DISUSUN OLEH :
Agung Rahmawan
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa Tumor Brachii Dextra yang dilakukan tindakan Eksisi di Instalasi Kamar Operasi
RS Islam Jakarta Cempaka Putih dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Pelatihan Scrub Nurse di Instalasi Kamar Operasi RS Islam
Jakarta Cempaka Putih.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu
penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata teriring dengan Do’a
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar belakang...........................................................................................................................4
B. Tujuan........................................................................................................................................5
C. Manfaat......................................................................................................................................5
A. Anatomi Sel...............................................................................................................................6
B. Definisi......................................................................................................................................7
C. Etiologi......................................................................................................................................7
D. Klasifikasi..................................................................................................................................8
E. Patofisiologi.............................................................................................................................10
F. Manifestasi Klinik...................................................................................................................10
G. Komplikasi..............................................................................................................................11
H. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................................11
I. Penatalaksanaan Medis............................................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................................................36
BAB V PENUTUP..............................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................39
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tumor (neoplasma) adalah suatu jaringan yang terbentuk ketika sel-sel tubuh
membelah dan tumbuh secara berlebihan di dalam tubuh. Normalnya, pertumbuhan
dan pembelahan sel sangat teratur, dimana sel-sel baru akan diciptakan untuk
menggantikan sel yang sudah tua atau untuk menggantikan fungsinya. Sel yang rusak
atau tidak diperlukan akan mati untuk memberikan ruang kosong bagi sel pengganti
baru yang sehat. Jika keseimbangan pertumbuhan sel dan kematian terganggu, tumor
bisa terbentuk (Fitri, 2014).
Penyakit kanker masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Kementerian Kesehatan (Kemkes) menyebutkan prevalensi penyakit kanker
mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018, prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1.79 per 1000
penduduk, naik dari tahun 2013 sebanyak 1.4 per 1000 penduduk.
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang
serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah
otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar
persendian. (Adhiyaksa, 2015).
Otot biceps brachii adalah otot besar berkepala dua karena berorigo pada dua
tempat yang berbeda. Terletak di sepanjang lengan atas.Dua caput tersebut adalah
Caput longum (panjang) dan.Caput brevis (pendek).
Otot triceps brachii adalah otot besar berkepala (caput) tiga karena berorigo
pada tiga tempat yang berbeda. Terletak di sepanjang lengan atas.Tiga kepala (caput)
tersebut adalah Caput longum (panjang), Caput medial dan Caput lateralis.
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi
dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Secara
klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista,
akibat reaksi radang atau hipertrofi. Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor
(STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan
pertumbuhan sel baru. Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh
mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki (Adhiyaksa, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus asuhan keperawatan perioperatif Eksisi Tumor Brachii
Dextra di Ruang Operasi RSIJ Cempaka Putih
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian awal keperawatan pada pasien pre
Operasi Eksisi Tumor Brachii Dextra
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan perioperatif pada pasien Eksisi
Tumor Brachii Dextra
c. Dapat menyusun rencana keperawatan perioperative pada pasien Eksisi
Tumor Brachii Dextra
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Eksisi Tumor
Brachii Dextra
e. Dapat mengevaluasi hasil asuhan keperawatan perioperatif Eksisi Tumor
Brachii Dextra
C. Manfaat
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah di peroleh
selama masa pelatihan scrub nurse dan sebagai tambahan pengalaman untuk
meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan perioperatif dengan operasi
Eksisi Tumor Brachii Dextra
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Sel
Sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil dari tubuh. Sel dapat
memperbanyak diri. Tubuh manusia mengandung sekitar 100 triliun sel. Berbagai tipe
sel tubuh memiliki fitur yang membedakan satu tipe dari yang lain dan secara khusus
disesuaikan untuk melakukan fungsi tertentu, misalnya sel darah merah mengangkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan, sel otot khusus untuk fungsi kontraksi. Sebuah sel
yang khas, seperti yang terlihat oleh mikroskop cahaya, terdiri dari tiga komponen
dasar:
1. Membran sel
Membran sel yang memgelilingi sel dan menjaganya mengatur apa
yang masuk dan keluar sel. Membran sel memisahkan bagian dalam sel
(sitoplasma) dan bagian luar. Integritas membran sel adalah sangat penting
untuk kehidupan sel. Membran sel adalah suatu bilayer fosfolipid yang disebut
sebagai permeabel atau permeabel selektif, karena dia melewatkan molekul-
molekul tertentu untuk masuk ke sel tetapi tidak untuk yang lainnya. Molekul
fosfolipid memiliki bagian kepala yang bersifat polar dan ekor yang bersifat
nonpolar. Protein yang ada pada membran sel memainkan penting untuk
lewatnya suatu senyawa masuk ke sel.
2. Sitoplasma
Sitoplasma adalah bagian dari sel antara nukleus dan membran plasma.
