Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Trombositopenia atau defisiensi trombosit, merupakan keadaan
dimana trombosit dalam sistim sirkulasi jumlahnya dibawah normal (150.000-
350.000/µl darah) (Guyton dan Hall, 2007). Trombositopenia biasanya dijumpai pada
penderita anemia, leukemia, infeksi virus dan protozoa yang diperantarai oleh sistem
imun (Human Infection Virus, demam berdarah dan malaria
. Trombositopenia disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah kegagalan
produksi trombosit, peningkatan konsumsi trombosit, distribusi trombosit abnormal,
dan kehilangan akibat dilusi. Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakariosit,
yaitu sel yang sangat besar dalam susunan hemopoietik dalam sumsum tulang
belakang yang memecah menjadi trombosit, baik dalam sumsum tulang atau segera
setelah memasuki darah, khususnya ketika mencoba untuk memasuki kapiler paru.
Konsentrasi normal trombosit dalam darah adalah antara 150.000-350.000/µL
(Guyton dan Hall, 2007).
Darah terdiri dari beberapa komponen" yaitu sel darah merah eritrosit
seldarah putih leukosit, keping darah trombosite dan plasma. Kadang-kadang tidak
semua komponen darah tersebut dibutuhkan oleh pasien. Misalnya pasien yang
terkena demam berdarah hanya membutuhkan trombosit saja. selain it volume
transfusi juga harus diperhatikan. pasien yang masih anak-anak volume
transfusi yang diberikan tidak sama dengan volume transfusi yang diberikan kepada
orang dewasa, oleh karena itu darah utuh lebih baik dipisahkan menjadi komponen-
komponen darah
Beberapa macam transfusi trombosit yang kita ketahui adalah transfusi
trombosit konsentrat (TC) dari whole blood yang sering juga disebut sebagai random
donor platelets (RDP) dan transfusi trombosit apheresis yang disebut juga single
donor platelets (SDP) atau platelets apheresis (Cable dkk., 2007; Sherrill dkk., 2007).
Transfusi trombosit random donor merupakan pilihan transfusi trombosit yang sudah
umum dilakukan di pusat pelayanan kesehatan, dan transfusi ini mengandung 0,5 -
0,75 x 1011 sel trombosit per unit (Schiffer dkk., 2001)
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah agar dapat memperoleh informasi

dan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada bayi dengan penyakit trombositopeni

2. Tujuan khusus

a) Mengetahui konsep dasar teori trombositopeni, meliputi definisi, etiologi,

patofisiologi, klasifikasi, dan komplikasi

b) Mengetahui konsep dasar penyaki ttrombositopeni pada bayi, meliputi definisi,

etiologi, patofisioligi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic,

komplikasi, dan penatalaksanaan

c) Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada bayi dengan trombositopeni

Mampu menerapkan di lapangan asuhan keperawatan pada bayi dengan

trombositopeni

C. Ruang Lingkup Penulisan

Asuhan keperawatan pada By. Ny. I dengan penyakit trombositopeni di ruang

Kemuning RSAB Harapan Kita Jakarta yang dilakukan pada tanggal 22-24 juli 2015.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini menggunakan

metode diskriptif, dimana menggambarkan kasus yang merupakan pengalaman nyata

dalam merawat pasien dengan masalah trombositopeni. Dengan cara memperoleh data dan

informasi melalui wawancara dengan keluarga, observasi, pengkajian dengan melakukan

penmeriksaan fisik, serta studi dokumentasi dengan melihat data status bayi yang berupa

catatan medis dan pemeriksaan diagnostik serta catatan perkembangan pengawasan

terintegrasi.
E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan laporan ini dimulai dengan kata pengantar

diikuti dengan BAB I yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup

penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II berisikan tentang tinjauan

teoritis yang terdiri dari konsep dasar medis, yaitu defenisi, etiologi, manifestasi klinis,

patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan, serta konsep

dasar asuhan keperawatan. BAB III terdiri dari tinjauan kasus, BAB IV berisikan tentang

pembahasan kasus, serta BAB V yang terdiri dari kesimpulan dan saran, daftar pustaka,

dan lampiran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Trombosit
a. Definisi trombosit

Kepingan darah (trombosit) adalah sel tak berinti, berbentuk cakram


dengan diameter 2-4 µm. Keping darah berasal suatu megakariosit yang terdapat
dalam sumsum tulang (Junqueira dan Carneiro, 1995). Trombosit dibentuk di
sumsum tulang dari megakariosit, yaitu sel yang sangat besar dalam susunan
hemopoietik dalam sumsum tulang belakang yang memecah menjadi trombosit,
baik dalam sumsum tulang atau segera setelah memasuki darah, khususnya ketika
mencoba untuk memasuki kapiler paru. Konsentrasi normal trombosit dalam
darah adalah antara 150.000-350.000/µL (Guyton dan Hall, 2007).

Prekursor megakariosit-megakarioblas, timbul dengan proses diferensiasi dari


sel asal hemopoitik. Megakariosit matang dengan proses replikasi endomitotik inti
secara sinkron, yang memperbesar volume sitoplasma saat jumlah inti bertambah
dua kali lipat. Pada tingkat bervariasi pada perkembangan, terbanyak pada
stadium 8 inti, replikasi inti lebih lanjut dan pertumbuhan sel berhenti, sitoplasma
menjadi granular dan selanjutnya trombosit dibebaskan. Setiap megakariosit
menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval waktu dari deferensiasi sel asal
(stem cell) sampai dihasilkan trombosit sekitar 10 hari pada manusia (Hoffbrand,
dkk., 2007).

