantung. Secara alami untuk
mencukupi kebutuhan tubuh terhadap vitamin B kompleks, konsumsi bahan-bahan
makanan sumber vitamin B kompleks misalnya: roti, padi-padian, buncis, hati, daging,
ikan, telur serta susu.
2. Mineral
Mineral adalah suatu zat gizi anorganik yang merupakan abu bahan biologi, yang
tersisa setelah pembakaran bahan-bahan organik dari makanan atau jaringan tubuh dalam
bentuk ion-ion. Mineral diklasifikasikan menurut jumlah yang dibutuhkan tubuh. Mineral
utama (mayor) adalah mineral yang diperlukan tubuh lebih dari 100 mg sehari, sedangkan
mineral minor (trace elements) adalah mineral yang diperlukan kurang dari 100 mg
sehari. Kalsium, tembaga, fosfor, kalium, natrium dan klorida adalah contoh mineral
utama, sedangkan kromium, magnesium, yodium, besi, flor, mangan, selenium dan zinc
adalah contoh mineral minor.
Berikut adalah beberapa mineral utama dan mineral minor yang penting bagi tubuh:
a. Kalsium
Mineral terbesar yang dibutuhkan tubuh adalah kalsium. Sekitar 2-3 persen dari berat
badan tubuh adalah kalsium, di mana 98% tersimpan di dalam tulang dan gigi dan 1% di
dalam darah. Selain untuk pemeliharaan tulang dan gigi, kalsium juga membantu
kontraksi dan relaksasi otot, pembekuan darah, fungsi hormon, sekresi enzim, penyerapan
vitamin B12 dan pencegahan batu ginjal dan penyakit jantung. Sumber kalsium yaitu:
susu dan produk susu (keju, yoghurt, dll), telur, ikan, kacang-kacangan, dan sayuran hijau
tua.
b. Magnesium
Magnesium membantu mengatur kadar kalium dan natrium dalam tubuh, yang
terlibat dalam pengendalian tekanan darah. Magnesium berperan penting dalam
pemeliharaan jaringan gigi, tulang dan otot, mengatur suhu tubuh, produksi dan
transportasi energi, metabolisme lemak, protein dan karbohidrat, kontraksi dan relaksasi
otot. Sebagian besar magnesium disimpan dalam tulang dan gigi, sebagian lain di dalam
darah dan otot. Jika tubuh tidak memiliki cukup magnesium dalam darah, tubuh akan
mengambilnya dari tulang, yang pada gilirannya juga dapat menyebabkan tulang keropos.
Sumber magnesium berasal dari: susu, sayur-sayuran berdaun hijau, alpukat, pisang,
coklat, produk kedelai seperti tempe atau tahu, biji-bijian dan kacang-kacangan.
c. Besi
Zat besi disimpan dalam hemoglobin (sel darah merah), zat besi membawa oksigen
ke sel-sel tubuh dan membawa karbon dioksida keluar tubuh, mendukung fungsi otot,
enzim, protein dan metabolisme energi. Kekurangan zat besi menyebabkan anemia,
kelelahan, kelemahan, sakit kepala dan apatis. Sumber zat besi antara lain terdapat pada
daging, unggas, ikan, kacang-kacangan, brokoli, bayam, dan kangkung.
d. Zinc
Zinc berperan penting dalam sintesis DNA dan RNA, produksi protein, insulin dan
sperma, membantu dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan alkohol, berperan
dalam mengeluarkan karbondioksida, mempercepat penyembuhan, pertumbuhan,
perawatan jaringan tubuh, dan mendukung indera seperti penciuman dan perasa.
Kekurangan zinc menyebabkan gangguan pertumbuhan, kehilangan nafsu makan,
penyembuhan lambat, rambut rontok, libido seks rendah, kehilangan rasa dan bau dan
kesulitan beradaptasi dengan cahaya malam. Zinc berasal dari: air, makanan berprotein
tinggi seperti daging sapi, kambing, dan unggas, kerang, kepiting, lobster, kacang-
kacangan dan biji-bijian.
e. Selenium
Selenium dibutuhkan dalam jumlah kecil tetapi teratur untuk kesehatan liver (hati).
Selenium banyak ditemukan dalam tanah, sehingga jumlah yang ditemukan dalam
sayuran dan buah tergantung pada tempat penanaman dan metode pertanian yang
digunakan. Tanaman yang dibudidayakan pada tanah yang terlalu sering diolah akan
memiliki selenium yang rendah. Sumber selenium antara lain yaitu: daging, ikan dan
kacang-kacangan, susu dan produk susu, telur, susu ayam, bawang putih, bawang merah
dan sayuran hijau.
f. Kalium, Natrium dan Klorida
Kalium (sering disebut juga potasium), natrium dan klorida adalah mineral yang larut
dalam darah dan cairan tubuh lainnya. Ketiga mineral tersebut membuat cairan dalam
tubuh tetap konstan dan tidak berfluktuasi. Zat ini juga berperan penting dalam
transportasi glukosa ke dalam sel dan pembuangan limbah, tekanan darah, transmisi
impuls saraf, irama jantung dan fungsi otot. Kekurangan mineral-mineral ini
menyebabkan mengantuk, kecemasan, mual, kelemahan, dan detak jantung tidak teratur.
