Anda di halaman 1dari 38

1

PERILAKU IBU PRIMIPARA DALAM MERAWAT BAYI BARU


LAHIR DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU
KABUPATEN GORONTALO

Usulan Penelitian

LISATRIANI KUDE
NIM : CO 140 9040

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH GORONTALO
TAHUN 2012
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara

berkembang lainnya. Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup (Hincllif, 2001).

Angka ini merupakan salah satu indikator derajat kesehatan bangsa. Tingginya angka

kematian bayi ini dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan neonatal

kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian bayi

tersebut.

SUSENAS (2005) menunjukkan bahwa AKB di Indonesia adalah 35 bayi per

1000 kelahiran hidup, sedangkan AKB di propinsi Sumatera Utara mencapai 44 bayi

per 1000 kelahiran hidup. Ini menunjukkan bahwa AKB di propinsi Sumatera Utara

masih di atas angka rata-rata nasional. Padahal pada tahun 2015 Indonesia telah

menargetkan AKB menurun menjadi 17 bayi per 1000 kelahiran hidup (Syafei,

dikutip dari kompas 2008).

Rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS) Indonesia 2001-

2010, dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010,

mempunyai visi “ Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman dan bayi

yang dilahirkan hidup sehat”. Sedangkan salah satu misi MPS adalah

mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Perlu adanya program kesehatan

ibu dan bayi baru lahir (BBL) yang dapat menurunkan AKB (Depkes RI ;2004 ).
3

Periode BBL (neonatal) adalah masa 28 hari pertama kehidupan manusia.

Pada masa ini terjadi proses penyesuaian sistem tubuh bayi dari kehidupan intra uteri

ke kehidupanekstra uteri. Masa ini adalah masa yang perlu mendapatkan perhatian

karena pada masa ini terdapat mortalitas paling tinggi (Rudolf, 2006). Penyebab

kematian bayi ini adalah berat badan lahir rendah, asfiksia, tetanus, infeksi dan

masalah pemberian Asi (Syafei, dikutip dari kompas 2008).

Bayi normal yang dilahirkan di rumah sakit maupun di klinik bersalin

biasanya hanya mendapat perawatan selama 2-3 hari. Perawatan selanjutnya di rumah

sepenuhnya dilakukan oleh ibu. Bagi ibu yang pertama kali melahirkan, merawat bayi

baru lahir merupakan hal yang tidak mudah. Walaupun demikian setiap ibu harus

mengetahui cara perawatan bayi secara benar dan sehat karena hal tersebut

merupakan syarat mutlak sebagai orangtua (Pudjiaji, 2002). Perilaku ibu dalam

melakukan perawatan bayi baru lahir dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki

oleh ibu yang didapat dari orangtuanya (tradisi), tenaga kesehatan dan media cetak.

Dengan demikian perilaku ibu dalam merawat bayi baru lahir sangat menentukan

kesehatan bayinya.

Salah satu akses untuk mengatasi masalah perawatan bayi baru lahir adalah

melalui pelayanan-pelayanan kesehatan yang banyak dijangkau oleh masyarakat

pengguna yang mengadakan program peningkatan perilaku ibu tentang perawatan

yang aman dan tepat bagi bayi baru lahir. Fenomena yang terlihat di kabupaten

Gorontalo bahwa masyarakat ekonomi menengah ke bawah untuk kebutuhan

pelayanan persalinan dan perawatan bayi baru lahir banyak menggunakan klinik

bersalin. Program yang dapat mengkondisikan perilaku ibu untuk dapat melakukan
4

perawatan bayi baru lahir yang aman dan tepat seharusnya sudah menjadi salah satu

kebijakan pemerintah untuk menjamin terwujudnya perilaku sehat dan peningkatan

derajat kesehatan bayi baru lahir (Barbara, 2002). Keberhasilan program peningkatan

perilaku ibu acuannya disesuaikan dengan kondisi awal perilaku yang akandiubah

tentang perawatan BBL sehingga perlu diketahui bagaimana gambaran perilaku ibu

dalam perawatan BBL.

Dengan mengintegrasikan defenisi perilaku menurut Notoatmodjo (2003)

dapat diketahui bahwa perilaku ibu dalam perawatan bayi baru lahir dapat dipelajari.

Perilaku ibu dalam perawatan BBL merupakan perilaku ibu untuk mempertahankan

kesehatan bayinya. Perilaku ibu dalam perawatan BBL yang kurang baik dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi, selain itu dapat juga

menyebabkan kesakitan dan bahkan kematian pada bayi. Dengan demikian perilaku

ibu yang baik dalam perawatan bayi diharapkan dapat membantu mengurangi angka

kesakitan pada bayi sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi. Hal ini dapat

dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sahreni (2006) bahwa pendidikan

kesehatan efektif terhadap perubahan perilaku ibu primipara dalam perawatan tali

pusat bayinya.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada salah satu ibu yang

memiliki bayi di desa Tuladenggi, pengalaman dalam merawat anak terutama bayi

baru lahir masih sangat kurang. Hal ini menyebabkan perilaku keluarga terutama

yang termasuk dalam keluarga kecil dlam merawat bayi baru lahir menjadi kurang

baik. Disamping itu akses pelayanan kesehatan yang terdekat yang sering digunakan
5

oleh penduduk di daerah ini adalah klinik bersalin bidan desa dan Pos Kesehatan

Desa ( Poskesdes ).

Berdasarkan fenomena yang terjadi diatas maka peneliti merasa perlu untuk

melakukan suatu penelitian untuk mendapatkan gambaran perilaku ibu primipara

dalam merawat bayi baru lahir dikelurahan tuladenggi kecamatan telaga.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang maka dapat

dirumuskan permasalahan “Bagaimana Perilaku Ibu Primipara Dalam Merawat Bayi

Baru Lahir Di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru?”.

1.3 Tujuan Penelitian

a Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi perilaku ibu primipara dalam

merawat bayi baru lahir dikelurahan tuladenggi kecamatan telaga.

b Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primipara dalam merawat bayi baru

lahir.

2. Untuk mengetahui tindakan perilaku ibu primipara dalam merawat bayi

baru lahir.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat :

1. Bagi pendidikan dan Bagi praktek keperawatan Maternitas


6

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan tambahan

pengetahuan mengenai pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam

merawat bayi baru lahir sehingga akan memperkaya pengetahuan

khususnya dalam bidang keperawatan.