Salah satu komponen darah trombocyte concentrate (TC) memiliki


peranan penting dalam terapi perdarahan akibat trombositopenia,kerusakan fungsi
trombosit, dan pencegahan perdarahan trombositopeni akibat kegagalan sumsung
tulang.( The clinical Use of Blood,2001)
b Sirkulasi trombosit

Volume rata-rata trombosit 5,8fl. Volume berkurang saat matang di


dalam sirkulasi. Trombosit muda mempunyai waktu 24 sampai 36 jam di
dalam limfa setelah dibebaskan dari sumsum tulang. Sepertiga dari
pengeluaran trombosit oleh sumsum tulang dapat dijerat dalam satu waktu
dalam satu limfa normal (Hoffbrand, dkk., 2007). Trombosit merupakan
struktur yang aktif. Waktu paruh hidupnya di dalam darah 8-12 hari, setelah
itu proses fungsionalnya berakhir. Setelah waktu 4 paruh trombosit berakhir,
trombosit kemudian diambil dari dalam sirkulasi (Guyton dan Hall, 2007).

c. Struktur trombosit
Trombosit mempunyai banyak ciri khas yang fungsional sebagai
sebuah sel, walaupun tidak mempunyai inti dan tidak dapat berproduksi. Di
dalam sitoplasma terdapat factor-faktor aktif seperti (1) molekul aktif dan
myosin, sama seperti yang terdapat dalam sel-sel otot, juga protein kontraktil
lainnya, yaitu trombostenin yang dapat menyebabkan trombosit berkontraksi;
(2) sisa-sisa retikulum endoplasma dan apparatus golgi yang mensintesis
berbagai enzim dan menyimpan sejumlah besar ion kalsium; (3) mitokondria
dan sistem enzim yang mampu membentuk adenosine trifosfat (ATP) dan
adenosine difosfat (ADP); (4) sistem enzim yang mensintesis prostaglandin,
yang merupakan hormon setempat yang menyebabkan berbagai jenis reaksi
pembuluh darah dan reaksi jaringan setempat lainnya; (5) suatu protein
penting yang disebut faktor stabilisasi fibrin; (6) faktor pertumbuhan yang
dapat menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh
darah dan fibroblast, sehingga dapat menimbulkan pertumbuhan seluler yang
akhirnya memperbaiki dinding pembuluh yang rusak (Guyton dan Hall, 2007).
Pada permukaan membran sel trombosit terdapat lapisan glikoprotein yang
menyebabkan trombosit menghindari perlekatan pada endotel normal dan
melekat pada daerah dinding pembuluh darah yang terluka, terutama sel-sel
endotel yang rusak, dan bahkan melekat pada jaringan kolagen yang terbuka di
bagian pembuluh darah. Selain itu membran mengandung banyak fosfolipid
yang berperan dalam mengaktifkan berbagai hal dalam proses pembekuan
darah (Guyton dan Hall, 2007).
d. Fungsi trombosit

Trombosit berperan penting dalam usaha tubuh untuk mempertahankan


jaringan bila terjadi luka. Trombosit ikut serta dalam menutup luka, sehingga
tubuh tidak mengalami kehilangan darah dan terlindungi dari penyusupan benda 5
dan sel asing (Sadikin, 2001).

Pada waktu bersinggungan dengan permukaan pembuluh yang rusak, maka


sifat-sifat trombosit segera berubah secara drastis yaitu trombosit mulai
membengkak, bentuknya menjadi irregular dengan tonjolan-tonjolan yang
mencuat dari permukaannya; protein kontraktilnya berkontraksi dengan kuat dan
menyebabkan pelepasan granula yang mengandung berbagai faktor aktif;
trombosit menjadi lengket sehingga melekat pada serat kolagen; mensekresi
sejumlah besar ADP; dan enzim-enzimnya membentuk tromboksan A2, yang juga
disekresikan ke dalam darah. ADP dan tromboksan kemudian mengaktifkan
trombosit yang berdekatan, dank arena sifat lengket dari trombosit tambahan ini
maka akan menyebabkan melekat pada trombosit semula yang sudah aktif
sehingga membentuk sumbat trombosit. Sumbat ini mulanya longgar, namun
biasanya dapat berhasil menghalangi hilangnya darah bila luka di pembuluh darah
yang berukuran kecil. Setelah itu, selama proses pembekuan darah, benang-
benang fibrin terbentuk dan melekat pada trombosit, sehingga terbentuklah
sumbat yang rapat dan kuat (Guyton dan Hall, 2007).

e. Cara menghitung trombosit

Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar dibedakan
dari sel-sel darah yang lain. Trombosit cenderung melekat pada permukaan asing
(bukan endotel utuh) dan menggumpal-gumpal (Gandasoebrata, 2004).

Metode yang lazim digunakan untuk menghitung trombosit adalah metode


manual dan metode otomatis. Metode manual menggunakan larutan Rees Ecker.
Metode manual dilakukan dengan perhitungan jumlah trombosit melelui
pengamatan di bawah mikroskop. Automated Hematology Analyzer merupakan
alat yang dapat menghitung profil lengkap darah secara otomatis. Keuntungan
metode ini adalah dapat menghitung profil darah lengkap dengan cepat dan hasil
yang di dapatkan lebih akurat daripada metode manual, sehingga pada penelitian
ini menggunakan metode otomatis. Tabung yang berisi EDTA didekatkan dengan
jarum penghisap sampel, ditekan tombol penghisap sampel selanjutnya tes akan
berjalan secara otomatis. Hasil tes tampak pada kertas print out (Afida, 2005).

2. Trombositopenia

Trombositopenia atau defisiensi trombosit, merupakan keadaan dimana


trombosit dalam sirkulasi jumlahnya di bawah normal (150.000-350.000/µL
darah).

Penderita trombositopenia cenderung mengalami pendarahan yang biasanya


berasal dari venula-venula atau kapiler-kapiler kecil. Akibatnya, timbul bintik-
bintik perdarahan di jaringan tubuh. Pada kulit penderita menampakkan bercak-
bercak kecil berwarna ungu, sehingga disebut dengan trombositopenia purpura
(Guyton dan Hall, 2007).

