Anda di halaman 1dari 20

FRAKTUR METACARPAL

I. KONSEP TEORITIS
A. DEFINISI
Fraktur Metakarpal adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya atau fraktur yang terjadi pada ujung jari
karena trauma pada sendi interfalang, atau terjadi pada metacarpal karena
karena tidak tahan terhadap trauma langsung ketika tangan mengepal dan
dislokasi basis metacarpal.
Berdasarkan jenisnya fraktur metacarpal dibagi menjadi 3, yaitu:
Baseball Finger (Mallet Finger), Boxer Fracture (Street Fighter’s Fracture),
dan Fracture Bennet.

B. KLASIFIKASI
1. BASEBALL FINGER (MALLET FINGER)
Baseball finger (Mallet finger) merupakan fraktur dari basis falang distal
pada insersio dari tendon ekstensor. Ujung jari yang dalam keadaan
ekstensi tiba-tiba fleksi pasif pada sendi interfalang distal karena trauma,
sehingga terjadi avulsi fragmen tulang basis falang distal pada insersi
tendon ekstensor jari. Umumnya cedera atletik, Mallet Finger terjadi
ketika sendi terluar dari jari terluka. Pemain basket dan baseball secara
rutin mengalami jammed finger, tapi cedera dapat terjadi karena crush
accident pada pekerjaan atau bahkan karena jari terpotong saat bekerja
di dapur.
 MANIFESTASI KLINIS :
Pasien tidak dapat melakukan gerakan ekstensi penuh pada ujung
distal falang.
Ujung distal falang selalu dalam posisi fleksi pada sendi interfalang
distal dan terdapat hematoma pada dorsum sendi tersebut.
 DIAGNOSIS :
Dalam banyak kasus, dokter akan menganjurkan foto rontgen agar
dapat mengetahui adanya fraktur utama dan sendi-sendi yang
malalignment.
 PENATALAKSANAAN :
Dilakukan imobilisasi menggunakan gips atau metal splinting
dengan posisi ujung jari hiperekstensi pada sendi interfalang distal
sedangkan sendi interfalang proksimal dalam posisi sedikit fleksi
(Mallet splint).

2. BOXER FRACTURE (STREET FIGHTER’S FRACTURE)


Boxer fracture (street fighter’s fracture) merupakan fraktur
kolum metakarpal V, dan posisi kaput metakarpal angulasi ke
volar/palmar. Terjadi pada keadaan tidak tahan terhadap trauma
langsung ketika tangan mengepal.
 MANIFESTASI KLINIS :
Terdapat bengkak, perubahan warna kulit dan disertai memar
disekitar tempat
yang terluka. Ketika mengepal, jari yang patah akan lebih bengkok
kearah ibu jari, terdapat misalignment.
 DIAGNOSIS :
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk memeriksa posisi jari dan
kondisi kulit.
Pemeriksaan bisa mencakup beberapa berbagai tes gerakan dan
penilaian rasa di jari. Ini akan memastikan bahwa tidak ada
kerusakan pada saraf. Sinar-X mengidentifikasi lokasi dan luasnya
fraktur.
 PENATALAKSANAAN :
Reposisi tertutup dengan cara membuat sendi metakarpofalangeal
dan interfalang proksimal dalam keadaan fleksi 90°, kaput
metakarpal V didorong ke arah dorsal, lalu imobilisasi dengan gips
selama 3 minggu.

3. FRACTURE BENNET
Fraktur Bennet merupakan fraktur dislokasi basis metakarpal I.
 MANIFESTASI KLINIS :
Tampak pembengkakan di daerah karpometakarpal (CMC) I, nyeri
tekan, dan
sakit ketika digerakkan.
 DIAGNOSIS :
Seorang dokter harus mengkonsulkannya secepat mungkin.
Pembengkakan yang berkelanjutan dapat membuat tulang lebih
sulit untuk diluruskan kembali. Pengobatan tertunda akan membuat
fraktur jauh lebih sulit untuk diobati dan dapat menyebabkan hasil
yang buruk. Padded splint dapat digunakan untuk mencegah tulang
dari bergerak lebih jauh keluar dari alignment. Dokter akan
memeriksa cedera, mengambil riwayat medis, dan memerintahkan
untuk mengambil sinar-X dari cedera.
 PENATALAKSANAAN :
Dilakukan reposisi tertutup dengan cara melakukan ekstensi dan
abduksi dari ibu jari tangan, diimobilisasi. Kadang-kadang pada
keadaan yang tidak stabil, perlu reposisi terbuka dengan kawat
Kirschner atau dilakukan reposisi tertutup di bawah C arm dan
diikuti dengan asi dengan memakai wire (percutaneus pinning).

