Anda di halaman 1dari 16

Referat

MYXOMA JANTUNG

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik


SeniorBagian/SMF Patologi Anatomi

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Disusun oleh:
Destika Ramadhani
2207501010191

Pembimbing:
dr. Darma Satria, M.Si., M.Ked.Klin., Sp.BTKV

BAGIAN/SMF PATOLOGI ANATOMI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RUMAH SAKIT DR ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dankarunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
“Myxoma Jantung”. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Rasulullah
SAW yang telah membawa umat manusia ke masa yang menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan.

Penyusunan referat ini adalah sebagai salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Ucapan terima kasih serta penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada
dr.Darma Satria, M.Si., M.Ked.Klin., Sp.BTKV yang telah bersedia meluangkan
waktu membimbing penulis dalam penulisan referat ini.

Akhir kata penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan bagi semua pihak khususnya di bidang kedokteran dan berguna bagi para
pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu kedokteran pada umumnya
dan ilmu kesehatan anak khususnya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk referat ini.

Banda Aceh, 6 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2


BAB I .................................................................................................................................. 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
2.1 Definisi ................................................................................................................................... 4
2.2 Epidemiologi .......................................................................................................................... 4
2.3 Etiologi ................................................................................................................................... 5
2.4 Patogenesis ............................................................................................................................. 5
2.5 Manifestasi Klinis .................................................................................................................. 6
2.6 Gambaran Myxoma Jantung .................................................................................................. 8
2.7 Diagnosa ................................................................................................................................. 8
2.8 Tatalaksana ........................................................................................................................... 11
2.9 Prognosis .............................................................................................................................. 12
BAB III ............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

Tumor pada jantung pertama kali dikenali pada tahun pada tahun 1559 oleh
Columbus kemudian diikuti oleh Malpighi pada tahun 1666 menulis desertasi yang
berjudul “De Polypo Cordis”. Morgagni membuat tulisan tentang tumor jantung
pada tahun 1762. Pada tahun 1931, Yater berhasil mempublikasikan desertasi dan
tabulasi dari tumor jantung primer menggunakan klasifikasi yang mirip dengan
klasifikasi yang digunakan saat ini. Diagnosis antemortem dari Myxoma pertama
kali dibuat menggunakan angiografi pada tahun 1951. Ekokardiografi menjadi alat
diagnostik mayor pada penegakan diagnosis dari Myxoma atrium kiri pada tahun
1968 yang dibuktikan dengan operasi dan berhasil dilakukan terapi.
Angiocardiografi saat ini merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat baik
digunakan dalam mendiagnosis cardiac tumor. Pada tahun 1955 untuk pertama
kalinya telah berhasil dilakukan eksisi tumor pada atrium kiri dan hingga saat ini
eksisi tumor merupakan terapi terbaik pada tumor cardiac, dengan angka
keberhasilan yang tinggi.
Tumor primer jantung merupakan jenis tumor yang jarang ditemukan dalam
dunia kedokteran dengan angka kejadian 0.001-0.03%. Sebanyak 75% dari tumor
jantung tersebut merupakan jenis tumor jinak. Sebagian besar dari tumor jinak
tersebut merupakan myxoma, selain myxoma terdapat pula lipoma, papillary
fibroelastoma, serta rhabdomyoma. Myxoma merupakan jenis tumor primer jinak
pada jantung yang sering terjadi pada orang dewasa, sedangkan rhabdomyoma
merupakan jenis tumor primer yang sering ditemukan pada anak-anak. Myxoma
merupakan tumor jinak yang umumnya muncul pada atrium kiri.
Angka kejadian miksoma tercatat 0,5 sampai 1,0 kasus per tahun terbanyak
pada usia 40 sampai 70 tahun dengan perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar
1:2 pada kasus myxoma atrium kiri, sedangkan pada kasus miksoma atrium kanan
didapatkan rasio laki-laki dan perempuan sebesar 1:0,75. Myxoma umumnya
berasal dari atrium kiri (60-80%), sisanya dapat ditemukan di lokasi lain seperti
atrium kanan (15-28%), ventrikel (12%), ataupun katup jantung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Myxoma adalah tumor jaringan lunak yang bersifat benign (jinak) yang
berasal dari sel mesenkimal primitif. Myxoma jantung adalah tumor jantung primer
yang umumnya bertangkai tetapi dapat memiliki dasar yang lebar. Sel-sel pada
myxoma berbentuk polygonal, kecil dan uniform dengan inti berbentuk oval atau
bulat disertai sitoplasma dengan jumlah moderat. Myxoma tersusun didalam stroma
myxomatous dapat disertai elemen lain didalamnya. Myxoma dapat dibedakan
dengan thrombus karena myxoma dilapisi endotel dan mempunyai celah-celah yang
dilapisi endotel.
Myxoma merupakan tumor jantung primer yang paling banyak. Tumor ini
dapat muncul pada otot skeletal, tulang, kulit, sistem genitourinary, gastrointestinal,
dan sinus-sinus nasalis. Tumor ini jarang mengenai struktur mata tetapi pernah tetapi
pernah ditemukan pada kelopak mata, orbita, dan konjungtiva.

