Nim : 8881190008
Kelompok : A
Pendahuluan
Sistem reproduksi wanita, tidak seperti pria karena memiliki perubahan siklus
teratur yang secara teleologis dapat dianggap sebagai persiapan berkala untuk
kehamilan dan pembuahan. Pada primate dan manusia siklus tersebut menstruasi dan
cirinya yang paling mencolok adalah perdarahan pervaginam berkala yang terjadi
dengan pelepasan lendir Rahim (menstruasi). Panjang siklus bervariasi tetapi angka
rata-rata adalah 28 hari dari awal satu periode menstruasi ke awal berikutnya. Dengan
penggunaan umum, hari-hari siklus diidentifikasi dengan angka yang dimulai dengan
hari pertama menstruasi, ini dimulai saat pubertas mulai dari usia 10 hingga 16 tahun
dan berakhir saat menopause pada usia rata-rata 51 tahun. Mentruasi adalah
peluruhan teratur dari lapisan rahim sebagai respons terhadap interaksi hormone yang
dihasilkan oleh hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Siklus mentruasi dapat dibagi
menjadi 2 fase (1) fase folikular atau proliferasi dan (2) fase luteal atau sekretori.
Durasi rata-rata siklus menstruasi adalah 28 hari dengan Sebagian besar panjang
siklus 25 sampai 30 hari. Pasien yang mengalami siklus mentruasi yang terjadi pada
interval kurang dari 21 hari disebut polimenorea sedangkan pasien yang mengalami
menstruasi berkepanjangan lebih dari 35 hari disebut oligomenorea. Volume khas
darah yang hilang selama menstruasi adalah sekitar 30mL, jumlah lebih besar dari
80mL dianggap abnormal. Siklus menstruasi biasanya paling tidak teratur disekitar
ekstrem kehidupan reproduksi (menarche dan menopause) karena anovulasi dan
perkembangan folikel yang tidak memadai. Fase luteal dari siklus relative konstan
pada semua wanita, dengan durasi 14 hari. Variabilitas panjang siklus biasanya
berasal dari berbagai panjang fase folukular dari siklus yang dapat berkisar dari 10
hingga 16 hari. 4,5
Pembahasan
a. Hematopoiesis
Trombositopoiesis
Gambar 3. (a) Megakaryoblast (mb) sangat besar, sel yang cukup langka di tulang
sumsum, dengan sitoplasma yang sangat basofilik, (b) Megakarioblast mengalami
endomitosis (replikasi DNA tanpa intervensi pembelahan sel) menjadi polypoid
karena berdiferensiasi menjadi megakariosit (M) sel-sel ini bahkan lebih besar tetapi
dengan sitoplasma yang kurang basofilik. (c) Mikrograf sumsum tulang yang
dipotong dimana megakariosit ditunjukan dekat sinusoida (S). megakariosit
menghasilkan semua komponen karakteristik trombosit (vesikel membrane, butiran
spesifik, bundel mikrotubulus marginal) dan dalam proses yang kompleks
memperpanjang banyak percabangan yang panjang proyeksi yang mirip pseudopodia
disebut proplatelet dari ujung trombosit yang hampir terjepit sepenuhnya.8
Hemostasis
Terdapat tiga mekanisme hemostasis yang dapat dilakukan oleh tubuh yaitu :6
b. Faktor autokoid lokal dari jaringan yang mengalami trauma dan dari trombosit
c. Refleks saraf yang diperantarai oleh impuls saraf nyeri atau impuls sensoris lain
yang berasal dari pembuluh yang mengalami trauma atau jaringan di sekitarnya.
