REPRODUKSI DAN KB
OLEH :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Evidence Based Dalam
Kesehatan Reproduksi dan KB
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
PENDAHULUAN
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah
penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh,
eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan
pasien perseorangan (Sackett et al,1997).
c. 30-42 hari
i. Dengan faktor 3 Klasifikasi:
resiko TEV Untuk wanita dengan faktor resiko TEV,
lainnya akan meningkat menuju klasifikasi ―4,
(seperti umur contohnya,
≥ 35 tahun, merokok, Trombosis Vena Dalam, yang
riwayat TVE diketahui sebagai mutasi thrombogenik
sebelumnya ,thr dan kardiomiopati peripartum.
ombofilia, Bukti:
immobilitas, Tidak terdapat bukti langsung mengenai
transfuse saat resikoTEV pada wanita postpartum yang
persalinan, IMT menggunakan KHK.Resiko TEV
≥30. meningkat selama kehamilan dan masa
Perdarahan postpartum; resiko ini utamanya
postpartum, ditemukan pada minggu pertama setelah
postcaesar, pre- persalinan, menurun ke arah normal
eklampsi, atau 2 setelah 42 hari persalinan. Penggunaan
merokok) KHK, yang meningkatkan resiko TEV
pada wanita usia reproduksi yang sehat
dapat menimbulkan resiko tambahan jika
digunakan pada masa ini.
ii. Tanpa Resiko
TEV lainnya
c. > 42 hari 2
Keterangan:
TEV = Tromboemboli vena; KHK = Kontrasepsi Hormonal Kombinasi; IMT
= Indeks Massa Tubuh (Berat [Kg]/ Tinggi [m2] ; KOK = Kontrasepsi Oral
kombinasi.
*Kategori: 1 = kondisi dimana tidak terdapat pembatasan terhadap penggunaan
kotrasepsi, 2 = kondisi dimanakeuntungan penggunaan kontrasepsi umumnya
lebih besar dari resiko teoritis dan yang ditemukan, 3 = kondisi dimana resiko
penggunaan kontrasepsi yang ditemukan lebih besar dibandingkan
keuntungannya, 4 = kondisi dimana ibu tidak dapat menggunakan kontrasepsi
jenis apapun.
†Rekomendasi untuk ibu menyusui dibagi sesuai bulan berdasarkan US MEC,
2010. Rekomendasi ini dibagi berdasarkan hari untuk tujuan penggabungan
dengan rekomendasi postpartum.
Dalam penilaian kesehatan resiko seorang wanita harus mempertimbangkan
karakteristik serta kondisi medis yang dimiliki wanita tersebut. Untuk wanita
postpartum, pemeriksaan ini meliputi penelusuran resiko TEV, misalnya mutasi
trombogenik (kategori 4) atau riwayat TEVdengan faktor resiko rekurensi
(kategori 4), yang keduanya merupakan resiko yang membatasi penggunaan
kontrasepsi hormonal kombinasi, baik pada wanita postpartum ataupun tidak.
Rekomendasi Penggunaan Kontrasepsi Lainnya Selama Masa
Postpartum
Rekomendasi penggunaan kontrasepsi lainnya, termasuk kontrasepsi hormonal
progestin tunggal, tidak ada perubahan dan terdapat banyak pilihan kontrasepsi
lainnya yang baik untuk wanita postpartum (tabel 3). Metode kontrasepsi
tunggal (progestin), yang dalam bentuk pil, injeksi depot medroxy progesterone
asetat, dan implant, cukup aman untuk wanita postpartum,termasuk wanita yang
menyusui, dan dapat dimulai sesegera mungkin setelah melahirkan (kategori 1
dan 2). AKDR, yang dalam bentuk levonorgestrel dan copper-bearing, juga
dapat diinsersi selama masa postpartum, sesegera mungkin setelah persalinan
(kategori 1 dan 2) dan tidak memiliki komplikasi. Namun, laju ekspulsi AKDR
lebih tinggi ketika insersi dilakukan dalam 28 hari setelah persalinan, dimana
lajunya akan menetap sampai masa 6 bulan postpartum sehingga hal ini
mengharuskan adanya penundaan penggunaan jenis kontrasepsi ini. Kondom
dapat digunakan kapan saja (kategori 1), dan cincin vagina dapat dimulai pada
saat 6 minggu setelah persalinan (kategori 1 setelah 6 minggu). Selain itu, wanita
yang telah memiliki jumlah anak yang cukup dapat dipertimbangkan tindakan
sterilisasi. Kontrasepsi setelah persalinan cukup penting untuk menjaga
kesehatan ibu dan anak, dan edukasi yang diberikan berfokus pada pilihan
kontrasespsinya serta tingkat keamanan dalam pemakaian metode ini selama
masa postpartum.