2. Bagi penelitian keperawatan

Hasil penelitian dapat menjadi informasi untuk penelitian selanjutnya

yang berhubungan dengan pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam

merawat BBL.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu

kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.

Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. (dikutip

dari Notoatmodjo, 2003).

Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus/ rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi

melalui proses adanya organisme. Dan kemudian organisme tersebut merespon, maka

teori Skinner ini disebut “S-O-R” atau stimulus-organisme-respon.

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang

bersangkutan. Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,

sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri

manusia. Terdapat berbagai macam kebutuhan diantaranya kebutuhan dasar dan

kebutuhan tambahan (Purwanto, 1999).

Perilaku kesehatan adalah tindakan seseoranng yang mengerti status kesehatan

mereka, mempertahankan setatus kesehatan mereka secara optimal, mencegah sakit

dan luka dan mencapai kemampuan fisik dan mental secara maksimal (Kozier, et al,
8

1995). Tindakan seperti diet, latihan, perhatian terhadap gejala sakit, mengikuti

nasehat pengobatan dan mencegah terjadinya resiko terhadap kesehatan. Perilaku

kesehatan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang meyakini dirinya

sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap asimtomatik

(Klas & Cobb, 1996 dalam Niven, 2000).

2.1.2 Klasifikasi Perilaku

Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2003) membuat klasifikasi lain tentang

perilaku kesehatan ini, yaitu :

a Perilaku hidup sehat

Merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk

mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup makan

dengan menu seimbang dengan kualitas makanan dan kualitas makanan terpenuhi

sesuai kebutuhan tubuh, olah raga teratur dengan kualitas (gerakan) dan frekuensi

yang tetap, yang tergantung dari usia dan status kesehatan individu, tidak

merokok dan minum – minuman keras serta memakai narkoba, istirahat cukup

dan mampu untuk mengendalikan stress serta gaya hidup yang positif bagi

kesehatan

b Perilaku sakit

Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsi

terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan

penyakit. Perilaku sakit merupakan aktifitas apapun yang dilakukan individu yang

merasa sakit, untuk mendefenisikan keadaan kesehatannya dan menemukan

pengobatan yang tepat.


9

c Perilaku peran sakit

Mencakup hak dan kewajiban pasien sendiri maupun keluarganya, perilaku ini

meliputi tindakan memperoleh kesembuhan, mengenal dan mengetahui hak untuk

memperolah perawatan dan pelayanan kesehatan dan kewajiban untuk mengobati

penyakitnya dan mencegah penularan penyakitnya pada orang lain.

2.1.3 Domain Perilaku

Bloom (1976), dalam Suliha (2002), mengatakan bahwa aspek perilaku yang

dikembangkan dalam proses pendidikan meliputi tiga ranah yaitu : ranah Kognitif

(pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah Psikomotor (keterampilan).

Perilaku manusia terbagi kedalam 3 domain, yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor (Beni, bloom, 1908 dalam Notoatmodjo, 2003). Dalam

perkembangannya, teori Bloom dimodifikasi untuk mengukur hasil pendidikan

kesehatan, yakni :

a Pengetahuan (knowledge)

Menurut Bloom 1908 dalam Notoadmodjo 2003), pengetahuan merupakan hasil

tahu dan ini terjadi seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang,

pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan

yaitu: Tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa

(analysis), sintesis ( syntesis) dan evaluasi (evaluation).


10

1) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (comprehension ), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasii atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum –

hokum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

4) Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkanmateri suatu

objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis), sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemmpuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian –

penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.


11

b Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek (Notoadmodjo, 2003). Komponen pokok dari sikap

adalah kepercayaan terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi

terhadap suatu objek, dan kecendrungan untuk bertindak.

Tingkatan dari pembentukan sikap, yakni : (1)Menerima (receiving), dimana

bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

(2)Merespon (responding), dimana individu memberikan jawaban bila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indiasi dari

sikap. (3)Menghargai (valuing), dimana individu mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan atau masalah. (4)Bertanggungjawab

(responsible), dimana individu bertanggungjawab terhadap terhadap segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

c Praktek Atau Tindakan

Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret seseorang terhadap

stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang

melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan apa yang

diketahui atau disikapi ( Notoatmodjo, 1993).

Tindakan atau perilaku kesehatan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus

kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan

memberikan respon batin dalam bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan

subjek akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo,

2003).
12

Menurut Notoadmodjo, (2003) untuk mewujudkan suatu sikap menjadi tindakan

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Tingkatan dari praktek atau tindakan, yaitu : (1)Persepsi (perseption), mengenal

dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil

adalah merupakan praktek tingkat pertama. (2)Respon terpimpin (guided

response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah indikator praktik tingkat kedua. (3) Mekanisme

(mecanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktik tingkat tiga. (4)Adopsi (adoption), adalah suatu praktik atau

tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2 Adaptasi Kehidupan Ektra Uteri

Neonatus adalah bayi baru lahir, khususnya bayi yang berusia dibawah 1 bulan.

Periode neonatal adalah periode 28 hari pertama setelah bayi dilahirkan, selama

periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri. Periode

neonatal merupakan saat yang paling berbahaya bagi bayi (Hinchliff, 1999). Bayi

harus berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang

unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan

sendiri (Gorrie et al, dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).

Masa transisi dari periode fetus ke kehidupan baru lahir merupakan periode

kritis karena mereka harus beradaptasi terhadap lingkungan baru. Mekanisme


13

hemodinamik dan thermoregulasi mendukung keberhasilan beradaptasi dengan

lingkungan ekstra uteri (Simpson & Creehan, dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).

2.2.1 Permulaan Respirasi

Pernafasan awal memungkinkan terjadi karena adanya perangsangan pada pusat

nafas di medula oblongata oleh faktor kimia, thermal/ sensori dan mekanis. Saat lahir

infant berpindah dari lingkungan yang hangat, dari dalam cairan amnion uterus ke

lingkungan yang suhunya sekitar 20 0F lebih dingin. Serabut saraf sensori yang ada

dikulit berespon terhadap perubahan suhu yang mendadak ini dengan mengirimkan

impuls ke otak untuk menstimuli pernafasan. Respirasi selanjutnya ( setelah RR awal)

dipertahankan dengan adanya surfaktan, cairan sisa yang masih ada di dalam paru

(alveoli), berpindah kedalam rongga interstitial ( paru), dan akan diabsorbsi kedalam

sistem sirkulasi & limfatik. Absorbsi terjadi dalam beberapa jam sampai paling lama

24 jam. Pada BBL yang lahir dengan SC jumlah cairan sisa mungkin lebih banyak

terutama pada 6 jam pertama kelahiran dibanding BBL yang lahir pervaginam.