Sebagian besar vasokonstriksi pada spasme vaskuler disebabkan oleh
kontraksi miogenik lokal dari pembuluh darah yang dipicu oleh kerusakan langsung
pada dinding pembuluh darah. Pada pembuluh darah yang berukuran kecil, trombosit
secara langsung menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dengan melepaskan zat
vasokonstriktor berupa thromboxane A2. Semakin parah pembuluh darah mengalami
trauma, semakin besar derajat spasme vaskular. 6
2. Pembentukan sumbatan trombosit (Platelet plug)
Kerusakan minor pada pembuluh darah dapat ditutup oleh sumbatan trombosit
tanpa melalui mekanisme pembekuan darah. Sumbatan trombosit biasa terjadi pada
pembuluh darah berukuran kecil seperti kapiler, arteriola dan venula yang dapat
mengalami beberapa kerusakan kecil setiap harinya. Proses pembentukan sumbat
trombosit adalah sebagai berikut :6
a. Secara normal trombosit tidak melekat pada permukaan endotel. Apabila
terjadi kerusakan endotel, trombosit yang mengalami kontak dengan permukaan
pembuluh darah yang rusak akan menjadi lengket dan berikatan dengan komponen
jaringan yang ada pada area tersebut. Perlekatan terjadi antara protein permukaan
pada trombosit (misal: Integrin) dengan jaringan kolagen yang secara normal tidak
terdapat pada bagian dalam pembuluh darah karena jaringan kolagen merupakan
jaringan ikat yang melapisi pembuluh darah bagian luar (di bawah endotel) Proses ini
dinamakan platelet adhesion (adhesi trombosit) .
b. Selama terjadi adhesi, tombosit menjadi aktif sehingga mengalami
perubahan karakteristik secara cepat dan drastis. Trombosit melakukan pemanjangan
di sitoplasmanya membentuk banyak tonjolan dan dengan adanya protein kontraktil
pada sitoplasma tersebut trombosit dapat melepaskan vesikel-vesikel berisi granula
dan molekul aktifnya. Proses ini dinamakan platelet release (pelepasan granula
trombosit) . Pelepasan ADP dan thromboxane A2 berperan penting dalam
mengaktifkan trombosit-trombosit lain yang ada di sekitar area yang rusak.
Thromboxane A2 bersama dengan serotonin dan epinefrin juga berfungsi sebagai
vasokonstriktor yang menyebabkan kontraksi otot pembuluh darah dan
mempertahankannya dalam waktu tertentu sehingga pembuluh darah menyempit dan
menurunkan jumlah darah yang mengalir ke area luka. Peristiwa ini dapat
menginisiasi terjadinya spasme vaskular).
c. Pelepasan ADP membuat trombosit-trombosit lain yang ada di sekitar area
luka mengalami perlekatan dan membuat semakin banyak trombosit lain menempel
satu sama lain. Proses ini disebut platelet aggregation (agregasi trombosit).
Akumulasi dan penumpukan trombosit tersebut di area jaringan yang rusak dalam
jumlah besar membentuk sumbatan trombosit (platelet plug). Sumbatan trombosit
sangat efektif untuk mencegah kehilangan darah pada pembuluh darah yang
berukuran kecil). Kompleks aktin-miosin pada area agregat trombosit melakukan
kontraksi untuk memberikan sifat kompak dan kuat pada sumbatan. Sumbatan
trombosit tidak hanya menutup kebocoran pembuluh darah, akan tetapi mengeluarkan
molekul-molekul kimia aktif yang menginisiasi terbentuknya pembekuan darah pada
pembuluh darah yang rusak (Sumbatan trombosit akan direkatkan dengan adanya
pembentukan benang-benang fibrin selama proses pembekuan darah.
Gambar 4. Proses pembentukan sumbatan trombosit pada pembuluh darah
yang mengalami kerusakan.6
a. Aktifnya dua jalur yaitu jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik yang menjadi
awal terbentuknya protrombinase. Ketika protrombinase sudah terbentuk, tahap
selanjutnya pada proses pembekuan darah untuk kedua jalur ini tidak berbeda, dan
disebut sebagai common pathway.
Jalur Ekstrinsik
Jalur ekstrinsik pada pembekuan darah memiliki tahapan yang lebih singkat
dibanding jalur intrinsik dan berjalan dalam waktu yang lebih cepat, dalam hitungan
detik sejak terjadinya trauma. Jalur ini dinamakan jalur ekstrinsik karena protein
jaringan yang disebut tissue factor (TF) atau disebut juga thromboplastin keluar dari
sel yang mengalami kerusakan ke aliran darah. Tissue factor (TF) terdiri atas
kompleks lipoprotein dan fosfolipid yang akan bereaksi dengan ion kalsium yang ada
pada darah dan memulai proses pembekuan darah dengan mengaktifkan faktor X.