Trombositepenia neonatal merupakan penyakit yang di dapat atau diturunkan


dan kemungkinan primer akibat peningkatan penghancuran trombosit dan
gangguan produksi. Hal ini penting diketahui karena berhubungan dengan
timbulnya perdarahan dan penatalksanaan (Lubis,2010)

a. Purpura trombositopenia autoimun

Perjalanan klinik purpura yang disertai trombositopenia autoimun


(Immune Trombocytopheni Purpura, ITP) dapat bersifat akut atau kronik.
Bentuk akut biasanya ditemukan pada anak-anak. Insiden pada pria dan wanita
adalah sama. Riwayat infeksi virus 1-3 minggu sebelumnya. Gejala
perdarahan bersifat mendadak dan remisi spontan pada 80% kasus. Bentuk
yang kronis paling sering terjadi pada oaring dewasa, jarang ada riwayat
infeksi sebelumnya, wanita lebih sering terkena daripada pria. ITP orang
dewasa bermula secara perlahan-lahan dan jarang mereda secara spontan
(Handayani dan Sulistyo, 2008). Penyebab tampaknya adalah suatu antibodi
yang diarahkan terhadap antigen yang berhubungan dengan trombosit
(Woodley dan Whelan, 1995).
b. Trombositopenia yang berhubungan dengan heparin
Kelainan ini terjadi pada 10% pasien penerima heparin. Kelainan ini
sering ditemukan pada pasien hitung trombosit rutin dan jarang menyebabkan
perdarahan yang bermakna. Trombositopenia yang berkaitan dengan heparin
biasanya terjadi dalam minggu pertama terapi, pada pasien yang sebelumnya
memekai heparin. Trombositopenia ini dapat terjadi setelah pemberian heparin
intravena atau subkutan.

c. Purpura trombositopenik trombotik


Purpura trombositopenik trombotik (TTP) jarang dijumpai dan
ditandai dengan trombositopenia, anemia hemolitik mikroangiopati,
kelainan neurologi yang berfluktuasi, sering ditandai dengan demam dan
gangguan ginjal. Penyebabnya tidak dikenal, tetapi sekitar setengah
jumlah pasien mempunyai riwayat penyakit virus yang belum lama
terjadi. Kelainan ini menyerang semua kelompok usia, dan insiden antara
pria dan wanita adalah sama (Woodley dan Whelan, 1995).
d. Trombositopenia akibat pengaruh obat
Penyakit ini didiagnosis dengan mencatat hubungan waktu antara
pemberian obat dan mulai timbulnya trombositopenia. Pengurangan
produksi trombosit dikaitkan dengan penggunaan diuretik tiazid, etanol,
esterogen, trimetropim-sulfamethoxazol, dan agensia kemoterapi.
Peningkatan perusakan trombosit diduga terjadi pada pasien yang diberi
obat quinine, quinidine, heparin, garam-garam emas, rifampin dan
sulfonamida (William, et al., 1990).
e. Kelainan lain yang berhubungan dengan trombositopenia
Penyebab-penyebab trombositopenia yang lain meliputi DIC
(disseminated intravascular coagulation), defisiensi asam folat, infiltrasi
sumsum tulang akibat penyakit myelophthisic (misalnya tuberkulosis,
karsinoma metastatik, myelofibrosis), penyakit-penyakit hematopoitik
primer misalnya leukemia, anemia aplastika dan berbagai macam infeksi
virus dan bakteri (Guyton dan Hall, 2007)
2. Etiologi
Penyebab trombositopenia pada neonatus sangat bervariasi,pada
sebagian besar kasus,penyebab dasar ditentukan oleh pola
trombositopenia (waktu terjadinya,derajat berat,lama berlangsung dan
respon terhadap tranfusi) dan gejala klinis yang terjadi.

3. Tranfusi darah
a.Pengertian
Penggantian darah atau tranfusi darah adalah suatu pemberian darah
lengkap ataukomponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan atau
trombosit melalui IV. Meskipun tranfusi darah penting untuk mengembalikan
homeostasis, tranfusi darah dapat membahayakan. Banyak komplikasi dapat
ditimbulkan oleh terapi komponen darah,contohnya reaksi hemolitik akut yang
kemungkinan mematikan, penularan penyakitinfeksi dan reaksi demam.
Kebanyakan reaksi tranfusi yang mengancam hidup diakibatkan oleh
identifikasi pasien yang tidak benar atau pembuatan label darah atau
komponen darah yang tidak akurat, menyebabkan pemberian darah yang
inkompatibel.
Pemantauan pasien yang menerima darah dan komponen darah dan
pemberian produk-produk ini adalah tanggung jawab keperawatan. Perawat
bertanggung jawab untuk mengkali sebelum dan selama tranfusi yang
dilakukan. Apabila klien sudah terpasang selang IV, perawat harus mengkaji
tempat insersi untuk melihat tanda infeksi atau infilrasi. Transfusi darah
adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darahdari satu orang ke
sistem peredaran orang lainnya.
Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan
darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi,syok dan tidak
berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Seaksi transfuse adalah reaksi
yang terjadi selama tranfusi darah yang tidak diinginkan berkaitan dengan
tranfusi itu. sejak dilakukannya tes komatibilitas untuk menentukan adanya
antibody terhadapantigen sel darah merah, efek samping transfusi umumnya
disebabkan oleh leokosit ,trombosit dan protein plasma. Gejala bervariasi
mungkin tidak terdapat gejala atau gejalanya tidak jelas, ringan samapi berat.
Saat transfusi darah dilakukan, pembuluh darah vena ditusuk dengan sebuah
jarum kecil terbuat dari bahan elastis. Jarum tersebu tterhubung dengan infus
set. Melalui infus set dan jarum tersebut, darah disalurkan kedalam tubuh.
Prosedur transfusi darah biasanya memakan waktu sampai beberapa
jam,tergantung berapa banyak darah yang mesti ditransfusikan.