2.2 Epidemiologi
Myxoma merupakan cardiac tumor yang dapat terjadi pada semua golongan
usia, tetapi tumor ini umumnya terjadi pada usia 30-60 tahun. Myxoma mewakili
kurang dari 0,1% seluruh penyakit jantung. Angka kejadian miksoma tercatat 0,5
sampai 1,0 kasus per tahun terbanyak pada usia 40 sampai 70 tahun dengan
perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 1:2 pada kasus myxoma atrium kiri,
sedangkan pada kasus miksoma atrium kanan didapatkan rasio laki-laki dan
perempuan sebesar 1:0,75. Angka kejadian pada wanita lebih tinggi dibandingkan
pada laki-laki. Meskipun myxoma terjadi secara acak tetapi beberapa kasus
membuktikan bahwa myxoma dapat terjadi pada satu anggota keluarga. “complex”
cardiac myxoma sering terjadi pada satu anggota keluarga dengan satu atau dua
keadaan lain yang menyertai seperti cutaneus lentiginosis, myxoid fibroadenoma
pada payudara, pituitary adenoma, adrenocortical micronodular dysplasia dengan
cushing’s syndrome serta testicular tumor. Diagnosis pada pasien dengan familial
tumor dapat ditegakkan lebih awal dibandingkan dengan nonfamilial myxoma.
Studi pada banyak keluarga menduga terdapat pola autosom dominan yang herediter
dengan fenotip yang bervariasi.
2.3 Etiologi
Myxoma umumnya berasal dari atrium kiri (60-80%), sisanya dapat
ditemukan di lokasi lain seperti atrium kanan (15-28%), ventrikel (12%), ataupun
katup jantung. Myxoma berasal dari endokardium septum atrium yang dekat dengan
fossa ovalis.
Ada banyak teori mengenai etiologi dan perkembangan myxomas yang
ditolak. Salah satu dari mereka percaya bahwa myxomas muncul dari trombus mural
jantung, namun kemudian ditolak secara progresif karena perbedaan besar antara
myxomas dan trombi mural karena trombi cenderung terjadi di banyak lokasi di
dalam jantung selain penyakit yang mendasarinya. Sebaliknya, myxomas muncul
dengan konsistensi yang menakjubkan terutama di daerah yang berdekatan dengan
fossa ovalis tanpa adanya patologi yang mendasarinya. Selain itu, myxomas tidak
tersusun menjadi jaringan fibrosa atau menunjukkan stratifikasi dan berperilaku
berbeda dari mural trombus dalam studi kultur jaringan, yang semuanya merupakan
kriteria yang mendukung sifat neoplastik dari myxomas.
Saat ini, diyakini bahwa myxoma jantung berasal dari sel induk mesenkim
multipoten karena sel-selnya menunjukkan penanda fenotipik transformasi
embrionik endotel ke mesenkim dan penanda diferensiasi mesenkim jantung
primitif. Lebih lanjut, hipotesis ini didukung karena kesamaan antara sel-sel lapisan
endotel, sel-sel jaringan bantalan dan sel-sel lepidic myxoma jantung.