Hampir semua makanan kecuali minyak, lemak dan gula mengandung zat ini, tetapi dapat
rusak/hilang jika makanan dimasak.
g. Mineral lainnya
Selain mineral-mineral di atas, mineral lain yang dibutuhkan tubuh adalah boron,
kromium, tembaga, flor, yodium, mangan, molibdenum, nikel, silikon, timbal, dan
vanadium. Selain itu, tubuh juga membutuhkan dosis yang sangat kecil dari lithium dan
aluminium.

2.2.4 Akibat Kekurangan dan kelebihan zat gizi mikro


1. Vitamin
a. Vitamin A
Akibat kekurangan vitamin A
Gangguan pada penglihatan (mata), timbulnya penyakit kulit (seperti regenerasi kulit
terganggu, luka sulit sembuh, dan iritasi kulit), infeksi saluran kemih, menghambat
pertumbuhan, terganggunya sistem imunitas
Akibat kelebihan vitamin A
Efek akut dari hipervitaminosis A akan terjadi apabila kadar vitamin A yang sudah
tersimpan melebihi dari 25000 IU/kg. Sedangkan efek kronis akan muncul apabila
konsumsi vitamin A mencapai atau melebihi 4000 IU/kg setiap hari dalam waktu 6
hingga 15 bulan. Gejala kondisi akut kelebihan vitamin A berupa sakit kepala, pusing,
mual, rasa sakit di perut, iritasi dan gangguan penglihatan. Sedangkan gejala kronis
antara lain demam, mulut kering, nyeri pada tulang, anoreksia. Dalam beberapa kasus,
efek kronis hipervitaminosis A termasuk adanya tekanan cairan di dalam tulang
sekitar otak (intrakranial), anemia, dan rendahnya kadar trombosit (trombositopenia).
c. Vitamin D
Akibat kekurangan vitamin D
Osteoporosis, diabetes, Multiple Sclerosis (Penyakit ini dapat menyebabkan
terjadinya kelumpuhan), Rheumatoid Arthritis, parkinson, alzheimer.
Akibat kelebihan Vitamin D
Batas konsumsi vitamin adalah sekitar 600 IU per hari. Efek akut dari vitamin D
adalah sembelit, dehidrasi, hilangnya nafsu makan, kelelahan, pusing, tekanan darah
tinggi, dan aritmia. Sedangkan efek kronis yang ditimbulkan adalah kerusakan pada
ginjal, pengeroposan tulang, dan kalsifikasi (pengerasan) arteri dan dan jaringan lunak
pada tubuh.
d. Vitamin E
Akibat kekurangan vitamin E
Kerusakan Pada Sistem Saraf dan Otot, kanker, infertilitas, gangguan penglihatan
Akibat kelebihan Vitamin E
Konsumsi vitamin E yang dianjurkan hanya sebesar 30 mg per hari namun efek
hipervitaminosis E muncul apabila mengonsumsi vitamin E dengan dosis di atas 1gr
per kg berat tubuh dalam satu hari. Hipervitaminosis E menyebabkan perdarahan
karena menghambat kerja vitamin K. Beberapa gejala yang mungkin terjadi adalah
kelelahan, sakit kepala, dan masalah pada sistem pencernaan.
e. Vitamin K
Akibat kekurangan vitamin K
Terganggunya Proses Pembekuan Darah, penurunan kepadatan tulang, memperburuk
kondisi kanker
Akibat kelebihan Vitamin K
Batas asupan vitamin K adalah 500 mikrogram per hari. Melebihi batas dosis dapat
menyebabkan rekasi alergi dan menyebabkan gangguan pada liver, namun hal ini
sangat jarang.
e. Vitamin C
Akibat kekurangan vitamin C
Anemia, kelelahan, penurunan imunitas, massalah gigi dan gusi, masalah persendian
dan tulang (kinerja tulang dan sendi menjadi tidak stabil), masalah pada jantung,
masalah pada kulit (kulit akan terlihat kering dan kasar).
Akibat kelebihan Vitamin
Kondisi ini disebabkan dari konsumsi vitamin C melebihi dosis 2000 mg per hari.
Kelebihan dosis konsumsi biasanya disebabkan asupan vitamin C dari suplemen.