3. Etiologi
Penyebab trombositopenia pada neonatus sangat bervariasi,pada
sebagian besar kasus,penyebab dasar ditentukan oleh pola
trombositopenia (waktu terjadinya,derajat berat,lama berlangsung dan
respon terhadap tranfusi) dan gejala klinis yang terjadi.

4. Patofisiologi

5. Manifestasi kilinik
Trombositopenia merupakan salah satu kelainan hemostatik yang sering
ditemukan pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Gejala yang
terdapat pada bayi mulai tanpa tanda gejala,perdarahan mukokutanius ringan
hingga PIV berat.
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu kegiatan pemeriksaan dan peninjauan terhadap
situasi yang dihadapi oleh klien untuk tujuan perumusan masalah. Ruang
lingkup pengkajian terdiri dari :
1. Identitas data
Biodata klien : umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
suku bangsa, alamat, no MR, tanggal masuk, diagnosa
medis
Biodata orang tua penanggung jawab : nama, umur,
pekerjaan, alamat, suku bangsa, agama
Riwayat antenatal : apakah pada riwayat kehamilan ibu
klien terdapat kelainan atau keluhan yang dapat
memperberat keadaan ibu dan proses persalinan serta
mengetahui tempat dan jumlah frekuensi pemeriksaan
kehamilan yang dilakukan.
Apakah ibu mempunyai penyakit-penyakit yang merupakan
faktor pencetus terjadinya kejang seperti kehamilan ganda,
toksemia, riwayat hipertensi, apakah ibu ada riwayat DM,
peminum alcohol, perokok atau pengguna obat-obatan
tertentu.
Riwayat kelahiran
Proses persalinan ditolong oleh siapa, apakah berlangsung
secara normal atau memerlukan bantuan alat atau operasi.
Perlu juga diperhatikan apgar scor, warna ketuban, dan
tindakan yang sudah dilakukan seperti tindakan resusitasi,
pemberian Vit K dan obat tetes mata.
Riwayat penyakit sebelumnya
Merupakan gambaran sebelum bayi masuk kedalam
ruangan, apabila bayi langsung masuk keruangan, dan
sebelumnya tidak pernah masuk keruangan atau rs lain juga
perlu didokumentasikan.
Diantaranya hal-hal yang perlu ditanyakan tentang riwayat
sebelum masuk keruangan, apakah rujukan dari suatu
poliklinik, rumah bersalin, puekesmas atau rs. Pernah
masuk ke ruang intensif berapa lama dan bagaimana
keadaan saat masuk juga saat keluar intensif.
Riwayat penyakit sekarang
a. Sistem respirasi
Pernafasan takipnue
Pola nafas tidak teratur
Retraksi interkostal, substernal
Pernafasan cuping hidung
Grunting
Adakah ronchi
Bentuk dada simetris atau tidak
Adanya periode apnue
b. Sistem kardiovaskuler dan sirkulasi
Bradikardi atau takikardi
Tekanan darah rendah
Sianosis sentral atau perifer
Adakah perdarahan atau oedem
Denyut nadi pemoralis kiri dan kanan teraba
Pemeriksaan CRT
Pemeriksaan auskultasi didapatkan bunyi
jantung s2 lebih kuat dibanding s1
Terdengar atau tidak adanya bunyi murmur
Saturasi oksigen beriksar antara 88-92%
c. Sistem termoregulasi
Kulit bayi teraba dingin
Akral dingin
Suhu badan mencapai suhu normal
Adakah kebiruan pada ujung-ujung ekstremitas
bayi

d. Sistem gastrointestinal
Pantau bentuk dan tekstur abdomen
Kaji adanya bising usus yang lemah
Reflex hisap dan reflex menelan lemah
Adakah muntah atau residu
Kaji kebutuhan nutrisi
e. Sisten neurosensorik
Kesadaran bayi
Respon bayi terhadap nyeri
Pergerakan motorik
Reflex pupil
Adakah kejang
f. Sisten integument
Adakah sianosis
Warna kulit
Turgor
Integritas
g. Sistem eliminasi
Warna urin
Jumlah
h. Sistem reproduksi
Pada laki-laki kelamin tampak pigmentasi dan
rugae pada skrotum banyak, testis sudah turun
ke dalam skrotum

Pada wanita klitoris tidak menonjol, labia


minora sudah tertutup labia mayora

i. Psikososial
Persepsi orang tua bayi terhadap kesehatan
bayinya saat ini biasanya orang tua tampak
cemas
Harapan orang tua terhadap kesehatan anaknya
saat ini
Mekanisme dan koping digunakan, dan tingkat
pengetahuan orang tua terhadap penyakit yang
diderita anaknya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Resiko Perdarahan

C. Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif
Tujuan: Manajemen pola nafas
Intervensinya:
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Pasang oroparingeal airway bila perlu
- Monitor respirasi dengan status O2
- Kolaborasi pemberian oksigen
- Kolaborasi pemasangan ETT dan ventilator mekanik
2. Berihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan: Manajemen jalan nafas
Intervensinya:
- Buka jalan nafas gunakan teknik chinlift bila perlu
- Pastikan kebutuhan oral atau trakheal suctioning auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah suction
- Informasikan pada keluarga tentang suction
- Melakukan pengisapan lendir dari mulut dan hidung
- Monitor saturasi oksigen
- Kolaborasi melakukan inhalasi
3. Resiko Perdarahan
Tujuan : Manajemen cairan
Intervensinya :
- Mengkaji penyebab perdarahan
- Memonitor tanda-tanda vital
- Mengukur CRT
- Memonitir tanda-tanda syok
- Melakukan kolaborasi pemberian cairan parental
- Melakukan kolaborasi pemberian oksigen
- Melakukan kolaborasi ptranfusi darah
- Melakukan kolaborasi pemeriksaan laboratorium(hb,ht,trombosit)