2.4 Patogenesis
Secara makroskopis miksoma berbentuk bulat, ataupun oval, terkadang
bertangkai dan memiliki konsistensi menyerupai gelatin dengan permukaan halus,
bervili, ataupun rapuh. Miksoma menurut permukaannya dapat diklasifikasikan
menjadi; halus dengan batas pinggiran teratur atau bervili dengan batas pinggiran
tidak teratur, multilobi dan/atau seperti gelatin. Tumor papillary lebih berisiko
menjadi emboli karena sifatnya yang rapuh. Miksoma biasanya berwarna putih,
kekuningan, atau coklat dengan berat sekitar 15 g – 180 g dan ukuran rerata 2 cm –
6 cm, namun dapat mencapai 15 cm. Miksoma atrium kiri dapat menimbulkan gejala
jika mencapai berat sekitar 70 g, sedangkan miksoma atrium kanan perlu
berkembang dua kali lipat dari miksoma atrium kiri sebelum akhirnya menimbulkan
gejala.1 Secara mikroskopis, miksoma tersusun dari sel spindle berukuran stelata
kecil hingga berukuran besar dengan nukleus bulat, oval, atau memanjang dengan
sitoplasma eosinofil dengan jumlah berlebih.
Myxoma dapat menyumbat atau mengobstruksi aliran darah dijantung
apabila ukuran dari tumor semakin besar dan biasanya menyumbat katup jantung.
Myxoma di atrium kiri sering tumbuh bertangkai dan dapat berayun dengan bebas
mengikuti aliran darah seperti terikat oleh tali. Pada saat berayun , tumor bergerak
keluar masuk pada katup mitral di dekatnya. Ayunan ini bisa menyumbat daun katup
secara berulang sehingga darah berhenti dan mengalir secara berlebihan. Bila tumor
tersebut besar dan pada saat berayun dapat menyumbat total daun katup
mengakibatkan darah yang dipompakan ke ventrikel tidak ada sehingga lama
kelamaan darah akan berkumpul di atrium kiri mengakibatkan beban dari atrium kiri
semakin berat, lama kelamaan darah yang ada akan balik ke paru-paru sehingga
dapat mengakibatkan edema paru.