C. ETIOLOGI
Penyebab fraktur ecara umum disebabkan karena pukulan secara langsung,
gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot
eksterm (Suddart, 2002). Sedangkan menurut Henderson, (1989) fraktur
yang paling sering adalah pergerseran condilius lateralis tibia yang
disebabkan oleh pukulan yang membengkokkan sendi lutut dan merobek
ligamentum medialis sendi tersebut.Penyebab terjadinya fraktur yang
diketahui adalah sebagai berikut :
a. Trauma langsung (direct)
Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada jaringan
tulang seperti pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan
benturan benda keras oleh kekuatan langsung.
b.Trauma tidak langsung (indirect)
Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih
disebabkan oleh adanya beban yang berlebihan pada jaringan tulang atau
otot , contohnya seperti pada olahragawan atau pesenam yang
menggunakan hanya satu tangannya untuk menumpu beban badannya.
c. Trauma pathologis
Fraktur yang disebabkan oleh proses penyakit seperti osteomielitis,
osteosarkoma, osteomalacia, cushing syndrome, komplikasi kortison /
ACTH, osteogenesis imperfect (gangguan congenital yang
Mempengaruhi pembentukan osteoblast). Terjadi karena struktur tulang
yang lemah dan mudah patah.
1) Osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsobsi tulang melebihi
kecepatan pembentukan tulang, sehingga akibatnya tulang menjadi
keropos dan rapuh dan dapat mengalami patah tulang.
2) Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum-sum tulang yang
disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari
fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
3) Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak atau menipisnya bantalan sendi
dan tulang rawan.
.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi deformitas,
pemendekan ekstermitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan berubahan
warna.
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyartai fraktur merupakan bentuk
bidai alami yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
frekmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alami (gerakan luar biasa) bukannya
tetap rigid seperti normalnya. Ekstermitas tak dapat berfungsi dengan
baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang
tempat melengketnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain.
d. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan yang lainnya. (uji krepitus dapat menyebabkan kerusakan
jaringan lunak yang lebih berat).
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa
baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera. Tidak semua
tanda dan gejala terdapat pada setiap fraktur, pada fraktur linear atau
fraktur impaksi (permukaan patahan saling berdesak satu sama lain).

E. PATOFISIOLOGI
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
Adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik
yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun
maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi
plasma dan poliferasi menjadi odem lokal maka penumpukan di dalam
tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai
tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak
sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan
kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai
tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka
dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar.Pada umumnya pada pasien fraktur
terbuka maupun tertutup akan dilakukan imobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya
sampai sembuh.

F. KOMPLIKASI
1. Mal union
Keadaan di mana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat
deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan.
2. Delayed union
Fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 – 5 bulan (tiga bulan
untuk anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah).
3. Non union
Apabila fraktur tidak menyembuh antaran 6 – 8 bulan dan tidak
didapatkan
konsolidasi sehingga terdapat pseudoartritis (sendi palsu).
4. Osteomielitis
Infeksi tulang akut atau kronis, biasanya disebabkan oleh bakteri atau
jamur. Infeksi
yang menyebabkan osteomielitis sering dimulai di bagian lain dari tubuh
dan
menyebar ke tulang melalui darah. Terutama pada fraktur terbuka
5. Nekrosis Avaskular
Hilangnya/terputusnya supply darah pada suatu bagian tulang sehingga
menyebabkan kematian tulang tersebut. Sesuai dengan anatomi vascular,
maka nekrosis avaskular pascatrauma sering terjadi pada kaput femoris
yaitu pada fraktur kolum femoris, pada navikulare manus, dan talus.
6. Atrofi Sudeck
Suatu komplikasi yang relative jarang pada fraktur ekstremitas, yaitu
adanya disuse
osteoporosis yang berat pada tulang distal dan fraktur disertai
pembengkakan jaringan lunak dan rasa nyeri.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan
secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien,
merencanakan secara sistematis dan melaksanakannya serta mengevaluasi hasil
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Adapun tahapan dalam proses
keperawatan antara lain :

1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi / data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik
fisik, mental, sosial dan lingkungan.

a. Pengumpulan Data.
Meliputi

1. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku,
pendidikan, no register, diagnosa medis.

2. Keluhan Utama
Biasanya klien dengan fraktur akan mengalami nyeri saat beraktivitas /
mobilisasi pada daerah fraktur tersebut.