Matriks dari sitoplasma adalah medium semicair yang mengndung air dan
berbagai tipe molekul yang terlarut dalam medium. Sitoplasma mengandung
berbagai organel. Setiap tipe organel mempunyai fungsi yang spesifik.
Misalnya satu tipe organel mengangkut senyawa dan yang lainnya
menghasilkan ATP untuk sel. Sel juga mempunyai sitoskleton. Elemen dari
sitoskleton mempertahankan bentuk sel dan memungkinkan sel untuk
bergerak. Beberapa sel dengan menggunakan silia dan flagella yang tersusun
dari mikrotubuli.
3. Nukleus
Nukleus adalah sruktur utama dalam sel manusia. Nukleus sangat
penting karena menyimpan informasi genetik yang menentukan karakteristik
dari sel tubuh dan fungsi metabolik. Komposisi kimia yang unik dari setiap
DNA seseorang adalah dasar untuk sidik jari DNA. Semua sel mempunyai
paling sedikit 1 nukleus. Sel lainnya seperti sel otot rangka mempunyai
nukleus lebih dari 1. Nukleus meimiliki ukuran yang relatif besar. Bodi
berbentuk bulat yang umumnya terletak dekat dengan pusat sel, nukleus
mengandung material genetik dari sel. Dia ditutupi oleh lapisan ganda
membran nukleat yang memisahkan sitoplasma dari nukleoplasma (bagian
cairan yang ada dalam nukleus). Nukleolus berada di dalam nukleus. Fungsi
nukleolus adalah untuk menyalin DNA menjadi RNA ribosom dan merakit
rRNA penting karena rRNA membuat ribosom yang beranggung jawab untuk
sintesis protein dalam sel.
(KEMENKES, 2016)
B. Definisi
Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses
pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi, atau dikenal dengan istilah
neoplasia. Neo berarti baru, plasia berarti pertumbuhan atau pembelahan, jadi
neoplasia mengacu pada pertumbuhan sel yang baru, yang berbeda dari pertumbuhan
sel-sel di sekitarnya yang normal (Saleh, 2016).
Otot biceps brachii adalah otot besar berkepala dua karena berorigo pada dua
tempat yang berbeda. Terletak di sepanjang lengan atas.Dua caput tersebut adalah
Caput longum (panjang) dan.Caput brevis (pendek).
Otot triceps brachii adalah otot besar berkepala (caput) tiga karena berorigo
pada tiga tempat yang berbeda. Terletak di sepanjang lengan atas.Tiga kepala (caput)
tersebut adalah Caput longum (panjang), Caput medial dan Caput lateralis.
C. Etiologi
Tumor jaringan lunak dapat disebabkan antara lain oleh:
a) Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi
untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal,
bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.
b) Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
c) Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu
dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
b) Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak.
c) Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
D. Klasifikasi
Tipe tumor berdasarkan pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi tumor
ganas (malignant tumor) dan tumor jinak (benign tumor). Terdapat perbedaan sifat
yang nyata diantara dua jenis tumor ini.
Menurut Saleh tahun 2016 terdapat beberapa sifat yang membedakan antara
tumor jinak dan ganas :
1. Pertumbuhannya
Tumor ganas pertumbuhannya relatif lebih cepat karena memang lebih aktif
dan agresif, akibatnya jika di permukaan tubuh akan tampak tumor membesar
dengan cepat dan seringkali di puncaknya disertai dengan luka atau pembusukan
yang tidak kunjung sembuh. Luka menahun ini diakibatkan suplai nutrisi kepada
sel-sel tumor tidak mampu mengimbangi lagi sel-sel tumor yang jumlah sangat
cepat berlipat ganda, akibatnya sel-sel yang berada diujung tidak mendapat nutrisi
dan mati.
2. Perluasannya
Tumor jinak tumbuh secara ekspansif atau mendesak, tetapi tidak merusak
struktur jaringan sekitarnya yang normal. Hal ini dikarenakan tumor jinak
memiliki kapsul yang membatasi antara bagian sel-sel tumor yang abnormal
dengan sel-sel normal. Sebaliknya pada tumor ganas yang memang tak berkapsul,
tumor ini tumbuhnya infiltratif atau menyusup sembari merusak jaringan
disekitarnya. Pertumbuhan semacam ini pertama kali ditemukan oleh Hippocrates.
Beliau menamakan sebagai cancer (bahasa latin dari kepiting) karena menurutnya
proses infiltratif seperti demikian menyerupai bentuk capit kepiting. Akibat proses
infiltratif tersebut, maka jaringan disekitar tumor ganas seringkali rusak, dan jika
jaringan yang diinfiltrasi itu berupa pembuluh darah maka tumor jenis ini dapat
menimbulkan gejala perdarahan. Contohnya, pada kanker paru salah satu
gejalanya adalah batuk darah.