Gejala dari kelebihan vitamin C berupa diare, mual, sakit kepala, insomnia, serta efek
yang paling parah adalah pembentukan batu ginjal. Pada umumnya gejala
hipervitaminosis C diatasi dengan pengobatan yang sesuai dengan gejala yang dialami
individu.
f. Vitamin B Kompleks
1) Vitamin B1 (Thiamin)
Akibat Kekurangan Vitamin B1 (Thiamin)
Akibat kekurangan Vitamin B1 dapat menyebabkan Penyakit beri-beri, masalah pada
kulit (kulit menjadi kering dan bersisik), Sindrom Wernicke- Korsakoff (Ketika tubuh
kekurangan vitamin B1, maka hal ini akan menyebabkan gangguan pada otak,
terutama bagi mereka yang gemar mengkonsumsi alkohol. Sindrom ini dibedakan
menjadi 2 jenis, yang pertama adalah Ensefalopati Wernicke yang menyebabkan
kebingungan, kesulitan berjalan, serta gangguan penglihatan. Dan jika terus dibiarkan
bisa menyebabkan koma dan kematian. Sindrom yang kedua adalah psikosis
Korsakoff yang dapat menyebabkan kebingungan, serta hilangnya memori akan
kejadian-kejadian yang baru saja dialami), gagal jantung, sembelit, hilang nafsu
makan.
Akibat kelebihan Vitamin B1 (Thiamin)
Jika dalam tubuh kelebihan thiamin atau vitamin B1 itu bisa menyebabkan alergi.
Walaupun ini sangat jarang terjadi tetapi hal ini dapat menyebabkan bercak merah dan
gatal pada kulit. Apabila dalam kondisi yang parah seseorang akan mengalami sulit
bernapas, dada sesak, warna kulit berubah, dan pusing kepala.
2) Vitamin B2 (Riboflavin)
Akibat Kekurangan Vitamin B2 (Riboflavin)
Akibat kekurangan Vitamin B2 dapat menyebabkan Gangguan pada bibir (seperti
timbulnya peradangan pada bibir (Cheilosis), bibir pecah-pecah (stomatitis angular),
serta lidah berwarna keunguan (glossitis), gangguan penglihatan
Akibat kelebihan B2 (Riboflavin)
Jika kita terlalu banyak mengkonsumsi ribofalvin atau vitamin B2 maka akibat hal
yang paling umum terjadi ialah urine berwarna kuning. Walaupun itu tidak berbahaya
tetapi kalau sampai tubuh kelebihan riboflavin dengan dosis yang tinggi akan
menyebabkan diare. Dalam kondisi yang lebih serius akan menyebabkan pada bagian
wajah terjadi pembengkakan, bibir, lidah dan tenggorokan. Selain itu juga dapat
menimbulkan rasa gatal pada kulit.
3) Vitamin B3 (Niasin)
Akibat Kekurangan Vitamin B3 (Niasin)
Akibat kekurangan Vitamin B3 dapat menyebabkan Gangguan pencernaan, gangguan
mental, Pellagra (Ini merupakan penyakit yang ditandai oleh beberapa kondisi seperti
gangguan pada kulit, otak, dan saluran pencernaan. Seseorang dengan pellagra akan
mengalami beberapa kelainan kulit yang terjadi di tempat-tempat tertentu seperti
leher, wajah, tangan, kaki, dan betis. Gangguan tersebut bersifat menetap dan bagian
tubuh yang terkena bisa menjadi bersisik dan timbul warna kecoklatan. Gejala
penyakit ini bisa diikuti oleh adanya gangguan pada sistem pencernakan, seperti mual,
muntah, nafsu makan yang hilang, konstipasi, rasa perut yang tidak enak, serta diare
yang terkadang berdarah).
Akibat kelebihan Vitamin B3 (Niasin)
Jika tubuh kelebihan niacin bisa menyebabkan merah pada kulit, diare, sakit kepala,
mulas, sampai mual dan muntah. Dalam kondisi yang parah karena kelebihan vitamin
ini bisa menyebabkan detak jantung yang tidak teratur, nyeri pada sendi.  Selain itu
lengan dan kaki menjadi bengkak, penglihatan jadi kabur serta sakit kepala secara
terus menerus. Disamping itu ada juga efek samping yang lain tetapi jarang sekali
terjadi seperti mata kuning, tinja berdarah, nyeri perut. Dan juga mual dan muntah
secara terus menerus.
4) Vitamin B5 (Asam Pantotenat)
Akibat Kekurangan Vitamin B5 (Asam Pantotenat)
Akibat kekurangan Vitamin B5 dapat menyebabkan Kelelahan, kerontokan rambut
dan timbulnya uban, timbulnya jerawat, depresi, rentan mengalami infeksi.
Akibat kelebihan Vitamin B5 (Asam Pantotenat)
Kalau tubuh kelebihan asam pantotenat sama persis seperti kelebihan jenis vitamin B
yang lain yaitu bisa menyebabkan diare. Selain itu juga kalau tubuh kelebihan vitamin
ini bisa menyebabkan alergi dan juga pembengkakan sama seperti kelebihan vitamin
B lain. Jadi cukup hal itu saja yang perlu kita waspadai.
5) Vitamin B6 (Piridoksin)
Akibat Kekurangan Vitamin B6 (Piridoksin)
Akibat kekurangan Vitamin B6 dapat menyebabkan Anemia, Pyroluria, Skyzofrenia
Akibat kelebihan Vitamin B6 (Piridoksin)
Kalau tubuh kelebihan vitamin pyridoxamine ini pada umumnya tidak menimbulkan
efek yang serius. Tetapi dalam beberapa kasus tubuh seseorang yang kelebihan
pyridoxamine bisa menyebabkan sakit kepala, mual. muntah, nafsu makan hilang,
kesemutan. Selain itu juga bisa sakit perut dan mudah ngantuk.