D. Implementasi

Rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik, pelaksanaan tindakaN


keperawatan meliputi :

1.Tindakan independen

Merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk atau


perintah dari tenaga kesehatan lain

2. Tindakan interdependen
Meruapakan tindakan yang dilaksanakan oleh perawat yang memerlukan kerja
sama dengan tenaga kesehatan lainnya, seperti dokter, petugas laboratorium,
petugas radiologi dll.
3. Tindakan yang pelaksanaannya berhubungan dengan rencana tindakan medis

E. Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana diagnosa keperawatan, perencanaan dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai.Ada dua komponen untuk mengevaluasi
tindakan keperawatan yaitu :
1. Proses
Merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi
dengan respon segera
2. Hasil
Meruapakan perubahan perilaku atau status kesehatan pasien pada
akhir tindakan keperawatan.
Pada bayi trombositopenia evaluasi akhir diharapkan adalah Tidak
terjadi perdarahan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Nama : By. Ny.I


2. Jenis kelamin : perempuan
3. Usia : 3 hari
4. No. MR : 01609431
5. Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 17 juli 2019
6. Diagnosa medis : Ompalocel, Trombositopeni
7. Riwayat Kehamilan : G4P1A2H1 gestasi 37 minggu
8. Riwayat persalinan : bayi lahir Sc a/i plasenta acreta ,janin ompalocel ditolong
oleh dokter, lahir tidak langsung menangis, A/S = 6/8, sisa ketuban jernih, BBL =
3541 gram, BBS = 3365 gram
9. Riwayat penyakit : Ibu bayi mengatakan selama kehamilan tidak ada mengalami
sakit hipertensi, DM, demam, keputihan, dan penyakit lainnya.
10. Pemeriksaan fisik :
 Sistem pernafasan : bentuk dada simetris, pernafasan sesak, ada
penggunaan otot bantu pernafasan, irama irreguler, RR = 60-80x/i ,terpasang O2
ventilator mode simv+VG Pmax 20/6,rr 50x/i fio2 35%, slem putih kental
 Sistem kardiovaskuler : tidak ada mur mur, frekuensi jantung normal, HR =
135-160x/i
 Sistem gastrointes: terdapat masa pada abomen, BAB ada warna hijau
lendir,abdomen supel,kembung tidak ada,muntah ada berwarna coklat.
 Sistem musculoskeletal : ekstremitas atas dan bawah simetris, tidak ada fraktur,
jumlah jari lengkap
 Sistem neuro sensori : refleks moro (+), rooting (+), Suching (+)
 Sistem integumen : turgor kulit elastis, tidak ada terdapat ptikea,ada edema
pada ektremitas, tidak ada luka pada bagian ekstremitas
 Eliminasi : BAK ada, BAB ada warna hijau,
 Psikososial : bapak bayi sehari-hari bekerja sebagai wiraswasta, dan
ibu bayi sebagai ibu rumah tangga (IRT), ibu bayi mengatakan cemas terhadap
kondisi anaknya, raut wajah tampak bingung, dan banyak bertanya pada perawat.

 Pemeriksaan penunjang :
 Hasil laboraturium
No Tanggal Hasil laboraturium
1. 22 juli 2019 Hb = 13,8 mg/dl
Ht = 41,%
Leukosit = 26.000
Trombosit = 17.000
CRP = 149,7
Differensial = 02/11/00/00/91/00
2. 23 juli 2019 Na=137
K=4,0
Cl=110
Ca=92

3. 24 juli 2019 Lcs prot=75,2


Glukosa =51
Clorida=112
Sel=23

 Hasil echo
Tgl 17 juli 2019=truncus arteriocus
 Hasil foto radiologi
Kesan =sesuai ompalocel

11. Penatalaksanaan
Tanggal 22 juli 2019
 Parenteral: Total volum 180ml/kgbb/hr,inf N2D10+kcl 74% 2ml+ca
glukonas 10% 4 ml :16,3 ml/jam,aminosteril 10%
4gr/kgbb/hr:5,8cc/jam,smoflipid 20% 3gr/kgbb/hr:2.1cc/jam,nacl 3%
50cc:2.1cc/jam
 Enteral Minum asi/sf 4x3cc dan 4x4cc personde gravitasi
 Rawat omfalokel dengan lomatul dtutup menggunakan kassa steril dan
duk steril dilakukan /2hr
 tranfusi trombosit 1 40cc
 antibiotik meropenem 70mg/8 jam

Tanggal 23 juli 2019

 Parenteral : total volum 180ml/kgbb/hr,inf N2D10+kcl 74% 2ml+ca


glukonas 10% 4 ml :16,6 ml/jam,aminosteril 10%
4gr/kgbb/hr:5,8cc/jam,smoflipid 20% 3gr/kgbb/hr:2.1cc/jam
 Enteral : Minum asi/sf 8x1c personde gravitasi
 Rawat omfalokel dengan lomatul dtutup menggunakan kassa steril dan
duk steril dilakukan/2hr
 tranfusi trombosit ke 2 40cc
 antibiotik meropenem 70mg/8 jam

Tanggal 24 juli 2019


 Parenteral : Total volum 130cc/kgbb/hr,N2D10%+ca glukonas 10%
4ml+kcl 7,4% 2 ml=12 ml/jam,AA 10% 4 gr =5,8ml/jam,Lasix
(10mg/ml)3 cc+d5% 11cc=0,5cc/jam,albumin(20%) 14cc=0,6cc/jam
 Enteral : Minum asi/pregistimil 10x1cc/sonde tutup 1 jam(bilas
lambung dengan aquades sampai bersih)
 Transfusi trombosit 3= 40 cc FFP 2x35cc
 Antibiotik meropenem 140mg/8jam