2.2.2 Termoregulasi

Suatu tugas penting lain infant adalah berhubungan dengan thermoregulasi,

mempertahankan suhu tubuh. Neonati harus memproduksi dan mempertahankan

panas yang cukup untuk mencegah stres dingin, dimana hal ini dapat merupakan efek

serius dan fatal. Proses kehilangan panas dapat terjadi dengan cara evaporasi,

konduksi, konveksi dan radiasi. Pada BBL thermoregulasi dengan menggigil tidak

efektif sehingga untuk memproduksi panas ada oksidasi lemak coklat (brown fat)

yaitu jaringan coklat adiposa yang digunakan pada minggu-minggu pertama


14

kehidupan dan tidak ada lagi pada infant yang lebih tua. Suhu normal lingkungan

pada untuk perawatan bayi baru lahir adalah 32-340C.

2.2.3 Adaptasi system Gastrointestinal

Bayi baru lahir (BBL/newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencerna

dan mengabsorbsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan

fungsi ini (Gorrie,et al, dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).

a. Lambung

Kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB saat lahir, atau rata-rata sekitar 50-

60 cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama

kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam untuk pemasukan makanan dan

kosong sempurna dalam 2 sampai 4 jam. Bising usus dalam keadaan normal dapat di

dengar pada 4 kuadran abdomen dalam jam pertama setelah lahir akibat bayi menelan

udara saat menangis dan sistem saraf simpatis merangsang peristaltik.

Saat lahir saluran cerna steril, sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan

cairan mulai masuk, bakteri masuk ke dalam saluran cerna. Flora normal usus akan

terbentuk dalam beberapa hari pertama kehidupan, sehingga meskipun saluran cerna

steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah

lahir. Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin K (Olds,et al.,

dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).

b. Enzim-enzim pencernaan

Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, lemak sederhana

ada pada minggu ke 36-38 usia gestasi. Lemak yang ada dalam Asi lebih bisa dicerna

dan lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat pada susu formula,
15

meskipun protein dan laktosa yang terdapat dalam susu bayi, keduanya dapat dicerna

dengan baik (Gorrie et al., dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).

c. Feses (Stools)

Feses pertama yang diekskresi oleh bayi disebut mekonium, berwarna gelap,

hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau setelah

lahir, jika tidak keluar dalam 36-48 jam bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus

dan distensi abdomen dan kemungkinan dicurigai obstruksi (Gorrie et al., dikutip dari

majalah Rufaidah, 2004).

2.2.4 Perubahan Sirkulasi

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Tindakan ini

meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya serangkaian reaksi

selanjutnya. Efek yang segera terjadi setelah tali pusat diklem adalah peningkatan

tahanan pembuluh darah sistemik. Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan

sistem pembuluh darah paru terbuka. Kombinasi tekanan yang meningkat dalam

sirkulasi sistemik, tetapi menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan

tekanan aliran darah dalam jantung. Tekanan akibat peningkatan aliran darah di sisi

kiri jantung menyebabkan foramen ovale menutup. Duktus arteriosus yang

mengalirkan darah plasenta teroksigenasi ke otak dalam kehidupan janin sekarang

tidak lagi diperlukan. Dalam 48 jam duktus itu mengecil dan secara fungsional

menutup akibat penurunan kadar prostaglandin E2 yang sebelumnya disuplai oleh

plasenta.

Bayi baru lahir dilahirkan dengan nilai konsentrasi hematokrit/hemoglobin

yang tinggi. Konsentrasi hemoglobin normal memiliki rentang dari 13,7-20gr/dl.


16

2.3 Perawatan Bayi Baru Lahir

Lingkup perawatan bayi baru lahir yang digunakan acuan dalam penelitian ini

diperoleh dari berbagai literatur. Menurut Mc.Kinney., et al (2000) lingkup perawatan

lanjut bayi baru lahir yang perlu diketahui oleh ibu dan dapat dilakukannya secara

mandiri dikelompokkan dalam 6 kategori yaitu: perawatan kulit, memandikan,

perawatan tali pusat, mengganti popok, menyusui, dan imunisasi.

2.3.1 Perawatan Kulit

Pada kulit bayi baru lahir dapat terjadi ruam kecil / ruam popok yang

menyerupai seperti gigitan serangga. Ruam popok dikenal dengan sebutan diaper rash

karena gangguan kulit ini timbul di daerah yang tertutup popok yaitu sekitar alat

kelamin, bokong, serta pangkal paha bagian dalam. Tanda-tanda ruam popok adalah

kulit di sekitar daerah tersebut meradang, berwarna kemerahan kadang lecet.

Biasanya, ruam kulit ini membuat bayi merasa gatal dan tidak nyaman. Penyebab

ruam popok biasanya karena kulit bayi lembab dan terpapar cukup lama oleh urine

atau kotoran atau kulit teriritasi oleh detergen atau bahan kimia yang terdapat pada

popok. Ruam kecil tersebut bisa menghilang tanpa diberi pengobatan. Ruam tersebut

sebaiknya tidak perlu diberikan lotion atau cream karena dapat menimbulkan iritasi

pada kulit ( Mc.Kinney, et al. 2000).

2.3.2 Memandaikan Bayi

Memandikan bayi adalah membersihkan tubuh bayi dari segala kotoran dengan

menggunakan air dan sabun. Memandikan bayi dapat dilakukan dengan mandi

rendam dan mandi dengan dilap. Adapun tujuannya adalah supaya kulit bayi bersih,

bayi merasa nyaman dan dapat mencegah terjadinya infeksi kulit.