Apabila seseorang kelebihan vitamin ini dalam jangka panjang juga bisa
meningkatkan resiko gangguan pada otak dan saraf. Tubuh menjadi terasa sangat
lelah dan lemas juga dapat ditimbulkan akibat kelebihan pyridoxamine atau vitamin
B6.
6) Vitamin B7 (Biotin)
Akibat Kekurangan Vitamin B7 ( Biotin )
Akibat kekurangan Vitamin B7 dapat menyebabkan Anoreksia, anemia, dermatitis,
penurunan imunitas.
Akibat kelebihan Vitamin B7 ( Biotin )
Apabila tubuh kelebihan Vitamin B7 dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti
kulit menjadi rusak, rusaknya metabolisme pada tubuh, tubuh menjadi lemas,
keracunan.
7) Vitamin B9 (Folate)
Akibat Kekurangan Vitamin B9 (folate)
Akibat kekurangan Vitamin B9 dapat menyebabkan Anemia, diare, sariawan,
pembengkakan lidah
Akibat kelebihan Vitamin B9 (folate)
kelebihan dari vitamin jenis ini bisa meningkatkan resiko kanker prostat dan kanker
paru-paru.
8) Vitamin B12 (Kobalamin)
Akibat Kekurangan Vitamin B12 (Kobalamin)
Akibat kekurangan Vitamin B12 dapat menyebabkan Gangguan pernafasan (asma),
masalah detak jantung, Masalah Pada Kulit (Ketika tubuh kita kekurangan asupan
kobalamin atau vitamin B12, maka akan dapat merusak penampilan kulit kita, di
mana kulit akan terlihat berwarna pucat).
Akibat kelebihan Vitamin B12 (Kobalamin)
Apabila kelebihan vitamin B12 dapat menyebabkan gatal-gatal dan diare. Efek yang
paling parah jika kelebihan vitamin ini ialah dapat menyebabkan alergi.

2. Mineral
a. Kalsium
Akibat kekurangan kalsium
Akibat kekurangan kalsium dapat menyebabkan efek buruk bagi kesehatan antara
lain: Osteomalacia yaitu kondisi penyakit yang bisa menyebabkan struktur tulang
menjadi sangat lunak, osteoporosis yaitu menyebabkan penderitanya memiliki tulang
yang sangat lemah dan rapuh, darah tinggi, dan lain sebagainya.
Akibat kelebihan kalsium
Hiperkalsemia adalah kondisi di mana tubuh menyerap kalsium melebihi dari
kapasitas normalnya. Hiperkalsemia bisa mengganggu fungsi ginjal dan menyebabkan
terbentuknya batu ginjal, serta mengganggu kerja jantung dan otak. Fungsi ginjal
yang menurun karena kelebihan kalsium juga dapat menyebabkan kemampuan tubuh
dalam menyerap zat besi, zink, magnesium, dan fosfat menjadi terganggu. Padahal,
mineral-mineral tersebut sangat penting dalam menunjang fungsi normal tubuh.
hiperkalsemia juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan, mual, muntah,
dan sembelit. 
b.Magnesium
Akibat kekurangan magnesium
Ketika tubuh tak mendapat atau memiliki kadar magnesium yang cukup, maka ada
beberapa efek kesehatan yang akan dapat dirasakan. Berikut ini merupakan bahaya-
bahaya yang kemungkinan besar terjadi ketika magnesium dalam tubuh sangat rendah
antara lain : kram otot, batu ginjal, gangguan pendengaran, depresi, kontraksi jantung
abnormal, kelelahan, sakit kepala.
Akibat kelebihan magnesium
Ketidakteraturan detak jantung, gangguan pernapasan, tekanan darah rendah,
kebingungan dan mudah lemas.
c. Besi
Akibat kekurangan besi
secara klasik defisiensi besi dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Namun banyak
bukti menunjukkan bahwa defisiensi besi berpengaruh luas terhadap kualitas sumber
daya manusia, yaitu terhadap kemampuan belajar dan produktivitas kerja.
Kekurangan gizi pada umumya menyebabkan pucat,rasa lelah,letih,pusing,kurang
nafsu makan,menurunnya kebugaran tubuh,menurunnya kemampuan
kerja,menurunya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka. Selain itu
kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. 
Anemia gizi
Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan
hemoglobin,  baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. 
Akibat Kelebihan Besi
Kelebihan besi jarang terjadi karena makanan, tetapi dapat disebabkan oleh suplemen
besi. Gejalannya adlah rasa nek, muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit
kepala, menigau, dan pingsan.
d.Zinc
Akibat kekurangan Zinc
Merusak penglihatan, flu, ketidaksuburan pada pria, kerusakan otak, depresi,
lambatnya penyembuhan luka, gangguan usus, kerontokan rambut.