3. Metastasis
Metastasis merupakan anak sebar, artinya kemampuan suatu jaringan tumor
untuk lepas dari induknya dan menempel serta mampu hidup dan berkembang
lebih lanjut pada jaringan tubuh lain yang letaknya jauh dari jaringan tumor induk.
Misalnya kanker payudara dapat bermetastasis hingga ke paru-paru dan
menyebabkan gangguan proses pernapasan. Jalur metastasis bisa melalui aliran
darah, aliran limfe maupun proses terlepas/terjatuh langsung menempel pada
tempat tertentu. Metastasis hanya terjadi pada tumor ganas. Tumor jinak tidak
pernah bermetastasis. Oleh karena metastasis inilah maka tumor ganas pada kaki
misalnya dapat berakibat fatal terhadap penderitanya.
4. Gambaran selular
Tumor ganas di bawah mikroskop akan tampak sekumpulan sel-sel yang
seringkali tidak menyerupai jaringan normal semestinya, bahkan sel-sel ganas bisa
memberi gambaran yang sama sekali tidak menyerupai sel apapun dalam tubuh
manusia (tidak berdiferensiasi/anaplasi). Sedangkan tumor jinak umumnya
diferensiasinya baik, artinya gambaran sel-selnya masih serupa sel-sel normal
asalnya namun aktvitas pembelahannya saja yang lebih aktif. Jadi dapat
disimpulkan bahwa semakin anaplastik / berdiferensiasi semakin buruk suatu
tumor maka tumor itu pastilah semakin ganas.
5. Kekambuhan
Tumor jinak umumnya dengan dioperasi secara tepat jarang untuk kambuh
lagi. Tumor ganas memiliki kekambuhan lebih tinggi dikarenakan proses
pembedahannya sulit untuk benar-benar tuntas dikarenakan memang jaringan
abnormal ini tidak berkapsul sehingga sulit untuk dibedakan dan dipisahkan dari
jaringan normal sekitarnya yang sudah diinfiltrasi. Selain itu tumor ganas tahap
lanjut umumnya penyebaran sudah lebih luas bahkan sudah bermetasasis jauh
sehingga operasi adalah tidak mungkin menyembuhkan lagi karena sel-sel ganas
sudah ada hampir di setiap bagian tubuh.
E. Patofisiologi
Perubahan yang terjadi pada sel, terutama disebabkan oleh virus, polusi udara,
makanan, radiasi, dan bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan pada
makanan, maupun bahan kimia yang berasal dari polusi. Perubahan ini merugikan
proses pembelahan sel dan sebaliknya menguntungkan proses mutasi. Resiko
terjadinya mutasi akan semakin bertambah seiring dengan pertambahan usia, hal ini
dikarenakan tubuh seseorang yang semakin berumur bekerja tak seoptimal dulu.
Inilah yang dengan mudah bisa memicu terjadinya kesalahan pada pembelahan sel.
Satu kesalahan saja yang terjadi dalam gen bisa menyebabkan tubuh tak lagi
bisa memproduksi zat putih telur atau protein penting. Akibatnya, ini akan
memungkinkan terjadinya perubahan struktur gen dalam skala ringan. Meski
perubahan yang terjadi hanya dalam skala ringan, hal ini sudah bisa menyebabkan sel
tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Perubahan gen yang paling berbahaya
adalah jika perubahan tersebut menimpa gen dan protein yang bertugas mengontrol
pertumbuhan sel-sel. Akibatnya, dalam keadaan tertentu siklus sel-sel bisa keluar
jalur, sehingga sel-sel tersebut mengalami degradasi atau kemunduran.
Sel-sel yang gennya telah mengalami perubahan tersebut bisa berubah menjadi
sel-sel tumor. Sel-sel tumor ini tumbuh sendiri tanpa perintah dan bisa membelah
tanpa kontrol. Jika sel-sel yang rusak ini berkembang biak, tapi tetap tinggal di satu
tempat maka sel-sel ini akan menjadi tumor baik (jinak) yang bisa dengan mudah
diangkat melalui sebuah operasi. Akan tetapi, jika sel-sel dari tumor tersebut pecah
kemudian menyebar ke tempat lain dalam tubuh lalu berkembang biak disana
(metastasis), maka sel-sel tersebut telah berubah menjadi sel-sel tumor jahat (ganas).
Benjolan kanker yang baru timbul tersebut akan memicu terjadinya pembentukan
pembuluh darah baru disekeliling benjolan. Dari pembuluh darah inilah tumor
mendapat makanan, sehingga tumor yang terletak di tempat-tempat terpencil dalam
tubuh pun bisa tumbuh. (Osterath, 2014)
F. Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi
dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah
kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang
biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena
adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh
lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan
relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar
ke tempat jauh (Adhiyaksa, 2015).