17

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memandikan bayi menurut Johnson

(2005) adalah :

a. Memandikan bayi bisa dilakukan setelah suhu tubuh bayi stabil yaitu

sedikitnya 4 sampai 6 jam setelah kelahiran.

b. Pencucian rambut hanya perlu dilakukan hanya sekali sampai dua kali

seminggu

c. Penggunaan parfum, lotion, bedak dan bahan kimia lain harus dihindari

karena dapat menyebabkan ruam di kulit

Berikut adalah langkah-langkah memandikan bayi yang bisa dijadikan pedoman

bagi ibu menurut Corol dan Theodora (2003) yaitu :

a. Isi ember mandi bayi dengan air hangat dengan suhu 36.5- 38 0C. Periksa

kehangatan air adalah dengan cara mencelupkan pergelangan tangan ibu ke

dalam ember mandi tersebut.

b. Buka pakaian bayi di atas kasur atau matras.

c. Tutup bayi dengan handuk dengan cara menyilangkan handuk diatas tubuh

bayi antara satu sisi dengan sisi lainnya.

d. Basuh muka bayi secara perlahan dengan lap muka, bersihkan matanya

dengan lap bersih.

e. Cucilah rambutnya perlahan-lahan dengan shampo bayi dan cuci bersih

dengan waslap.

f. Sabuni seluruh tubuh bayi, secara perlahan-lahan balikkan tubuh bayi

hingga tangan anda mengenai dagunya, lalu sabuni punggung bayi dan bilas

perlahan-lahan.
18

g. Pastikan semua sabun telah terbilas bersih saat anda mengangkat bayi, dan

perlahan-lahan letakkan bayi diatas handuk bersih, keringkan dan senyaman

mungkin pastikan ibu sudah mengeringkan bagian-bagian lipatan tubuhnya.

2.3.3 Merawat Tali Pusat

Perawatan tali pusat diperlukan untuk mencegah tali pusat menjadi media

berkembangnya mikroorganisme patogen, seperti staphylococcus aureus atau

clostridia. Perawatan tali pusat yang paling baik dilakukan dengan mengeringkan tali

pusat dengan kasa steril, lalu membersihkan bagian sekeliling pangkal tali pusat

dengan menggunakan kasa steril yang dibasahi alkohol 70%, setelah itu tali pusat

dibungkus dengan kasa steril yang kering (Suririnah, 2009). Tali pusat sebaiknya

tidak dibungkus dengan balutan yang basah atau balutan yang kedap udara karena

dapat menjadi media pertumbuhan kuman (Rudolf, 2006).

2.3.4 Mengganti Popok

Frekuensi berkemih dan buang air besar bayi baru lahir lebih sering. Oleh

karena itu popok harus diganti sesegera mungkin bila kotor, baik karena air kemih

maupun kotoran. Kulit yang terkena air kemih dan kotoran harus segera dibersihkan

baik dengan air, maupun lap (baby wipe). Sisa urine yang mengenai kulit dapat

menimbulkan ruam terutama bila ada organisme dari feses yang memecah urea

menjadi amonia. Ruam pada kulit biasanya timbul dalam bulan pertama.

Menurut Johnson (2005), alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk mengganti

popok bayi adalah popok bersih, baskom kecil / kapas cebok / lap, tempat popok

kotor / keranjang, krim pelindung (jika ada). Setelah alat tersedia ibu mencuci tangan.

Bila menggunakan air, tuangkan air hangat ke dalam baskom kemudian baringkan
19

bayi di tempat yang aman dan datar misalnya di atas kasur atau matras dan bila perlu

letakkan handuk di bawah bayi. Buka pakaian bayi seperlunya untuk dapat membuka

popok, setelah itu buka popok yang kotor dan letakkan di satu sisi. Dengan tangan

nondominan, pegang pergelangan kaki bayi secara hati-hati, angkat sampai kakinya

lurus dan bokong terangkat agar dapat dilakukan pembersihan pada area genitalia.

Dengan tangan dominan, bersihkan genitalia dengan kapas cebok atau lap yang

dibasahi dengan air dari arah depan ke belakang sebelum daerah perineum untuk

mengurangi resiko infeksi. Buang kapas cebok atau lap, kemudian lakukan hal yang

sama pada sisi lain, sampai daerah genitalia benar-benar bersih. Bersihkan lipatan

pangkal paha dan paha kemudian bokong. Bila menggunakan air, tepuk-tepuk area

tersebut dengan handuk sampai kering. Bila memakai krim pelindung, oleskan di area

genitalia dan bokong. Letakkan popok di bawah bayi, kemudian pasang popok

tersebut, kemudian pakaikan kembali pakaian bayi.

2.3.5 Menyusui Bayi

Secara alamiah menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam memenuhi

kebutuhan gizi bayi, hal ini menimbulkan hubungan yang sangat penting untuk

pertumbuhan psikologis bayi yang sehat. Keunggulan ASI perlu ditunjang oleh cara

pemberian yang benar, misalnya persiapan dan tehnik menyusui yang tepat, posisi

menyusui, lama dan frekuensi menyusui. Sehingga diperlukan usaha-usaha /

pengelolaan (manajemen laktasi) yang benar agar setiap ibu dapat menyusui sendiri

bayinya (Soetjiningsih, 1997).


20

a. Persiapan psikologis

Cara terbaik dalam mempersiapkan pemberian ASI adalah keadaan kejiwaan ibu

yang sedapat mungkin tenang dan tidak menghadapi banyak permasalahan.

Kecemasan, ketakutan, perasaan tidak aman atau ketegangan dapat menghambat

produksi ASI. Faktor-faktor tersebut merangsang hipotalamus untuk

mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin yang selanjutnya akan menghambat

transportasi oksitosin ke dalam payudara akibatnya produksi ASI menurun

(Farrer, 1999).

b. Tehnik menyusui

Tehnik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi

lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya

bayi enggan menyusui. Untukl itu diperlukan pengetahuan mengenai tehnik

menyusui yang benar (Hamilton, 1995).

Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting dan

di sekitar areola. Cara tersebut bermanfaat sebagai desinfektan dan menjaga

kelembaban puting susu (Soetjiningsih, 1997). Ibu duduk dengan santai dan

nyaman pada kursi yang mempunyai sandaran punggung, gunakan bantal untuk

mengganjal bokong bayi. Mulai menyusui dari payudara kanan dengan

meletakkan kepala bayi pada siku kanan bagian dalam dengan posisi badan bayi

menghadap badan ibunya. Tangan kanan memegang bokong dan paha bayi

(Manuaba, 1999).