12. Analisa Data


No Data Masalah
1. Data objektif : Pola nafas tidak efektif
- Nafas sesak rr 60-80 x/i. Terpasang
Terpasang venti ncpap simv+vg
pmax 25/6 rr 40 vt:17,5 fio2:40%

Data subjektif : -

2. Data objektif : Bersihan jalan nafas tidak efektif


- Secret dijalan nafas,syanosis, rr 60-
80x/i

Data subjektif : -

3 Data objektif : - Resiko infeksi


Bayi terpasang infus dan bayi
mendapatkan transfusi trombosit 3 kali.
Data subjektif :-

4. Data Objektif : Resiko Perdarahan

13. Diagnosa keperawatan


1) Pola nafas tidak efektif
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif
3) Resiko infeksi
4) Resiko Perdarahan

14. Tujuan dan intervensi


No Tujuan Intervensi
1 Manajemen - Atur posisi untuk memaksimalkan ventilasi
pernafasan - Identifikasi perlunya pemasangan alat bantu nafas
- Monitoring respirasi dan SaO2
- Monitoring suara nafas paru kanan dan kiri
- Kolaborasi pemberian o2
- Kolaborasi pemasangan ETT dan bantuan ventilasi
mekanik
-Lakukan pengisapan lendir
-Pertahankan kepatenan jalan nafas
-Auskultasi sebelum dan sesudah suction
2 Manajemen -Monitor SaO2
bersihan jalan - Lakukan fisioterapi dada
nafas -Kolaborasi pemberian inhalasi
-kolaborasi pemberian teraphy

-Kaji tanda-tanada infeksi;suhu tubuh nyri,perdarahan dan


pemeriksaan laboratorium dan radiologi
-Monitor tanda dan gejala infeksi
-Menaikkan asupan gizi yang cukup dan cairan yang sesuai
3 Manajemen -Pertahankan teknik aseptik
pengendalian -Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
infeksi -kolaborasi dalam pemberian antibiotik

15. Implementasi, dan evaluasi


No Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
1 Senin,22/7/19 - Melakukan cuci tangan five S=Tidak dapat dikaji
moments - O=bayi sakit berat,nafas
15.00 - Melakukan Kolaborasi dalam on venti SIMV VG
pemberian cairan parenteral ( Pmax 25/6 RR
N2D10%+KCL+CAglukonas= 40x/menit,IT=0,4,VT=1
16,3 cc/jam. AA 10% 4gr = 5,8 7,5 FIO2 35%,spo2 70-
cc/jam, Smoff lipid 20 % 3 gr= 80%, desaturasi s/d 62
15.15 2.1 cc/jam,Nacl 3% (50 cc)=2,1 %,bradikardi tidak ada,
15.30 cc/jam ada slem putih
- Memantau TTV : kental,abdomen
Suhu=37,5 ompalocel ditutup duk
HR=155x/i steril.bab ada bak
RR=60x/i ada,Infd
Spo2 = 64 % N2D10=KCL=Ca
-Melakukan suction glukonas = 16,3 cc. AA
- memonitor respirasi dan status 10% 4gr = 5,8 cc/jam,
oksigen SIMV+VG Pmax 20/6, Smoff lipid 20 % 3 gr=
RR = 50 Fio2 45 %. 2.1 cc/jam,Nacl 3% (50
cc)=2,1 cc/jam
16.00 - mengatur posisi bayi untuk Bayi puasa,ogt dialirkan
memaksimalkan ventilasi cms ada 17 cc warna
dengan posisi bayi menghidu kecoklatan.
- Mengganti pampers Tranfusi trombosit 1 40 cc
- melakukan kolaborasi dalam (selama 2 jam)
17.00 pemberian antibiotik A =1. Pola nafas tidak
meropenem 70 efektif belum teratasi
mg(IV) 2.Bersihan jalan nafas
- Membatasi jumlah tidak efektif belum teratasi
pengunjung 3, Resiko ketidak
- Melakukan edukasi mencuci seimbangan elektrolit
tangan kepada orang tua. belum teratasi
18.00 - Mengkaji adanya tanda-tanda 4.Resiko infeksi belum
infeksi teratasi
(CRP 149,7 mg/dl, leukosit 5. resiko perdarahan belum
20.00 26.000) teratasi
- Mengukur TTV P = - Manajemen
T= 36,7 pernafasan
RR= 64 X/i - Manajemen bersihan
HR= 151 X/i jalan nafas
Spo2 = 75 % - Manajeman cairan dan
Mengobservasi Turgor kulit elektrolit
dan membran mukosa. - Pengendalian infeksi
- Menghitung Intake Output - Manajemen cairan
Intake ( 157,8 cc ) output (63
cc )