G. Komplikasi
Tipe tumor berdasarkan pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi tumor
ganas (malignant tumor) dan tumor jinak (benign tumor). Terdapat perbedaan sifat
yang nyata diantara dua jenis tumor ini. Tumor jinak dapat berubah menjadi tumor
ganas. Malignant tumor (tumor ganas) disebut juga sebagai kanker. Kanker berpotensi
menyerang atau merusak jaringan disekitarnya dan menyebabkan metastase
(penyebaran bibit penyakit). Sedangkan benign tumor tidak menyerang jaringan
disekitarnya dan tidak membentuk metastase, tapi secara lokal dapat bertumbuh
menjadi besar. Biasanya benign tumor tidak muncul lagi setelah dilakukan operasi
pengangkatan tumor. Perbedaan utama di antara keduanya adalah bahwa tumor ganas
lebih berbahaya dan fatal sehingga dapat mengakibatkan kematian. Tumor jinak
hanya dapat menimbulkan kematian secara langsung terkait dengan lokasi tumbuhnya
yang membahayakan misalnya tumor di leher yang dapat menekan saluran napas
(Saleh, 2016)
H. Pemeriksaan Penunjang
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah
pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau biopsi
dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil
jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar. Bila ukuran
tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh tumor. Jaringan
hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi anatomi dan dapat diketahui apakah tumor
jaringan lunak itu jinak atau ganas. Bila jinak maka cukup hanya benjolannya saja
yang diangkat, tetapi bila ganas setalah dilakukan pengangkatan benjolan dilanjutkan
dengan penggunaan radioterapi dan kemoterapi. Bila ganas, dapat juga dilihat dan
ditentukan jenis subtipe histologis tumor tersebut, yang sangat berguna untuk
menentukan tindakan selanjutnya (Kaharu, 2016).
I. Penatalaksanaan Medis
Bila diagnosis sudah ditegakkan, maka penanganannya tergantung pada jenis
tumor jaringan lunak itu sendiri. Bila jinak, maka cukup hanya benjolannnya saja
yang diangkat dan tidak ada tindakan tambahan lainnya. Bila tumor jaringan lunak
hasilnya ganas atau kanker, maka pengobatannya bukan hanya tumornya saja yang
diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor menurut kaidah
yang telah ditentukan, tergantung dimana letak kanker ini. Tindakan pengobatannya
adalah berupa operasi eksisi luas. Penggunaan radioterapi dan kemoterapi hanyalah
sebagai pelengkap, namun responsnya kurang begitu baik, kecuali untuk jenis kanker
jaringan lunak yang berasal dari otot yang disebut embrional rhabdomyosarcoma.
Untuk kanker yang ukurannya besar, setelah operasi, ditambah dengan radioterapi.
Pada kanker jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar, resiko
kekambuhan setelah dilakukan tindakan operasi masih dapat terjadi. Oleh karena itu
setelah operasi biasanya penderita harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya
kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan ditempat jauh berupa
metastasis di paru, liver atau tulang (Kaharu, 2016).
1) Kesadaran
2) Jam kedatangan
3) Status Psikososial:
a) Tenang
b) Cemas
c) Ekspresi wajah
d) Gelisah
4) Tanda-tanda vital:
a) Tekanan darah
b) Nadi
c) Penapasan
d) Suhu
d. Intervensi Keperawatan
1) Ansietas:
2) Resiko infeksi:
3) Nyeri akut
digunakan.
e. Implementasi Keperawatan
f. Evaluasi
a. Pengkajian
1) Tanda-tanda vital:
a) Tekanan darah
b) Nadi
c) Pernapasan
d) Suhu
e) SPO2
c. Tujuan Keperawatan
tidak terjadi.
d. Intervensi Keperawatan
1) Resiko infeksi
operasi
elektrolit
e. Implementasi Keperawatan
f. Evaluasi
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Dengan kata lain, evaluasi
a. Pengkajian
1) Tanda-tanda vital:
a) Tekanan darah
b) Nadi
c) Pernapasan
d) Suhu
2) Kulit
a) Turgor
b) Luka
3) Adanya implan/tidak
3) Resiko cedera
c. Tujuan Keperawatan
dipertahankan.
d. Intervensi Keperawatan
1) Resiko hipotermi
elektrolit.