Akibat kelebihan Zinc
Keracunan (Diare adalah salah satu gejala keracunan akibat kebanyakan asupan zinc),
gagal ginjal kronis, sakit kepala, mual muntah dan kehilangan nafsu makan, kram
perut.
e. Selenium
Akibat kekurangan selenium
Kerusakan jantung, menaikan risiko stroke, kegagalan organ dan kematian jaringan,
gangguan reproduksi.
Akibat kelebihan selenium
keracunan merupakan satu kondisi atau efek dari kelebihan selenium. Kondisi
keracunan ini lebih dikenal dengan sebutan selenosis di mana asupan selenium adalah
lebih dari normal per harinya.erikut ini merupakan potensi gejala yang dialami apabila
tubuh kita mengalami selenosis: Kerusakan saraf, Diare yang menandakan adanya
gangguan pada pencernaan, Bau mulut atau napas tak sedap, Tubuh letih dan lesu,
Kuku pecah-pecah, Rambut rontok, Sakit kepala, Gigi goyang, Kelainan ginjal,
Tubuh gemetaran. 
h. Kalium, Natrium dan Klorida
1) Kalium
Akibat kekurangan Kalium
Otot sering kram, Cepat Lelah dan Merasa Lemah, jantung berdebar kencang, tekanan
darah tinggi, diare,penyakit ginjal kronis, Hipokalemia ini adalah sebuah penyakit
yang menjadi penggambaran akan rendahnya kadar kalium di dalam darah dan ada
risiko masalah kesehatan kompleks yang sangat fatal jika tak segera ditangani dengan
cepat dan benar. Salah satu contoh dari masalah kesehatan tersebut adalah kerusakan
fungsi otot, saraf dan bahkan jaringan sel tubuh. Sel otot jantung pada kondisi tertentu
pun bisa saja terjadi. Kalium dianggap rendah pada tubuh seseorang apabila setelah
diperiksa kadarnya tidak lebih dari 2,5 mmol/L dan jika tak memperoleh perawatan
segera, kematian adalah risiko terbesarnya.
Akibat kelebihan kalium
hiperkalemia pun dapat dialami oleh seseorang yang berkelebihan kalium. Ada terlalu
banyak kalium yang terserap oleh tubuh sehingga bisa memicu sejumlah penyakit
yang bahkan dapat membawa kepada kematian. Untuk mengetahui gejala apa saja
dari hiperkalemia yang perlu kita waspadai, berikut adalah ciri-cirinya: Detak jantung
tak beraturan, Lambatnya denyut nadi, Sesak nafas, Tubuh lemah, Mudah lelah, Mual
yang juga disertai dengan muntah.
2) Natrium
Akibat kekurangan natrium
Gangguan otot, gangguan ginjal, gangguan syaraf
Akibat kelebihan natrium
Tekanan darah tinggi, Serangan jantung.
3) Klorida
Akibat kelebihan klorida
Merusak jaringan tubuh, bakteri akan mati, maag, merusak mata.
f. Boron
Akibat kekurangan boron
Penurunan konsentrasi kalsium dan magnesium dalam plasma, Dapat mengakibatkan
kerapuhan tulang (osteoporosis), Menyebabkan radang persendian (osteoarthritis).
Akibat kelebihan boron
Konsumsi boron dalam jumlah besar tidak baik bagi pria, karena dapat menurunkan
produksi sperma. Dapat juga menyebabkan keracunan akut, dermatitis, kelemahan,
lesu, depresi. Selain itu, konsumsi boron dalam jumlah yang besar dapat
menimbulkan efek samping antara lain: Mual/muntah, gangguan pencernaan, diare,
Sakit kepala, kejang-kejang, tremorPeradangan dan/atau inflamasi pada kulit.
g.kromium,
Akibat Kelebihan Krom
Kelebihan krom karena makanan belum pernah ditemukan. Pekerja yang terkena
limbah industri dan cat yang mengandung krom tinggi dikaitkan dengan kejadian
penyakit hati dan kanker paru-paru. Kromat adalah bentuk krom dengan valensi 6.
h.tembaga,
Akibat Kekurangan Tembaga
Kekurangan ini terjadi pada anak-anak, kekurangan protein dan menderita anemia
kurang besi, serta pada anak-anak yang mengalami diare. Kekurangan tembaga juga
terjadi pada bayi lahir prematur atau yang mendapat susu sapi, yang mengkomposisi
gizinya tidak disesuaikan. Kekurangan tembaga dapat mengganggu pertumbuhan dan
metabolisme, disamping itu terjadi demirelasasi tulang,
Akibat Kelebihan Tembaga
Kelebihan tembaga secara kronis menyebabkan penumpukan tembaga didalam hati
yang dapat menyebabkan nikrosis hati atau serosis hati. Konsumsi sebanyak 10-15 mg
tembaga sehari dapat menimbulkan muntah-muntah dan diare. Konsumsi dosis tinggi
dapat menyebabkan kematian.
i. flor,
Akibat kekurangan flor
Karies gigi dan Osteoporosis dan Pengeroposan Gigi
Akibat kelebihan flor
fluorisis di mana ini juga disebut juga dengan pengapuran gigi, kerusakan tulang,
penurunan fungsi tiroid, kerusakan sistem reproduksi, kerusakan otak.
j. yodium,
Akibat Kekurangan yodium
Gejala kekurangan yodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid membesar, pada
ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam
keadaan berat bayi lahir  dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan
pertumbuhan yang dikenal sebagai kretinisme. Kekurangan yodium pada anak-anak
menyebabkan kemampuan belajar yang rendah. Kekurangan yodium berupa gondok
endemik.