2.5 Manifestasi Klinis


Pada umumnya, miksoma jantung tidak menunjukkan gejala spesifik,
sehingga sulit didiagnosis. Manifestasi klinis tergantung karakteristik miksoma,
seperti ukuran, lokasi, bentuk, kecepatan tumbuh, panjang tangkai, mobilitas, dan
perubahan degeneratif sekunder dalam tumor, seperti perdarahan ataupun sel
nekrosis. Manifestasi klinis sangat beragam, mulai dari asimtomatis (ukuran tumor
kurang dari 4 cm) hingga kematian mendadak yang bisa terjadi akibat obstruksi
pembuluh darah dari emboli. Tumor kecil kadang ditemukan secara tidak sengaja
saat pemeriksaan rutin.
Meskipun manifestasi klinis beragam, trias miksoma yang terdiri dari gejala
konstitusional atau sistemik, gejala obstruksi serta emboli, merupakan gejala
klasik.1 Gejala sistemik seperti demam dengan rerata 37,5 sampai 40,0°C,8 lemah
badan, mialgia, artralgia, dan penurunan berat badan, dan hilang nafsu makan.
Gejala obstruksi dapat berupa dispnea, edema paru rekuren, dan sinkop.1 Gejala
terkait emboli dapat berupa stroke, nyeri dada, iskemi tungkai, dan massa teraba di
ekstremitas distal.
Emboli paling sering melibatkan otak; lebih sering pada pria dan usia lebih
muda.5 Sekitar 45% miksoma atrium kiri memiliki komplikasi emboli sistemik,
lebih dari 50% mengenai sistem saraf pusat, menghasilkan transient ischemic
attacks, stroke, dan kejang.2 Selain di otak, emboli juga bisa mengenai retina, ginjal,
koroner, aorta, serta tungkai bawah. Tanda dan gejala lain meliputi:
• Gagal jantung kiri: dispnea saat aktivitas (dyspnea on exertion/DOE) (75%),
paroxysmal nocturnal dyspnea, ortopnea, atau edema paru.
• Gagal jantung kanan: tekanan vena jugularis meningkat, edema tungkai bawah,
dan hepatomegali.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:
• Yang tersering adalah tumor plop, adanya tumor di dinding endokardium
mengakibatkan bunyi di awal diastolik,
• Murmur diastolik atrium jika tumor menyumbat katup mitral ataupun katup
trikuspid,
• Murmur sistolik di apeks (regurgitasi mitral) atau holosistolik murmur di
sebelah kiri sternum (regurgitasi trikuspid) jika terdapat tumor di katup,
• Suara S1 terlambat pada penutupan katup mitral karena prolaps tumor ke dalam
orifisium mitral (simulasi mitral stenosis),
• P2 bisa terlambat dengan intensitas normal ataupun meningkat, tergantung dari
ada atau tidaknya hipertensi pulmonal,
• Pada pemeriksaan umum dapat ditemukan sianosis, clubbing finger, dan
petekie,
• Pasien Carney Syndrome selain memiliki miksoma jantung juga dapat disertai
miksoma di kulit, kelenjar tiroid, pigmentasi kulit, hiperaktivitas endokrin
seperti Cushing Syndrome dan aneurisma serebral fusiform yang multiple.
Sebuah meta-analisis mengidentifikasi faktor risiko emboli pada pasien
miksoma jantung, di antaranya adanya gejala gagal jantung New York Heart
Association (NYHA) Functional Class I/II, hipertensi, permukaan tumor tidak rata,
pangkal tumor sempit atau kecil, dan lokasi tumor yang atipikal.
2.6 Gambaran Myxoma Jantung

Gambar.1 Miksoma berdasarkan permukaan tumor; (A) permukaan halus dan


(B) permukaan bervili.

Gambar.2 (A) Miksoma jantung menempel pada dinding atrium jantung


(pewarnaan hematoksilin dan eosin, pembesaran 4 x);5 (B) Sel spindle dengan
sitoplasma eosinofil yang berkembang (pewarnaan hematoksilin dan eosin,
pembesaran 40x)