- Melakukan cuci tangan five


moments
- Melakukan Kolaborasi dalam
pemberian cairan parenteral .
- Memantau TTV :
Suhu=36,9
HR=156x/i
RR=84x/i
Spo2 = 71 %
-Melakukan suction
melakukan kolaborasi dalam
pemberian antibiotik
meropenem 70
mg(IV)
21.00 - memonitor respirasi dan status
oksigenasi ( SIMV+VG Pmax
20/6, RR = 50 Fio2 50 %.
- mengatur posisi bayi untuk
memaksimalkan ventilasi
dengan posisi bayi menghidu
- Mengganti pampers
- Mengkaji adanya tanda-tanda
infeksi
(CRP 149,7 mg/dl, leukosit
26.000)
24.00 - Mengukur TTV
00.30 T= 36,7
RR= 64 X/i
HR= 151 X/i
Spo2 = 75 %
Mengobservasi Turgor kulit
dan membran mukosa.
- Menghitung Intake Output
Intake (629,5 cc ) output (249
cc )
Balance = + 70,5 cc/24 jam.
Diuresis = 2,9 cc/kgbb/jam
Melakukan tranfusi trombosit
1 40 cc (selama 2 jam )
06.00 - Melakukan cuci tangan five
moments
- Melakukan Kolaborasi dalam
pemberian cairan parenteral .
- Memantau TTV :
Suhu=36,5
HR=133x/i
RR=84x/i
Spo2 = 82 %
-Melakukan suction
- memonitor respirasi dan status
oksigenasi ( SIMV+VG Pmax
25/6, RR = 40, Fio2 40 %.
- mengatur posisi bayi untuk
memaksimalkan ventilasi
dengan posisi bayi menghidu
- Mengganti pampers

- Turgor kulit dan membran


mukosa.
- Menghitung Intake Output
Intake (1755 cc ) output (54 cc
)

2 Selasa, 23-7- - Melakukan cuci tangan five S=Tidak dapat dikaji


moments - O=bayi sakit berat,nafas
19 - Melakukan Kolaborasi dalam on venti SIMV VG
pemberian cairan parenteral ( Pmax 25/6 RR
08.00 N2D10%+KCL+CAglukonas= 40x/menit,IT=0,4,VT=1
16,6cc/jam. AA 10% 4gr = 5,8 7,5 FIO2 50%,spo2 70-
cc/jam, Smoff lipid 20 % 3 gr= 80%, desaturasi s/d 54
2.1 cc/jam, %,bradikardi tidak ada,
- Memberikan injeksi ada slem putih
meropenem 70 mg (IV ) kental,abdomen
- Memantau TTV : ompalocel ditutup duk
Suhu=36.7 steril.bab ada bak
HR=133x/i ada,Infd
RR=59x/i N2D10=KCL=Ca
Spo2 = 67 % glukonas = 16,6 cc. AA
-Melakukan suction 10% 4gr = 5,8 cc/jam,
- memonitor respirasi dan status Smoff lipid 20 % 3 gr=
oksigen SIMV+VG Pmax 20/6, 2.1 cc/jam, Bayi minum
RR = 50 Fio2 55 %. 8 X 1cc,ogt buka 1 jam
- mengatur posisi bayi untuk tutup 2 jam, cms ada 40
memaksimalkan ventilasi cc warna kecoklatan.
dengan posisi bayi menghidu Loading NACL 0,9 % 40
- Mengganti pampers cc
- Tranfusi trombosit 40 cc
- Memberikan minum asi 1 selama 2 jam
08.30 cc/sonde A =1. Pola nafas tidak
- Membatasi jumlah pengunjung efektif belum teratasi
- Melakukan edukasi mencuci 2.Bersihan jalan nafas
tangan kepada orang tua. tidak efektif belum teratasi
) 3, Resiko ketidak
- Memberikan minum seimbangan elektrolit
1cc/sonde belum teratasi
- Mengukur TTV 4.Resiko infeksi belum
T= 36,7 teratasi
RR= 64 X/i 5. resiko perdarahan belum
HR= 151 X/i teratasi
Spo2 = 75 % P = - Manajemen
Mengobservasi Turgor kulit pernafasan
dan membran mukosa. - Manajemen bersihan
- Melakukan cuci tangan five jalan nafas
moments - Manajeman cairan dan
- Melakukan Kolaborasi dalam elektrolit
09.00 pemberian cairan parenteral ( - Pengendalian infeksi
N2D10%+KCL+CAglukonas= - Manajemen cairan
16,6cc/jam. AA 10% 4gr = 5,8
cc/jam, Smoff lipid 20 % 3 gr=
2.1 cc/jam,
- Memberikan injeksi
meropenem 70 mg (IV )
- Memantau TTV :
Suhu=36.7
12.00 HR=133x/i
RR=59x/i
Spo2 = 67 %
-Melakukan suction
- memonitor respirasi dan status
oksigen SIMV+VG Pmax 20/6,
RR = 50 Fio2 55 %.
- mengatur posisi bayi untuk
memaksimalkan ventilasi
dengan posisi bayi menghidu
- Mengganti pampers
- Membatasi jumlah pengunjung
- Melakukan edukasi mencuci
tangan kepada orang tua.
)
- Mengukur TTV
T= 36,7
RR= 64 X/i
HR= 151 X/i
Spo2 = 75 %
Mengobservasi Turgor kulit
dan membran mukosa.
- Tranfusi Trombosit 40 cc
selama 2 jam .

- Melakukan cuci tangan five


moments
13.00 - Melakukan Kolaborasi dalam
pemberian cairan parenteral (
N2D10%+KCL+CAglukonas=
15.00 16,6cc/jam. AA 10% 4gr = 5,8
cc/jam, Smoff lipid 20 % 3 gr=
2.1 cc/jam,
- Memberikan minum 1cc/sonde
- - Memberikan injeksi
meropenem 70 mg (IV )
16.00 - Memantau TTV :
Suhu=36.7
HR=133x/i
17.00 RR=69x/i
Spo2 = 70 %
-Melakukan suction
- memonitor respirasi dan status
oksigen SIMV+VG Pmax 20/6,
RR = 50 Fio2 55 %.
- mengatur posisi bayi untuk
memaksimalkan ventilasi
dengan posisi bayi menghidu
- Mengganti pampers

-Memberikan minum 1 cc/sonde


18.00 - Turgor kulit dan membran
mukosa.
Memberikan minum 1cc/sonde
- Menghitung Intake Output
21.00 Intake ( 59,4 cc ) output (62 cc)
.