Sangga payudara kanan dengan tangan kiri, tetapi tidak di bagian areola. Sentuh

mulut bayi dengan puting susu untuk memberi rangsangan. Bila bayi membuka
21

mulut masukkan seluruh puting sebanyak mungkin sampai daerah areola

tertutupi. Dekap bayi hingga ujung hidung bayi menyentuh payudara, ibu

menekan sedikit payudara sehingga bayi dapat bernapas (Manuaba, 1999).

Setelah selesai menyusui kurang lebih 10-15 menit, lepaskan hisapan bayi dengan

menekan sedikit dagunya atau memasukkan jari kelingking yang bersih ke sudut

mulut bayi. Sebelum menyusui dengan payudara yang satu lagi, sendawakan bayi

untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (Jumiarni,

1994).

Bayi disendawakan dengan cara menggendong bayi dalam keadaan tegak,

bersandar ke pundak ibu, lalu tepuk-tepuk punggung bayi perlahan-lahan atau

telungkupkan bayi diatas pangkuan ibu, lalu gosok-gosok punggung bayi (Bobak,

Lowdermilk, Jensen, 1994).

c. Posisi menyusui

Ada beberapa posisi yang digunakan dalam menyusui. Ibu harus menemukan

posisi yang paling sesuai baginya. Bayi harus berada dalam posisi yang nyaman

untuk mempermudah keadaan dan tidak harus memutar kepala tau meregangkan

lehernya untuk dapat menjangkau puting (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 1994).

Posisi menyusui yang biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau

berbaring. Pada ASI yang memancar (penuh), posisi ibu saat menyusui dengan

berbaring, bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, dan tangan sedikit menahan

kepala bayi. Dengan posisi tersebut, bayi harus menghisap ASI melawan gaya

berat sehingga mengurangi pancaran ASI yang deras dan bayi terhindar dari

tersedak saat menyusui (Soetjiningsih, 1997).


22

d. Lama dan frekuensi menyususi

Bayi baru lahir harus diberi ASI setiap 2 sampai 3 jam dengan jumlah total 8

sampai 12 kali dalam 24 jam atau sesuai dengan permintaan bayi. Sebaiknya

menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand ), karena bayi akan menentukan sendiri

kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena

sebab lain (kencing, dan sebagainya). Lama menyusui biasanya kurang lebih 10-

15 menit. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit

dan Asi dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam (Farrer, 1999).

2.3.6 Imunisasi

Setiap bayi yang lahir harus diimunisasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh

terhadap penyakit tertentu dan mencegah terjadinya penyakit infeksi.. Imunisasi

adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit

tertentu. Ada 2 jenis kekebalan yang bekerja dalam tubuh yaitu kekebalan aktif dan

kekebalan pasif.

Ada 5 jenis imunisasi dasar yang harus diberikan pada bayi yaitu BCG, DPT,

Polio, Campak dan Hepatitis B. Jadwal pemberian imunisasi pada bayi yaitu BCG

diberikan 1 kali pada umur 0-11 bulan, DPT diberikan 3 kali pada umur 2-11 bulan

dengan interval minimal 4 minggu, Polio diberikan 4 kali pada umur 0-11 bulan

dengan interval minimal4 minggu, Campak diberikan 1 kali pada umur 9-11 bulan,

Hepatitis B diberikan 3 kali pada umur 0-11 bulan. Imunisasi yang seharusnya

diberikan kepada bayi baru lahir yang terkait dengan penelitian ini adalah BCG, Polio

dan Hepatitis B. (Suci, 2007)


23

2.4 Kerangka Konseptual

Penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam

merawat bayi baru lahir di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Telaga. Peneliti akan

meneliti variabel pengetahuan dan tindakan mengenai perawatan bayi baru lahir.

Pengetahuan yang harus diketahui oleh ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir

meliputi: perawatan kulit, memandikan, perawatan tali pusat, mengganti popok,

menyusui dan imunisasi pada bayi baru lahir sedangkan tindakan yang harus

diketahui oleh ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir adalah mengganti popok,

memandikan, perawatan tali pusat dan menyusui.

Pengetahuan Mendukung
ibu primipara pemeliharaan
dalam merawat kesehatan BBL:
BBL - Baik

Perilaku ibu Sikap ibu


primipara primipara dalam
dalam merawat merawat BB
BBL

Tidak mendukung
Tindakan ibu pemeliharaan
primipara dalam kesehatan BBL:
merawat BBL -Cukup
-Kurang baik

Keterangan:
: Diteliti
: Diabaikan

Gambar 2.1. Skema Kerangka konseptual penelitian


24

2.5 Definisi Operasional

Variable Definisi Operasional Alat ukur Hasil ukur skala

Perilaku Defenisi operasional: Kuisioner 1. Mendukung ordinal


merawat bayi Perilaku ibu primipara kesehatan
baru lahir dalam merawat bayi baru BBL: baik
1. Pengetahua lahir adalah keseluruhan (skor perilaku
n merawat pengetahuan dan tindakan 39-56)
bayi baru ibu primipara dalam 2. Tidak
lahir. merawat bayi baru lahir. mendukung
2. Tindakan 1. Pengetahuan ibu kesehatan
merawat primipara dalam BBL:
bayi baru merawat bayi baru lahir cukup (skor
lahir adalah hasil dari tahu perilaku 20-38)
yang terjadi setelah ibu kurang baik
primipara melakukan ( skor perilaku
penginderaan dalam 0-19)
merawat bayi baru lahir.
2. Tindakan ibu primipara  Pengetahuan
dalam merawat bayi baik (skor 14-
baru lahir adalah 20)
respon atau reaksi  Pengetahuan
konkret ibu primipara cukup (skor 7-
dalam merawat bayi 13)
baru lahir.  Pengetahuan
kurang baik
(skor 0-6)

 Tindakan baik
(skor 25-36)
 Tindakan
cukup (skor
13-24)
 Tindakan
kurang baik
(skor 0-12)
25

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Tuladenggi kecamatan Telaga Biru Kabupaten

Gorontalo. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah karena di kelurahan ini belum

pernah dilakukan penelitian terutama yang berhubngan dengan perawatan bayi baru

lahir oleh ibi primipara Waktu penelitian adalah selama 1 bulan yaitu bulan Oktober

2012.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang di dalamnya tidak ada analisa hubungan antar

variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan

jawaban di mana, kapan, berapa banyak, siapa, dan analisa statistik yang digunakan

adalah deskriptif (Hidayat, 2003), dan pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengidentifikasi perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.