2.7 Diagnosa
Penegakan diagnosis lebih jelas dengan pemeriksaan laboratorium dan
pencitraan seperti radiografi, ekokardiografi (transthoracic echocardiography/TTE
dan transesophageal echocardiography/TEE), ataupun temuan histopatologis.
Temuan laboratorium dapat berupa leukositosis, trombositosis atau
trombositopenia, anemia, dan erythrocyte sedimentation rate/ESR meningkat; kadar
protein C-reaktif (C-reactive protein/CRP) juga meningkat. Hasil
elektrokardiogram (EKG) tidak spesifik pada 20%-40% kasus miksoma. Penemuan
EKG dapat berupa hipertrofi atrium kiri (35%), gangguan repolarisasi (21%),
gangguan konduksi (24%), dan gangguan ritme (9%), sedangkan fibrilasi atrium
(AF) dan atrial flutter jarang ditemukan. Pemeriksaan radiografi juga tidak spesifik
untuk diagnosis miksoma, sering didapatkan gambaran kardiomegali, juga
gambaran dilatasi atrium kanan, left atrial appendage, dan arteri pulmonalis pada
beberapa kasus Ekokardiografi yang terdiri dari TTE dan TEE menjadi pencitraan
yang tersering digunakan karena ketersediaan dan kemudahan aplikasinya.
Tujuan dari penegakkan diagnosis cardiac myxoma terdiri dari tiga hal yaitu,
untuk mengetahui apakah terdapat tumor, menentukan lokasi tumor serta untuk
menggolongkan jenis tumor tersebut. Diagnosis cardiac myxoma membutuhkan
kecurigaan dengan index yang tinggi karena, jenis tumor tersebut tidak spesifik
terhadap pemeriksaan laboratorium serta membutuhkan berbagai macam
pemeriksaan radiologi. Pada tahun 1959, echocardiografi dapat memperlihatkan
secara jelas adanya tumor jinak pada atrium kiri. Echocardiografi 2 Dimensi
merupakan metode noninvasive yang baik untuk menilai adanya myxoma secara
dini. Echocardiografi dapat menunjukkan gambaran atrium, ventrikel, serta septum
sehingga dapat dengan mudah mendeteksi lokasi tumor serta morfologinya (kista,
kalsifikasi, nekrotik, perdarahan). Penggunaan teknik Doppler dapat membantu
dalam menentukan derajat dari obstruksi pada jantung serta kerusakan valvular.
Dalam beberapa kondisi Transesophageal Echocardiogram (TEE) dapat
memperlihatkan karakteristik dan lokasi tumor yang berhubungan dengan septum
interatrial .
Selain Echocardiografi, terkadang dibutuhkan teknik imaging terbaru seperti
cardiac MRI dan Ultra-fast CT yang merupakan prosedur noninvasive dengan
resolusi tinggi yang dapat memperlihatkan struktur-struktu dari jantung secara jelas.
Cardiac MRI lebih banyak digunakan karena memiliki resolusi yang lebih tinggi
serta mampu menggambarkan lingkungan mikrokimia tumor dengan membedakan
berat T1 dan T2, tetapi tumor tersebut harus berukuran minimal 0,5 cm agar dapat
terdeteksi dengan baik. Bila tidak tersedia MRI atau terdapat kontraindikasi untuk
dilakukannya MRI maka dapat digunakan CT-scan serta Angiografi sebagai pilihan
pemeriksaan penunjang.
Ekokardiografi harus digunakan untuk konfirmasi diagnosis miksoma
jantung jika ada;
1. murmur diastolik di apeks yang berubah dipengaruhi postur tubuh dan tanpa
riwayat penyakit jantung rematik;
2. kejadian emboli arteri berulang;
3. kejadian sinkop yang dipengaruhi perubahan postur;
4. demam subfebris berkepanjangan;
5. anemia tanpa penyakit rematik jantung ataupun endokarditis infektif, dan;
6. gagal jantung yang refrakter dengan respons buruk terhadap terapi
medikamentosa.
Pada pemeriksaan ekokardiogram dapat ditemukan massa mobile dan
heterogen, dengan penampakan polipoid ataupun papillary. Gambaran polipoid
memiliki ukuran lebih besar dengan permukaan halus dan inti kasar, sedangkan
gambaran miksoma papillary memiliki ukuran lebih kecil dengan vili multipel.1
Ekokardiografi 3D merupakan pendekatan terbaru untuk menilai massa intrakardiak
dan dapat memvisualisasikan massa dengan lebih baik termasuk homogenitas,
vaskularitas, dan kalsifikasi. Meskipun TEE lebih sensitif (hingga 100% karena
lokasi antara esofagus dan jantung yang berdekatan dan adanya transduser
pencitraan frekuensi tinggi) serta spesifik untuk kasus seperti miksoma, TTE
biasanya lebih sering digunakan karena lebih tersedia dan tidak invasif. TTE
memiliki sensitivitas sekitar 95% untuk deteksi miksoma jantung, umumnya
digunakan jika dicurigai adanya lesi valvular, dan apabila memerlukan data lebih
detail dalam aspek ukuran, morfologi, attachment site, dan pengaruh hemodinamik.
Mengingat keterbatasan ekokardiografi untuk menilai karakteristik jaringan
lunak dan struktur ekstra kardiak, lebih disarankan digunakan bersamaan dengan
cardiac CT (computed tomography) dan cardiac MRI (magnetic resonance
imaging). Cardiac CT dan cardiac MRI sering digunakan bersamaan dengan
ekokardiografi dalam evaluasi dan pengelolaan massa jantung. CT dan MRI lebih
unggul dibandingkan ekokardiografi karena memiliki kontras terhadap jaringan
lunak yang lebih unggul dan dapat mengevaluasi infiltrasi tumor pada dinding
jantung. Pada cardiac CT tanpa kontras ditemukan massa hipodens, sedangkan pada
cardiac CT dengan kontras didapatkan adanya filling defects dan peningkatan
kontras yang heterogen, meskipun intensitasnya dapat bervariasi tergantung
kronisitas dan adanya nekrosis ataupun perdarahan pada tumor. Cardiac MRI sering
menjadi modalitas pencitraan massa jantung bersama dengan ekokardiografi karena
dapat memberikan informasi yang lebih baik terkait massa, kemampuan pencitraan
multiplanar; MRI juga tidak mempunyai efek radiasi pada pasien. Miksoma jantung
juga dapat terinfeksi mikroorganisme, tersering Streptococcus sp. Diagnosis
miksoma terinfeksi bakteri dapat dikonfirmasi dengan ditemukannya
mikroorganisme pada pemeriksaan histologi.
2.8 Tatalaksana
Miksoma jantung dapat sepenuhnya diatasi dengan tindakan operasi; risiko
operasinya kecil serta prognosis baik, jangka pendek ataupun jangka panjang.1
Kematian saat operasi sebesar 0,5% dan kematian pascaoperasi sebesar 2%.2 Pada
pasien lanjut usia, jarang ditemukan kematian langsung setelah operasi dan
kelangsungan hidup jangka panjang juga tercatat baik.
Sifat operasi miksoma jantung adalah elektif, namun mendesak; harus
dilakukan dalam 48 hingga 72 jam setelah diagnosis. Pendekatan teknik bedah ideal
untuk eksisi lengkap miksoma jantung masih kontroversial. Pembedahan miksoma
jantung harus dengan intervensi minimal pada tumor, memaksimalkan eksisi tumor
agar tidak rekuren, dapat melakukan inspeksi 4 katup jantung saat operasi
berlangsung, serta memilih tindakan operasi yang aman.
Operasi pada miksoma jantung dilakukan pertama kali pada tahun 1954,
kemudian dikembangkan beberapa teknik operasi yang lebih aman. Teknik
pendekatan melalui atrium kanan dan transeptal digunakan pada banyak kasus;
tumor atrium kiri direseksi melalui septum atrium diikuti dengan penutupan
sederhana. Saat ini, teknik ini dilakukan melalui sternotomi pada cardiopulmonary
bypass karena cukup aman dan angka mortalitasnya rendah. Selain itu, pendekatan
atrium kanan dan transseptal dapat memberikan akses yang baik ke miksoma dengan
manipulasi minimal dan memungkinkan inspeksi semua ruang jantung.
Aritmia merupakan komplikasi paling umum (33,3%), diikuti infeksi
(19,0%), sindrom vasoplegik (19,0%), efusi perikardium (14,2%), gagal ginjal akut
(9,5%), atrial septal defect (ASD) (9,5%), stroke (4,8%), dan emboli paru (4,8%).
Jarang ada kematian langsung setelah operasi.
2.9 Prognosis
Prognosis jangka panjang pasien rerata baik, kelangsungan hidup 10 tahun
mendekati 96%.2 Rekurensi kasus miksoma tercatat 1% sampai 5%,1 bisa karena reseksi
tumor tidak adekuat dan pengaruh genetik.6 Rerata rekurensi 1% sampai 3% pada miksoma
sporadik dan dapat mencapai 10% sampai 20% pada miksoma familial.2 Setelah tindakan
operasi, dianjurkan follow-up menggunakan ekokardiografi.2 Namun, masih belum ada
panduan frekuensi ataupun durasi pemantauan pasca-operasi miksoma jantung.
BAB III
KESIMPULAN

