A. LATAR BELAKANG
Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan sumber
daya manusia yang kompoten, sarana dan prasarana yang memadai, agar pelayanan gizi
yang di laksanakan memenuhi standar yang telah di tetapkan. Pelayanan gizi
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang
saling menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan. Kesehatan dan gizi merupakan
faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu
negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan
tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang
yang sehat dan berstatus gizi baik. Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau
secara individual mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya
ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan
sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi proses
penyembuhan, harus diperhatikan secara individual. Adanya kecendrungan
peningkatan kasus penyakit yang terkaitdengan nutrition related disease pada semua
kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, dewasa dan usia lanjut,
semakin dirasakan perlunya penanganan khusus.
Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan
status gizi yang optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat
penyembuhan. Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit,
terutama pada penderita anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan
menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, usila tidak
sadar dalam waktu lama, kegagalan fungsi saluran cerna dan pasien yang mendapat
kemoterapi. Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya
penyakit dan kekurangan gizi. Disamping itu masalah gizi lebih dan obesitas yang erat
hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung
koroner dan darah tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis untuk
penyembuhan. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap orang, memerlukan
1
adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan gizi
yang bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses penyembuhan pasien,
yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya
pengobatan. Keuntungan lain jika pasien cepat sembuh adalah mereka dapat segera
kembali mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Sehingga pelayanan gizi
yang disesuaikan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/ pasien
semakin buruk karena tidak di perhatikan keadaan gizi.
Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan
tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak tidak melebihi kemampuan organ
tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan
seiring dengan perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Dengan kata lain,
pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan
klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat
jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di
luar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung- jawab tenaga kesehatan,
terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi.
B. RUANG LINGKUP
2
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari :
1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan
2. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap
3. Penyelenggaraan Makanan
Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien, maka perlu dibentuk
Tim Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan rawat inap dan rawat jalan, termasuk
pelayanan Klinik Gizi yang merupakan bagian dari Instalasi Rawat Jalan.
a) Menegakkan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dilakukan.
b) Menentukan kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian
makanan yang sesuai dengan keadaan klinis dan metabolisme pasien.
c) Melakukan pengkajian diet dan pola makan dengan cara anamnesa
diet( sistim recall dan record)
4
d) Mengubah dan menterjemahkan perskripsi diet, dari mulai perencanaan
menu sampai menyajikan makanan sesuai dengan keadaan pasien
e) Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi
f) Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada pasien dan
keluarganya.
D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan Operasional ini merupakan batasan istilah,sesuai dengan kerangka
konsep pelayanan gizi di rumah sakit yang tertuang didalam pedoman pelayanan gizi
5
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit : adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap maupun rawat
jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun
mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan promotif.
2. Pelayanan Gizi : adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di
institusi kesehatan (rumah sakit), puskesmas dan institusi kesehatan lain
untuk memenuhi kebutuhan gizi klien/pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya
promotif preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan
kesehatan klien/pasien.
3. Tim Asuhan Gizi : adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait
dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter/ dokter spesialis,
nutrisionst/dietisien, dan perawat dari setiap unit pelayanan bertugas
menyelenggarakan asuhan gizi ( nutritioncare) untuk mencapai pelayanan paripurna
yang bermutu.
5. Terapi Gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk
penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling,
baik sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.
6. Terapi Diet : adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
7. Preskripsi Diet atau Rencana Diet : adalah kebutuhan zat gizi klien/ pasien yang
dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya.
Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan rencana diet dibuat oleh
nutrisionis/dietisien.
6
8. Konseling Gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 (dua)
arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku
sehingga membantu klien/ pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi,
dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien.
9. Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional dibidang
pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik di masyarakat maupun rumah sakit,dan
unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar akademi gizi.
10. Dietisien : adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan
keterampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun
pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang
mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja di
unit pelayananyang menyelenggarakan terapi dietetik.
11. Food Model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun
pengunjung rawat jalan
12. Klien : adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah sakit
yang sudah berstatus rawat jalan.
13. Nutrition related disease : penyakit-penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi
dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi
dirumah sakit diperlukan perundang- undangan pendukung (legal aspect).
Beberapaketentuan perundang- undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Undang – Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
7
2. Undang- Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit.
Penjelasan Kerangka Konsep Klien / Pasien rumah sakit dibedakan dalam 2 (dua )
kategori , yaitu :
8
Selama dirawat pasien memperoleh penyuluhan atau konseling gizi
agar diperoleh persesuaian paham tentang dietnya, dan pasien dapat
menerima serta menjalankan diet.