Akibat Kelebihan yodium
Suplemen yodium dalam dosis terlalu tinggi dapat menyebabkan kelenjar tiroid dalam
keadaan berat dapat menutup jalan pernapasan sehingga menimbulkan sesak napas.
k. mangan,
Akibat Kekurangan Mangan
Kekurangan mangan belom pernah terlihat pada  manusia, Kekurangan mangan sering
terjadi kesamaan dengan kekurangan besi. Makanan tinggi protein dapat melindungi
tubuh dari kekurangan mangan.
Akibat Kelebihan Mangan
Keracunan karena kelebihan mangan terjadi karena lingkungan terkontaminasi oleh
mangan. Pekerja tambang mengisap mangan yang ada pada debu tambang untuk
jangka waktu lama, menunjukkan gejala kelainan otak disertai penampilan dan
tingkah laku normal yang menyerupai penyakit parkinson.
l. Molibdenum
Akibat kekurangan molibdenum
Kekurangan molibdenum yang disebabkan karena asupan yang tidak memadai pada
orang yang sehat, belum pernah diteliti. Tetapi kekurangan molibdenum terjadi pada
keadaan tertentu misalnya jika seorang malnutrisi yang menderita penyakit Chron
mendapatkan makanan parenteral dalam waktu yang lama tanpa tambahan
molibdenum. Gejala yang muncul pada kekurangan molibdenum bervariasi, antara
lain retardasi mental, disorientasi, serangan kejang, peningkatan detak jantung dan
pernafasan, sakit kepala, mual, muntah, dan koma.
Akibat kelebihan molibdenum
Orang yang mengkonsumsi molibdenum dalam jumlah besar dapat mengalami gejala
yang menyerupai penyakit gout, termasuk peningkatan kadar asam urat dalam darah
dan nyeri sendi.
Penambang yang terpapar debu molibdenum bisa mengalami gejala-gejala yang tidak
spesifik.
m. Seng
Akibat kekurangan seng
Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan dan kematangan
seksual. Fungsi pencernaan terganggu karena gangguan fungsi pankreas, gangguan
pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan saluran cerna.Kekurangan seng
juga mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme, gangguan nafsu makan,
penurunan ketajaman indra rasa serta memperlambat penyembuhan luka.
Akibat Kelebihan Seng
Kelebihan seng hingga 2-3 kali AKG menurunkan absorpsi tembaga. Kelebihan
sampai 10 kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol, dan tampaknya dapat
memperce[pat timbulnya aterusklerosis. Dosis sebanyak 2 gram atau lebih
menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan
reproduksi. Suplemen seng bisa menyebabkan keracunan, begitupun makanan yang
asam dan disimpan didalam kaleng yang dilapisi seng.

2.3 Produktivitas Kerja


Produktivitas kerja adalah hasil nyata yang terukur dan dapat dicapai seseorang
dalam lingkungan kerja untuk setiap satuan waktu, ada hubungan antara terpenuhinya
kebutuhan gizi terutama kebutuhan energi (Wirjatmadi dan Andriani, 2012).
Produktivitas kerja dapat didefinisikan sebagai efisiensi proses menghasilkan dari
sumber daya yang digunakan. Produktivitas seringkali juga diidentifikasikan dengan
efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran (output) dan masukan (input). Jadi
produktivitas disini adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang
dihasilkan dari setiap jumlah sumber daya yang dipergunakan selama proses
berlangsung (Tarwaka dkk, 2004). Produktivitas pekerja menjadi prioritas utama yang
dituntut setiap perusahaan kepada setiap pekerja (Marlinda dkk, 2013).
Produktivitas kerja sebagai salah satu ukuran perusahaan dalam mencapai
tujuannya dan rasio dari hasil kerja dengan waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja, maka rasio tersebut pada umumnya
berbentuk keluaran yang dihasilkan dari aktivitas kerja dibagi jam kerja yang
dikontribusikan dengan rupiah atau unit produksi lainya sebagai dimensi tolok
ukurnya (Harianti dkk, 2012). Pengukuran produktivitas tenaga kerja secara umum
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah Hasil Produksi
Produktivi tas Kerja Pekerja 
Satuan Wak tu
Produktivitas kerja seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
internal seperti fisik, usia, pengalaman, pendidikan, keahlian, asupan energi, asupan
protein, dan factor eksternal seperti psikis, penerangan, kebisingan, waktu istirahat,
jam kerja (Handayani, 2008).