Miksoma jantung adalah jenis tumor jantung primer yang paling umum.
Myxoma merupakan tumor jinak yang umumnya muncul pada atrium kiri yang
dapat terjadi pada semua golongan usia, tetapi tumor ini umumnya terjadi pada usia
30-60 tahun. Hampir 75 persen cardiac myxoma tumbuh pada bagian atrium kiri dan
15 hingga 20 persen tumbuh pada atrium kanan. Myxoma ini merupakan neoplasma
endokrin yang biasanya muncul dari endokardium ke ruang dalam jantung. Temuan
klinis dari myxoma ditentukan dari lokasi, ukuran, dan mobilitasnya. Sebagian besar
pasien datang dengan satu atau lebih dari trias embolism, obstruksi intrakardia, dan
gejala penyerta. Beberapa ditemukan tanpa gejala, biasanya yang memiliki tumor
ukuran kecil. Pada sebagian besar kasus cardiac myxoma, seringkali dijumpai
adanya sistolik serta diastolic murmur. Hal tersebut berdasarkan atas lokasi serta
mobilitas dari tumor itu sendiri. Hingga saat ini metode operasi merupakan pilihan
terapi pada cardiac myxoma. Setelah diagnosis ditegakkan , harus segera dilakukan
operasi karena besar kemungkinan untuk terjadi komplikasi seperti emboli hingga
kematian.
DAFTAR PUSTAKA