Makanan khusus dipesan ke tempat pengolahan makanan (dapur).
Dari tempat pengolahan makanan di distribusikan ke ruang perawatan. Di
ruang perawatan makanan khusus disajikan ke pasien.
Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan
lain-lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan
dan asupan makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka
kemungkinannya apakah memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
Bila penyesuaian diet ini nerupa perubahan makanan biasa proses
selanjutnya sama dengan butir a.
Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan diet khusus proses selanjutnya
lihat pada butir b.
Bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet maka saat
akan pulang pasien memperoleh penyuluhan konseling gizi tentang
penerapan diet dirumah.
Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses pelayanan
gizi rawat jalan.
Bila tidak, kegiatan pelayanan gizi berakhir, dan pasien dapat
dirujuk kepuskesmas atau institusi kesehatan lain untuk pembinaan
selanjutnya.
b) Pasien Rawat Jalan
Dari hasil pemeriksaan fisik, antropometri, laboratorium dan pemeriksaan
dokterlainnya, kemudian menentukan apakan pasien perlu terapi diet.
1) Bila tidak memerlukan terapi diet, pasien hanya akan mendapat penyuluhan gizi
umum dan makanan sehat untuk diri dan keluarganya,dalam upaya
mempertahankan dan meningkatkan keadaan kesehatan darinya dan
lingkungannya
9
2) Bila memerlukan terapi diet, pasien akan dikirim keklinik gizi untuk memperoleh
penyuluhan/konseling tentang diet/terapi yang ditetapkan dokter.Proses
selanjutnya mengikuti prosedur dari klinik tersebut
BAB II
KETENAGAAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
10
Kepala Unit Pelayanan Gizi adalah penganggung jawab umum organisasi unit
pelayanan gizi di sebuah rumah sakit, yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit
dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. Kepala unit
pelayanan gizi rumah sakit bertugas memimpin penyelenggaraan pelayanan gizi
di rumah sakit, yang pada umumnya bertanggung jawab kepada Direktur Bidang
Penunjang Medis.
Tugas dan fungsi kepala unit pelayanan gizi di rumah sakit meliputi :
a) Menyusun Perencanaan Pelayanan Gizi
b) Menyusun Rencana Evaluasi Pelayanan Gizi
c) Melaksanakan Pengawasan dan Pengendalian
d) Melaksanakan Pengkajian Data Kasus.
e) Melaksanakan Penelitian Dan Pengembangan
Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun saat ini berada pada kelas Tipe C,
Untuk melaksanakan tugas- tugas tersebut maka seorang kepala unit pelayanan gizi
rumah sakit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut :
a) Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi.
b) Lulusan D4 – Gizi dengan Pendidikan dasar D3- Gizi
c) Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi dengan pengalaman kerja tertentu.
d) Koordinator Unit-Unit Koordinator unit-unit melaksanakan tugas
mengkoordinasikan
e) Perencanaan dan evaluasi pelayanan gizi
f) Pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan pelayanan gizi.
g) Pemantauan proses pelayanan
h) Pengkajian data kasus
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi tenaga gizi disesuaikan dengan tingkat pendidikan pada unit
pelayanan gizi di rumah sakit. Adapun kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit adalah
sebagai berikut :
1. Tenaga untuk penyelenggaraan makanan
2. Tenaga untuk asuhan rawat jalan
13
3. Tenaga untuk rawat inap
4. Tenaga untuk litbang gizi.
BAB III
STANDART FASILITAS
14
Gambar dapur jatwin
B. STANDART FASILITAS
Pelayanan Gizi RSKB Jatiwinangun Mempunyai Standart Fasilitas
Poliklinik Gizi. Adapun Fasilitas yang ada adalah :
1. Meja dan kursi
2. Lemari buku
3. Lemari display (kaca)
15
4. Telepon
5. Komputer
6. Wastafel
7. Food Model
8. Alat ukur tinggi dan berat badan dewasa
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
16
konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui
pemberian diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan,
pelaporan dan evaluasi.
2. Tujuan
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang berkualitas baik dan jumlah yang sesuai
kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau konsumen
yang membutuhkannya.
3. Bentuk Penyelenggaraan Makanan
Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari kegiatan instalasi
gizi, atau unit pelayanan gizi di rumah sakit. Sistem penyelenggaraan
makanan yang dilakukan oleh RSKB Jatiwinangun adalah sistem swakelola,
yaitu mulai instalasi bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan
penyelenggaraan makanan, mulai dari perencanaan , pelaksanaan dan evaluasi.
4. Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan
Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan meliputi :
a) Perencanaan Menu
Perencanaan Menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang
akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/ pasien, dan kebutuhanzat gizi yang
memenuhi prinsip gizi seimbang. Tujuannya adalah tersedianya siklus menu sesuai
klasifikasi pelayanan yang ada di rumah sakit , misalnya siklus menu 10 hari
b) Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan
Pemesanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan makanan
berdasarkan menu atau pedoman menu dan rata-rata jumlah konsumen atau
pasien yang dilayani. Tujuannya adalah agar tersedianya daftar pesanan bahan
makanan sesuai standart atau spesifikasi yang ditetapkan. Adapun persyaratan
Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan adalah sebagai berikut :
1) Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengadaan bahan makanan
2) Adanya surat perjanjian dengan bagian logistik rekanan
3) Adanya spesifikasi bahan makanan
4) Adanya daftar pesanan bahan makanan
17
5) Tersedianya dana
Sehingga untuk melakukan pemesanan bahan Makanan harus
mempunyai langkah- langkah sebagai berikut :
1) Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk esok
hari dengan cara : standar porsi x jumlah psien.
2) Hasil perhitungan diserahkan ke bagian gudang logistik
3) Bagian gudang menyiapkan bahan makanan sesuai dengan permintaan.
4) Bagian pengolahan mengambil bahan makanan yang dipesan (order)
c) Penerimaan, Penyimpanan dan penyaluran Bahan Makanani.
1) Penerimaan Bahan Makanan
Penerimaan Bahan Makanan adalh suatu kegiatan uang meliputi
pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas
dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan
serta spesifikasi yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah tersedianya bahan
makanan yang siap untuk diolah.
Persyaratannya adalah :
Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macamdan
jumlah bahan makanan yang akan diterima.
Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan
19
4) Tersedianya aturan proses – proses persiapan
e) Pengolahan Bahan Makanan
Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah
(memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap
dimakan,berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Tujuannya pengolahan
bahan makanan adalah :
1) Mengurangi resiko kehilangan zat- zat gizi bahan makanan.
2) Meningkatkan nilai cerna
3) Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa keempukan dan
penampilan makanan.
4) Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh.
Untuk dapat memenuhi hal tersebut, maka harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
f) Pendistribusian Makanan
Pendistribusian Makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran
makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang
dilayani ( makanan biasa maupun makanan khusus.) Tujuannya agar
konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. Agar
pendistribusian makanan dapat berjalan dengan baik harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit menyangkut standar
penyediaan energi dan zat gizi lainnya serta dietetika
2) Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit
3) Adanya peraturan pengambilan makanan
20
4) Adanya bon permintaan makanan.
5) Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien/ kebutuhan
konsumen.
6) Tersedianya peralatan makanan
7) Tersedianya sarana pendistribusian makanan
8) Tersedianya tenaga pramusaji.
9) Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama.
Adapun sistem penyaluran makanan di RSKB Jatiwinangun adalah sietem
sentralisasi maksudnya adalah makanan pasien dibagikan dan disajikan dalam alat
makan di tempat pengolahan.
22
BAB V
SARANA, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
23
d) Telepon
e) Komputer
f) Wastafel
g) Food Model
h) Alat ukur tinggi dan berat badan dewasa
i) Leaflet diet
j) Daftar bahan makanan penukar
k) Buku- buku pedoman tatalaksana program (ASI, Gizi Buruk,
Xeroftalmia,Diabetes Melitus dll)
B. Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Unit Pelayanan Gizi.
1. Ruang Penyelenggaraan Makanan.
Fasilitas Ruang Yang Dibutuhkan :
a) Tempat penerimaan bahan makanan
b) Tempat/ ruang penyimpanan bahan makanan
c) Tempat persiapan bahan makanan
d) Tempat pemasakanan dan distribusi makanan
e) Tempat pencucian dan penyimpanan alat
f) Tempat pembuangan sampah
g) Ruang fasilitas pegawai
h) Ruang pengawas
C. Sarana Fisik
Kontruksi sarana fisik, peralatan dan perlengkapan sangatmempengaruhi
efisiensi kerja pelayanan makanan di RSKB Jatiwinangun. Hingga saat ini, masih
dijumpai sarana fisik instalasi hanya merupakan lokasi atau ruangan yang tersisa,
sehingga letaknya kurang memenuhi syarat karena berdampingan dengan lokasi
tempat pencucian/ londri.