3. Riwayat Penyakit
- Riwayat Penyakit Sekarang.
Pada klien fraktur / patah tulang dapat disebabkan oleh trauma /
kecelakaan, degeneratif dan pathologis yang didahului dengan
perdarahan, kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri,
bengkak, kebiruan, pucat / perubahan warna kulit dan kesemutan.
- Riwayat Penyakit Dahulu.
Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang atau tidak
sebelumnya dan ada / tidaknya klien mengalami pembedahan
perbaikan dan pernah menderita osteoporosis sebelumnya.

- Riwayat Penyakit Keluarga.


Pada keluarga klien ada / tidak yang menderita osteoporosis, arthritis
dan tuberkolosis atau penyakit lain yang sifatnya menurun dan menular.

4. Pola-pola Fungsi Kesehatan.


- Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat.
Pada fraktur akan mengalami perubahan dan gangguan pada personal
hiegene, misalnya kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, ganti
pakaian, BAK dan BAB serta berolahraga sehingga dapat menimbulkan
masalah perawatan diri.
- Pola eliminasi
Kebiasaan miksi dan defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi,
dikarenakan imubilisasi, fases warna kuning dan konsistensi defekasi
padat . Pada miksi klien tidak mengalami gangguan, warna urin jernih,
buang air kecil 3 – 4 x/hari.

- Pola nutrisi dan metabolisme


Pada umumnya tidak akan mengalami gangguan penurunan nafsu
makan, meskipun menu berubah misalnya makan di rumah gizi tetap
sama sedangkan di rumah sakit disesuaikan dengan penyakit dan diet
klein.

- Pola aktivitas dan latihan


Aktivitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan dari fraktur
sehingga kebutuhan perlu dibantu baik oleh perawat atau keluarga,
misalnya kebutuhan sehari-hari, mandi, BAB, BAK dilakukan diatas
tempat tidur.
- Pola penanggulangan stres
Masalah fraktur dapat menjadi stres tersendiri bagi klien. Dalam hal ini
pola penanggulangan stress sangat tergantung pada sistem mekanisme
klien itu sendiri misalnya pergi kerumah sakit untuk dilakukan
perawatan.

- Pola sensori dan kognitif


Nyeri yang disebabkan oleh fraktur adanya kerusakan jaringan lunak
serta tulang yang parah dan hilangnnya darah serta cairan seluler ke
dalam jaringan. Hal ini yang menyebabkan gangguan sensori
sedangkan pada pola kognitif atau cara berfikir klien tidak mengalami
gangguan jiwa.

- Pola hubungan peran


Pola hubungan dan peran akan mengalami gangguan, jika klien sebagai
kepala rumah tangga / menjadi tulang punggung keluarga.

- Pola persepsi diri


Pada fraktur akan mengalami gangguan konsep diri karena terjadi
perubahan cara berjalan akibat kecelakaan yang menyebabkan patah
tulang dan klien takut cacat seumur hidup / tidak dapat kembali bekerja.

- Pola reproduksi dan seksual


Bila klien sudah berkeluarga dan mempunyai anak maka akan
mengalami pola seksual dan reproduksi, jika klien belum berkeluarga
klein tidak akan mengalami gangguan.

- Pola tidur dan istirahat


Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang
disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.
- Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada fraktur terutama fraktur akan mengalami perubahan / gangguan
dalam menjalankan sholat dengan cara duduk dan dilakukan diatas
tempat tidur.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan sakit pasien, tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital

b. Pemeriksaan Sistem Integumen.


Tidak ada perubahan yang menonjol pada sistem integumen seperti
warna kulit, adanya jaringan parut / lesi, tekstur kulit kasar dan suhu
kulit hangat serta kulit kotor.

c. Pemeriksaan Kepala Dan Leher.


Tidak ada perubahan yang menonjol pada kepala dan leher seperti
warna rambut, mudah rontok, kebersihan kepala, alupeaus, keadaaan
mata, pemeriksaan takanan bola mata (TIO), pemeriksaan visus,
adanya massa pada telinga, kebersihan telinga, adanya serumen,
kebersihan hidung, adanya mulut dan gigi, mulut bau adanya
pembengkakan pada leher, pembesaran kelenjar linfe atau tiroid.

d. Pemeriksaan Sistem Respirasi.


Tidak ada perubahan yang menonjol seperti bentuk dada ada tidaknya
sesak nafas, sura tambahan, pernafasan cuping hidung.

e. Pemeriksaan Kardiovaskuler.
Klien fraktur mengalami denyut nadi meningakat terjadi respon nyeri
dan kecemasan, ada tidaknya hipertensi, tachikardi perfusi jaringan
dan perdarahan akiobat trauma.

f. Pemeriksaan Sistem Gastro Intestinal.