1. Reynen Klaus. 1995. Review Article: Cardiac Myxomas. New England


Journal of Medicine. Dec. 14.
2. Wyne Ahraaz. . 2008. Feature Article : A Look at Cardiac Myxoma. UWOMJ
77(2). 3. Ergunez Kazim and Yetkin Ufuk. 2008. Scientific letter : Diagnosis
and Surgical Treatment Modalities in Cardiac Myxomas. Anadolu Kardiyol
Derg. p. 379-380.
3. Alassal M, Altargami N, Ahmed H, Ibrahim S, Nemlander A, Aldahmashi
M, et al. An unusual presentation of cardiac myxoma; A case report and
review of literature. Am J Cardiovasc Thoracic Surg. 2019;4(2):1-7.
4. Hasan M, Abdelmaseih R, Faluk M, Chacko J, Nasser H. Atrial myxoma, a
rare cause of sudden cardiac death: A case report and review of literature.
Cureus. 2020;12(1):6704.
5. Cianciulli TF, Cozzarin A, Soumoulou JB, Saccheri MC, Méndez RJ, Beck
MA, et al. Twenty years of clinical experience with cardiac myxomas:
Diagnosis, treatment, and follow up. J Cardiovasc Imaging. 2019;27(1):37.
6. Mustafa ER, Tudorascu D, Giuca A, Toader DM, Foarfa MC, Puiu I, et al. A
rare cause of ischemic stroke: Cardiac myxoma. Case report and review of
literature. Rom J Morphol Embryol. 2018;59(3):903-9.
7. Velez Torres JM, Martinez Duarte E, Diaz-Perez JA, Rosenberg AE. Cardiac
myxoma: Review and update of contemporary immunohistochemical
markers and molecular pathology. Adv Anat Pathol. 2020;27(6):380-4.
8. Abu Abeeleh M, Saleh S, Alhaddad E, Alsmady M, Alshehabat M, Bani
Ismail Z, et al. Cardiac myxoma: Clinical characteristics, surgical
intervention, intra-operative challenges and outcome. Perfusion
2017;32(8):686-90.
9. Aiello VD, de Campos FPF. Cardiac myxoma. Autopsy and Case Rep.
2016;6(2):5-7.
10. Yuan SM, Yan SL, Wu N. Unusual aspects of cardiac myxoma. Anatol J
Cardiol. 2017;17(3):241.
11. Liu Y, Wang J, Guo L, Ping L. Risk factors of embolism for the cardiac
myxoma patients: A systematic review and metanalysis. BMC Cardiovasc
Disord. 2020;20(1):1-10. 1
12. Peters MJ, Tuwairqi KW, Farah MG. A case of infected left atrial myxoma
presenting as ST-elevation myocardial infarction (STEMI). Am J Case Rep.
2019;20:1930

Anda mungkin juga menyukai