Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU KOMUNITAS

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


“PENCEGAHAN STUNTING”

Disusun oleh :
Kurnia Rahman
019.02.0948

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANKATAN XIV
2020
FORM SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Stunting
Sub Topik : Pencegahan Stunting pada Balita
Sasaran : Ibu dan Balita
Hari / tanggal : Senin, 13 April 2020
Waktu : 09.00 - Selesai
Tempat : Wilayah Kerja Puskesmas Kediri

A. ANALISA SITUASI
1. Peserta
Jumlah peserta 5 orang, pendidikan SD-SMA, umur rata-rata 20-35 tahun, peserta telah
memiliki pengetahuan tentang :
a.
b.
c.
d.
e.
2. lokasi
a. Ruangan
b. Tempat yang memungkinkan banyaknya sasaran
3. Pengajar
Kurnia Rahman

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat mengetahui dan
memahami bagaimana mencegah stunting.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien
dapat mengetahui tentang:
1) Defenisi Stunting
2) Penyebab stunting 
3) Dampak stuntig
4) Cara mencegah stunting 
5) Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)
C. MATERI
1) Menjelaskan defenisi Stunting
2) Menjelaskan penyebab stunting 
3) Menjelaskan dampak stuntig
4) Menjelaskan cara mencegah stunting 
5) Menjelaskan Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)
D. METODE
1) Ceramah
2) Tanya jawab

E. MEDIA
1) Leaflet
2) Poster

F. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


No Tahap/Wakt KEGIATAN
Fasilitator Waktu
u

1 Pembukaan Pendahuluan  Membalas salam


3 menit 1. Menyampaikan salam  Mendengarkan
 Memberi respon
2. Menjelaskan tujuan
3. Kontrak waktu
4. Evaluasi Pre
2 Penyajian Mahasiswa menjelaskan :  Mendengarkan dan
15 menit 1. Defenisi Stunting menyimak
2. Penyebab stunting 
3. Dampak stuntig
4. Cara mencegah stunting 
5. Zat Gizi Mikro yang
Berperan untuk Menghindari
Stunting (Pendek)
3 Penutup 1. Tanya jawab  Menanyakanyang
5 menit 2. Evaluasi Post belum jelas
3. Evaluasi Post  Aktif bersama
4. Menyimpulkan hasil Menyimpulkan
penyuluhan  Membalas salam
5. Memberi salam penutup

G. EVALUASI
a. Pre (formatif)
1) Mahasiswa menanyakan apa itu Stunting ?
2) Bagaimana cara mencegah stunting?
3) Peserta mampu mengajukan beberapa pertanyaan
4) Apa saja zat mikro yang berperan menghindari stunting?

b. Post (sumatif)
1) Mahasiswa menanyakan apa itu Stunting ?
2) Bagaimana cara mencegah stunting?
3) Peserta mampu mengajukan beberapa pertanyaan
4) Apa saja zat mikro yang berperan menghindari stunting?

H. SUMBER KEPUSTAKAAN
Adinda. 2014. Masalah Gizi penyebab Stunting (Pendek).
(http://adindascabiosa.blogspot.co.id/2014/04/-masalah-gizi-penyebab-stunting.html).
Diakses pada tanggal 24 April 2016.
Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2016. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef
Indonesia.Oktober 2017.
Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar
2013.
Rizma. 2016. 8,8 Juta Anak Indonesia Bertubuh Kerdil. 2016.