D. Arus Kerja
Arus kerja dalam memproses bahan makanan menjadi hidangan, mulai dari
penerimaan bahan makanan, persiapan, pemasakan, pembagian/distribusi makan
juga kurang memadai, karena arusnya masih bolak balik.Hal ini disebabkan tempatnya
yang begitu sempit
24
E. Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Penyelenggaraan Makanan.
Peralatan dan perlengkapan di ruang penyelenggaraan makanan di RSKB
Jatiwinangun juga masih kurang lengkap. Berdasarkan arus kerjamaka ruangan dan
peralatan yang dibutuhkan adalah sebagai barikut :
1) Ruang penerimaan dan peralatan yang dibutuhkan :Timbangan 100- 300 kg, rak
bahan makanan beroda, kereta angkut,pembuka botol, pisau dsb
2) Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar Timbangan 20 – 100 kg, rak
bahan makanan, lemari es, freezer,
8) Dapur Susu Meja kerja, meja pembagi, sterelisator, tempat sampah, pencuci botol,
mixer, blender, lemari es, tungku, meja pemanas.
9) Ruang pegawai Kamar mandi, locker, meja kursi, tempat sampah, WC, tempat tidur.
10) Ruang perkantoran Meja kursi, filling cabinet, lemari buku. Lemari es, alat
peraga, alat tulis menulis, komputer, printer, lemari kaca, AC, TV, dsb
25
BAB VI
B. TUJUAN
Menurut Undang- undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, Syarat- syarat keselamatan
kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan:
26
10) Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat perlakuan
danpenyimpanan barang
a) Letak, bentuk dan kontruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi
syarat yang telah ditentukan
b) Ruangan dapur cukup cukup luas, denah sesuai arus kerja dan dapur daribahan-
bahan kontruksi yang memenuhi syarat
3) Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari pegawai
4) Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah
ditetapkan.
5) Maintenence (perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap dalam
kondisi yang layak dipakai
D. SANITASI MAKANAN
27
1) Pengertian
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan
pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan minuman dari
segala bahaya yang dapat menganggu atau merusak kesehatan mulai dari makanan
sebelum diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan
sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikomsumsi oleh
konsumen.
2) Tujuan
a) Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen.
b) Bangunan
d) Prosedur kerja
e) Upaya pengendalian
BAB VII
28
A. PENGERTIAN
1. Pengawasan
2. Pengendalian
3. Evaluasi/ Penilaian
29
B. Bentuk Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian
1. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulandata dan
pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dalam jangka waktu tertentu,
untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi rumah sakit maupun
untuk pengambilan keputusan.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Instalasi Gizi.
a) Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan
b) Formulir pemesanan bahan makanan harian.
c) Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudanginstalasi
gizi pada hari itu.
d) Pencatatan sisa bahan makanan (harian/ bulanan), meliputi bahanmakan
basah dan bahan makanan kering.
e) Pencatatan data permintaan/ pesanan bahan makanan berdasarkan bon- bon
pemesanan dari masing- masing.
2. Pencatatan Dan Pelaporan Tentang Penyelenggaraan Makanan
a) Buku laporan timbang terima barang antara penggantian rotasi (berisipesan- pesan
yang penting)
b) Buku laporan pasien baru/ yang berdiet khusus.
c) Buku laporan pasien baru makanan biasa
d) Buku laporan pergantian/ pertukaran diet pasien.
3. Pencatatan Dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan InstalasiGizi.
a) Membuat kartu inventaris peralatan masak.
b) Membuat kartu inventaris peralatan makan
c) Membuat kartu inventaris peralatan kantor
d) Buku besar tentang peralatan keseluruhan ( untuk aimpan pinjam)
e) Formulir untuk pelaporan alat- alat masak.
f) Formulir daftar kekuatan pasien dalam sehari
g) Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya.
30
4. Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan
32
1. Terselenggaranya diagnosis terhadap gangguan gizi dan metabolisme zat gizi
berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia
tubuh(laboratorium)
2. Terselenggaranya pengkajiann dietetik dan pola makan berdasarkan anemnesis
diet dan pola makan.
3. Terwujudnya penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien
4. Terwujutnya bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan,jumlah
pemberian serta cara pengolahan bahan makanan
BAB VII
33
PENUTUP
Pedoman pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) bertujuan untuk memberikan acuan
yang jelas dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah
sakit yang tepat bagi klien/pasien sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat.Selain itu,
dalam mengimlementasikan dan mengevaluasi kemajuan dan perkembangan gizi
yang holistik
34