Tidak ada perubahan yang menonjol seperti nafsu makan tetap,
peristaltik usus, mual, muntah, kembung.

g. Pemeriksaan Sistem Ganitourinaria.


Tidak ada perubahan yang menonjol seperti produksi urin, warna urin,
apakah ada hematovia / tidak, adakah disuria, kebersihan genital.

h. Pemeriksaan Sistem Muskuslukeletal.


Terdapat fraktur, Nyeri gerak, kekakuan sendi, bagaimana tonus
ototnya ada tidaknya atropi dan keterbatasan gerak, adanya karepitus.

i. Pemeriksaan Sistem Endokrin.


Tidak ada perubahan yang menojol seperti ada tidaknya pembesaran
thyroid / struma serta pembesaran kelenjar limfe.

j. Pemeriksaan Sistem Persyarafan.


Ada tidaknya hemiplegi, pavaplegi dan bagaimana reflek patellanya.

b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan meningkatkan data dan
menghubungkan tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk
menbuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan kepereawatan
pasien.

c. Diagnosa Keperawatan
Tahap akhir dari pengkajian adalah merumuskan diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan pernyatan / kesimpulan yang diambil dari
pengkajian tentang status kesehatan klien / pasien.

Berdasarkan analisa data, dirumuskan suatu diagnosa keperawatan sesuai


dengan prioritasnya yaitu sebagai berikut :

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) yang berhubungan dengan


terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan immobilisasi
3. Aktual / resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas jaringan atau kulit
berhubungan dengan luka, fraktur, pembedahan.
4. Gangguan psikologis (kecemasan / berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakitnya.
2. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan
keperawatan (Nursing Care Plan) yang merupakan tahap selanjutnya setelah
pengkajian dan penentuan diagnosa keperawatan (Nasrul Effendy, 1995 : 35).

1. Diagnosa I
Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) yang berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan.

Tujuan : Nyeri berkurang / hilang setelah diberikan tindakan asuhan


keperawatan.

Kriteria Hasil : Klien tidak mengeluh nyeri, klien tampak rileks, mampu
berpartisipasi dalam aktivitas istirahat dan tidur, klien
mampu melakukan teknik relaksasi.

Rencana Tindakan :

 Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab nyeri.


R/ Dengan memberikan penjelasan diharapkan klien tidak merasa cemas
dan dapat melakukan sesuatu yang dapat mengurangi nyeri.

 Kaji tingkat nyeri klien (lokasi, karakteristik dan durasi) serta respon
verbal dan non verbal pada klien yang mengisyaratkan nyeri.
R/ Mengevaluasi tingkat nyeri klien dapat mendeteksi gejala dini yang
timbul sehingga perawat dapat memilih tindakan keperawatan
selanjutnya serta mengkaji respon verbal dan non verbal klien dapat
diketahui intervensi kita berhasil atau tidak.
 Ajarkan pada klien cara pengurangan nyeri misalnya memijat atau
merubah posisi.
R/ Memijat / merubah posisi dapat membantu sirkulasi yang menyeluruh
dan dapat menurunkan tekanan lokal dan kelemahan otot sehingga
mengurangi nyeri.

 Pertahankan immobilisasi / bedrest karena adanya trauma / patah tulang /


pemasangan traksi.
R/ Immobilisasi / bedrest dapat meringankan nyeri dan mencegah
displacement tulang / eksistensi jaringan luka.

 Observasi tanda-tanda vital.


R/ Observasi tanda-tanda vital dapat diketahui keadaan umum klien.

 Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan yang di


indikasikan yaitu anal gesik dan pelemas otot.
R/ Obat analgesik diharapkan dapat mengurangi nyeri dan obat pelemas
otot diharapkan dapat melemaskan otot.

2. Diagnosa Keperawatan II
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan immobilitas.

Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap.

Kriteria Hasil : Klien dapat bergerak secara maksimal, klien dapat


mempertahankan fungsi tubuh secara maksimal, klien
dapat menambahkan kekuatan / fungsi dari pada bagian
tubuh yang berpengaruh (fraktur).

Rencana Tindakan :

 Observasi keterbatasan gerak klien dan catat respon klien terhadap


immobilisasi.
R/ Dengan observasi dapat diketahui seberapa jauh tingkat perubahan
fisik klien (keterbatasan gerak) dan bagaimana respon / persepsi klien
tentang gambaran dirinya.

 Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam aktivitas dan pertahankan


stimulasi lingkungan antara lain TV, Radio dan surat kabar.
R/ Dapat memberi kesempatan pasien untuk mengeluarkan energi,
memfokuskan perhatian, meningkatkan rangsangan control diri pasien
dan membantu dalam menurunkan isolasi sosial.

 Ajarkan pada klien untuk berlatih secara aktif / pasif dari latihan ROM.
R/ Dapat menambah aliran darah ke otot dan tulang melakukan gerakan
sendi dapat mencegah kontruktur / atropi.

 Monitor tekanan darah dan catat masalah sakit kepala.


R/ Hipertensi postural adalah masalah umum yang mengurangi bedrest
lama dan memerlukan tindakan khusus.

 Konsultasikan dangan ahli terapi fisik / spesialis, rehabilitasi.


R/ Konsultasi dengan ahli terapi / spesialis rehabilitasi dapat menciptakan
program aktivitas dan latihan individu.

3. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakanm realisasi dari pada rencana
tindakan kepereawatan yang telah ditetapkan, meliputi tindakan dependent, inter
dependent. Pada pelaksanaan terdiri dari bebereapa kegitan, validasi, rencana
keperawatan, mendokumentasikan keperawatan, memberikan asuhan
keperawatan dan pengumpulan data.

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan.

Ada tiga alternatif dalam evaluasi :


a. Masalah teratasi, jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan waktu
dan tanggal yang telah ditentukan sesuai dengan pernyataan tujuan.
b. Masalah teratasi sebagian, jika klien mampu menunjukkan prilaku tetapi tidak
seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan.
Masalah tidak teratasi, jika klien tidak mampu sama sekali menunjukkan
prilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Amin Huda Nurarif, S.Kep.Ns, dkk, 2015, NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC
2. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah, EGC, Jakarta.
3. Grace, Pierce & Neil Borley. 2007. At A Glance: Ilmu Bedah, edisi III. Erlangga,
Jakarta
4. Mansjoer, Arief ,2000, Kapita Selekta Kedokteran.edisi II, Aeschepalus, Jakarta
5. Rasad, Sjahriar. 2008. Radiologi Diagnostik, edisi II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
6. Susan Martin Tucker, dkk, 1995, Standart Keperawatan Pasien, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
7. Nasrul Effendi, 1995, Pengatar Proses Keperawatan, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
PATHWAY

Kecelakaan, trauma, osteoporosis

F. tertutup Trauma pada Fraktur terbuka


Wrist
Bengkak tekanan Pembuluh darah, Kontak dengan Gx neuro
meningkat syaraf jaringan lunak lingkungan luar vaskuler
rusak
Denyut nadi menurun Darah mengalir Resiko infeksi Kerusakan
para lysis nyeri hebat kedaerah fraktur integritas
kulit
Menekan jaringan Pertumbuhan bacteri
Nyeri
sekitar pembuluh
darah Resiko infeksi
Iskemia
Imobilisasi
Lemak keluar ke
Kontraktur
pembuluh darah

Jaringan tulang Emboli Kerusakan Kerusakan


nekrosis integritas mobilitas
- Nadi menurun kulit fisik
Necrosis merangsang - Stenosis
- Sesak
terjadinya peradangan
BAB III
KESIMPULAN
Fraktur Metakarpal adalah fraktur yang terjadi pada ujung jari karena trauma pada
sendi interfalang, atau terjadi pada metacarpal karena karena tidak tahan terhadap
trauma
langsung ketika tangan mengepal dan dislokasi basis metacarpal I.
Ada 3 jenis fraktur metacarpal, yaitu :
1. Baseball Finger (Mallet Finger), fraktur dari basis falang distal pada insersio dari
tendon ekstensor
2. Boxer Fracture (Street Fighter’s Fracture), fraktur kolum metakarpal V, dan posisi
kaput metakarpal angulasi ke volar/palmar.
3. Bennett Fracture, fraktur dislokasi basis metakarpal I.
Proses penyembuhan pada fraktur tulang ada 4, yaitu :
1. Penyembuhan fraktur pada tulang rawan sendi, ada 5 fase :
 Fase remodeling
 Fase proliferasi seluler sub periosteal dan endosteal
 Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis).
 Fase konsolidasi (fase union secara radiologi).
 Fase hematoma
2. Penyembuhan fraktur pada tulang spongiosa
3. Penyembuhan fraktur pada lempeng epifisis
14
4. Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal

Komplikasi fraktur ada 3, yaitu :


1. Mal-Union
2. Delayed Union
3. Non Union
4. Osteomielitis
5. Nekrosis Avaskular
6. Atrofi Sudeck
15
16

of 16

Anda mungkin juga menyukai