Kesehatan kerja yang optimal dapat dicapai dengan menyesuaikan antara beban
kerja, kapasitas kerja, dan beban tambahan akibat lingkungan kerja (Suma’mur,
2001). Tercapainya keadaan kesehatan yang optimal, dapat mewujudkan produktivitas
kerja yang tinggi (Nugroho, 2007). Produktivitas kerja satu orang dengan orang lain
tidak sama, salah satunya tergantung dari tersedianya zat gizi di dalam tubuh.
Kekurangan konsumsi zat gizi bagi seseorang dari standar minimum umumnya akan
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, aktivitas, dan produktivitas kerja
(Ariningsih, 2005).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Peran zat gizi mikro dalam menunjang produktivitas kerja


Produktiftas kerja akan menurun ketika di pengaruhi oleh dua hal yaitu (a)
berkurangnya enzim-enzim yang mengandung besi dan besi sebagai kofaktor enzim-
enzim yang terlibat dalam metabolisme energi, dan (b) menurunnya hemoglobin
darah. Akibatnya metabolise didalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam
laktat yang menyebabkan rasa lelah (Almatsier, 2012).
a. Peranan zat besi terhadap produktivitas kerja
1) Definisi
Besi (Fe) merupakan mineral mikro yang paling banyak dalam tubuh manusia
dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh dewasa (Almatsier, 2005).
Dalam tubuh seorang laki-laki dewasa sehat mengandung 40 – 50 mg zat besi per
kilogram berat badan sedangkan pada wanita dewasa sehat mengandung 35 – 50 mg
zat besi per kilogram badan. Meskipun zat mikro ini banyak ditemukan pada
makanan, masih banyak penduduk dunia yang mengalami kekurangan besi.
Kekurangan zat besi berpengaruh terhadap produktivitas kerja, penampilan kognitif
dan sistem kekebalan.
2) Fungsi Zat Besi
Besi mempunyai beberapa fungsi essensial bagi tubuh, yaitu :
a) Berperan dalan proses respirasi sel
Besi dapat berada dalam dua bentuk ion (Fe2+ dan Fe3+) di dalam sel yang
berperan sebagi kofaktor enzim- enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi-
reduksi.
b) Metabolisme energi
Bekerja sama dengan protein-pengangkut-elektron, yang berperan dalam
langkah akhir metabolisme energi
c) Resevoir dan pengangkutan oksigen
Sekitar 80% besi terkandung dalam haemoglobin yang berfungsi membawa
oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbon
dioksida dari seluruh sel ke paru- paru untuk dikeluarkan oleh tubuh.
Sedangkan besi dalam mioglobin berfungsi sebagai resevoir oksigen dalam
sel-sel otot.
d) Sistem kekebalan
Besi sangat berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Beberapa gangguan
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh besi, diantaranya : a) respon
kekebalan terganggu akibat berkurangnya pembentukan sel limfosit-T yang
disebabkan berkurangnya sintesis DNA. Sintesis DNA berkurang karena
gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang membutuhkan besi untuk
dapat berfungsi; b) sel darah putih tidak bekerja secara efektif akibat
kekurangan besi; c) defisiensi besi mengganggu kerja enzim mieloperoksidase
yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh; d) terganggunya kerja protein
pengikat- besi transferin dan laktoferin yang mencegah terjadinnya infeksi
akibat kekurangan besi.
e) Pelarut obat-obatan
Obat-obatan yang tidak larut air oleh enzim mengandung besi dapat dilarutkan
hingga dikeluarkan oleh tubuh.
b. Kaitan antara Kecukupan Zat Besi (Fe) dan Produktivitas
Keadaan status gizi dan kesehatan yang baik akan mempengaruhi kesegaran
fisik dan daya pikir yang baik dalam melakukan pekerjaan. Banyak penelitian
membuktikan bahwa terdapat hubungan antara terpenuhinya kebutuhan energi dengan
produktivitas kerja. Tanpa makanan yang cukup, energi sebagai sumber tenaga dalam
melakukan pekerjaan akan diambil dari energi cadangan di dalam tubuh. Kekurangan
makanan dalam jangka waktu lama akan menyebabkan tergangunya fungsi fisilogis
tubuh, sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan secara optimal. Hal ini akan secara
langsung membuat produktivitas menjadi rendah.
Menurut Soekirman (2000), kekurangan zat gizi mikro walaupun pada tingkat
ringan akan berdampak pada turunnya produktivitas kerja, kemampuan belajar, dan
bahkan dapat memperburuk kondisi sewaktu sakit dan meningkatkan angaka
kematian, terutama pada bayi dan wanita hamil.
Menurunnya produktivitas kerja akibat kekurangan besi disebabkan oleh dua hal,
yaitu : a) kekurangan enzim-enzim yang mengandung zat besi dan besi sebagi
kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi; b) menurunnya
haemoglobin darah yang mengakibatkan metabolisme energi di dalam otot terganggu
dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah.