- ) Melakukan cuci tangan five


22.00 moments
- Melakukan Kolaborasi dalam
pemberian cairan parenteral (
N2D10%+KCL+CAglukonas=
16,6cc/jam. AA 10% 4gr = 5,8
cc/jam, Smoff lipid 20 % 3 gr=
2.1 cc/jam,
- Memberikan injeksi
meropenem 70 mg (IV )
24.00 - Memantau TTV :
Suhu=36.5
HR=144x/i
RR=83x/i
Spo2 = 60 %
-Melakukan suction
- memonitor respirasi dan status
oksigen SIMV+VG Pmax 20/6,
RR = 40 Fio2 55 %.
- mengatur posisi bayi untuk
memaksimalkan ventilasi
dengan posisi bayi menghidu
- Memberikan minum
1cc/sonde

- Mengganti pampers
- Mengukur TTV
T= 36,7
RR= 64 X/i
HR= 151 X/i
06.00 Spo2 = 75 %
Mengobservasi Turgor kulit
dan membran mukosa.
- Menghitung Intake Output
Intake ( 59,4 cc ) output (62 cc_

3 24 Juli 2019 - Melakukan cuci tangan five S= Tidak dapat dikaji


08.00 moments - O=bayi sakit berat,nafas
- Melakukan Kolaborasi dalam on venti SIMV VG
Pmax 25/6 RR
pemberian cairan parenteral .
40x/menit,IT=0,4,VT=1
- Memantau TTV : 7,5 FIO2 50%,spo2 70-
Suhu=36,5 80%, desaturasi s/d 54
HR=133x/i %,bradikardi tidak ada,
RR=84x/i ada slem putih
Spo2 = 82 % kental,abdomen
-Melakukan suction ompalocel ditutup duk
- memonitor respirasi dan status steril.bab ada bak
oksigenasi ( SIMV+VG Pmax ada,Infd
25/6, RR = 40, Fio2 40 %. N2D10=KCL=Ca
- mengatur posisi bayi untuk glukonas = 16,6 cc. AA
memaksimalkan ventilasi 10% 4gr = 5,8 cc/jam,
dengan posisi bayi menghidu Smoff lipid 20 % 3 gr=
- Mengganti pampers 2.1 cc/jam, Bayi minum
8 X 1cc,ogt buka 1 jam
- Turgor kulit dan membran tutup 2 jam, cms ada 40
mukosa. cc warna kecoklatan.
- Menghitung Intake Output Loading NACL 0,9 % 40
Intake (1755 cc ) output (54 cc cc
) - Tranfusi trombosit 40 cc
selama 2 jam
- A =1. Pola nafas tidak
efektif belum teratasi
2.Bersihan jalan nafas
tidak efektif belum teratasi
3, Resiko ketidak
seimbangan elektrolit
belum teratasi
4.Resiko infeksi belum
teratasi
5. resiko perdarahan belum
teratasi
P = - Manajemen
pernafasan
- Manajemen bersihan
jalan nafas
- Manajeman cairan dan
elektrolit
- Pengendalian infeksi
- Manajemen cairan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini saya akan melakukam pembahasan terhadap asuhan keperawatan pada bayi Ny,I
diruangan Kemuning RSAB Harapan Kita yg akan dilaksanankan pada tanggal 22 juli 2019 –
24 juli 2019 dimulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa kepeawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan .

A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian secara teoritis pengumpulan data, didapat melalui wawancara
dengan orang tua bayi,Observasi keadaan bayi,status bayi yang terdiri dari catatan
medis dan catatan keperawatan. Dalam kasus ini,pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara dengan orang tua bayi,observasi keadaan bayi,status bayi yng terdiri dari
catatan medis dan catatan keperawatan. Hal ini sesusai dengan teori yang ada.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan kasus pada bayi Ny.I dengan trombositopeni diagnosa keperawatan yang
muncul adalah :
- Pola nafas tidak efektif
- Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Resiko Infeksi

Pada kasus ini saya mendapat data objektif diantaranya bayi tidak stabil,bayi
nafas dengan bantuan on ventilator Simv + vg, Pmax 20/6, rr:50 x/i Fi02 35% ,
desaturasi ada, slem putih kental.

C. Intervensi Keperawatan
Pada tahap intervensi keperawatan, kelompok menentukan dan menetapkan rencana
yang di sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien pada saat itu. Intervensi yang
dilakukan berdasarkan dengan masalah yang ada dan mendokumentasikan dengan
catatan terintegrasi.
D. Implementasi
Implementasi terhadap bayi Ny.I disesuaikan dengan intervensi yg telah ditetapkan
dan semua intervensi dapat diimplementasikan pada by.Ny.I. Adapun
pendokumentasian setiap tindakan keperawatan yang dilakukan,dicatat dalam rencana
asuhan keperawatan.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap penentuan keberhasilan dari semua rencana dan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan mliputi evaluasi tindakan dan valuasi akhir.
Evaluasi tindakan dilakukan tiap 24 jam. Pada kasus ini,setiap tindakan dilakukan
pada setiap shift selama 24 jam. Pada kasus ini setiap tindakan dilakukan pada setiap
shift selama 24 jam yang dapat dilihat dari respon yang di tunjukan oleh
pasien.Asuhan keperawatan selanjutnya dapat diteruskan oleh perawat ruangan.
BAB V
PENUTUP

TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN By. Ny. D


DENGAN MASALAH BBLR DI RUANGAN SERUNI RSAB
HARAPAN KITA JAKARTA
DISUSUN OLEH :
RENY AFWINASYAH,AMK

PEMBIMBING :
Ns. WIDAYATI, S. Kep

PELATIHAN KEPERAWATAN NEONATAL INTENSIVE


CARE UNIT ( NICU) ANGKATAN KE XIV
RSAB HARAPAN KITA
2015

Anda mungkin juga menyukai