I. Lampiran Materi
1. LATAR BELAKANG
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan
ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang
sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan
populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan
berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan
anak – anak lain seusianya (MCN, 2009).
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan   
terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan
yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau
kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi
kurang pada anak.
Stunting  dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau
kesehatan.
Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting (tubuh pendek) karena kurang gizi.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat angka kejadian stunting nasional
mencapai 37,2 persen. Angka ini meningkat dari 2010 sebesar 35,6 persen (Rizma, 2016). Oleh
karena itu dalam hal ini diperlukan upaya pencegahan stunting salah satunya dengan penyuluhan
bagaimana cara mencegah stunting diberikan pada orangtua anak.
2. Defenisi Stunting
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan
ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang
sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan
populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan
berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan
anak – anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut
umur (<-2SD), ditandai dengan    terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted
merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan
sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting  dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau
kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai potensi genetic
sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit (ACC/SCN, 2000).
Stunting  didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau kurang dari
minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau keadaan dimana tubuh anak
lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009) (WHO, 2006). Ini
adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi
pada masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.
3. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada
masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted terjadi
dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi
kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga
bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan
makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan
metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak.
Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya
berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang
telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling
berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai
berikut :
 Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan
yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
 Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
 Riwayat penyakit.
Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu konsep model
faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau disability dan kematian.
• Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek lebih
dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin, kekurangan asupan zat
gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan protein.
• Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama kalori dan protein dan
infeksi penyakit.
• Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu merupakan salah satu penyebabnya tingginya
infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi akut dan kematian.
• Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan gizi kronis juga
menyebabkan disability, yang meningkatkan risiko kematian
• Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya infeksi penyakit,
ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas pelayanan merupakan
merupakan faktor yang secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri berpengaruh
pada keadaan gizi ibu hamil, kekurangan gizi mikro, asupan energy yang rendah dan
tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu.

4. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi belajar
menjadi rendah dan  tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan, peluang gagal
tes wawancara pekerjaan  menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang
berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi
kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik
yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah
dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang
tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka
kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi
tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang
gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit
diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu
kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

5. Cara Mencegah Stunting


a. Mencegah Stunting pada Balita
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah gizi di
masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras untuk
menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s tahun 2014 tercapai
yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya
umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam
waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita, maka untuk
mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak
usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya.  Maka peluang besar untuk
mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang
baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu,
menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi
stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan
dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu
hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi
(tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat
ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan
pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat
makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.
Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah
apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau
pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi
dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya
balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan
penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung, serta
pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses  keluarga terhadap daya beli pangan dan
biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan
kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada dalam
keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi dan
penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti dan
dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif dalam mencegah
terjadinya balita stunting.
b. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi
1) Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama
kehidupan, yaitu:
·         Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi
stunting. Ibu  hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil
dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami KurangEnergiKronis (KEK), maka
perlu diberikan  makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu
mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu
harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
·          Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu
(ASI) saja (ASI Eksklusif).
·         Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak
memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap.
2) Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
Kebutuhan gizi masa hamil
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya
dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta
menjaga  keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping proses yang rutin juga
diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin,
plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja,
bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan
yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang mengandung zat
pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu tambahan vitamin dan
mineral untuk membantu proses pertumbuhan itu.
      Kebutuhan Gizi Ibu  saat Menyusui
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan
ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan untuk
minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta tulang. Susu
untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI. Jika kekurangan unsur ini
maka terjadi pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu akan
mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang
menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di
samping bisa juga ditambah dengan minum air buah.
      Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan
Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI
adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan.
Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini
sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit pada masing-masing payudara hingga
payudara benar-benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan
frekuensi menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan
hingga 1,5 – 2 liter perhari.
      Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun
Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi
perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar
dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini
anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit
infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar
tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini  ASI tetap diberikan.  Pada masa ini berikan
juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak. Variasi makanan harus
diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang
tajam, zat pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk
buah hati anda tanpa efek samping

6. Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting


(Pendek)
1) Kalsium

Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan kontraksi
otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut, susu, keju,
kacang-kacangan.
2) Yodium

Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk mencegah gondok dan
kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut, udang, dan kerang.
3) Zink

Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan dan
pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink : hati, kerang,
telur dan kacang-kacangan.
4) Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan metabolisme
energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan
buah-buahan.
5) Asam Folat

Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara lain :
bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.
Desa Kediri, 13 April , 2020
Mahasiswa Program Pembelajaran Tahap Profesi
Pembimbing Lahan, Keperawatan Komunitas

( ------------------------------------------ ) ( Kurnia Rahman )


NIP. NPM. 019.02.0948

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

(....................................................................)

Anda mungkin juga menyukai