3.2.2 Populasi

Populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiono, 2004 dalam Hidayat, 2003). Populasi yang diambil pada

penelitian ini adalah semua ibu primipara yang memiliki bayi yang tinggal

dikelurahan tuladenggi.
26

3.2.3 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi

(Machfoedz, 2005). Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode purposive sampling, dimana pemilihan sekelompok subyek

didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang ada sangkut pautnya dengan

penelitian (Nursalam, 2003). Peneliti menyusun kriteria responden yaitu: ibu

primipara yang memiliki bayi yang berumur di bawah 1 tahun, dapat berbahasa

Indonesia serta bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara total

sampling, dimana seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian (Arikunto,

2006). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 orang.

3.2.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang dibuat

sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan kepustakaan tentang

perawatan bayi baru lahir.

Kuesioner tentang perilaku ibu primipara mengenai perawatan bayi baru lahir

terdiri dari dua bagian yaitu pengetahuan dan tindakan. Kuesioner ini terstruktur,

jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup (closed-ended)

menggunakan dichotomy question (Nursalam, 2003) yaitu jenis kuesioner tertutup

dengan pilihan jawaban ya dan tidak.

Kuesioner untuk menilai pengetahuan terdiri dari 20 pernyataan dikotomi,untuk

pernyataan positif jika ibu menjawab benar maka diberi nilai satu (skor ═ 1),
27

sedangkan jika menjawab salah diberi nilai nol (skor = 0). Sedangkan untuk

pernyataan negatif jika ibu menjawab benar diberi nilai nol (skor = 0) dan jika

menjawab salah diberi nilai satu (skor = 1).

3.2.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas dapat diuraikan sebagai tindakan ukuran penelitian yang sebenarnya,

yang memang didesain untuk mengukur. Validitas berkaitan dengan nilai

sesungguhnya dari hasil dan merupakan karakteristik yang penting dari penelitian

yang baik (Slevin dkk, 2005).

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untk mengetahui

konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya

dalam ruang lingkup yang sama. Dalam penelitian ini digunakan reliabilitas

konsistensi internal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian

instrumen hanya satu kali dengan bentuk intrumen kepada satu subjek studi (Demsey

& Demsey 2002). Menurut Polit & Hungler (1995) kuesioner akan reliabel jika

memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0,7. Instrumen penelitian telah diuji dengan

menggunakan bantuan komputer dengan chrombach alfa. Hasil uji reliabilitas

instrumen yaitu 0,789 yang berarti kuesioner reliabel.

3.2.6 Pengumpulan Data

Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian

melalui bagian pendidikan Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Gorontalo, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksana penelitian pada kantor

Kelurahan Tuladenggi. Setelah mendapatkan izin maka dilakukan pengumpulan data.


28

Peneliti akan mencari responden di rawat ruang rawat inap. Setelah responden

mengisi inform consent maka peneliti akan menjelaskan bagaimana cara mengisi

lembar kuesioner kemudian membagikan kuesioner kepada responden. Responden

akan menjawab kuesioner dalam angket dan jika ada pertanyaan yang tidak

dimengerti, responden diizinkan untuk bertanya kepada peneliti. Peneliti

mengumpulan kuesioner dan menganalisa data dari kuesioner.

3.2.7 Analisa Data

Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah – langkah

yaitu memeriksa kembali semua kuisioner yang telah diisi oleh responden, denngan

maksud untuk memeriksa apakah setiap kuisioner telah diisi sesuai dengan petunjuk

(editing). Memberikan kode tertentu pada kuisioner yang telah diajukan untuk

mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data (coding). Dan

mempermudah analisa data, pengolahan dan pengambilan kesimpulan melakukan

tabulasi (tabulating). Setelah data terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui

pengolahan dan secara komputerisasi. Dari pengolahan data statistik deskriptif, data

demografi akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Hasil

analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat gambaran

perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.

Untuk menganalisa variabel perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru

lahir akan dianalisis dengan menggunakan skala ordinal dan akan ditampilkan dalam

distribusi frekuensi dan persentase dengan nilai terendah adalah 0 dan nilai tertinggi

adalah 56. Berdasarkan rumus statistika p = rentang dibagi dengan banyak kelas

(Sudjana, 1992). Dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang ( nilai tertinggi
29

dikurang nilai terendah) sebesar 56 dibagi atas tiga kategori kelas yaitu perilaku yang

mendukung pemeliharaan kesehatan BBL ( baik), perilaku yang tidak mendukung

pemeliharaan kesehatan BBL (cukup dan kurang baik) maka diperoleh panjang kelas

sebesar sembilan belas (19).

Dengan p = 19, dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama,

perilaku dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut :

0 – 19 = perilaku kurang baik

20 – 38 = perilaku cukup

39 – 56 = perilaku baik
30

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI.
Jakarta: PT Rineka Cipta

Azwar Azrul. (2000). Manajemen Laktasi. Jakarta : Depkes RI.

Barbara, R. S. (2002). Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC

Biro Pusat Statistika Indonesia. (2005). Survei Kesehatan Nasional. Dibuka 20


Oktober 2012 dari http://www.menkokestra.go.id/content/view.php

Corol & Theodora. (2003). Perawatan Bayi Sehari-hari. Dibuka 20 Oktober 2012 dari
http://www.nakita.com

Dempsey, P.A & Dempsey.A.D. (2002). Riset Keperawatan : Buku Ajar dan Latihan.
Edisi 4. Jakarta :EGC

Ellyta. A. (2004). Jurnal Keperawatan Rufaidah. Medan : USU Press.

Fakhrur. (2007). Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir (KIBBBLA). Dibuka pada 20
Oktober 2012 dari http://www.pemkomedan.go.id/susenas.php

Farrer, Helen. (1999). Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta : EGC

Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta :
EGC

Henderson, Christine. (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Hidayat, A. Azis Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika

Hinchliff. (1999). Kamus Keperawatan. Edisi 17. Jakarta : EGC

Johnson, Ruth. (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC

Jumiarni, (2000). Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.


Jakarta : Arcan

Notoatmodjo,S. (2001). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta :PT Rineka Cipta


31

Notoatmodjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika

Pratiknya.W.Ahmad. (2008). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran &


Kesehatan. Jakarta :PT.Raja Grafindo Persada

Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta :YBP-SP

Purwanti. (2004). Konsep penerapan ASI Eksklusif. Jakarta :EGC.