Selanjutnya faktor X yang aktif berikatan dengan faktor V juga dengan bantuan ion
kalsium (Ca2+) untuk membentuk enzim protrombinase. Jalur ekstrinsik selanjutnya
berlanjut menjadi common pathway.6
Jalur Intrinsik
Jalur intrinsik pada proses pembekuan darah lebih kompleks dan terjadi dalam
waktu yang lebih lambat (membutuhkan beberapa menit) dibanding jalur ekstrinsik.
Jalur ini dinamakan sebagai jalur intrinsik karena molekul aktivator yang dibutuhkan
sudah terdapat pada darah, tidak dibutuhkan molekul aktivator yang berasal dari
adanya kerusakan sel atau jaringan. Apabila terjadi kerusakan endotel pembuluh
darah, terjadi kebocoran pembuluh yang menyebabkan adanya kontak antara darah
dengan jaringan kolagen dan jaringan ikat disekitar endotelium. Selain itu rusaknya
endotel pembuluh darah juga menyebabkan kerusakan trombosit yang menyebabkan
pelepasan fosfolipid oleh trombosit. Adanya kontak dengan kolagen mengakibatkan
aktifnya faktor pembekuan darah yaitu faktor XII, yang dapat memulai serangkaian
reaksi untuk mengaktifkan faktor X. Fosfolipid yang dilepaskan oleh trombosit
bersama dengan ion kalsium (Ca2+) juga dapat berperan dalam pengaktifan faktor X.
Faktor X yang aktif bersama dengan faktor V akan membentuk enzim protrombinase
dan proses pembekuan darah berlanjut ke common pathway.6
Siklus Menstruasi
a. Fase folikuler
Dimulai pada hari pertama periode menstruasi. Berikut ini hal-hal yang terjadi
selama fase folikuler: 1) Follicle stimulating hormone (FSH, hormon perangsang
folikel) dan luteinizing hormone (LH, hormon pelutein) dilepaskan oleh otak menuju
ke ovarium untuk merangsang perkembangan sekitar 15-20 sel telur di dalam
ovarium. Telur-telur itu berada di dalam kantungnya masing-masing yang disebut
folikel. 2) Hormon FSH dan LH juga memicu peningkatan produksi estrogen. 3)
Peningkatan level estrogen menghentikan produksi FSH. Keseimbangan hormon ini
membuat tubuh bisa membatasi jumlah folikel yang matang. 4) Saat fase folikuler
berkembang, satu buah folikel di dalam salah satu ovarim menjadi dominan dan terus
matang. Folikel dominan ini menekan seluruh folikel lain kelompoknya sehingga
yang lain berhenti tumbuh dan mati. Folikel dominan akan terus memproduksi
estrogen.
b. Fase ovulasi
Dimulai sekitar 14 hari setelah fase folikuler. Fase ini adalah titik tengah dari
siklus menstruasi, dengan periode menstruasi berikutnya akan dimulai sekitar 2
minggu kemudian. Peristiwa di bawah ini terjadi di fase ovulasi: 1) Peningkatan
estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah LH yang diproduksi oleh otak
sehingga memyebabkan folikel dominan melepaskan sel telur dari dalam ovarium. 2)
Sel telur dilepaskan (proses ini disebut sebagai ovulasi) dan ditangkap oleh ujung-
ujung tuba fallopi yang mirip dengan tangan (fimbria). Fimbria kemudian menyapu
telur masuk ke dalam tuba fallopi. Sel telur akan melewati tuba Fallopi selama 2-3
hari setelah ovulasi. 3) Selama tahap ini terjadi pula peningkatan jumlah dan
kekentalan lendir serviks. Jika seorang wanita melakukan hubungan intim pada masa
ini, lendir yang kental akan menangkap sperma pria, memeliharanya, dan
membantunya bergerak ke atas menuju sel telur untuk melakukan fertilisasi.
c. Fase luteal
a. Estrogen
Merupakan hormon yang secara terus menerus meningkat sepanjang dua minggu
pertama siklus menstruasi. Estrogen mendorong penebalan dinding rahim atau
endometrium. Estrogen juga menyebabkan perubahan sifat dan jumlah lendir serviks.
b. Progensteron
Hormon yang dilepaskan oleh otak dan bertanggung jawab atas pelepasan sel
telur dari ovarium, atau ovulasi. Ovulasi biasanya terjadi sekitar 36 jam setelah
peningkatan LH.
Gambar 6. Korelasi antara level hormonal, siklus ovarium dan perubahan uterus.10
Daftar Pustaka