Bila pada IUD efek kontrasepsi berasal dari lilitan tembaga dan dapat
efektif selama 8-10 tahun maka pada IUS efek kontrasepsi didapat
melalui pelepasan hormon progestogen dan efektif selama 5 tahun.
Baik IUD dan IUS mempunyai benang plastik yang menempel pada
bagian bawah alat, benang tersebut dapat teraba oleh jari didalam
vagina tetapi tidak terlihat dari luar vagina.
IUS merupakan modifikasi atau pembaharuan dari kontrasepsi
IUD,oleh karena itu IUS mempunyai banyak kelebihan dibanding
tembaga IUD. Beberapa keunggulan IUS dibandingkan dengan IUD
antara lain IUS lebih efektif mencegah kehamilan. Siklusnya menjadi
lebih ringan, cepat, dan mengurangi nyari atau tidak terlalu
menyakitkan. Cara kerja IUS hanya pada jalur endometrial,
mengingat hormon dilepaskan dari sistem tersebut. Tambahan
mekanisme yakni tebalnya lendir serviks yang mengurangi timbulnya
infeksi pelviks.
F. Critical Thingking
Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah
yang dilakukan oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan
memaksakan standar yang tinggi atas intelektualitas mereka. Dapat juga
diartikan sebagai proses berfikir secara aktif dalam menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dan atau dihasilkan
melalui observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai
acuan dalam meyakini suatu konsep dan atau dalam melakukan tindakan.
Dalam pelaksanaannya, hal ini didasarkan pada nilai-nilai universal intelektual
yang melampaui cabang suatu ilmu yang meliputi: kejelasan, akurasi, presisi,
konsistensi, relevansi, bukti suara, alasan yang baik, kedalaman, luasnya ilmu,
dan keadilan.
Singkatnya, tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize
assumptions, Evaluate arguments dan Draw conclusions) = mengenali
masalah, menilai beberapa pendapat, dan menarik kesimpulan. Dalam
menyimpulkan hasil pemikiran kritis, diperlukan upaya gigih untuk memeriksa
setiap keyakinan atau pemahaman akan pengetahuan berdasarkan dukungan
bukti ilmiah (evidence based) yang mendukung kecenderungan pengambilan
kesimpulan tersebut.
Proses berfikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan. Sehingga, apabila
bidan memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan menerapkan prinsip-
prinsip manajemen kebidanan dengan sistematis dan terpola, maka bidan
tersebut telah menerapkan proses berfikir kritis. Penerapan dalam asuhan
kebidanan ibu hamil adalah dengan melaksanakan antenatal care sesuai dengan
program yang telah disepakati sebagai upaya pencegahan dan penanganan
secara dini penyulit dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat
kehamilan, dengan menerapkan manajemen kebidanan, sehingga diharapkan
proses kehamilan dapat berjalan dengan baik, ibu dapat melahirkan bayinya
dengan sehat dan selamat.
Marimbi, Hanum. 2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Mitra
Cendikia : Jogjakarta PERMENKES 1464/MENKES/PER/X/2010
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-
based-kebidanan-dalam.html#ixzz2JHRI1r1B
http://blogdiahcungir.blogspot.co.id/2013/05/evidence-based-jenis-
kontrasepsi-intra.html
Sumber:MidwifeEducation
https://dinikomalasari.wordpress.com/2014/09/20/381/
Sitohang,Kasdin.dkk.2012. Critical Thinking Membangun Pemikiran
Logis.Jakarta: Sinar Harapan