Rudolf, Abraham. (2006). Buku Ajar Pediatrik. Edisi 20. Jakarta : EGC

Sahreni. (2006). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Ibu Primipara


Dalam Merawat Tali Pusat Bayinya. Medan : PSIK FK USU

Simkin, et al. (2007). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta :
Penerbit Arcan

Soetjiningsih. (1997). ASI : Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC

Suci (2007). Imunisasi Bayi 4 Bulan Pertama. Dibuka pada 20 Oktober 2012dari
(http://zandecalla.wordpress.com/2007/08/21/imunisasi-bayi-4-bulan- pertama).

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Edisi 3. Bandung : Tarsito

Stevens, et al. (2005). Pengantar Riset: Pendekatan Ilmiah Untuk Profesi Kesehatan.
Jakarta : EGC

Sutomo, A.H. (2003). Pedoman Praktis Safe Motherhood . Jakarta : EGC

Suririnah, (2009). Buku pintar merawat bayi 0-12 bulan. Jakarta : Gramedia pustaka
utama.

Wahyuni, Arlinda. (2004). Statistik Kesehatan. Medan: FK USU

Weller. (2005). Kamus Saku Perawat. Edisi 22. Jakarta :EGC

Williams, F. (2003). Baby care :Pedoman Merawat Bayi. Jakarta : Penerbit Erlangga
32

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Lisatriani Kude / CO 1409040 adalah mahasiswi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Gorontalo. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai

“Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Desa Tuladenggi

Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini juga merupakan salah

satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Gorontalo.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudari untuk menjadi

responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan saudara-saudara

untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan

menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan saudari.

Partisipasi saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas

untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi

saudara dan semua informasi yang saudara berikan akan dirahasiakan dan hanya

digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terimakasih atas partisipasi saudari-saudari dalam penelitian ini.

Telaga, …Oktober 2012

Peneliti Responden

Lisatriani Kude ( …………………..)


33

Lampiran 2

ALAT PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN
Bagian 1. Data Demografi
Kode Responden:
Petunjuk pengisian:
a. Berilah tanda check list (√) pada salah satu tanda kurung sesuai dengan jawaban
responden.

b. Bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Usia :
2. Suku bangsa :
( ) Gorontalo ( ) Bolaang Mongondow
( ) Minahasa ( ) Jawa
( ) Bugis ( ) Lain-lain Sebutkan:...............
3. Agama :
( ) Islam
( ) Katolik
( ) Protestan
( ) Hindu
( ) Budha
4. Pendidikan Terakhir :
( ) Tidak Sekolah
( ) SD
( ) SLTP
( ) SMU/Sederajat
( ) Diploma
( ) Sarjana
5.Pekerjaan : ( ) Pegawai Negeri ( ) Buruh
( ) Pegawai Swasta ( ) Lain-lain
34

( ) Wiraswasta Sebutkan:............... ( ) IRT

6. Penghasilan :
( ) < Rp.800.000
( ) Rp.800.000 - Rp.1.600.000
( ) > Rp.1.600.000.

Bagian 2. Kuesioner perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.

Pengetahuan
No PERNYATAAN Ya Tidak
1 Ruam pada kulit bayi baru lahir dapat
menghilang tanpa diberi pengobatan
2 Memberi lotion atau cream pada ruam dapat
menyebabkan iritasi pada kulit
3 Ruam pada kulit bayi baru lahir sebaiknya
diberi cream untuk menghindari infeksi
4 Sewaktu memandikan bayi, bayi dijaga agar
tetap hangat
5 Menghindari penggunaan bedak setelah bayi
dimandikan
6 Rambut bayi baru lahir tidak perlu dicuci
karena tidak kotor
7 Perawatan tali pusat diperlukan untuk
mencegah tali pusat menjadi tempat
berkembangnya kuman
8 Perawatan tali pusat yang baik yaitu
membersihkannya dengan menggunakan kasa
steril yang di basahi larutan alkohol 70%.
9 Sebaiknya tali pusat dibungkus dengan kasa
steril yang dibasahi dengan alkohol 70%.
10 Bayi baru lahir biasanya lebih sering berkemih
dan buang air besar
11 Ruam popok dapat terjadi karena kulit kontak
35

dengan sisa urine atau kotoran


12 Mengganti popok yang sudah kotor tidak dapat
mencegah lecet atau ruam pada kulit bayi baru
lahir
13 Menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam
memenuhi kebutuhan gizi bayi
14 Menyusui dapat mendukung pertumbuhan
psikologis bayi yang sehat
15 Sebaiknya bayi baru lahir menyusui sesuai
keinginan ibu
16 Menyusui sebaiknya tanpa dijadwal atau sesuai
keinginan bayi (on demand).
17 Sebelum pulang dari RS / klinik bayi baru lahir
harus diberikan imunisasi BCG dan Hepatitis B
18 Setiap bayi baru lahir harus diimunisasi untuk
meningkatkan kekebalan tubuh terhadap
penyakit tertentu dan mencegah terjadinya
penyakit infeksi
19 Bayi baru lahir perlu mendapatkan imunisasi
BCG ulangan pada bulan berilkutnya
20 Imunisasi yang seharusnya diberikan pada bayi
baru lahir yaitu BCG, DPT, Polio dan Hepatitis
B

Tindakan
Dilaksanakan
No PERNYATAAN
Ya Tidak
Mengganti popok bayi
1 Menyiapkan alat-alat yaitu: popok bersih,

baskom kecil/kapas cebok/lap, air hangat,

keranjang
2 Mencuci tangan
36

3 Membaringkan bayi di tempat yang aman dan

datar misal di atas kasur / matras


4 Buka pakaian bayi seperlunya, setelah itu buka

popok yang kotor dan letakkan di keranjang.