3) Resiko cedera
prosedur operasi
sesuai kebutuhan
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Hari / tanggal : Senin / 27 Desember 2021
Tempat : Kamar Operasi 5
Jam : 13.00 WIB
Metode : Observasi dan anamnesa
Sumber : Pasien dan Rekam Medis
1. Identitas klien
a. Nama : Tn.S
b. Tanggal lahir : 16 Juli 1986
c. Jenis kelamin : Laki-Laki
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Status : Kawin
f. No. RM : 01064971
g. Tanggal masuk RS : 26 Desember 2021
2. Penangung jawab
a. Nama : Tn. S
b. Umur : 35 Tahun
c. Hubungan dg klien : Pasien
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : ada benjolan di pundak kanan dan nyeri
b. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan ada benjolan di pundak kanan kurang lebih 1,5 tahun yang
lalu awalnya seperti bisul namun semakin membesar dan sesekali terasa sakit saat
di buat aktifitas, nyeri semakin terasan saat di buat aktifitas mengangkat berat.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Vertigo, typus
d. Riwayat penyakit keluarga
Orang tua memiliki riwayat hipertensi
20
4. Pengkajian pre operasi
1. TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Rr : 20 x/menit
Suhu : 36,3oC
Puasa : 05.00 WIB
5. Pengkajian Primer
1. Airway (Paten/ Tidak Paten/ Gurgling/ Stridor/ Snoring)
Jalan nafas paten, tidak ada hambatan.
2. Breathing (Spontan/dengan bantuan alat/ pola nafas/frekuensinafas/
bunyi nafas/bunyinafas/irama nafas/tanda distress pernafasan/
pengembangan dada).
Pasien bernafas spontan, RR 20 x/menit, pola nafas, pengembangan dada
simetris, tidak menggunakan alat bantu pernapasan, bunyi nafas vesikuler,
irama nafas teratur
3. Circulation (akral/pucat/sianosis/pengisian kapiler/nadi/TD/ kelembaban
kulit/ CRT/ turgor/ perdarahan eksternal).
Akral hangat, tidak pucat, pengisian kapiler <3 detik, nadi 65 x/menit, TD
126/78 mmHg , kulit lembab, turgor kulit elastis, tidak ada perdarahan
eksternal
4. Disability (Tingkat kesadaran Compos mentis /GCS 15/pupil
isokor/ekstremitas/kekuatan otot)
Kesadaran compos mentis, GCS 15, E4M6V5, pupil isokor 2/2, +/+,
ekstremitas kiri, kekuatan otot 5 (mampu menggerakan persendian dengan
gaya gravitasi dan mampu melawan dengan tahanan kuat.
5. Exposure (Lokasi trauma/ jejas/ ukuran luka)
Terpasang infus di tangan kiri, tidak ada lokasi trauma fraktur tertutup, tidak
ada jejas, tidak ada luka dari luar
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Rambut : tampak hitam, lurus tidak ada uban dan rontok
21
b. Mata : konjungtiva Ananemis, Simetris kiri dan kanan, sklera anikterik, pupil
isokor, tidak ada gangguan penglihatan, tidak ada penggunaan alat bantu mata
c. Hidung : Simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada mukus berlebih,
tidak ada
d. Bibir : Tidak ada sianosis atau kebiruan, tidak pucat
e. Gigi : Tampak bersih
2. Telinga : Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen berlebih
3. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada jejas
4. Tangan : simetris kiri dan kanan tampak benjolan di brachii dextra
5. Thoraks
a. Inspeksi : ekspansi dada simetris, tidak ada jejas
b. Palpasi : simetris kiri dan kanan tidak ada pembengkakan
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi
Suara nafas : vesikuler
Bunyi jantung : S1 S2 Normal
Irama jantung : Reguler
6. Abdomen
a. Inspeksi : Pergerakan perut normal, tidak ada hepatomegaly, tidak ada jejas
b. Palpasi : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
c. Auskultasi : bising usus 8 x/Menit
d. Perkusi : Timpani
7. Genitalia : Bersih, tampak bulu sekitar mayor.