Dalam hal ini zat besi memiliki peranan penting dalam produktivitas kerja dengan
peranan sebagai kofaktor enzim dalam metabolisme energi, besi dapat mempercepat
metabolisme energi sehingga dapat mengganti secara cepat kekurangan energi untuk
beraktivitas secara fit. Menurut Guyton dan Hall (1997), Zat besi juga berkaitan
dengan pembentukan haemoglobin. Dua pertiga besi dalam tubuh terdapat dalam
bentuk haemoglobin, walaupun sejumlah kecil terdapat dalam bentuk yang lain,
terutama dalam hati dan sumsum tulang. Pembawa elektron yang mengandung besi
(sitokrom) terdapat dalam mitokondria semua sel tubuh dan penting pada sebagian
besar oksidasi di dalam sel. Oleh sebab itu, zat besi mutlak penting baik untuk
transpor oksigen ke jaringan, maupun untuk mempertahankan sistem oksidatif di
dalam sel jaringan, tanpa besi, kehidupan akan berhenti dalam beberapa detik.
Dilihat dari segi pengaruh besi kepada kecerdasan intelektual dalam
penelitiannya Politt (tahun 1999) menyatakan bahwa asupan zat besi (Fe) diduga erat
kaitannya dengan kemapuan intelektual. Hasil penelitiannya menunjukkan dari 46
enam anak yang berusia 3 – 5 tahun terbukti bahwa anak yang mengalami defisiensi
besi ternyata meiliki kemampuan mengingat dan memusatkan perhatian lebih rendah.
Pada penelitian Sulzer, et al tahun 2002, juga menunjukkan anak yang menderita
anemia (akibat defisiensi zat besi) mempunyai nilai lebih rendah dalam uji IQ dan
kemampuan belajar. Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa
lemah, letih lesu, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh dan
gangguan penyembuhan luka. Kelebihan besi jarang terjadi karena makanan, tetapi
dapat disebabkan karena asupan yang berlebih dari suplemen zat besi. Gejalanya
adalah rasa eneg, muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau,
bahkan pingsan.
Seperti yang dapat kita lihat peranan zat besi meliputi faktor kebugaran,
keaktifan, kecerdasan, kesehatan yang saling mendukung peningkatan produktivitas
kerja seseorang. Dengan tercukupinya asupan besi dalam tubuh kita secara tepat maka
akan mendukung kebugaran tubuh, keaktifan pergerakan, serta kecerdasan intelektual
yang semakin mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas hasil kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Almatsier, Sunita. (2012). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Almatsier, Sunita. (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Ariningsih, E. (2005). Konsumsi dan Kecukupan Energi dan Protein Rumah Tangga
Pedesaan di Indonesia. Jakarta: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian.
Ariningsih, E. (2005). Konsumsi dan Kecukupan Energi dan Protein Rumah Tangga
Pedesaan di Indonesia. Jakarta: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang
Dewasa.
Deswarni Idrus & Gatot Kunanto. (1990). Epidemiologi I. Jakarta: Pusdiknakes.

Handayani, Pitriana. (2008). Hubungan Tingkat Konsumsi Dan Penggunaan Cetakan


Terhadap Produktivitas Kerja. Studi Kasus. Program Studi Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor.
Harianti, dkk. (2012). Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dengan Produktivitas
Kerja Pekerja Sortasi Lansia Di Kebun Klambir V PTPN II Tahun
2012. Medan: Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Departemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Hendrayati dkk S. (2009). Gambaran Asupan Zat Gizi, Status Gizi dan Produktivitas
Karyawan. Makassar: CV. Sinar Matahari Sejahtera.
Irianto, D.P. (2007). Panduan Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta : CV
Andi Offset.
Khasanah, N. (2012). Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan.
Jogjakarta : Penerbit Laksana.
Langgar dan Setyawati. (2014). Hubungan antara Asupan Gizi dan Status Gizi
dengan Kelelahan Kerja pada Karyawan Perusahaan Tahu Baxo Bu
Pudji di Ungaran. Semarang: Fakultas Kesehatan Udinus.
Marlinda, dkk. (2013). Gambaran Asupan Zat Gizi, Status Gizi, dan Produktivitas
Kerja Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate PT. PP.
Lonsum 2013. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
Nugroho. (2007). Hubungan antara status gizi dengan produktivitas tenaga kerja
wanita di PT Java Tobacco Gembongan Kartasura. Skripsi. Semarang:
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Negeri Semarang.
Soegianto, B., Wiyono, D., Jawawi. (2007). Penilaian Status Gizi dan Baku
Antropomeri WHO-NCHS. Jakarta: CV Duta Prima Airlangga.
Suma’mur. (2001). Ergonomi untuk produktivitas. Jakarta: CV Haji Masagung.
Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I. (2013). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Tarwaka, Sudiajeng, Lilik, Bakri, Solichul. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan,
Kesehatan Kerja, dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.
Wirjatmadi Bambang., Adriana Merry. (2012). Pegantar Gizi Masyarakat. Jakarta:
Kencana.
Wirjatmadi Bambang., Adriana Merry. (2012). Peranan Gizi dalam Siklus
Kehidupan. Jakarta: Kencana.
Guyton dan Hall. (1997). Fisiologi Kedokteran.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Anda mungkin juga menyukai