5 Dengan tangan non dominan, pegang

pergelangan kaki bayi secara hati-hati, angkat

sampai kakinya lurus dan bokong terangkat agar

dapat dilakukan pembersihan pada alat genitalia


6 Dengan tangan dominan, bersihkan genitalia

dengan kapas cebok atau lap yang dibasahi

dengan air hangat dengan arah depan ke

belakang sebelum daerah perineum


7 Buang kapas cebok atau lap, kemudian lakukan

hal yang sama pada sisi lain, sampai daerah

genitalia bersih
8 Bersihkan lipatan pangkal paha, paha dan

bokong kemudian lap sampai kering


9 Letakkan popok di bawah bayi, kemudian

pasang popok tersebut dan pakaikan kembali

pakaian bayi
Memandikan bayi Ya Tidak
10 Menyiapkan alat-alat yaitu: pakaian bayi yang

bersih (bedong, baju, kaos kaki, sarung tangan,

topi, popok), ember mandi ,air hangat, sabun,

shampo, handuk, waslap.


11 Mengisi ember mandi dengan air hangat dengan

suhu 36,5-380C
12 Periksa kehangatan air dengan mencelupkan

pergelangan tangan ibu ke dalam ember mandi


37

13 Membuka pakaian bayi di atas kasur / matras


14 Menutup bayi dengan handuk dengan cara

menyilangkan handuk di atas tubuh bayi


15 Membersihkan mata bayi dengan lap bersih,

kemudian membasuh mukanya secara perlahan


16 Mencuci rambut bayi perlahan-lahan dengan

shampo dan melapnya bersih dengan waslap


17 Sabuni seluruh tubuh bayi, secara perlahan-

lahan balikkan tubuh bayi lalu sabuni punggung

bayi dan lap dengan waslap


18 Mengangkat bayi ke dalam ember mandi dan

bilas dengan bersih


19 Meletakkan bayi di atas handuk yang bersih,

kemudian melapnya sampai kering


20 Memasang pakaian bayi
Merawat Tali Pusat
21 Menyiapkan alat-alat yaitu: kasa steril, alkohol

70%.
22 Mencuci tangan.
23 Mengeringkan tali pusat dan daerah sekitarnya

dengan kasa steril


24 Membersihkan pangkal tali pusat dengan

menggunakan kasa steril yang dibasahi dengan

alkohol 70%.
25 Membungkus tali pusat dengan kasa steril yang

kering
Menyusui Bayi
26 Membuat posisi ibu yang nyaman untuk

menyusui
27 Mengeluarkan sedikit ASI kemudian

mengoleskannya pada puting dan sekitar areola


28 Meletakkan kepala bayi pada siku kanan bagian
38

dalam dengan posisi badan bayi menghadap

ibu.
29 Tangan kanan memegang bokong dan paha bayi
30 Menyangga payudara kanan dengan tangan kiri.
31 Menyentuh mulut bayi dengan puting susu

untuk memberi rangsangan.


32 Bila bayi sudah membuka mulut, memasukkan

seluruh puting susu sampai daerah areola

tertutupi.
33 Mendekap bayi hingga ujung hidung dan

dagunya menyentuh payudara


34 Setelah selesai menyusui di payudara kanan,

melepaskan hisapan bayi dengan menekan

sedikit dagunya atau memasukkan jari

kelingking ke sudut mulut bayi


35 Menyendawakan bayi dengan cara

menggendong bayi dalam keadaan tegak,

bersandar ke pundak ibu, lalu tepuk-tepuk

punggung bayi perlahan-lahan atau

menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, dan

menggosok-gosok punggung bayi.


36 Menyusui bayi dengan payudara kiri dengan

cara yang sama dengan menyusui pada

payudara sebelah kanan

Kesan dan pesan : …………………………………………………………….


…………………………………………………………….

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Hadist Sahih
    Kumpulan Hadist Sahih
    Dokumen53 halaman
    Kumpulan Hadist Sahih
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen10 halaman
    Bab Iii
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • BAB II Tinjauan Pustaka
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Dokumen11 halaman
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Pendahuluan
    BAB 1 Pendahuluan
    Dokumen7 halaman
    BAB 1 Pendahuluan
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan Patuh Tatib
    Surat Pernyataan Patuh Tatib
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan Patuh Tatib
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen6 halaman
    Daftar Pustaka
    Anonymous o8pnZJId
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Keperawatan Ria Angelina
    Jurnal Keperawatan Ria Angelina
    Dokumen23 halaman
    Jurnal Keperawatan Ria Angelina
    Nurse Widya
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen20 halaman
    Bab Iv
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Anonymous o8pnZJId
    Belum ada peringkat
  • BAB III Metodologi Penelitian
    BAB III Metodologi Penelitian
    Dokumen4 halaman
    BAB III Metodologi Penelitian
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Kruk
    Kruk
    Dokumen1 halaman
    Kruk
    Rina Kaharu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Hasil Dan Pembahasan
    BAB IV Hasil Dan Pembahasan
    Dokumen5 halaman
    BAB IV Hasil Dan Pembahasan
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • BAB II Tinjauan Pustaka
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Dokumen20 halaman
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Proposal Irna
    Proposal Irna
    Dokumen32 halaman
    Proposal Irna
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Final
    Skripsi Final
    Dokumen113 halaman
    Skripsi Final
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • BAB I Pendahuluan
    BAB I Pendahuluan
    Dokumen4 halaman
    BAB I Pendahuluan
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Linling Benawan-Siap Kirim
    Skripsi Linling Benawan-Siap Kirim
    Dokumen53 halaman
    Skripsi Linling Benawan-Siap Kirim
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Linling Benawan-Siap Kirim
    Skripsi Linling Benawan-Siap Kirim
    Dokumen53 halaman
    Skripsi Linling Benawan-Siap Kirim
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Sap Hipertensi
    Sap Hipertensi
    Dokumen8 halaman
    Sap Hipertensi
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen13 halaman
    Bab Ii
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Contoh Proposal
    Contoh Proposal
    Dokumen11 halaman
    Contoh Proposal
    Ratna Puspita
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Lanjutan Fera
    Skripsi Lanjutan Fera
    Dokumen44 halaman
    Skripsi Lanjutan Fera
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Fiks Herlina Bagu
    Fiks Herlina Bagu
    Dokumen17 halaman
    Fiks Herlina Bagu
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • AGD
    AGD
    Dokumen33 halaman
    AGD
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • AGD
    AGD
    Dokumen33 halaman
    AGD
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • S55342-Nur Ikhsan Wibowo
    S55342-Nur Ikhsan Wibowo
    Dokumen9 halaman
    S55342-Nur Ikhsan Wibowo
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat
  • Spo CPOT
    Spo CPOT
    Dokumen3 halaman
    Spo CPOT
    Ikhsan Suhamdani Mohi
    Belum ada peringkat