8. Kaki : Simetris kiri dan kanan,
9. Punggung : Tidak ada ruam, tampak simetris
10. Ginjal : Tidak ada nyeri saat di perkusi/ditekan
11. Neurosensori : Normal
Tingkat Kesadaran : compos menntis
GCS : 15 E4M6V5
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
Tonus otot : ±2 normal
12. Berat Badan : 71 Kg
22
C. Pemeriksaan Penunjang
23
l. Status spikososial : Cemas
m. Tanda tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Rr : 20 x/menit
Suhu : 36,3oC
3. Menyiapkan catatan permintaan obat dan alkes
a. Tanggal : 27 Desember 2021
b. Nama : Tn.S
c. No registasi/rm : 01064971
d. Ruang/kelas : MATAHARI DUA
e. Dr bedah : dr. M. Wisnu Pamungkas,Sp.B, FINACS
f. Jaminan : Jaminan Perusahaan
g. Diagnosis/tindakan : Tumor Brachii Dextra/ Eksisi
4. Menyiapkan Alkes/ medical suplay eksisi:
a. Sarung tangan (glove) 7 : 1
b. Sarung tangan (glove) 7 ½ : 2
c. Iodine 75 ml : 1
d. Blade no 20 : 1
e. Aqua 1 L : 1
f. Antibacterial with irgacare MP, polyglatin 910, violet braided, braided, synthetic
absorbable suture ( vicryl ) 2/0 taper: 1
g. Polypropylene-polythylele, Monofilament, non-absorbable ( optiline ) 3/0
cutting : 1
h. Framycetin : 1
i. Alkohol 70% : 1
j. Kasa Biasa : 10 lembar
k. T-Schrub : 3
l. Wrapping Paper Kecil : 1
m. Surgipen : 1
24
b. Laken Umum
c. Set Eksterpasi I
d. ESU
26
Allies clams : 2
2. Persiapan pasien dimeja operasi
3. Aseptik dan antiseptik daerah operasi dengan iodine dengan spone holding
forcep dan kassa dengan cara dari tengah ke arah luar
4. Drapping (pemberian batas tegas pada daerah yang akan diinsisi)
5. Cek alat ESU dan tempelkan patient plat (oleh perawat sirkuler)
F. Time Out
a. Konfirmasi anggota tim operasi
1. Hari/bulan/tahun : Senin/27 Desember 2021
2. Nama klien : Tn.S
3. Tanggal lahir : 16 Juli 1986
4. Diagnosa : Tumor Brachii Dextra
5. Rencana tindakan : Eksisi
6. Dr. Operator : dr. M. Wisnu Pamungkas,Sp.B, FINACS
7. Asisten Operator : Panji
8. Perawat Instrumen : Agung
9. Dr. Anestesi : dr. Agus
10. Perawat Anestesi : Dersiana
11. Perawat Sirkuler : Farid
12. Antibiotik : Tidak Diberikan
13. Persiapan Darah : Tidak Ada
14. Operasi dimulai pukul : 14.00WIB
15. Tanda-tanda vital : TD : 130/87 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36, oC
SPO2 : 100%
b. Proses Operasi
1. Pasien di posisikan supine
2. Pasien dilakukan preparasi
27
3. Pasien dilakukan anestesi umum dengan pemberian Fentanyl 0,1 mg dan presofol
150 mg
4. Pasien diposisikan lateral sinistra
5. Pasien dilakukan tindakan aseptic dan antiseptic dengan menggunakan iodine
10% dan alkohol 70%
6. Pasien dilakukan pemasangan patient plate di paha kanan
7. Pasien dilakukan drapping dengan LOA 1, LOB 1, dan duk samping 2
8. Pasien dilakukan insisi brachii dextra lapisan kutis dengan blade no 20
9. Insisi lapisan subkutis dengan tissue forceps dan ESU sebagai cutting (kuning)
40.
10. Dilakukan eksisi pada tumor brachii dextra dengan dressing forceps, cauter, dan
mayo dressing scisor
11. Perdarahan pada area operasi dikontrol dengan menjepit titik perdarahan
menggunakan dressing forcep dan di cauter.
12. Buka insisi dengan pinset yang di pegang doleh operator dan asisten
13. Jepit tumor degan alys forcep couter jaringan tumor sampai terlepas dari jaringan
lain.
14. Setelah jaringan tumor sudah terpisah dari jaringan lain control pendrahan dengan
pinset dan couter.
15. Cuci luka insisi dengan cairaan Aqua. Dengan di gosok menggunakan kassa
bersih.
16. Observasi luka insisi jika pendarahan terkontrol, dilakukan hecting area operasi
lapis demi lapis mulai dari lapisan subkutis sampai kutis.
17. Dilakukan hecting pada lapisan subkutis dengan jarum benang vicryl 2/0 tapper.
18. Dilakukan hecting pada lapisan kutis dengan jarum benang optiline 3/0 cutting.
19. Luka insisi dibalut dengan fermycatine, kassa steril dan di fiksasi dengan hypafix.
G. Sign Out
28
a. Konvirmasi secara verbal
1) Selesai pukul : 15.00 WIB
2) Nama tindakan yang dilakukan : Eksisi
3) Kelengkapan instrument : Lengkap
Kassa lengkap:
Dibawah 6
Diatas 4
Jumlah 10
4) Memberikan identitas jaringan : Ya – Tn.S, 01064971
PA Tumor Brachii Dextra
dr. M. Wisnu Pamungkas,Sp.B, FINACS
5) Tanda-tanda vital : TD : 125/90 mmHg
HR : 82 x/menit
RR : 16 x/menit
S : 36oC
6) Turgor Kulit : Luka brachii Dextra
7) Intake-Output : Cairan infus : 400 cc
Perdarahan 5 cc
29
I. ANALISA MASALAH KEPERAWATAN PERIOPERATIF
- TD : 130/87mmHg
- N : 80 x/mnt
- RR : 20 x/mnt
- Suhu : 36 oC
- SpO2 : 100%
3. Post operasi a. Ds:- tidak dapat dikaji Resiko jatuh berhubungan
dengan efek pembiusan
b. Do:
TD : 119/72 mmHg
-N : 75 x/mnt
-RR : 20 x/mnt
-Suhu : 37 oC
d. Intake output :Cairan infus : 400cc
Perdarahan : 5 cc
30
2 ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
31
No Pengkajian Intra operasi. Diagnosa Tujuan Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Jam 14.00
2. DS: tidak dpat dikaji 1. Resiko Tidak 1. Kaji faktor-faktor yang S:-
infeksi terjadi beresiko menyebabkan infeksi
DO : berhubungan infeksi 2. Pastikan kadaluarsa alat dan O : -TTV normal
Tanda - tanda vital dengan bahan sebelum digunakan - Melakukan tehnik aseptic
TD : 130/87mmHg prosedur 3. Pastikan operator, asisten, dan dan antiseptic
N : 80 x/mnt invasif perawat instrumen melakukan - Alat operasi dalam kondisi
RR : 20 x/mnt scrubing, gowning, dan steril
Suhu : 36,8 oC gloving sesuai prosedur - Operator, asisten dan
SpO2 : 100% 4. Siapkan lokasi operasi perawat instrumen
menurut prosedur khusus melakukan scrubing,
5. Tutup luka operasi dengan gownling dan gloving
pembalut yang steril sesuai prosedur
A : resiko infeksi tidak terjadi
32
No Pengkajian Post operasi. Diagnosa Tujuan Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Jam 14.35 wib
3. d. Ds:- tidak dapat dikaji Resiko jatuh Pasien aman 1. Monitor vital sign S:-
e. Do: berhubungan setelah 2. Pantau cairan intake dan
- Pasien masih dalam efek bius dengan efek output selama pembedahan O : - Tampak sudah dipasang
pembiusan 3. Pantau status hidrasi (mis : pengaman tempat tidur
- tampak dipasang pengaman tempat kelembapan, membran
tidur - Tampak masih dalam
mukosa, keadekuatan nadi) pengaruh obat anestesi
- tampak lemah 4. Kolaborasi dengan dokter, - TTV dalam batas
f. Tanda - tanda vital kontrol perdarahan dan normal
- TD : 94/61/78 mmHg pemberian cairan dan - Cairan intake 350cc
-N :75 x/mnt elektrolit A: resiko jatuh tidak terjadi
-RR : 20 x/mnt
-Suhu : 37 oC P : lanjut intervensi ke RR
Perdarahan : 5cc
33
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesesuaian dan kesenjangan yang penulis
dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Tn. S di ruang OK RSIJ Cempaka Putih.
Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi keperawatan dan evaluasi.
Pada kasus yang dapatkan bahwa pasien dilakukan tindakan operasi eksisi pada
tumor brachii dextra. Berdasarkan teori, tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang
terbentuk hasil proses pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi, atau dikenal
dengan istilah neoplasia. Tumor dibedakan menjadi dua, yaitu tumor jinak dan tumor ganas.
Dimana terdapat perbedaan dari pertumbuhan, perluasan, metastasis, gambaran seluler, dan
kekambuhan. Pada kasus didapatkan pada pasien tampak benjolan pada otot brachii .
Benjolan tampak di otot brachii bagian atas. Pasien mengatakan ada benjolan di pundak
kanan kurang lebih 1,5 tahun yang lalu awalnya seperti bisul namun semakin membesar dan
sesekali terasa sakit saat di buat aktifitas, nyeri semakin terasan saat di buat aktifitas
mengangkat berat. Berdasarkan perluasannya, jaringan tumor tersebut tidak tampak merusak
jaringan sekitar. Sehingga diperkirakan jaringan tumor tersebut adalah tumor jinak dan
disarankan untuk dilakukan pembedahan eksisi. Hal tersebut sesuai dengan teori, dimana
tumor jinak umumnya dengan dioperasi secara tepat jarang untuk kambuh lagi.
Dari hasil pembedahan didapatkan jaringan tumor terdapat pada lapisan subkutis,
tampak jelas bentuk dan perluasannya, tampak berwarna kuning seperti tumpukan lemak
(lipom). Lipoma adalah benjolan lemak yang tumbuh secara lambat di antara kulit dan
lapisan otot. Lipoma tidak memerlukan perawatan khusus karena tidak berbahaya dan tidak
bersifat ganas. Akan tetapi, operasi pengangkatan lipoma bisa dilakukan jika lipoma tumbuh
besar dan mulai menimbulkan rasa sakit. Namun, untuk memastikannya maka dokter akan
melakukan pemeriksaan jaringan tersebut.
Secara teori pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan sering mengalami
ansietas/kecemasan. Hal itu terjadi karena beberapa faktor, seperti kurangnya pengetahuan
terhadap tindakan yang akan dilakukan, kekhawatiran terjadi kegagalan atau hal yang tidak
34
diinginkan selama proses pembedahan, dan sebagainya. Sesuai dengan teori tersebut, pada
kasus didapatkan pasien mengatakan bahwa dirinya merasa takut untuk dilakukan
pembedahan meskupin saat ini merupakan pembedahan yang kesekian kalinya. Selain itu,
pasien mengatakan bahwa ia khawatir setelah dilakukan pembedahan akan tumbuh jaringan
baru seperti saat ini dan terjadi keganasan. Oleh karena itu, pasien dilakukan edukasi
mengenai tindakan pembedahan yang akan dilakukan dan komplikasi yang dapat terjadi.
Selain itu, secara teori terdapat beberapa kasus dimana pasien mengalami nyeri akut pada
daerah yang terdapat jaringan tumor. Namun, pada kasus, pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan skala 2. Pasien hanya sesekali merasakan nyeri namun sangat tidak mengganggu
aktivitas.
Tindakan pembedahan eksisi tumor brachii dextra merupakan tindakan operasi dengan
melakukan insisi pada daerah brachii . Pada kasus didapatkan tumor berada pada lapisan
subkutis. Pasien dilakukan insisi dengan menggunakan blade no. 20 pada lapisan kutis.
Kemudian, dilakukan insisi pada lapisan subkutis dengan menggunakan tissue forceps dan
cauter. Selanjutnya tumor di eksisi dengan menggunakan tissue forcep dan metzenbaum. Hal
tersebut memungkinkan terjadinya resiko infeksi karena adanya pintu masuk mikroorganisme
dari insisi dan penggunaan instrument. Sehingga perlu dilakukan penatalaksaan dengan
mempertahankan teknik aspetik dan kesterilan terhadap instrument dan bahan yang
digunakan. Pada kasus, pasien dilakukan penutupan luka operasi menggunakan jarum benang
steril lapis demi lapis. Pada permukaan luar, luka operasi dilakukan balutan steril
menggunakan fermacytine dan kassa steril. Hal ini bertujuan sebagai pencegahan terhadap
resiko infeksi.
Pada operasi eksisi tumor brachii dextra, pasien dilakukan anestesi umum. Sehingga pasca
pembedahan pasien akan mengalami kelemahan untuk beberapa saat. Pada kasus didapatkan
pasien masih dalam pengaruh obat anestesi dan pasien tampak lemah. Hal tersebut
memungkinkan terjadinya resiko jatuh. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan terhadap
lingkungan dan pasien itu sendiri agar tidak terjadi jatuh. Pasien dipindahkan dari meja
operasi ke tempat tidur dengan kestabilan dan kerataan yang sejajar, pasien diposisikan
supine dan dilakukan pemasangan pengaman tempat tidur. Evaluasi yang didapatkan pasien
tampak tenang dan lingkungan tampak aman sehingga pasien tidak terjadi jatuh.
Dari hasil pengkajian yang didasarkan teori, didapatkan diagnosa keperawatan sebagai
berikut:
1. Ansietas b.d tindakan pembedahan
35
2. Resiko infeksi d.d efek prosedur invasive
3. Resiko jatuh d.d keadaan pasca pembedahan
36
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses
pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi, atau dikenal dengan istilah
neoplasia. Tipe tumor berdasarkan pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi tumor
ganas (malignant tumor) dan tumor jinak (benign tumor). Benign tumor tidak menyerang
jaringan disekitarnya dan tidak membentuk metastase, tapi secara lokal dapat bertumbuh
menjadi besar. Biasanya benign tumor tidak muncul lagi setelah dilakukan operasi
pengangkatan tumor.
Pada kasus didapatkan pasien mengatakan memiliki benjolan di pundak kanan kurang
lebih 1,5 tahun yang lalu awalnya seperti bisul namun semakin membesar dan sesekali
terasa sakit saat di buat aktifitas, nyeri semakin terasan saat di buat aktifitas mengangkat
berat. Pasien mengatakan tidak merasakan sakit..
Pasien dilakukan tindakan pembedahan eksisi tumor brachii dextra. Dari hasil
pembedahan didapatkan jaringan tumor seperti tumpukan lemak di lapisan antara kutis
dan subkutis. Bentuk dan perluasan jaringan jelas dan tidak terjadi metastasis.Dapat
diperkiran bahwa jaringan tersebut adalah tumor jinak. Namun, untuk memastikan hal
tersebut maka jaringan akan dilakukan pemeriksaan anatomi (PA).
B. Saran
Penulis menyadari dalam penulisan dan penyelesaian makalah ini masih banyak
kekurangan sehingga disini penulis mengharapkan bagi para pembaca yang telah
membaca makalah ini kiranya dapat memberikan saran/kritik serta masukan yang
membangun untuk meningkatkan pemberian asuhan keperawatan perioperatif pada pasien
eksisi tumor brachii dextra.
37
DAFTAR PUSTAKA
HIPKABI. 2019. Pelatihan Keterampilan Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah. Jakarta
KEMENKES RI. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Anatomi dan Fisiologi Manusia.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Saleh Edwyn. 2016. Neoplasma. Yogyakarta: Bedah Mulut PSPDG FKIK UMY
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja
38